Anda di halaman 1dari 15

PENGALIHAN TUGAS

(ROTASI/MUTASI) KARYAWAN

No. Dokumen No. Revisi Halaman


1 - 1/3

Standar Prosedur Tanggal Terbit Ditetapkan


Direktur RSPP BETUN
Operasional

dr. Oktelin K. Kaswadie


Penata Muda Tk I
NIP : 198110162014122002
Pengertian 1. Rotasi : Pemindahan karyawan dari satu seksi
ke seksi yang lain, satu departemen ke
departemen lain, atau satu devisi ke devisi
yang lain dalam satu wilayah.
2. Mutasi : Pemindahan karyawan dari satu
lingkungan kerja ke lingkungan kerja lain (antar
wilayah).

Tujuan 1. Menciptakan sistem dan mekanisme kerja


yang baik guna tercapainya target kerja di
masing-masing Bagian.
2. Memberikan panduan kepada Person In
Charge (PIC) dalam menjalankan proses
Rotasi/Mutasi.

Kebijakan Mengacu pada Pedoman Bidang Sumber Daya


Manusia dan Perjanjian Kerja Bersama Rumah
Sakit Umum Penyangga Perbatasan Betun (RSUPP)

Prosedur PENJELASAN :
1. Atasan langsung mengajukan usulan
rotasi/mutasi kepada Ka. Devisi HRD/SDM
Rumah Sakit Umum Penyangga Perbatasan terkait dengan
adanya
kebutuhan rotasi/mutasi karyawan di unit
terkait dengan mengisi formulir perubahan
status pekerja.
2. Ka. Devisi HRD/SDM Rumah Sakit Umum Penyangga
Perbatasan
memastikan semua dokumen-dokumen
pendukung rotasi/mutasi karyawan sudah
lengkap, yaitu :
a. Formulir Perubahan Status Karyawan.
b. Deskripsi Jabatan.
3. Setelah semua dokumen pendukung
lengkap Ka. Devisi HRD/SDM Rumah Sakit Umum Penyangga
Perbatasan membawa usulan rotasi/mutasi
pekerja ke Wadir Pelayanan untuk dikaji
ulang.
a. Jika disetujui, maka proses berlanjut ke
tahap berikutnya.
b. Jika tidak disetujui, maka proses
rotasi/mutasi tidak dilakukan.
4. Wadir Pelayanan memberikan tanda tangan
pada formulir pengajuan rotasi/mutasi
sebagai tanda persetujuan rotasi/mutasi
pekerja.
5. Setelah semua dokumen mendapat
persetujuan dari Tim Manajemen maka Ka.
Devisi HRD/SDM Rumah Sakit Umum Penyangga Perbatasan
akan
membuat Surat Keputusan (SK)
rotasi/mutasi atas nama karyawan yang
bersangkutan dengan tanda tangan
persetujuan Direktur.
6. SK yang telah terbit diberikan pada
karyawan yang bersangkutan.

UNIT TERKAIT Seluruh Unit.


DOKUMEN Formulir Perubahan Status Pekerja.
TERKAIT
PEMERINTAH KABUPATEN MALAKA
RUMAH SAKIT PENYANGGA PERBATASAN (RSPP) BETUN
Jl. Sukabihanawa Nomor 2 DesaKamanasa, Kec, Malaka Tengah

BETUN KodePos 85762

SURAT KEPUTUSAN
No.
TENTANG
KEBIJAKAN ALIH TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB PEGAWAI
DIREKTUR RSU PENYANGGA PERBATASAN BETUN

MENIMBANG : a. bahwa dalam upaya pencapaian Visi dan Misi Rumah


Sakit Harapan Mulia diperlukan sumber daya manusia
yang berkualitas sehingga mendukung peningkatan
mutu dan keselamatan pasien;
b. bahwa salah satu aktifitas kepegawaian adalah melalui
alih tugas dan tanggung jawab pegawai perlu dibuat
mekanisme yang mendukung peningkatan mutu dan
keselamatan pasien;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam a dan b, perlu ditetapkan dengan Keputusan
Direktur Rumah Sakit Harapan Mulia tentang Kebijakan
Alih Tugas dan Tanggung Jawab Pegawai.
MENGINGAT : a. Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah
Sakit
b. Undang-Undang RI Nomor 36 tahun 2004 tentang
Kesehatan
c. Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 1996 tentang
Tenaga Kesehatan
d. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
755/MENKES/PER/IV/2011 tentang Penyelenggaraan
Komite Medis di Rumah Sakit Harapan Mulia
MEMPERHATIKAN : Bahwa perlu pemberlakuan Alih Tugas dan Tanggung
Jawab Pegawai Rumah Sakit guna kelancaran
pelayanan di RS. Harapan Mulia
MEMUTUSKAN

