Anda di halaman 1dari 13

9.

4 Teori dan Model


Beberapa model matematika telah dikemukakan untuk memprediksi konduktivitas batuan dari
pengetahuan tentang komponennya. Semua bergantung pada pengetahuan dari konduktivitas
mineral, sehingga semua dimulai dengan keadaan yang sama. Masing-masing pengerjaan
formula matematika bertujuan untuk menghitung distribusi dari konduktivitas dalam matriks
material.
Jessop (1990)

9.4.1 Pendahuluan
Teori dan model untuk batuan sebagai penyusun material diarahkan pada kapasitas panas
spesifik dan konduktivitas panas. Difusivitas panas dapat diturunkan menggunakan Persamaan
(9.4).
Kapasitas panas spesifik sebagai bentuk skalar dapat dideskripsikan sebagai hubungan
rata-rata sederhana,
𝑛

𝑐𝑝 = ∑ 𝑉𝑖 . 𝑐𝑝,𝑖 (9.30)
𝑖=1

dimana 𝑉𝑖 adalah fraksi volum dari komponen 𝑖 dan 𝑐𝑝,𝑖 adalah kapasitas panas spesifik dari
komponen 𝑖. Hubungan tersebut sesuai untuk batuan yang terdiri dari 𝑛 komponen (mineral,
pore fluid)
Konduktivitasi panas sebagai tensor bergantung tidak hanya pada fraksi volum dan
konduktivitas panas dari komponen batuan, tetapi juga distribusinya, pada geometri dan
struktur internal, dan bergantung pada kondisi perpindahan panas saat terjadi kontak
diantaranya. Ciri yang kompleks ini membuat permasalahan dalam perlakuan teoritiknya
menjadi lebih sulit. Tabel 9.14 menunjukkan gambaran beberapa konsep model untuk
konduktivitas panas.
Bagian selanjutnya dalam bahasan ini merupakan gambaran dari dua kelompok model yang
berhubungan dengan konduktivitas panas:
1. Lapisan atau model yang berlapis, merupakan modifikasi dan perbandingan aturan
pencampuran.
2. Model inklusi.
Untuk perhitungan maju, persamaan model diberikan dalam bentuk lembaran excel
pada website http://www.elsevierdirect.com/companion.jsp?ISBN=9780444537966 (File
Panas)
9.4.2 Model Lapisan – Seri dan Paralel
Batuan yang terdiri dari 𝑛 komponen dapat diasumsikan dalam bentuk ideal pada kasus
sederhana sebagai sebuah model lapisan yang menggunakan konsep Voigt dan Reuss (lihat
Subbab 6.7). Lapisan-lapisan tersebut merepresentasikan komponen batuan individu.
Ketebalan relatif setiap lapisan diberikan oleh fraksi volum dari komponen batuan (lihat
Gambar 9.11)

Gambar 9.11 Model lapisan untuk perhitungan konduktivitas panas: kasus umum (A) dan batuan berpori
sederhana (B).

Hasilnya dalam “model paralel” (aliran panas paralel terhadap batas antar komponen)
dan “model seri” (aliran panas tegak lurus terhadap batas antar komponen). Persamaan untuk
kasus umum dari 𝑛 komponen adalah
𝑛

Model paralel 𝜆∥ = ∑ 𝑉𝑖 . 𝜆𝑖 (9.31)


𝑖=1
𝑛 −1

Model seri 𝜆⊥ = ⌈∑ 𝑉𝑖 . 𝜆−1 ⌉ (9.32)


𝑖=1

dimana 𝑉𝑖 adalah fraksi volum dan 𝜆𝑖 adalah konduktivitas panas pada komponen 𝑖.
Kedua persamaan merepresentasikan batas atas (𝜆∥ ) dan batas bawah (𝜆⊥ ) dari
konduktivitas panas untuk batuan dari komposisi yang diberikan.
Untuk batuan berpori yang terdiri dari matriks (ma) dan pore fluid (fl), persamaannya
menjadi:
Model paralel 𝜆∥ = (1 − 𝜙)𝜆𝑚𝑎 + 𝜙. 𝜆𝑛 (9.33)
Model seri 𝜆⊥ = ⌈(1 − 𝜙)𝜆−1 −1 1
𝑚𝑎 + 𝜙. 𝜆𝑛 ⌉ (9.34)

Ketergantungan porositas untuk model seri dan model paralel ditunjukan pada Gambar
9.12. Untuk ini dan kebanyakan plot lainnya, konduktivitas panas dari matriks suatu material
adalah 𝜆ma = 7.5 W m−1 K −1 (merepresentasikan quartz sandstone) dan 𝜆ma =
4.5 W m−1 K −1 (merepresentasikan carbonate), untuk the pore fluid water diasumsikan dengan
𝜆fl = 0.6 W m−1 K −1.

