Anda di halaman 1dari 26

JEMBATAN BALOK BOX

Komang Haria 19.53


2.1 Definisi Jembatan Balok Box
Jembatan balok box adalah sebuah jembatan yang struktur atas jembatan terdiri dari
balok-balok penopang utama yang berbentuk kotak berongga. Balok box biasanya terdiri dari
elemen beton pratekan, baja structural, atay komposit baja dan beton bertulang. Bentuk
penampang dari box girder umumnya adalah persegi atau trapezium dan dapat direncanakan
terdiri atas 1 sel atau banyak sel seperti gambar 2.1.

Gambar 2.1 Bentuk Penampang Box Girder


(sumber: https://fadlyfauzie.wordpress.com)

Salah satu keuntungan dari jembatan box girder yaitu ketahanan torsi yang lebih baik,
yang sangat bermanfaat untuk aplikasi jembatan yang melengkung. Tinggi elemen box girder
dapat dibuat constant maupun bervariasi, makin ke tengah makin kecil seperti gambar 2.2.

Gambar 2.2 Tinggi Elemen Box Girder


(sumber: https://fadlyfauzie.wordpress.com)
2.2 Perkembangan Balok Box

Gambar 2.3 Evolusi Box Girder

Bentang jembatan balok box dimulai dengan pelat sederhana (gambar 2.3 a). Seiring
meningkatnya panjang bentang , tinggi elemen penampang balok box juga meningkat.
Diketahui bahwa pusat dekat bahan gravitasi memberikan kontribusi sangat sedikit untuk
lentur dan karenanya dapat dihapus.Pelat bawah balok disediakan kapasitas kekuatan tarik dan
pelat atas untuk menahan tekan. Sehingga pelat atas dan bawah membentuk kerja sama untuk
menahan lentur.
Akibat lebar jembatan meningkat diperlukan lebih banyak jumlah gelagar memanjang
yang sehingga mengurangi kekakuan balok dalam arah melintang dan lendutan melintang
relatif tinggi. Jaring balok bisa dibuka menyebar secara radial dari plat atas. balok bagian
bawah tidak akan lagi berada di posisi aslinya. Untuk tetap dalam posisi semula di bagian
bawah harus diikat bersama-sama yang menyebabkan terbentuknya box girder pertama.
Bentang yang panjang dengan deck yang lebih luas dan pembebanan eksentrik pada
penampang akan menyebabkan lendutan arah longitudinal dan transversal yang menyebabkan
distorsi berat penampang. Oleh karena itu jembatan harus memiliki kekakuan torsi yang tinggi
untuk melawan distorsi penampang dek untuk minimum.
Dengan demikian box girder lebih cocok untuk bentang yang lebih besar dan lebar. Box
girder elegan dan ramping. Ekonomis dan estetika menyebabkan evolusi cantilevers pada sayap
atas. Dimensi sel dapat dipengaruhi oleh kondisi pratekan.
Jembatan balok box beton umumnya dipadukan dengan sistem prategang (gambar 2.4
dan 2.5). Konsep prategang adalah memberikan gaya tarik awal pada tendon sebagai tulangan
tariknya serta memberikan momen perlawanan dari eksentrisitas yang ada sehingga selalu
tercipta tegangan tekan baik serat atas maupun bawah yang besarnya selalu dibawah kapasitas
tekan beton. Struktur akan selalu bersifat elastic karena beton tidak pernah mencapai tegangan
tarik dan tendon tak pernah mencapai titik plastisnya.

Gambar 2.4 Longitudinal Prestressing Tendon

Gambar 2.5 Transverse Internal Prestressing Tendon


Untuk posisi tendon disesuaikan dengan kebutuhan exsentrisitas yang dapat menghasilkan
momen yang dapat mengimbangi momen yang terjadi akibat beban

2.3 Metode Pelaksanaan


Metode pelaksanaan jembatan box girder juga kompleks dan bervariatif tergantung dari
keadaan tanahnya, jenis tendon pratekannya apakah internal prestressing atau external
prestressing, tergantung juga lekatan kabel dengan beton apakah bonded ataukah unbounded,
pengaturan bentangan jembatan apakah menerus atau bentang sederhana, tinggi elemen box
girder apakah bervariasi atau constant serta proses pelaksanaan di lapangan apakah cor
ditempat atau pracetak.

