PERATURAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM WIRADADI HUSADA SOKARAJA
NOMOR :…./PER/DIR/RSWH/08/2017
TENTANG
PEDOMAN PENGORGANISASIAN TIM CODE BLUE
Tembusan Yth:
1. Tim Code Blue
2. Manajer Pelayanan Medis
3. Manajer Penunjang Medis
4. Manajer Pelayanan Umum
5. Ketua Komite Mutu dan Keselamatan Pasien
6. Kepala Instalasi di RSU Wiradadi Husada
7. Arsip
Lampiran Surat Keputusan Direktur RSU Wiradadi Husada
Nomor : …/SK/DIR/RSWH/08/2017
Tentang : Pedoman Pengorganisasiam Tim Code Blue
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala berkat dan
anugerah yang telah diberikan kepada penyusun, sehingga Pedoman Pengorganisasian Tim
Code Blue RSU Wiradadi Husada ini dapat selesai disusun. Pedoman Pengorganisasian Tim
Code Blue Rumah Sakit ini merupakan panduan kerja bagi semua pihak yang terkait dengan
code blue di Rumah Sakit.
Penyusun menyampaikan terima kasih atas bantuan semua pihak yang telah membantu
dalam menyelesaikan Pedoman Pengorganisasian Tim Code Blue.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN.............................................................................................. 1
BAB II. GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT......................................................... 3
BAB III. VISI, MISI, FALSAFAH, NILAI, DAN TUJUAN RUMAH SAKIT............ 6
BAB IV. STRUKTUR ORGANISASI RUMAH SAKIT............................................... 8
BAB V. STRUKTUR ORGANISASI UNIT KERJA................................................... 9
BAB VI. URAIAN JABATAN.......................................................................................... 10
BAB VII. TATA HUBUNGAN KERJA............................................................................. 13
BAB VIII. POLA KETENAGAAN DAN KUALIFIKASI PERSONIL.......................... 14
BAB IX. KEGIATAN ORIENTASI................................................................................. 15
BAB X. PERTEMUAN/ RAPAT........................................................................................ 16
BAB XI. PELAPORAN..................................................................................................... 17
1
BAB I
PENDAHULUAN
Penyebab tersering dari cardiac arrest adalah penyakit jantung koroner. WHO
menerangkan bahwa penyakit jantung, bersama-sama dengan penyakit infeksi dan kanker
masih tetap mendominasi peringkat teratas penyebab utama kematian di dunia. Cardiac arrest
dapat dipulihkan jika tertangani segera dengan cardiopulmonary resuscitation dan defibrilasi
untuk mengembalikan denyut jantung normal. Kesempatan pasien untuk bisa bertahan hidup
berkurang 7 sampai 10 % pada tiap menit yang berjalan tanpa cardiopulmonary resuscitation
(CPR) dan defibrilasi.
Inti dari penanganan cardiac arrest adalah kemampuan untuk bisa mendeteksi dan
bereaksi secara cepat dan benar untuk sesegera mungkin mengembalikan denyut jantung ke
kondisi normal untuk mencegah terjadinya kematian otak dan kematian permanen.
Penanganan secara cepat dapat diwujudkan jika terdapat tenaga yang memiliki kemampuan
dalam melakukan chain of survival saat cardiac arrest terjadi. Keberadaan tenaga inilah yang
selama ini menjadi masalah/pertanyaan besar, bahkan di rumah sakit yang notabene banyak
terdapat tenaga medis dan paramedis. Tenaga medis dan paramedis di Rumah Sakit
sebenarnya sudah memiliki kemampuan dasar dalam melakukan life saving, akan tetapi belum
semuanya dapat mengaplikasikannya secara maksimal. Dan seringkali belum terdapat
pengorganisian yang baik dalam pelaksanaannya. Masalah inilah yang kemudian
memunculkan terbentuknya tim reaksi cepat dalam penanganan arrest segera,yang disebut
Code Blue.
