Hand Hygiene
Hand Hygiene
KELOMPOK I :
ADEYANTI HIDAYAT
AGUSTIN
FEBRIYANI
MARLENY
RETNANINGSIH W
SUWARDI
VINA SEFTIANI
WHO Collaborating Centre for Patient Safety pada tanggal 2 Mei 2007
resmi menerbitkan “Nine Life Saving Patient Safety Solutions” (“Sembilan Solusi
Life-Saving Keselamatan Pasien Rumah Sakit”). Panduan .ini mulai disusun sejak
tahun 2005 oleh pakar keselamatan pasien dan lebih 100 negara, dengan
mengidentifikasi dan mempelajari berbagai masalah keselamatan pasien. Salah
satu solusi tersebut adalah tingkatkan kebersihan tangan (Hand Hygiene) untuk
pencegahan infeksi nosokomial.
RSUP Fatmawati sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis Kementerian
Kesehatan RI telah menyelenggarakan kegiatan pencegahan dan pengendalian
infeksi secara konsisten dibawah koordinasi, pembinaan serta pengawasan
Komite Pengendalian Infeksi RSUP Fatmawati. Adapun sebagai salah satu bentuk
wujud nyata komitmen terhadap program Save Lives: Clean Your Hands, RSUP
Fatmawati juga telah melaksanakan penandatanganan bersama “RSUP Fatmawati
Berkomitmen Melaksanakan Budaya Hand Hygiene” oleh seluruh karyawan
RSUP Fatmawati pada tanggal 5 Mei 2010.
Berdasarkan hasil kegiatan tersebut diperoleh hasil tingkat kepatuhan
melakukan Hand Hygiene yang bervariasi mulai dari 0 hingga 79,2% DENGAN
rata-rata kepatihan 28%.
Instalasi Gawat Darurat merupakan salah satu instalasi di RS Fatmawati
yang masuk kategori High Risk untuk terjadinya infeksi dimana angka
kepatuhannya mencapai 8,3%. Adapaun jumlah seluruh karyawan di IGD terdiri
dari Dokter 17 orang, perawat 35 orang, pekarya 16 orang dan petugas ambulance
8 orang. Dari semua jumlah staf IGD, diambil data secara random yaitu 30%,
sehingga didapatkan angka kepatuhan 8,3%. Faktor yang menyebabkan angka
kepatuhan di IGD rendah yaitu tingkat kesibukan yang tinggi, tingkat
pengetahuan tentang Hand Hygiene yang rendah.APA FAKTOR PENDUKUNG
TERJADINYA MASALAH
Dampak kegagalan melakukan hand hygiene yang baik dan benar
dianggap sebagai penyebab utama infeksi rumah sakit dan penyebaran
mikroorganisme multiresisten di fasilitas pelayanan kesehatan dan telah diakui
sebagai kontributor yang penting terhadap timbulnya wabah.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka perumusan masalah PSBH ini
adalah “Upaya meningkatkan angka kepatuhan Hand Hygiene Di Ruang IGD”
2. TUJUAN
Apakah dengan melakukan pelatihan, penyuluhan, sosialisasi dan supervise
oleh petugas IPCN tentang Hand Hygiene untuk semua petugas kesehatan di
ruang IGD selama 3 x seminggu selama 2 minggu akan dapat meningkatkan
angka kepatuhan Hand Hygiene dari 39 % BERAPA DATA
SEBELUMNYA? DALAM DATA ANGKA KEPAUTAH HANYA 8,3 %
menjadi 60% ? APAKAH TIM PSBH INI SEMUA IPCN? APA BEDA
PELATIHAN, PENYULUHAN DAN SOSIALISASI?
3. LANGKAH-LANGKAH
PERSIAPAN :
Koordinasi dengan Ka Ruang IGD mengenai rencana kegiatan serta
Pertemuan dengan karu beserta staf di lantai menyampaikan rencana
pelaksanaan kegiatan PSBH ini. Pertemuan ini dilakukan saat pre
comference. Pada minggu pertama selama seminggu. Dengan
sasaran seluruh staf mengetahui program ini dengan metode tanya
jawab / diskusi terarah.
Pembuatan format formulir observasi hand hygiene harian dengan
jalan mengacu pada sop timbang terima yang ada dengan Ka.
Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi untuk mendapatkan
masukan standart format yang optimal dan mudah untuk
diaplikasikan di lapangan.
Penyusunan jadwal sosialisasi
PELAKSANAAN
Melakukan sosialisasi tentang Hand Hygiene dengan mengacu pada
five moment Hand Hygiene kepada seluruh staff oleh petugas IPCN
seminggu 2 x, selama 2 minggu.
Melakukan sosialisasi formulir observasi harian Hand Higiene.
Disamping itu dilaksanakannya Evaluasi bulanan dan tiga bulanan.
secara berkala saat pelaksanaan tindakan keperawatan sesuai dengan
five moment oleh petugas IPCN.
Supervise yang dilakukan oleh petugas IPCN setiap hari.
EVALUASI
Evaluasi dilakukan semua staff di ruang IGD secara random sebanyak
30% dari semua staf IGD. Apakah semua telah mengikuti sosialisasi sehingga
dalam pelaksanaan Praktek kebersihan tangan dapat dilakukan sebagaimana
mestinya. Cara evaluasi dilakukan dengan melakukan audit Hand Hygiene
sesuai dengan format yang telah disusun.
Evaluasi akan dilaksanakan secara berkala setiap bulannya pada
minggu ke IV yang akan dilakukan oleh Problem Solver atau komite
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi.