Gambar 2.7 Balok Box Pracetak

Metode pelaksanaan yang umum digunakan adalah metode konvensional dengan


perancah, balance cantilever, atau kombinasinya, dan incremental launching.
Gambar 2.8 Pelaksanaan Box Girder dengan Perancah
Gambar 2.9 Pelaksanaan Box Girder dengan Metode Balance Cantilever

2.4 Kelebihan Box Girder


Dalam beberapa tahun terakhir jembatan beton sudah banyak digunakan sebagai solusi
estetika dan ekonomi. Kekakuan torsial yang sangat besar tertutup bagian plat lantai box girder
yang memberikan struktur di bawahnya lebih estetis. Lebih efisien untuk penampangnya
dikarenakan memliki berat struktur yang lebih ringan. Secara interior jembatan box girder
dapat digunakan untuk mengakomodasi layanan seperti pipa gas, air, instalasi listik, dan lain-
lain. Untuk bentang besar flens bawah dapat digunakan sebagai dek lain yang bisa digunakan
untuk mengakomodasi lalu lintas juga. Pemeliharaan box girder lebih mudah. Box girder
memiliki nilai efisiensi structural tinggi yang dapat meminimalkan kekuatan pretessing yang
diperlukan untuk menahan momen lentur yang diberikan. Melihat kelebihan ini balok box
cocok digunakan pada jembatan bentang sedang dan jembatan bentang panjang, jembatan
yang terdapat beban exsentris yang menimbulkan torsi dan jembatan yang melengkung.

2.5 Jembatan Box Girder Tukad Bangkung


Salah satu penerapan Jembatan Box Girder adalah Jembatan Tukad Bangkung di Desa
Plaga, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung, Bali yang diresmikan penggunaannya pada
tanggal 19 Desember 2006 merupakan jembatan yang menghubungkan tiga kabupaten,
masing-masing Badung,Bangli,dan Buleleng. Jembatan ini memiliki ketinggian konstruksi
71,14 meter dan tahan terhadap gempa berkekuatan hingga 7 Skala Richter dengan panjang
hingga 360 meter serta lebar 9,6 meter dengan struktur atasnya box girder. Merupakan yang
terpanjang keenam di Indonesia, terpanjang di Bali, dan merupakan salah satu yang tertinggi
di Asia.
Jembatan yang diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini berfungsi
menggantikan jalur wisata lama yang menghubungkan ruas jalan Denpasar, Sangeh, Petang,
dan Kintamani-Bangli yang letaknya berada 500 meter di arah selatan Jembatan Tukad
Bangkung. Jalur lama selain kondisinya kurang bagus juga memiliki kemiringan hingga 40
derajat alias sangat terjal sehingga sulit dilalui oleh kendaraan besar seperti truk atau bis wisata
yang banyak melintas ke daerah wisata ini. Pembangunan Jembatan Tukad Bangkung sekaligus
memangkas jarak tempuh di jalur lama sepanjang 6 kilometer.
Jembatan Tukad Bangkung dibangun dengan menggunakan teknologi balanced
cantilever, dengan estimasi usia pakai selama 100 tahun. Tampilan jembatan yang dibangun
semenjak tahun 2001 ini didesain mirip dengan jembatan konvensional lainnya di Bali dan
tidak dibangun menggunakan atap di atasnya dengan alasan supaya tidak mengurangi
pemandangan di sekitarnya. Diperlukan dana Rp 49 miliar lebih untuk membangun Jembatan
Tukad Bangkung dengan dana yang murni berasal dari APBD Provinsi Bali.
Gambar 2.10 Rencana Jembatan Tukad bangkung

2.7 Tahapan Pekerjaan


Pekerjaan jembatan tukad bangkung terdiri ndari dua tahap pengerjaan. Pada tahap 1
menghabiskan dana sebesar Rp. 26.254.000.000 sedangkan untuk tahap ke-2 menghabiskan
dana sebesar Rp 23.676.115.000,00 . nilai tersebut sudah termasuk PPN 10 % .

