Anda di halaman 1dari 38

Rumus Konveksi Paksaan pada Pipa Lurus

Rumusan konveksi paksa erat hubungannya dengan angka Reynolds (Re),Prandtl (Pr),
Nusselt (Nu). Ketiga bilangan ini membentuk persamaan :
𝑁𝑢𝑑 = 𝐶. 𝑅𝑒𝑑𝑚 . 𝑃𝑟 𝑛
Keterangan :
𝑁𝑢𝑑 = 𝐵𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑁𝑢𝑠𝑠𝑒𝑙𝑡
𝑅𝑒𝑑 = 𝐵𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑅𝑒𝑦𝑛𝑜𝑙𝑑
𝑃𝑟 = 𝐵𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑃𝑟𝑎𝑛𝑑𝑡𝑙
𝑛 = 0.4 (𝑃𝑒𝑚𝑎𝑛𝑎𝑠𝑎𝑛) 𝑎𝑡𝑎𝑢 0.3 (𝑃𝑒𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔𝑖𝑛𝑎𝑛)
Di mana nilai C, m dan n adalah konstanta yang harus ditentukan dari percobaan

1. Bilangan Reynold
Bilangan tak berdimensi yang mengukur rasio gaya inersia dari fluida dengan viskositas.
Digunakan untuk menentukan kriteria aliran laminar dan turbulen
𝜌𝜇𝑚 𝑑
𝑅𝑒𝑑 =
𝜇
Keterangan :
𝑅𝑒𝑑 = 𝐵𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑅𝑒𝑦𝑛𝑜𝑙𝑑
𝑚
𝜇𝑚 = 𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑎𝑙𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 ( )
𝑠
𝑘𝑔
𝜌 = 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 ( 3 )
𝑚
𝑑 = 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 (𝑑)
𝑘𝑔
𝜇 = 𝑣𝑖𝑠𝑘𝑜𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑓𝑙𝑢𝑖𝑑𝑎 ( )
𝑚. 𝑠
𝐵𝑎𝑡𝑎𝑠𝑎𝑛 ∶ 𝑅𝑒 ≤ 2300 (𝐴𝑙𝑖𝑟𝑎𝑛 𝐿𝑎𝑚𝑖𝑛𝑒𝑟)
𝑅𝑒 ≥ 2300 (𝐴𝑙𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑇𝑢𝑟𝑏𝑢𝑙𝑒𝑛𝑡)

2. Bilangan Prandtl

Bilangan Prandtl merupakan bilangan yang digunakan sebagai perbandingan viskositas


kinematik fluida terhadap difusivitas termal fluida.

𝑣 𝐶𝑝 . 𝜇
Pr = =
𝑎 𝑘

Keterangan :
𝑣 = 𝑣𝑖𝑠𝑘𝑜𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑘𝑖𝑛𝑒𝑚𝑎𝑡𝑖𝑘
𝑚2
𝑎 = 𝑑𝑖𝑓𝑢𝑠𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑚𝑎𝑙 ( )
𝑠
𝑘𝑔
𝜇 = 𝑣𝑖𝑠𝑘𝑜𝑠𝑜𝑡𝑎𝑠 𝑑𝑖𝑛𝑎𝑚𝑖𝑘 ( )
𝑚. 𝑠
𝑘𝐽
𝐶𝑝 = 𝑘𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑝𝑎𝑛𝑎𝑠 𝑔𝑎𝑠 ( )
𝐾𝑔°𝐶

Untuk aliran dalam pipa, seperti halnya aliran melewati plat datar profil kecepatan serupa
dengan profil suhu untuk fluida yang mempunyai bilangan Prandtl satu.