Gambar 9.12 Model lapisan – konduktivitas panas yang dihitung sebagai fungsi porositas. (A) Konduktivitas
panas dari matriks suatu material (quartz) 𝜆ma = 7.5 W m−1 K −1 , konduktivitas panas dari pore fluid (air) 𝜆fl =
0.6 W m−1 K −1 . (B) Konduktivitas panas dari matriks suatu material (carbonate) 𝜆ma = 4.5 W m−1 K −1 ,
konduktivitas panas dari pore fluid (air) 𝜆fl = 0.6 W m−1 K −1 (untuk perhitungan, kunjungi website
http://www.elsevierdirect.com/companion.jsp?ISBN=9780444537966 dan referensi panas. Model lapisan).

9.4.3 Model Lapisan – Modifikasi dan Perbandingan Aturan Pencampuran


Data yang ditentukan dengan eksperimen terletak diantara dua batas yang diberikan oleh model
seri dan model paralel. Terdapat perbedaan pengembangan teoritik untuk memperoleh
pendekatan yang terbaik antara nilai perhitungan dan nilai pengukuran:
1. Kombinasi sederhana dari dua model fundamental adalah rata-rata aritmatikanya:
𝜆∥ + 𝜆⊥
𝜆H = (9.35)
2
2. Model lainnya dengan ekspresi matematika sederhana adalah rata-rata geometrinya:
𝑛

𝜆geom = ∏(𝜆𝑖 𝑉𝑖 ) (9.36)


𝑖=1

Pada kasus batuan berpori, Persamaan (9.36) menjadi:

1−𝜙 𝜙
𝜆geom = 𝜆ma . 𝜆fl (9.37)

Gambar 9.12 juga menunjukkan kedua nilai rata-rata tersebut.


Hubungan fundamental untuk batas atas dan batas bawah (Persamaan (9.33) dan (9.34))
dapat juga dikombinasikan dengan cara yang berbeda sehingga jangkauan antara kurva pada
batas atas dan batas bawah diisi dengan variasi parameter tambahan (𝑎). Krischer dan Esdorn
(1965) telah menggabungkan dua model fundamental sebagai berikut:

−1
𝑎 1−𝑎
𝜆KE = [ + ] (9.38)
𝜆⊥ 𝜆∥

Gambar 9.13 menunjukkan perhitungan grafik dengan parameter 𝑎 sebagai kurva


parameter. Parameter 𝑎 mendeskripsikan fraksi volum dari mode seri yang berhubungan
dengan keseluruhan model yang dikombinasikan. Dengan variasi 𝑎 dari nilai minimumnya 𝑎 =
0 (identik dengan model paralel) dengan nilai maksimum 𝑎 = 1 (identik dengan model seri),
jangkauan antara dua perbedaan tersebut dijelaskan. Penulis mendeteksi kecenderungan untuk
parameter ini menurun dengan meningkatnya derajat kepadatan atau sementasi konstruksi
material. Gambar 9.13 memberikan perbandingan dengan data eksperimen untuk sandstone
dan marine clay. Secara jelas parameter 𝑎 adalah sebuah pengukuran dari “sementasi” dari
sedimen – ini menurun dengan meningkatnya kontak sementasi.
Cara lainnya adalah aplikasi dari penyederhanaan Licthenecker and Rother (1931) (lihat
Subbab 6.7) pada sifat panas. Untuk kasus umum 𝑛 komponen, hasilnya adalah

1
𝑛 𝛼
𝜆= [∑ 𝑉𝑖 (𝜆𝛼i )] (9.39)
𝑖=1

Persamaan tersebut adalah generalisasi dari beberapa persamaan individu. Sebagai contoh,
model paralel adalah 𝛼 = 1 dan model seri adalah 𝛼 = −1. Eksponen 𝛼 dapat diinterpretasikan
sebagai “parameter tekstur.”
Untuk batuan berpori, hasilnya adalah
1
𝜆 = [(1 − 𝜙)(𝜆𝛼min ) + 𝜙(𝜆𝛼fluid )]𝛼 (9.40)