2.7.1 Pekerjaan Tahap I


Pekerjaan tahap 1 jembatan box girder tukad bangkung terdiri dari beberapa pekerjaan
yaitu:
1. Abutmen 2 buah dengan pondasi tiang pancang berdiameter 60 cm
2. Pondasi caisson diameter 9 m dengan casing secant pile di 3 lokasi pilar.
3. Pile cap 12m x12m x 3m , pilar 3 buah dengan tampang twin leg rectangle.
4. Hammer head sampai step ke- 2 pada 3 pilar.
Gambar 2.11 Pondasi Caison dengan Secant Pile
Pada pekerjaan pondasi yang dilakukan pertama adalah pembuatan guide wall sebagai
dinding pengarah dalam pengeboran, setelah itu dilakukan pengeboran untuk memasang secant
pile, pengeboran pertama dilakukan dengan bor berdiameter 88 cm sebanyak 22 buah dengan
urutan ganjil-ganjil dengan kode P1,P2, sampai P43secara bertahap seperti terlihat pada
gambar 2.11, kemudian dicor dengan beton K-300 tanpa tulangan agar dapat dibor dalam
pengeboran yang ke dua. Segera sebelum beton benar-benar mengeras dilakukan pengeboran
yang ke dua dengan diameter bor 88 cm sebanyak 22 buah menggunakan urutan genap-genap
dengan kode S2,S4, sampai S44 secara bertahap. Lubang-lubang ini dicor dengan beton K-300
menggunakan 16 tulangan diameter 22mm dengan sengkang spiral. Pasangan secant pile ini
membentuk ikatan seperti puzzle yang saling mengaitkan diri satu sama lain. Setelah beton
secant pile kering dilanjutkan dengan pekerjaan galian caiison.Kedalaman caisson P1=32 m,
P2= 27m, P3= 37m.Alat yang digunakan adalah PC 50-75, Crawler Crane 35 ton, Dump Truck,
Bucket, Braker, Blower dan Genset. Pemasangan steel waller dengan interval kedalaman 6 m
yang berfungsi menahan secant pile tetap pada posisinya.
Gambar 2.12 Pemasangan steel waller

Pembesian secara pre pabrication, diangkat dengan crawler crane.Pekerjaan isian caisson
dengan beton K-250 dari kedalaman -10 m ke bawah, sedangkan -10 m sampai bottom pile
menggunakan mutu beton yang lebih baik yaitu K-400, karena pada daerah ini akan dipasang
tendon setengah lingkaran untuk akomodasi kebutuhan stressing pile cap yaitu pada kedalaman
– 3m.
Gambar 2.13 Stressing Tendon Pile Cap pada Caisson

Pile cap berukuran panjang 12m, lebar 12m dan tinggi 3m. menggunakan mutu beton
K-500 dengan stressing tendon yang terlihat seperti gambar 2.14
Gambar 2.14 stressing Tendon pile cap

Terdapat tiga pilar pada jembatan ini dengan ketinggian yang berbeda Tinggi Pilar P1
setinggi 51,84m, P2 setinggi 71,14m, dan pilar P3 setinggi 33.49m. Pekerjaan pilar dilakukan
segmental dengan climbing system formwork. pekerjaan pilar terdiri dari pekerjaan pembesian,
ducting, cor beton.Mutu beton yang digunakan adalah adalah K-500.
Gambar 2.15 Pekerjaan Pilar dengan climbing system formwork