MENETAPKAN :

PERTAMA : Keputusan Direktur Rumah Sakit Harapan Mulia


tentang alih tugas pegawai.

KEDUA : Lampiran Keputusan Direktur tentang Kebijakan


tentang Alih Tugas Pegawai sebagaimana tercantum
dalam Lampiran Keputusan ini.

KETIGA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan


apabila di kemudian hari ternyata diperlukan
perbaikan
maka akan dilakukan perbaikan
sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Betun
Pada tanggal : ..................
Direktur RSUPP Betun

dr. Oktelin Kurniawati Kaswadie


PENATALAKSANAAN TENS
(Transcutaneus Electrical Nerve
Stimulation)

No. Dokumen No. Revisi Halaman


1 - 1/3

Standar Prosedur Tanggal Terbit Ditetapkan


Direktur RSPP BETUN
Operasional

dr. Oktelin K. Kaswadie


Penata Muda Tk I
NIP : 198110162014122002
Pengertian 1. TENS (Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation) merupakan
salah
satu alat terapi yang menggunakan arus listrik Menggunakan
elektroterapi frekuensi rendah dan stimulasi frekuensi tinggi untuk
merangsang saraf dengan tujuan mengurangi rasa sakit.
2. Indikasi
a. Keluhan nyeri otot,tendon, ligamen, kapsul, syaraf.
b. Keadaan hipertonus / spasme otot.
a. Kelemahan otot.
3. Kontra indikasi
a. Pasien dengan pacemaker pada jantung atau pasien dengan
penyakit
jantung.
b. Pasien epilepsi.
c. Kehamilan preterm.
d. Untuk mengurangi resiko menginduksi persalinan, TENS sebaiknya
tidak diletakan diatas uterus yang sedang membesar tersebut.
e. Digunakan diatas sinus karotis, mengingat resiko untuk terjadinya
akut hipotensi melalui reflek vasovagal.
f. Digunakan didalam mulut atau pada daerah kulit yang rusak atau
luka.
g. Elektroda tidak boleh digunakan pada area kelainan sensoris (pada
kasus lesi saraf, neuropati).
a. Penggunaan TENS harus diawasi ketat pada pasien dengan
stimulator medula spinalis atau pompa intratekal.

Tujuan Sebagai petunjuk bagi fisioterapis untuk memberikan pelayanan


fisioterapi dengan modalitas TENS.

Kebijakan Surat Keputusan Kepala RSUPP Betun Nomor Tentang


Pemberian Layanan Klinis.
Referensi Panduan Prosedur Operasional Fisioterapi Indonesia
Prosedur A. Alat :
a. Alat TENS
b. Kabel stop kontak

Langkah - Langkah 1. Petugas menghubungkan alat dengan kabel stop kontak.