Code blue merupakan salah satu kode prosedur emergensi yang harus segera diaktifkan
jika ditemukan seseorang dalam kondisi cardio respiratory arrest di dalam area rumah sakit.
Code Blue Response Team atau Tim Code Blue adalah suatu tim yang dibentuk oleh rumah
sakit yang bertugas merespon kondisi code blue di dalam area rumah sakit. Tim ini terdiri dari
dokter dan perawat yang sudah terlatih dalam penanganan kondisi cardiac respiratory arrest.
Resusitasi jantung paru merupakan serangkaian tindakan untuk meningkatkan daya tahan
hidup setelah terjadinya henti jantung. Meskipun pencapaian optimal dari resusitasi jantung
paru ini dapat bervariasi, tergantung kepada kemampuan penolong, kondisi korban, dan
sumber daya yang tersedia, tantangan mendasar tetap pada bagaimana melakukan resusitasi
jantung paru sedini mungkin dan efektif.
Bantuan Hidup Dasar (BHD) menekankan pada pentingnya mempertahankan sirkulasi
dengan segera melakukan kompresi sebelum membuka jalan napas dan memberikan napas
2
bantuan. Perubahan pada siklus bantuan hidup dasar menjadi C-A-B (compression-airway-
breathing) ini dengan pertimbangan segera mengembalikan sirkulasi jantung sehingga perfusi
jaringan dapat terjaga.
Rantai pertama pada rantai kelangsungan hidup (the chain of survival) adalah mendeteksi
segera kondisi korban dan meminta pertolongan (early access), rantai kedua adalah resusitasi
jantung paru (RJP) segera (early cardiopulmonary resuscitation), rantai ketiga adalah
defibrilasi segera (early defibrillation), rantai keempat adalah tindakan bantuan hidup lanjut
segera (early advanced cardiovascular life support) dan rantai kelima adalah perawatan paska
henti jantung (post cardiac-arrest care).
3
BAB II
GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT
1. Pelayanan medis didukung oleh spesialis yang telah kompeten dan memiliki
kewenangan di bidangnya. Pelayanan spesialistik yang dapat ditangani oleh RSU
Wiradadi Husada di antaranya: Penyakit Dalam
2. Anak
3. Obstetri dan Ginekologi
4. Bedah Umum
5. Bedah Ortopaedi dan Traumatologi
6. Bedah Urologi
7. Telinga-Hidung-Tenggorok dan Bedah Kepala Leher
8. Kedokteran Jiwa
9. Paru
10. Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi
11. Saraf
12. Jantung dan Pembuluh Darah
Pelayanan medis didukung oleh penunjang medis di Instalasi Radiologi (oleh Dokter
Spesialis Radiologi) dan Instalasi Laboratorium (oleh Dokter Spesialis Patologi Klinik).
Pelayanan Patologi Anatomi bekerja sama dengan Dokter Spesialis Patologi Anatomi.
Pelayanan Gigi di RSU Wiradadi Husada dilakukan oleh Dokter Gigi dan Dokter Gigi
Spesialis. Pelayanan Dokter Gigi Spesialis dilakukan oleh Dokter Gigi Spesialis
Prostodhonsi.
Pelayanan Dokter Umum di Instalasi Rawat Jalan dan Instalasi Rawat Inap dilakukan
oleh dokter jaga. RSU Wiradadi Husada bekerja sama dengan Badan Narkotika Nasional
Kabupaten Banyumas dalam penanganan pasien NAPZA. Pelayanan BNN di RSU
Wiradadi Husada dilakukan oleh Dokter Umum yang telah mengikuti pelatihan dari BNN.