Gambar 9.13 Aturan pencampuran setelah Krischer dan Esdorn (1956). Kurva dihitung dengan parameter 𝑎 dan
parameter inputnya 𝜆ma = 7.5 W m−1 K −1 dan 𝜆fl = 0.6 W m−1 K −1 (untuk perhitungan, kunjungi website
http://www.elsevierdirect.com/companion.jsp?ISBN=9780444537966 dan referensi panas. Model lapisan). Titik
data eksperimen untuk clean sandstone/Viking Graben (Brigaud et al, 1992) dan marine red clay (Ratcliffee,
1960).

Gambar 9.14 menunjukkan contoh perhitungan konduktivitas panas dihitung terhadap


porositas untuk eksponen 𝛼 yang berbeda. Variasi dari 𝛼 berisi ruang antara kurva maksimum
dan kurva minimum. Juga, untuk persamaan pencampurannya sebuah perbandingan dengan
data eksperimen yang diberikan (Gambar 9.14). Eksponen 𝛼 pada kasus tersebut dikontrol oleh
“sementasi”; untuk hasil sandstone 𝛼 = 0.0 − 0.5, dan untuk marine clay 𝛼 ≈ −1.0 − (−0.5).

Gambar 9.14 Aturan pencampuran setelah tergeneralisasi Persamaan (9.40). Parameter kurva adalah 𝛼 dan
parameter input adalah 𝜆ma = 7.5 W m−1 K −1 dan 𝜆fl = 0.6 W m−1 K −1 . Titik data eksperimen untuk clean
sandstone/Viking Graben (Brigaud et al., 1992) dan marine red clay (Ratcliffe 1960) (untuk perhitungan, kunjungi
website http://www.elsevierdirect.com/companion.jsp?ISBN=9780444537966 dan referensi panas. Model
lapisan).

Sebagai contoh untuk aplikasi pada batu polymineralic, Tabel 9.15 menunjukkan
perbandingan dari pengukuran dan perhitungan konduktivitas tiga sampel granite (Kirchberg
granite/Saxonia-Germany). Data yang terukur (Seipold, 1990) dibandingkan dengan:
 Perhitungan konduktivitas untuk model paralel dan model tegak lurus;
 Persamaan Krishcer – Esdorn dengan parameter 𝑎 untuk pendekatan terbaik;
 Secara umum persamaan Licthenecker dan Rother dengan eksponen 𝛼 untuk pendekatan
terbaik (kunjungi website
http://www.elsevierdirect.com/companion.jsp?ISBN=9780444537966 dan rujukan panas.
Model lapisan – 10 komponen).

Pengukuran konduktivitas adalah antara perhitungan ekstrim untuk model paralel dan
tegak lurus. Secara umum persamaan Krischer – Esdorn dan Lichtenecker – Rother sesuai
dengan data yang diadaptasi dari parameter 𝑎 dan 𝛼.
9.4.4 Model Inklusi – Inklusi Bola
Sebuah deskripsi sistematik dan diskusi dari berbagai pencampuran teori untuk sifat
batuan diberikan oleh Berryman (1995). Pada bab ini, model inklusi akan didiskusikan dengan
singkat.2 Studi awal dari model inklusi akan kembali ke Clausius – Mossotti, Maxwell –
Garnett dan lainnya; teori ditujukan pada perbedaan sifat (lihat Berryman, 1995; Parrott dan
Stuckes, 1975).
Untuk dua komponen komposit dengan inklusi bola (material 1) pada sebuah host
material (material 2), hasil untuk konduktivitas panasnya adalah

𝜆CM − 𝜆2 𝜆1 − 𝜆2
= 𝑉𝑖 (9.41)
𝜆CM + 2. 𝜆2 𝜆1 + 2. 𝜆2
dimana
𝜆CM adalah konduktivitas panas komposit (model Clausius – Mossotti)
𝜆1 adalah konduktivitas panas material inklusi
𝜆2 adalah konduktivitas host material
𝑉𝑖 adalah fraksi volum inklusi
Untuk batuan berpori yang terdiri dari substansi matriks sebagai host material dan
fluida sebagai inklusi pori bola, hasilnya adalah