2. Petugas memeriksa alat apakah bekerja dengan baik dan
mempersiapkan pad electroda bersihkan dan basahi dengan air / gel.
3. Petugas melakukan pemeriksaan pada pasien (anamnesa,
pemeriksaan
sensasi dan pemeriksaan khusus).
4. Petugas menjelaskan program terapi yang diberikan kepada pasien
seperti rasa yang timbul, waktu yang diperlukan, tujuan, indikasi
serta kontra indikasinya.
5. Petugas memposisikan pasien senyaman mungkin / comfortable.
(duduk di kursi, terlentang atau tengkurap di bed).
6. Petugas memastikan bagian atau area tubuh yang akan dilakukan
terapi
bersih dan kontak langsung dengan kulit.
7. Petugas melepaskan pad electroda yang menempel pada plastik
pad electroda.
8. Petugas memasang pad electroda sesuai dengan kondisi pasien.
a. Pemasangan pad electrodapada atau sekitar nyeri
Paint Point (atas bawah dari lokasi nyeri)
Cross (menyilang pada area nyeri)
Bracket (tepat pada lokasi nyeri)
b. Pemasangan pad electrodapada area dermatome
c. Pemasangan pad electrodapada segmen sumsum tulang belakang
(medulla spinalis)
d. Pemasangan pad electrodapada pleksus
e. Pemasangan pad electrodapada titik akupuntur / trigger point
9. Petugas mengatur dosis frekuensi dan intensitas (disesuaikan
dengan
toleransi pasien).
10. Petugas mengatur timer / waktu sesuai kebutuhan antara 10-15
menit.
11. Petugas menanyakan apakah dosis intensitas terapi yang
diberikan
sudah nyaman ataukah belum.
12. Petugas memberitahu kepada pasien bahwa terapi sudah selesai
jika
suara timer alat berbunyi (berhenti otomatis).
13. Petugas mengambil pad electroda dan mengembalikan alat
ketempat
semula.
14. Petugas membersihkan kulit pasien dengan menggunakan tisu /
handuk
pada area bekas ditempeli pad electroda.
15. Petugas menanyakan kepada pasien dan memeriksa
kemungkinan efek
samping.
16. Petugas mencatat tindakan dalam buku register Fisioterapi.
Hal-hal yang Observasi pasien selama pelaksanaan terapi tanyakan jika pasien
perlu mengeluhkan kurang atau lebihnya dosis intensitas terapi yang
diperhatikan diberikan.
Unit Terkait Unit Fisioterapi

Dokumen 1. Buku register Fisioterapi


Terkait
Rekaman No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl.mulaidiberl
Historis akukan
perubahan
TERAPI INFRA MERAH

No. Dokumen No. Revisi Halaman


1 - 1/3

Standar Prosedur Tanggal Terbit Ditetapkan


Direktur RSPP BETUN
Operasional

dr. Oktelin K. Kaswadie


Penata Muda Tk I
NIP : 198110162014122002
Pengertian 1. Pancaran gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang
7.700 – 4 juta Amstrong. Berdasarkan panjang gelombang maka infra
red dapat diklasifikan menjadi :
a. Gelombang panjang (non – penetrating)
Panjang gelombang di atas 12.000 A sampai dengan 150.000 A,
daya penetrasi sinar ini hanya sampai kepada lapisan superficial
epidermis, yaitu sekitar 0,5 mm.
b. Gelombang Pendek
Panjang gelombang antara 7.700 – 12.000 A. daya penetrasi
lebih dalam dari yang gelombang panjang, yaitu sampai sub
cutan kira – kira dapat mempengaruhi secara langsung terhadap
pembuluh darah kapiler, pembuluh darah lymphe, ujung – ujung
saraf dan struktur lain dibawah kulit.