Dari sisi finansial seluruh kegiatan rumah sakit dibedakan menjadi ”profit centre” dan
”cost centre”. Profit centre dibagi menjadi lima instalasi, yaitu:
1. Instalasi Gawat Darurat
2. Instalasi Rawat Jalan
3. Instalasi Rawat Inap
4. Instalasi Terapi Intensif dan Recovery Room
5. Instalasi Maternal dan Perinatal
6. Instalasi Bedah Sentral.
7. Instalasi Laboratorium.
8. Instalasi Radiologi.
5
9. Instalasi Farmasi.
Sedangkan cost centre terdiri dari:
1. Departemen Pendukung
a. Instalasi Kesling, CSSD, dan Laundry
b. Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit
c. Instalasi Gizi
d. Bagian Kerohanian
e. Instalasi Rekam Medik
2. Departemen Administrasi dan Umum
a. Bagian Administrasi
b. Bagian Keuangan dan Akuntansi
c. Bagian Humas dan Marketing
d. Bagian PSDI dan Diklat
e. Bagian Rumah Tangga
3. Nilai-nilai Pelayanan
a. Profesionalism: memberikan pelayanan sesuai standard sehingga menghasilkan
layanan yang berkualitas, aman, akurat, tepat dan dapat dipertanggungjawabkan.
b. Intimacy: wujud perhatian pada pelanggan secara ikhlas, tulus dan berkesan.
c. Communicative: proses interaksi dua arah secara efisien, efektif dan informatif
dengan sopan dan ramah.
BAB IV
9
BAB V
STRUKTUR ORGANISASI UNIT KERJA
Eko Karyoto
PELAKSANA
Sumanto
PELAKSANA
Arianto
PELAKSANA
Risky Edi P
PELAKSANA
12
BAB VI
URAIAN TUGAS
Kualifikasi Tenaga:
- Pendidikan minimal D3 dibidang kesehatan dengan masa kerja 3 tahun di bidang
CSSD
- Pernah mengikuti kursus tambahan tentang CSSD
- Dapat bekerja baik dalam berbagai kondisi
3. Staff CSSD
Uraian Tugas dan Tanggung Jawab:
- Bertanggung jawab terhadap kepala CSSD
- Tidak alergi terhadap bahan – bahan yang digunakan di CSSD
- Dapat mengerti perintah dan menerapkanya menjadi aktivitas
- Dapat menerapkan apa yang sudah di ajarkan
- Mengikuti Standart Operasional Prosedur yang telah dibuat
- Dapat menjalankan pekerjaan baik perintah langsung maupun tidak langsumg / telepon
- Dapat mengerjakan pekerjaan rutin / berulang – ulang yang relatif “membosankan”
- Dapat menerima tekanan kerja dan kadang – kadang lembur
- Memakai pelindung seperti apron, masker, penutup kepala, sandal khusus, kaca mata
pelindung dan sarung tangan.
- Memelihara peralatan yang ada di CSSD, alat dan bahan steril
Kualifikasi Tenaga :
- Minimal Llulusan SMA / SMU / SMEA yang berpengalan atau tidak berpengalaman
- Harus mengikuti pelatiahan CSSD yang bersertifikat
- Dapt bekerja dengan cepat
- Mempunyai keterampilan yang baik
- Mempunyai sikapyang baik
- Disiplin dalam mengerjakan tugas keseharian
Kesimpulanya bahwa tenaga yang bertugas di pusat sterilisasi pada rumah sakit harus
mampu untuk memberikan pelatiha teknis tentang pelayanan CSSD di rumah sakit
BAB VII
TATA HUBUNGAN KERJA
1. Logistik Farmasi
Kebutuhan penunjang alat kesehatan CSSD diperoleh dari bagian logistik farmasi dengan
menggunakan form permintaan
14
2. Logistik Umum
Kebutuhan alat-alat rumah tangga dan alat tulis kantor di CSSD, diperoleh dari
logistik umum dengan menggunakan form permintaaan
3. Kamar Operasi ( O K )
Sebagian besar Alat yang di gunakan untuk kebutuhan operasi, semuanya di
sterilkan di CSSD dengan cara serah terima untuk dekumentasi dari mulai alat kotor
sampai alat steril yang kembalkan lagi ke ruangan operasi untuk di gunakan kembali
4. Ruangan Rawat Jalan dan Rawat Inap
Kebutuhan alat atau instrumen habis pakai seperti set Angkat jahitan, Set angkat
perban, dan set ganti balut dibersihkan dan disterilkan di CSSD, dengan cara
pendokumentasian menggunakan buku ekspedisi atau buku serah terima alat dan
instrumen.