2.7.1 Pekerjaan Tahap II


Pekerjaan Tahap 1 sampai pada pekerjaan Hammer Head step ke 2 , pekerrjaan di
lanjutkan dengan pekerjaan tahap ke 2 yang meliputi pekerjaan
1. Pekerjaan Hammer head step ke-3 pada 3 buah pilar.
2. Pekerjaan Box girder.
3. Pekerjaan asesoris jembatan, perkerasan jalan, sebagian abutmen.
Hammer head jembatan tukad bangkung memiliki panjang 12 m dan tinggi 7,5m dan
dengan penutup strand pilar seterbal 1,5m seperti terlihat pada gambar 2.16
Gambar 2.16 Potongan Memanjang Hammer head

Balok box pada jembatan tukad bangkung menggunakan single sel balok box dengan
tinggi yang bervariasi. Pada daerah tumpuan pilar tinggi balok box maksimum yaitu 7,5 m
sedangkan pada tengah bentang antara pilar dan juga pada daerah abutmen tinggi balok box
minimum yaitu 3,03m seperti pada gambar 2.17.

Gambar 2.17 Balok Box dengan Tinggi Bervariasi


Gambar 2.18 Penampang Melintang Balok Box Jembatan Tukad bangkung

Pada daerah tumpuan (pilar), balok box dibuat lebih tinggi karena gaya geser dan momen yang
terjadi di daerah tumpuan lebih besar dari pada gaya geser dan momen yang terjadi pada balok
tengah, untuk daerah abutmen perletakan yang dipakai adalah perletakan sendi atau rol yang
momennya adalah ndol, maka pada daerah tinggi balok box yang dibutuhkan tidak setinggi
balok box pada tumpuan. Selain itu pengerjaan balok box pada jembatan tukad bangkung
menggunakan sistem segmental balance cantilever seperti gambar 2.18.
Gambar 2.19 Pengerjaan Balok Box Sistem Segmental Balance Cantilever

Pada Sistem Segmental Balance Cantilever ini blaok box precast dipasang segmen demi
segmen sebagai kantilever di kedua sisi agar saling mengimbangi sehingga momen yang terjadi
pada pilar dapat di minimalkan. Pada proses pengerjaan Segmental Balance Cantilever ini
momen pada tumpuan pilar paling besar layaknya diagram momen pada setruktur kantilever
sehingga pada tumpuan pilar memerlukan tinggi balok box yang lebih besar untuk menahan
momen yang ditimbulkan saat pengerjaan. Sistem Segmental Balance Cantilever ini dipililih
karena elevasi balok box mencapai 71,14 m yang tidak memungkinkan untuk menggunakan
sistem perancah.
Balok box dipasang segmen demi segmen dengan sequence normal 10 hari. Balok box
menggunakan mutu beton K-500 dengan Stressing 75 % UTS (Ultimate Tension Strength).
Stressing dua arah untuk arah memanjang dengan ke dua angkur hidup-hidup dan stressing satu
arah untuk arah melintang dengan ankur hidup-mati.

http://uptodateproperty.blogspot.co.id/2015/08/jembatan-balok-box.html

Mengenal Jembatan Box Girder


Posted by: fadlyfauzie on: Desember 2, 2012

 In: catatan kuliah | teknik sipil


 9 Comments
JEMBATAN BOX GIRDER

Jembatan box girder adalah sebuah jembatan dimana struktur atas jembatan terdiri dari balok-
balok penopang utama yang berbentuk kotak berongga. Box girder biasanya terdiri dari elemen
beton pratekan, baja structural, atay komposit baja dan beton bertulang. Bentuk penampang
dari box girder umumnya adalah persegi atau trapezium dan dapat direncanakan terdiri atas 1
sel atau banyak sel.