3. Bilangan Nusselt

a. Aliran Laminer berkembang Penuh

1 𝐷 1 𝜇 1
𝑁𝑢𝑑 = 1,86 (𝑅𝑒𝑑 𝑥 𝑃𝑟)3 ( )3 ( )3
𝐿 𝜇𝑤
𝐷
Batasan 𝑅𝑒𝑑 . Pr 𝐿 > 10
Keterangan :
𝑁𝑢𝑑 = 𝐵𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑁𝑢𝑠𝑠𝑒𝑙𝑡
𝑘𝑔
𝜇 = 𝑣𝑖𝑠𝑘𝑜𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑑𝑖𝑛𝑎𝑚𝑖𝑘 ( )
𝑚. 𝑠
𝑘𝑔
𝜇𝑤 = 𝑣𝑖𝑠𝑘𝑜𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑑𝑖𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔 ( )
𝑚. 𝑠
𝐷 = 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 (𝑑)
𝐿 = 𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑃𝑖𝑝𝑎 (𝑚)

b. Aliran turbulen berkembang penuh


Berdasar Sneider & Tate:
0,8 1 μ 0,14
Nud = 0,027 Red Pr ⁄3 ( )
μw
Keterangan :
Nud = bilangan Nusselt
µ = viskositas dinamik (kg/m.s)
µw = viskositas dinding (kg/m.s) .
c. Aliran turbulen berkembang penuh pada tabung licin
Nud = 0,023. Red0,8.Prn
Batasan : n = 0,4 (Pemanasan)
n = 0,3 (Pendingin)
0,6 < Pr < 100 (untuk aliran turbulen yang tidak berkembang sepenuhnya didalam tabung
licin dan dengan beda suhu moderat antara dinding fluida).

4. Variabel perpindahan panas konveksi


Q = h. A.∆T
Keterangan : 𝑸 = Perpindahan Kalor (joule)
h = Koefisien Konveksi
A = Luas Penampang (m2)
T = Suhu (kelvin)

5. Koefisien Perpindahan Kalor


k
h= N ud (W/m2.oC)
D
Keterangan :
h = koefisien perpindahan kalor (W/m2.°C)
K = konduktivitas termal (W/m.oC)
Nud = Nusselt number

Pengaplikasian Konveksi Paksa.

Salah satu aplikasi konveksi paksa adalah kipas pada radiator mobil. Konveksi paksa terjadi
ketika kipas radiator pada mobil berputar dan menghasilkan tekanan udara ke radiator yang
menyebabkan cairan radiator pada mesin temperaturnya turun.
Rumus Konveksi Alami Pada Plate Horizontal

Rumus umum :
𝑁𝑢𝐿 = 𝐶𝑅𝑎𝐿𝑚
Untuk C dan m dapat dicari melalui tabel konstanta persamaan

A. Plat horizontal dengan permukaan panas menghadap ke atas


Hot Surface

Rumus :
1/4
𝑁𝑢𝐿 = 0,54𝑅𝑎𝐿 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 2 × 104 < 𝑅𝑎 < 8 × 106
1/3
𝑁𝑢𝐿 = 0,15𝑅𝑎𝐿 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 8 × 106 < 𝑅𝑎 < 1011

B. Plat horizontal dengan permukaan panas menghadap ke bawah

Hot Surface
Rumus :
1/5
𝑁𝑢𝐿 = 0,58𝑅𝑎𝐿 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 105 < 𝑅𝑎 < 1011

Dimana :
• Ra = bilangan Rayleigh adalah perkalian antara bilangan Grashof dengan bilangan
Prandtl = Gr x Pr
• Untuk panjang karakteristik :
𝐴
𝐿=
𝑃
A = luas plat
P = keliling plat
KONVEKSI BEBAS PADA PLAT VERTIKAL
1. PRINSIP PERPINDAHAN PANAS SECARA KONVEKSI