15
BAB VIII
POLA KETENAGAAN DAN KUALIFIKASI PERSONIL
BAB IX
KEGIATAN ORIENTASI
BAB X
PERTEMUAN RAPAT
A. Pengertian
Rapat merupakan suatu pertemuan yang terdiri dari beberapa orang yang memiliki
kepentingan dan tujuan yang sama untuk membicarakan atau memecahkan suatu masalah
tertentu.CSSD melakukan Rapat setiap akhir bulan dengan materi membahas kinerja mutu,
masalah dan pemecahanya dan evaluasi.
B. Tujuan
Dapat membantu terselenggaranya pelayanan Sterilisasi yang propesional di CSSD
C. Tujuan khusus
- Dapat menggali segala permasalahan terkait dengan pemberian pelayanan di CSSD
- Dapat menemukan jalan keluar atau pemecahan permasalahan
18
BAB XI
PELAPORAN
A. Pengertian
Pelaporan merupakan sistim atau metode yang dilakukan untuk melaporkan
segala bentuk kegiatan dokumentasi yang ada terkait dengan pemberian pelayanan
Sterilisasi CSSD.
B. Jenis Laporan
- Laporan di buat oleh Penanggung Jawab CSSD
- Jenis laporan yang dikerjakan terdiri dari :
1. Laporan Harian
Laporan ini dibuat secara tertulis oleh Penanggung Jawab shift setiap hari dan
pada setiap shift.mengenai : Jumlah Operasi , Jumlah Cycle mesin, jumlah item
steril ,Serta keadaan yang terjadi pada pasien pada shift Pagi dan siang
Laporan Bulanan
Laporan bulanan dibuat oleh dalam bentuk tertulis setiap bulannya dan
diserahkan kepada Kepala Departemen Pelayanan Medik , paling telat setiap
tanggal 10 bulan berjalan. Adapun hal-hal yang dilaporkan adalah
- Jumlah Cycle mesin, jumlah item steril, pemakaian alkes selama 1 bulan
- Perbandingan Jumlah Cycle mesin, jumlah item steril, pemakaian alkes dengan
periode sebelumnya
- Masalah dan tindakan evaluasi
- Rencana CSSD
2. Laporan Tahunan
Laporan yang dibuat oleh Penanggung Jawab CSSD dalam bentuk
tertulis setiap tahun dan diserahkan kepada Kepala Departemen Pelayanan Medik
tiap tanggal 5 Adapun hal-hal yang dilaporkan adalah :
- Jumlah Cycle mesin, jumlah item steril, pemakaian alkes selama 1 Tahun
- Perbandingan Jumlah Cycle mesin, jumlah item steril, pemakaian alkes dengan
periode sebelumnya
- Masalah dan tindakan evaluasi
- Rencana CSSD
19
BAB XII
PENUTUP
Sterilisasi merupakan salah satu bagian dari pencegahan infeksi nosokomial, karena
saat ini infeksi nosokomial merupakan persoalan serius bagi rumah sakit dan bagi
pasien. Dimana dapat menjadi penyebab langsung maupun tidak langsung kematian
pasien. Memang beberapa kejadian menunjukkan bahwa infeksi nosokomial tidak
menyebabkan kematian, namun menyebabkan pasien dirawat lebih lama sehingga
harus mengeluarkan biaya lebih banyak.
Oleh karena itu pelayanan sterilisasi sangat dibutuhkan dan berperan dalam
menekan kejadian infeksi nosokomial. Dengan adanya pedoman ini diharapkan
personel di CSSD dapat bekerja secara profesional, karena di dalam pedoman ini
terdapat ketentuan – ketentuan pelayanan sterilisasi. Selain itu personel di CSSD
hendaknya selalu mengasah diri dan mau berkembang dengan mengikuti pelatihan –
pelatihan sehingga tidak ketinggalan perkembangan ilmu pengetahuan tentang CSSD.