Tujuan Sebagai pedomain petugas untuk melakukan pemberian infra merah


kepada pasien yang membutuhkan batuan obat dalam bentuk panas,
sehingga meningkatkan suplai darah, relaksasi otot, mengurangi /
menghilangkan rasa sakit, Menghilangkan sisa-sisa hasil
metabolisme
Kebijakan Surat Keputusan Kepala RSUPP Betun Nomor Tentang
Pemberian Layanan Klinis.
Referensi Panduan Prosedur Operasional Fisioterapi Indonesia
Prosedur 1. Persiapan Alat
Perlu dipersiapkan alat serta pemeriksaan alat antara lain meliputi
kebelnya, jenis lampu, besarnya watt. Pada umumnya generator non
luminous diperlukan waktu pemanasan sekitar 5 menit.
Untuk pengobatan lokal biasanya menggunakan reflector berbentuk
parabola yang di dalamnya hanya ada 1 bolam.Sedangkan untuk
general (misalnya punggung) dengan menggunakan beberapa lampu
yang di pasang pada reflector semi sekuler.
2. Persiapan penderita
Posisi penderita diatur seenak (confortable) mungkin disesuaikan
dengan daerah yang diobati. Posisinya bisa duduk, terlentang, atau
tengkurap. Daerah yang diobati bebas dari pakaian serta perlu
dilakukan test sensibilitas terhadap panas dan dingin. Test ini bisa
dilakukan dengan menggunakan tabung berisi air hangat dan dingin.
Bila terjadi gangguan sensibili panas dan dingin pada daerah tersebut,
maka pengobatan dengan infra merah
3. Pengaturan dosis ( pelaksanaan)
Pada penggunaan lampu luminous jarak antara 45-60 cm, Sinar
diusahakan tegak lurus dengan daerah yang diobati serta waktu
antara
10-15 menit. Pada penggunaan lampu luminous jarak lampu 35-45
cm.
Sinar diusahakan tegak lurus, waktu antara 10-30 menit disesuaikan
dengan kondisi penyakitnya.
4. Evaluasi
Hal ini bisa dilakukan penyinaran dengan sinar infra merah dan juga
saat penyinaran, apakah ada rasa panas terlalu tinggi atau, terlalu
banyak keringat keluar, hal ini harus dihindarkan.
Apabila waktu pengobatan selesai perlu dievaluasi lagi dan
dibandingkan dengan keadaan sebelumnya.
Langkah - Langkah 1. Petugas menghubungkan alat dengan kabel stop kontak.
2. Petugas memeriksa alat apakah bekerja dengan baik dan
mempersiapkan pad electroda bersihkan dan basahi dengan air / gel.
3. Petugas melakukan pemeriksaan pada pasien (anamnesa,
pemeriksaan
sensasi dan pemeriksaan khusus).
4. Petugas menjelaskan program terapi yang diberikan kepada pasien
seperti rasa yang timbul, waktu yang diperlukan, tujuan, indikasi
serta kontra indikasinya.
5. Petugas memposisikan pasien senyaman mungkin / comfortable.
(duduk di kursi, terlentang atau tengkurap di bed).
6. Petugas memastikan bagian atau area tubuh yang akan dilakukan
terapi
bersih dan kontak langsung dengan kulit.
7. Petugas melepaskan pad electroda yang menempel pada plastik
pad electroda.
8. Petugas memasang pad electroda sesuai dengan kondisi pasien.
a. Pemasangan pad electrodapada atau sekitar nyeri
Paint Point (atas bawah dari lokasi nyeri)
Cross (menyilang pada area nyeri)
Bracket (tepat pada lokasi nyeri)
b. Pemasangan pad electrodapada area dermatome
c. Pemasangan pad electrodapada segmen sumsum tulang belakang
(medulla spinalis)
d. Pemasangan pad electrodapada pleksus
e. Pemasangan pad electrodapada titik akupuntur / trigger point
9. Petugas mengatur dosis frekuensi dan intensitas (disesuaikan
dengan
toleransi pasien).
10. Petugas mengatur timer / waktu sesuai kebutuhan antara 10-15
menit.
11. Petugas menanyakan apakah dosis intensitas terapi yang
diberikan
sudah nyaman ataukah belum.
12. Petugas memberitahu kepada pasien bahwa terapi sudah selesai
jika
suara timer alat berbunyi (berhenti otomatis).
13. Petugas mengambil pad electroda dan mengembalikan alat
ketempat
semula.
14. Petugas membersihkan kulit pasien dengan menggunakan tisu /
handuk
pada area bekas ditempeli pad electroda.
15. Petugas menanyakan kepada pasien dan memeriksa
kemungkinan efek
samping.
16. Petugas mencatat tindakan dalam buku register Fisioterapi.
Unit Terkait Unit Fisioterapi