𝜆CM − 𝜆ma 𝜆fl − 𝜆ma


=𝜙 (9.42)
𝜆CM + 2. 𝜆ma 𝜆fl + 2. 𝜆ma
dimana
𝜆fl adalah konduktivitas pore fluid
𝜆ma adalah konduktivitas dari panas matriks
𝜙 adalah porositas
Penyelesaian untuk𝜆CM dengan 𝜂 = 𝜆ma ⁄𝜆fl :

(2𝜂 + 1) − 2. 𝜙(𝜂 − 1)
𝜆CM = 𝜆ma (9.43)
(2𝜂 + 1) + 𝜙(𝜂 − 1)

Asumsi butiran mineral bola yang tersuspensi pada fluida memberikan hubungan:

𝜆CM − 𝜆fl 𝜆ma − 𝜆fl


= (1 − 𝜙) (9.44)
𝜆CM + 2. 𝜆fl 𝜆ma + 2. 𝜆fl
3𝜂 − 2. 𝜙(𝜂 − 1)
𝜆CM = 𝜆fl (9.45)
3 + 𝜙(𝜂 − 1)
2
Untuk detail studi tentang konsep teoritik dan model (teori medium efektif self-consistent, pendekatan
medium efektif penuruan), pembaca mungkin merujuk literatur khusus seperti Berryman (1994) dan Mavko dkk
(1998).

Dengan anggapan bahwa tidak ada pengaruh atau distorsi dari medan panas suatu
inluksi oleh beberapa inklusi disekitarnya, kita dapat menganggap bahwa:
 Persamaan (9.43) berguna terutama untuk batuan dengan porositas yang relatif kecil;
 Persamaan (9.45) berguna terutama untuk sedimen berpori tinggi (marine sediments).
Gambar 9.15 menunjukkan perbandingan perhitungan konduktivitas panas sebagai
fungsi porositas dengan data eksperimen.
Keterbatasan untuk kedua persamaan ditentukan oleh rasio 𝜂. Oleh Beck (1976),
Persamaan (9.43) diaplikasikan pada porositas sekitar 𝜙 = 0.15, jika 𝜂 ≥ 10. Pada kasus
Gambar 9.15, rasio 𝜂 sekitar 12.5.

Gambar 9.15 Model inklusi bola. Parameter masukan untuk kurva yang dihitung adalah 𝜆ma = 7.5 W m−1 K −1
dan 𝜆fl = 0.6 W m−1 K −1 . Titik data eksperimen untuk clean sandstone/Viking Graben (Brigaud et al., 1992) dan
marine red clay (Ratcliffe, 1960) (untuk perhitungan, kunjungi website d dan referensi panas. Model inklusi

Kemampuan model tidak terbatas untuk pencampuran material matriks padat dan
komposisi fluid pore. Model ini juga digunakan untuk pencampuran dua komponen padat yang
berbeda, seperti bola padat pada material padat lainnya atau semen. Pada kasus tersebut,
porositas harus disubtitusi dengan fraksi volum dari material lain atau cement. Kobranova
(1989) telah mengaplikasikan model inklusi secara berurutan untuk batu polymineralic.
Matriks padat pada kasus tersebut terutama terdiri dari 70% quartz, 20% feldspar, dan 10%
kaolinite. Pada tahap pertama, konduktivitas material padat dihitung untuk pencampuran
quartz – feldspar. Selanjutnya, material padat tersebut dikombinasikan dengan kaolinite, dan
tahap akhir, matriks tiga komponen tersebut dikombinasikan dengan material berpori.

9.4.5 Model Inklusi – Inklusi Nonspherical


Inklusi nonspherical digunakan untuk pemodelan pori-pori memanjang atau terutama
rekahan dengan bentuk dasar dari elipsoid. Elipsoid sebagai bentuk membutuhkan
implementasi dari eksponen depolarisasi 𝐿𝑎 , 𝐿𝑏 , 𝐿𝑐 sepanjang arah 𝑎, 𝑏, 𝑐 dari elipsoid dengan
kondisi:

𝐿𝑎 + 𝐿𝑏 + 𝐿𝑐 = 1 (9.46)
Inklusi elipsoid dapat mempunyai orientasi sumbu yang teratur, dan hasilnya anisotropi
atau terdistribusi secara acak (isotropi).