Salah satu keuntungan dari jembatan box girder yaitu ketahanan torsi yang lebih baik, yang
sangat bermanfaat untuk aplikasi jembatan yang melengkung. Tinggi elemen box girder dapat
dibuat constant maupun bervariasi, makin ke tengah makin kecil.
Jembatan box girder beton umumnya dipadukan dengan system prategang. Konsep prategang
adalah memberikan gaya tarik awal pada tendon sebagai tulangan tariknya serta memberikan
momen perlawanan dari eksentrisitas yang ada sehingga selalu tercipta tegangan total negative
baik serat atas maupun bawah yang besarnya selalu dibawah kapasitas tekan beton. Struktur
akan selalu bersifat elastic karena beton tidak pernah mencapai tegangan tarik dan tendon tak
pernah mencapai titik plastisnya.

Metode pelaksanaan jembatan box girder juga kompleks dan bervariatif tergantung dari
keadaan tanahnya, jenis tendon pratekannya apakah internal prestressing atau external
prestressing, tergantung juga lekatan kabel dengan beton apakah bonded ataukah unbounded,
pengaturan bentangan jembatan apakah menerus atau bentang sederhana, tinggi elemen box
girder apakah bervariasi atau constant serta proses pelaksanaan di lapangan apakah cor
ditempat atau pracetak.

Metode pelaksanaan yang umum digunakan adalah metode konvensional dengan perancah,
balance cantilever, atau kombinasinya, dan incremental launching.
konvensional menggunakan falsework

incremental erection
cantilever

Abutmen/ Kepala Jembatan

Bangunan bawah jembatan yang terletak pada kedua ujung jembatan yang berfungsi memikul
reaksi beban pada ujung jembatan dan dapat juga berfungsi sebagai dinding penahan tanah.

Pilar

Perencanaan pilon merupakan hal yang sangat penting dan mendasar yang akan mempengaruhi
estetika, keekonomisan serta perilaku struktur dari jembatan. Pilon akan menerima gaya dari
gelagar. Secara prinsip pemakaian beton pada pilon mempunyai dasar yang kuat mengingat
akan mengalami gaya tekan yang besar.

Pilar untuk jembatan box girder beton akan menerima gaya yang besar akibat bentang jembatan
yang besar serta berat box girder itu sendiri. Penampang pilar dapat dibuat massif ataupun
berongga.
Gelagar

Bentuk penampang dari box girder umumnya adalah persegi atau trapezium dan dapat
direncanakan terdiri atas 1 sel atau banyak sel
Lock Up Device

Fungsi dari lock up device adalah untuk memberikan suatu hubungan yang kaku (rigid link)
antara dek jembatan dengan abutmrn atau pilar jembatan, sehingga pada akibat beban yang
cepat dangan durasi yang pendek seperti gempa, tabrakan, rem, gaya tersebut akan disalurkan
ke perletakan. Akibat beban yang terjadi perlahan-lahan seperti suhu, susut dan rangkak, maka
tidak terjadi hubungan kaku sehingga tidak terjadi penyaluran gaya.

Modular Expansion Joint

Sebagaimana umumnya jembatan bentang panjang, pergerakan pada dek jembatan akan selalu
terjadi dan harus diakomodasi dengan baik. Untuk mengakomodasi pergerakan yang relative
besar tersebut. Umumnya digunakan expansion joint tipe modular. Gambar dibawah
menyajikan tipikal Expansion Joint tipe modular yang umum digunakan.
Mechanical Bearing

Sebagaimana umumnya jembatan bentang panjang, gaya-gaya pada perletakan akan memiliki
magnitude yang besar. Untuk itu tipe perletakan yang digunakan pada jembatan bentang
panjang adalah perletakan yang mempunyai kemampuan menahan gaya yang besar. Tipe
perletakan mekanik seperti pot bearing dan spherical bearing umum digunakan pada jembatan
bentang panjang.
https://fadlyfauzie.wordpress.com/2012/12/02/mengenal-jembatan-box-girder/

Anda mungkin juga menyukai