Rekaman historis perubahan

No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl.mulai


Diberlakukan
TERAPI ULTRASONIC

No. Dokumen No. Revisi Halaman


1 - 1/3

Standar Prosedur Tanggal Terbit Ditetapkan


Direktur RSPP BETUN
Operasional

dr. Oktelin K. Kaswadie


Penata Muda Tk I
NIP : 198110162014122002
Pengertian Adalah pelayanan dengan menggunakan getaran mekanik gelombang
suara
ultra frekuensi 1 atau 3 MHz.
Efek terapi:
- Untuk mengurangi ketegangan otot.
- Untuk mengurangi rasa nyeri.
- Untuk memacu proses penyembuhan collagen jaringan
- Dipilih untuk jaringan kedalaman kurang dari 5 cm.
Indikasi:
- Kondisi peradangan sub akut dan kronik
- Kondisi traumatic sub akut dan kronik
- Adanya jaringan parut (scar tissue) pada kulit sehabis luka
operasi atau luka bakar
- Kondisi ketegangan, pemendekatan dan perlengketan dan
perlengketan jaringan lunak (otot, tendon, dan ligamentum)
- Kodisi inflamasi kronik
Kontra indikasi:
- Jaringan lembut: mata, ovarium, testis, otak
- Jaringan yang baru sembuh, jaringan/granulasi baru
- Kehamilan; khusus pada daerah uterus
- Pada daerah yang sirkulasi darahnya tidak adekuat (tidak
mencukupi)
- Tanda-tanda keganasan
- Infeksi bakteri spesific.
Dosis:
- Intensitas rendah: < 0,3 Watt/cm2
- Intensitas sedang: 0,3 – 1,2 Watt/cm2
- Sub akut: intensitas 0,5 - 1 Watt/cm2 dengan waktu luas area
dibagi ERA menit. Pengulangan 1 x 1 hari serta seri 10 kali
- Kronik: Intensitas 1 - 2 Watt/cm2 dengan waktu luas area dibagi
ERA menit. Pengulangan 1 x 1 hari atau 1 x 2 hari, sehari 12 – 18
kali
- Dosis maximum: Intensitas 2-2.5 watt/cm2 sedang waktu 5-10 menit.

Tujuan Tersedianya acuan terapi Ultra sound bagi Fisioterapis yang


bekerja di RS
Kebijakan Surat Keputusan Kepala RSUPP Betun Nomor Tentang
Pemberian Layanan Klinis.
Referensi Panduan Prosedur Operasional Fisioterapi Indonesia
Prosedur Mesin Ultrasonik disiapkan dan elektrode di uji dengan ditetesi air.
- Pasien/klien diposisikan stabil dan rileks tiduran atau duduk.
- Lokasi bagian tubuh yang akan terapi terbebas dari pakaian, diatur
dalarn posisi terapi (relax atau terulur) yang nyaman tersangga.
- Diintruksikan kepada pasien/klien untuk tidak bergerak selama
terapi.
- Gunakan cairan sonogel atau media lain (air, gel
diklofenak/piroksikam, dll) sebagai media penghantar atau under
water.
- Hidupkan mesin, pilih menu Ultra sound, continous atau pulse,
pilih frekwensi pulse.
- Pilih dosis waktu sesuai dengan luas daerah yang diobati
1menit/cm2, dosis intensitas 1 - 3 W/cm2 sesuai dengan aktualitas
patologi.
- Sambil dilakukan fiksasi atau peregangan anggota yang diobati,
transducer digerakkan secara longitudinal atau sirkular.
- Periksa hasil intervensi dengan instrumen pengukuran yang sesuai
misalnya tonus, nyeri dll.
- Setelah selesai pengobatan bersihkan sisa gel dari permukaan yang
diobati dan pada transducer kemudian alat dimatikan.
- Pemberian ultrasonic kebanyakan dikombinasi dengan
mekanoterapi.
Teknik aplikasi:
- Metode Ultrasound
- Kontak Langsung
Paling banyak digunakan, perlu adanya media coupling
(Gel, water oil, pasta analgetik, water). Syarat media
coupling : harus steril, tidak terlalu cair, tidak terlalu
mudah diserap tubuh, tidak menimbulkan flek/pekat.
- Kontak tidak Langsung
Sub aqual (dalam air) di dalam air, hal ini dilakukan
bila regio yang akan diterapi areanya kecil dan tidak
rata permukaannya (trigger finger, Rheumathoid
Arthtritis jari-jari. kantong plastik/karet mengandung
air, kontak dipermukaan tubuh tidak rata, medium
antara sisi kantong – kulit, sisi kantong – tranduser
- Penentrasi terdalam dalam setiap media
- Tulang : Penentrasi 7 mm pada frekuensi 1 MHz
- Kulit : Penentrasi 36 mm pada frekuensi 1 MHz, pada 3 MHz 12 mm
- Tendon : Penentrasi 21 mm pada frekuensi 1 MHz, pada3 MHz 7
mm
- Otot : Penentrasi 30 mm pada frekuensi 1 MHz, pada 3 MHz 7
mm
- Lemak : Penentrasi 165 mm pada frekuensi 1 MHz, pada 3 MHz
55 mm
Unit terkait Fisioterapi terlatih

Anda mungkin juga menyukai