Elipsoid Selaras
Elipsoid selaras dapat digunakan untuk memodelkan rekahan batuan dengan orientasi rekahan
yang teratur. Untuk elipsoid selaras, Sen et al. (1981) menunjukkan bahwa diferensial efektif
untuk estimasi medium dengan inklusi elipsoid pada host material adalah

𝜆2 − 𝜆DEM 𝜆1 𝐿
( ).( ) = 𝑉1 (9.47)
𝜆2 − 𝜆1 𝜆DEM

dimana 𝜆DEM adalah konduktivitas panas batuan, 𝜆1 adalah konduktivitas host material, 𝜆2
adalah konduktivitas material inklusi, dan 𝑉1 adalah fraksi volum dari host material. 𝐿 adalah
eksponen depolarisasi dari inklusi.
Eksponen depolarisasi mengimplementasikan sebuah ketergantungan langsung dari
model perhitungan konduktivitas panas karena berhubungan dengan sumbu elipsoid. Referensi
untuk perhitungan eksak dari eksponen depolarisasi diberikan oleh, salah satunya, Beeryman
(1995). Terdapat juga nilai dan pendekatan untuk beberapa bentuk ekstrim (lihat Tabel 9.17):
Bola 𝐿𝑎 = 𝐿𝑏 = 𝐿𝑐 = 1⁄3
Jarum 𝐿𝑐 = 0 (untuk jarum dengan sumbu panjang); 𝐿𝑎 = 𝐿𝑏 = 1⁄2 (untuk jarum dengan
sumbu pendek)
Piringan 𝐿𝑐 = 1 (sepanjang sumbu pendek), 𝐿𝑎 = 𝐿𝑏 = 0 (sepanjang sumbu panjang)
Asumsi bahwa sistem rekahan mempunyai orientasi, konduktivitas panas harus
diformulasikan sebagai tensor. Penyederhanaan tensor untuk kasus bahwa sumbu elipsoid
bersesuaian dengan sumbu dari sistem koordinat Kartesian. Secara umum, tensor tersebut dapat
ditransformasikan kedalam beberapa orientasi oleh transformasi koordinat.
Seperti kasus pertama, kasus tersebut diasumsikan bahwa terdapat rekahan berbentuk
koin dengan sumbu elipsoid yang panjangnya a,b paralel dengan sumbu koordinat x,y.
Kemudian, komponen konduktivitas panas adalah solusi dari persamaan berikut:

𝐿𝑎
𝜆fl,fr − 𝜆DEM,𝑥 𝜆ma
Arah x dan y ( ).( ) =1−𝜙 (9.48)
𝜆fl,fr − 𝜆ma 𝜆DEM,𝑥
𝐿𝑐
𝜆fl,fr − 𝜆DEM,𝑧 𝜆ma
Arah z ( ).( ) =1−𝜙 (9.49)
𝜆fl,fr − 𝜆ma 𝜆DEM,𝑧

Maka, untuk beberapa aplikasi praktis, sebuah estimasi dari komponen depolarisasi
diperlukan. Sen (1981) merekomendasikan pendekatan berikut untuk objek seperti lempeng
(𝑎 = 𝑏 ≫ 𝑐):

𝜋 𝑐 𝜋
𝐿𝑐 = 1 − . =1− 𝛼 (9.50)
2 𝑎 2
dimana 𝛼 = 𝑐⁄𝑎 adalah rasio aspek.
Persamaan ini dapat diaplikasikan untuk estimasi 𝐿𝑐 . Pada tahap kedua, hasilnya adalah

1 − 𝐿𝑐 𝜋
𝐿𝑎 = 𝐿𝑏 = = 𝛼 (9.51)
2 4
Tabel 9.16 memberikan beberapa data dan menunjukkan pendekatan untuk piringan
dengan 𝛼 → 0:
lim 𝐿𝑎 = 0 dan lim 𝐿𝑐 = 1
𝛼→0 𝛼→0

Gambar 9.16 menunjukkan perhitungan untuk orientasi piringan dengan perbedaan


rasio aspek.

