Anda di halaman 1dari 6

Nama : Desya Pramadhanti Dikumpulkan Tanggal : 23 Maret 2017

NPM : 1506729600 Paraf Asisten :


Kelompok : 07
Topik Pemicu : Perpindahan Kalor Konveksi

I. OUTLINE
1. Nilai Koefisien Konveksi pada Perpindahan Kalor Konveksi secara Alamiah
2. Nilai Koefisien Konveksi pada Silinder Horizontal
3. Nilai Koefisien Konveksi pada Silinder Vertikal

II. PEMBAHASAN
1. Nilai Koefisien Konveksi pada Perpindahan Kalor Konveksi secara Alamiah
Koefisien kalor konveksi adalah suatu nilai yang digunakan dalam perhitungan
proses perpindahan panas konveksi. Besar nilai koefisien kalor konveksi pada
perpindahan kalor secara konveksi dapat dicari dengan menggunakan persamaan Nusselt
sebagai berikut.

G r L Pr n=C RanL
hL (1)
Nu= c =C
k
Ket.
Nu = Bilangan Nusselt
h = Koefisien kalor konveksi
Lc = Panjang karakteristik
k = Konduktivitas termal fluida
dimana RaL adalah bilangan Rayleigh yang didapat dari hasil bilangan Grashof
dan Prandtl:
3
g (T s T ) Lc
RaL =Gr L Pr= 2
Pr (2)
v

Nilai dari C dan n tergantung pada geometri permukaan dan bentuk alirannya.
1 1
Nilai n biasanya sebesar 4 untuk aliran laminar dan 3 untuk aliran turbulen. Nilai

dari C biasanya kurang dari 1.


Ketika rata-rata bilangan Nusselt dan rata-rata koefisien konveksi diketahui,
kecepatan dari perpindahan panas konveksi secara alamiah dari permukaan padat pada
temperature Ts ke fluida dapat ditulis dengan Hukum Newton tentang pendinginan, yaitu.
T sT w
conv =h A s )
Q (3)

Ket.
conv
Q = laju alir kalor
A s = luas permukaan
perpindahan kalor
h = rata-rata koefisien perpindahan panas pada permukaan

Karena itu, untuk mencari nilai koefisien konveksi dibutuhkan nilai bilangan
Nusselt. Namun, nilai bilangan Nusselt ini berbeda pada setiap bentuknya. Berikut akan
dibahas beberapa bentuk serta pengaruhnya terhadap nilai bilangan Nusselt.

2. Nilai Koefisien Konveksi pada Silinder Vertikal


Permukaan luar dari silinder vertikal dapat dianggap sama dengan plat vertikal
jika diameter silinder cukup besar sehingga efek lekukan dapat diabaikan. Kondisi ini
berlaku apabila
35 L
D
Gr1L/4 (4)

Ket.
D = Diameter silinder
Ketika kriteria ini berlaku, aturan persamaan bilangan Nusselt pada plat vertikal
dapat digunakan. Persamaan bilangan Nusselt yang berlaku adalah sebagai berikut.
1/ 4
Nu=0.59 RaL (5)

Nu=0.1 Ra1L/3 (6)

9/ 16
0.492/ Pr
1+

2
[ 8/27 }
(7)
0.387 Ra1 /6
0.825+

Nu=

Persamaan bilangan Nusselt (5) berlaku apabila nilai bilangan Ra berada pada
kisaran 104-109, sedangkan persamaan (6) berlaku apabila nilai bilangan Ra berada pada
kisaran 109-1013. Untuk persamaan (7), berlaku untuk semua nilai bilangan Ra, tetapi
lebih akurat daripada dua persamaan sebelumnya.

3. Nilai Koefisien Konveksi


pada Silinder Vertikal
Aliran lapisan batas
pada silinder horizontal mulai
muncul dari bawah, lalu
meningkat seiring
bertamahnya ketebalan, dan
membentuk gumpalan di atas.
Karena itu, bilangan Nusselt
akan bernilai paling tinggi di
bawah dan paling rendah Gambar 1 Aliran Konveksi Alamiah pada Silinder Vertikal Panas
Sumber :
pada bagain atas silinder
ketika aliran lapisan batasnya
tetap laminar. Sedangkan
pada silinder vertikal yang dingin pada media panas, aliran lapisan batasnya akan muncul
pada bagian atas silinder dan membentuk gumpalan ke bawah di bagian bawah silinder.
Untuk nilai bilangan Nusselt pada silinder horizontal dapat dicari dengan
menggunakan persamaan

0.559 /Pr 9 /16


1+

2
[ 8/27 }
(8)
0.387 Ra1/ 6
0.6+

Nu=

Persamaan (8) dapat berlaku apabila nilai Ra nya kurang dari sama dengan 1012.
Untuk lebih jelasnya berikut akan diberikan contoh pengaplikasian dari persamaan di
atas.
Kehilangan Kalor dari Pipa Air Panas
Pada pipa air panas berukuran panjang 6 meter dengan diameter melewati sebuah
ruangan besar yang temperaturnya 20oC. Jika bagian permukaan luar pipa memiliki suhu
70oC, tentukan kecepatan laju alir kalor yang hilang dari pipa secara alamiah.
Jawab:
Asumsi
1. Kondisi tunak berlaku
2. Udara dianggap gas ideal
3. Tekanan atmosferik adalah 1 atm
Gambar 1 Skema untuk Contoh
Temperatur lapisan pada udara:
T +T 70+20
T f= s = =4 5 o C
2 2
Data udara pada suhu lapisan 45 oC dan tekanan 1 atm sesuai dengan tabel A.15,
yaitu:
k = 0,02699 W/m . oC Pr = 0,7241
1 1
-5
v = 1,749 x 10 m /s 2
= =
T f 318 K

Panjang karakteristik dalam kasus ini adlaah diameter luar pipa, sehingga Lc = D
= 0,08 m. sehingga didapatkan hasil bilangan Rayleigh yaitu
g ( T sT ) D3
R a D= Pr
v2
3
0,08

1,749 105 m2 /s 2


2 1
9,81 m/s ( )(7020 K)
318 K

6
1,869 10
Lalu, bilangan Nusselt dapat ditentukan.
0.559 /Pr 9 /16
1+

2
[ 8/27 }
1/ 6
0.387 Ra
0.6+

Nu=
0,559/0,7241 9/ 16
1+

2
[ 8 /27 }
6 1/ 6
0,387(1,869 1 0 )
0.6+

17,40

Lalu,
W
0,02699 C
k m
h= Nu= 17,40
D 0,08 m

W
5,869 C
m2

A s =DL= ( 0,08 m )( 6 m )=1,508 m2

Dan
T sT w
conv =h A s )
Q

W
(5,869 C) ( 1,508 m2 ( 7020 C=443 W
m2
III. SUMBER RUJUKAN
Cengel, Yunus A. 2003. Heat Transfer : A Practical Approach Second Edition. New York:
McGraw-Hill
Holman, J.P. 1988. Perpindahan Kalor. Jakarta:Erlangga

Anda mungkin juga menyukai