KESINAMBUNGAN :
Palaksanaan kegiatan ini akan terus dimonitor dan dievaluasi oleh
petugas IPCN secara berkala serta akan dibuat laporannya secara tertulis dan
akan diusulkan ke ruangan untuk dapat melakukan penyegaran kembali
tentang Hand Hygiene secara berkla bagi karyawan lama dan sosialisasi bagi
karyawan baru.
4. RENCANA WAKTU
II PELAKSANAAN
1.Sosialisasi tentang hand hygiene
2.Melakukan sosialisasi format
3.Evaluasi bulanan dan tiga bulanan secara
berkala
4. Supervise setiap hari oleh IPCN
III EVALUASI
Evaluasi harian
Evaluasi bulanan
RENCANA KESINAMBUNGAN
1V 1. Audit Hand Hygiene
2. Sosialisasi untuk karyawan
baru dan penyegaran untuk
karyawan lama
5. RENCANA ANGGARAN
6. EVALUASI
7. KESINAMBUNGAN :
LAMPIRAN
Teori - Teori
a. Patient Safety
WHO Collaborating Centre for Patient Safety pada tanggal 2 Mei 2007
resmi menerbitkan “Nine Life Saving Patient Safety Solutions” (“Sembilan
Solusi Life-Saving Keselamatan Pasien Rumah Sakit”). Panduan .ini mulai
disusun sejak tahun 2005 oleh pakar keselamatan pasien dan lebih 100 negara,
dengan mengidentifikasi dan mempelajari berbagai masalah keselamatan
pasien.
Sebenarnya petugas kesehatan tidak bermaksud menyebabkan cedera
pasien,tetapi fakta tampak bahwa di bumi ini setiap hari ada pasien yang
mengalami KTD (Kejadian Tidak Diharapkan). KTD, baik yang tidak dapat
dicegah (non error) mau pun yang dapat dicegah (error), berasal dari berbagai
proses asuhan pasien.
Solusi keselamatan pasien adalah sistem atau intervensi yang dibuat,
mampu mencegah atau mengurangi cedera pasien yang berasal dari proses
pelayanan kesehatan. Sembilan Solusi ini merupakan panduan yang sangat
bermanfaat membantu RS, memperbaiki proses asuhan pasien, guna
menghindari cedera maupun kematian yang dapat dicegah.
Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS) mendorong RS-RS
di Indonesia untuk menerapkan Sembilan Solusi “Life-Saving” Keselamatan
Pasien Rumah Sakit, atau 9 Solusi, langsung atau bertahap, sesuai dengan
kemampuan dan kondisi RS masing-masing.
b. Hand Hygiene
Kegagalan melakukan hand hygiene yang baik dan benar dianggap
sebagai penyebab utama infeksi rumah sakit dan penyebaran mikroorganisme
multiresisten di fasilitas pelayanan kesehatan dan telah diakui sebagai kontributor
yang penting terhadap timbulnya wabah (Boyce dan Pittet, 2002)
Praktek hand hygiene atau membersihkan tangan adalah untuk
menghilangkan semua kotoran dan debris serta menghambat atau membunuh
mikroorganisme pada kulit. Mikroorganisme di tangan ini diperoleh dari kontak
dengan pasien dan lingkungan. Sejumlah mikroorganisme permanen juga tinggal
di lapisan terdalam permukaan kulit yaitu S. epidermidis.
Tujuan Melakukan Hand Hygiene:
Untuk memutus transmisi mikroba melalui tangan: a) diantara area perawatan
dan zona pasien; b) diantara zona pasien dan area perawatan; c) pada daerah
tubuh pasien yang berisiko infeksi (contoh: membrane mukosa, kulit non-
intak, alat invasif); d) dari darah dan cairan tubuh.
Untuk mencegah: a) kolonisasi patogen pada pasien (termasuk yang
multiresisten); b) penyebaran patogen ke area perawatan; c) infeksi yang
disebabkan oleh mikroba endogen; d) kolonisasi dan infeksi pada petugas
kesehatan.
Cara Melakukan Hand Hygiene:
Handrub
Langkah paling efektif melakukan hand hygiene adalah menggunakan cairan
handrub berbahan dasar alkohol yang dapat digunakan sebagai antiseptik
tangan rutin.( gambar 1 )
Cuci Tangan
Tangan harus dicuci dengan sabun dan air bila tampak kotor atau
terkontaminasi dengan darah maupun cairan tubuh, bila berpotensi
membentuk spora mikroba, atau setelah menggunakan kamar mandi.(gambar
2)
Hand hygiene menjadi lebih efektif bila tangan bebas luka; kuku bersih, pendek
dan tangan dan pergelangan bebas dari perhiasan dan pakaian.
Infeksi Rumah Sakit dapat didefinisikan sebagai infeksi yang diperoleh pasien
yang dirawat di rumah sakit selain karena infeksi tersebut , atau infeksi yang
terjadi pada pasien yang dirawat di rumah sakit yang belum ada atau tidak dalam
masa inkubasi pada saat pasien masuk rumah sakit. Termasuk infeksi yang
diperoleh di rumah sakit tetapi muncul setelah pasien masuk rawat, dan infeksi
pada petugas kesehatan.
1. http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/111/jtptunimus-gdl-dewirifaha-5534-4-
babii.pdf
2. http://www.inapatsafety-persi.or.id/?show=detailnews&kode=3&tbl=artikel
3. Damani, N.N Manual infection Control Procedures 2nd edition,2003 Cambridge
University press.