Gambar 9.16 Konduktivitas panas terhadap porositas rekahan yang dihitung dengan model inklusi: untuk
perhitungan, kunjungi website http://www.elsevierdirect.com/companion.jsp?ISBN=9780444537966 dan
referensi panas. Model inklusi. (A) Konduktivitas panas dari material matriks (quartz) 𝜆ma = 7.5 W m K −1 ,
−1

konduktivitas panas dari pore fluid (air) 𝜆fl = 0.6 W m−1 K −1 . (B) Konduktivitas panas dari material matriks
(carbonate) 𝜆ma = 4.5 W m−1 K −1 , konduktivitas panas dari pore fluid (air) 𝜆fl = 0.6 W m−1 K −1. Dua kurva
dihitung untuk perbedaan rasio aspek atau faktor depolarisasi: rasio aspek 𝛼 = 0.01 (𝐿𝑎 = 𝐿𝑏 = 0.008 dan 𝐿𝑐 =
0.984) dan 𝛼 = 0.10 (𝐿𝑎 = 𝐿𝑏 = 0.08 dan 𝐿𝑐 = 0.840)

Gambar 9.16 menunjukkan konduktivitas panas pada:


 Arah z menurun tajam dengan penuruan dari rasio aspek;
 Arah x dan y meningkat dengan penuruan rasio aspek, tetapi ini hanyalah efek kecil.

Inklusi dengan Susunan Acak


Inklusi dengan susunan acak menghasilkan efek isotropi dari inklusi. Untuk kasus ini, secara
umum dari hubunan Calusius – Mossoti (Berryman, 1995; Mavko et al., 1998) dapat
diaplikasikan:

𝜆CM − 𝜆𝑚
= 𝑉𝑖 (𝜆𝑖 − 𝜆𝑚 )𝑅𝑚𝑖 (9.52)
𝜆CM + 2. 𝜆𝑚

dimana 𝜆𝑚 adalah konduktivitas panas dari host material, 𝜆𝑖 adalah konduktivitas dari material
inklusi, dan 𝑉𝑖 adalah fraksi volum dari inklusi.
Penyelesaian untuk 𝜆CM, hasilnya adalah

1 − 2. 𝑉𝑖 . 𝑅 𝑚𝑖 (𝜆𝑚 − 𝜆𝑖 )
𝜆CM = 𝜆𝑚 (9.53)
1 + 𝑉𝑖 . 𝑅 𝑚𝑖 (𝜆𝑚 − 𝜆𝑖 )

dimana 𝑅 𝑚𝑖 adalah fungsi eksponen depolarisasi𝐿𝑎 , 𝐿𝑏 , 𝐿𝑐 :

1 1
𝑅 𝑚𝑖 = ∑ (9.54)
9 𝐿𝑘 . 𝜆𝑖 + (1 − 𝐿𝑘 )𝜆𝑚
𝑘=𝑎,𝑏,𝑐

Tabel 9.17 memberikan ekspresi dari parameter 𝑅 𝑚𝑖 untuk beberapa bentuk inklusi.

Untuk aplikasi pada batuan berpori, konduktivitas panas dari host material 𝜆𝑚 adalah
konduktivitas matiks 𝜆ma , konduktivitas inklusi 𝜆𝑖 adalah konduktivitas fluida 𝜆fl, dan fraksi
volum dari inklusi 𝑉𝑖 adalah porositas 𝜙. Gambar 9.17 menunjukkan perhitungan untuk bola
(hasilnya sama seperti Calusius – Mossotti) dan piringan, yang dibandingkan dengan data
eksperimen.
Pada subbab 11.3.1.3 model inklusi (inklusi nonspherical, orientasinya acak)
digunakan untuk penurunan dari korelasi antara konduktivitas panas dan kecepatan gelombang
elastik

Gambar 9.17 Konduktivitas panas terhadap dengan porositas. Kurva dihitung dengan model untuk
bola yang terdistribusi secara acak dan inklusi piringan dengan sifat: 𝜆𝑚 = 𝜆𝑚𝑎 = 7.5 W m−1 K1 dan
𝜆𝑖 = 𝜆𝑓𝑙 = 0.6 W m−1 K1 . Titik data eksperimen untuk clean sandstone / Viking Graben (Brigaud et.
Al., 1992) (hanya porositas rendah, 𝜙 < 0.2); kunjungi website
http://www.elsevierdirect.com/companion.jsp?ISBN =9780444537966 dan rujukan model inklusi
panas.

Anda mungkin juga menyukai