Gambar 1.1 Perpindahan Kalor Konveksi Pada Plat


Pada gambar 1.1 diatan Tw merupakan suatu plat Tꝏ adalah suhu fluida. Perpindahan kalor
secara konveksi merupakan keadaan dimana fluida diatas plat bergerak dengan kecepatan
tetentu, yang mana gradien suhu bergantung dari laju fluida membawa kalor.
Laju perpindahan kalor dipengaruhi oleh luas permukaan kalor (A) dan beda suhu
menyuluruh antara permukaan bidang dengan fluida yang dapat dirumuskan menjadi
persamaan:
q = h A (TW -Tꝏ )
Dimana h merupakan koefisien perpindahan panas konveksi. Perpindahan panas konveksi
bergantung pada viskositas fluida, disamping ketergantunganya terhadap sifat-sifat termal
fluida. Hal ini dikarenakan viskositas mempengaruhi laju perpindahan energi didaerah
dinding.
Konveksi dibedakan menjadi dua, yakni:
- Konveksi Paksa: terjadinya perpindahan panas karena adanya sistem sirkulasi lain.
- Konveksi alamiah: terjadinya perpindahan panas karena fluida yang berubah
densitasnya karena proses pemanasan, bergerak naik.
1.1 Konveksi Alami Pada Plat Vertikal
Perpindahan sistem konveksi alami terjadi karena fluida dengan proses pemanasan,
perubahan densitas, dan sehingga fluida bergerak. Gerakan fluida pada konveksi bebas
terjadi karena gaya apung yang alami apabila densitas fluida didekat permukaan perpindahan
kalor berkurang sebagai akibat proses pemanasan. Gaya apung tidak akan terjadi apabila
fluida tidak mengalami gaya dari luar seperti gaya gravitasi.
Korelasi untuk konveksi alamiah pada plat ditentukan oleh bilangan Grashof yaitu :
Apabila plat dipasang dengan arah vertical maka akan berlaku persamaan yang
dikemukakan oleh Bayley yaitu sebagai berikut :

Untuk jangkauan bilangan Rayleigh yang lebih luas, dikemukakan oleh Churchill
dan Chu yaitu sebagai berikut :

Terdapat dua jenis aliran pada pelat yaitu aliran laminar dan turbulen. Berikut ini
merupakan rumus yang digunakan untuk mencari konveksi alami pada aliran laminar
adalah sebagai berikut :

Kondisi Laminar :
𝐺𝑟𝐿
˃˃ 1
𝑅𝑒𝐿2

ℎ𝐿
NuL = 𝑘
1
Laminer : n = 4 dan c = 0.59
1
4 𝐺𝑟𝐿 4
NuL = ( ) 𝑔. (Pr )
3 4
Perpindahan Panas Konveksi Alami Pipa Anulus Vertikal

Gambar Pipa Anulus


(arah vertikal dinyatakan dengan penempatan gaya gravitasi pada sumbu x)

Bentuk umum dari persamaan korelasi koefisien perpindahan panas untuk konveksi
alamiah pada fluks panas dinyatakan pada persamaan ini
𝐷
NuL = C(Rax 𝑥𝐻)m
𝑞". 𝐷
Nu = 𝐾(𝑇 − 𝑇𝐻 )
𝑠 𝑏
4
𝑔𝜌𝛽𝐶𝑝 𝑄" 𝐷𝐻
Ra = 𝐾2 𝑣
Keterangan
Nu = bilangan Nuselt
Ra = Bilangan Rayleigh
x = posisi titik yang dihitung pada arah tinggi pipa annulus
DH = Diameter basah pipa annulus
C & m = Konstanta empiric
q" = Fluks panas
k = konduktifitas fluida
Ts = suhupermukaan diding silinder dalam
Tb = suhu curah fluida
g = gravitasi
ρ = Densitas
β = Koefisien ekspansi
Cp = Kapasitas panas
v = viskositas kinematic
Untuk mendapatkan korelasi empiris koefisien perpindahan panas konveksi alamiah yang
dimaksud dilakukan dengan mencari nilai C, dan m yang ada pada persamaan diatas. Hal ini
dilakukan dengan langkah-langkah berikut:
a). Ruas kanan dan kiri persamaaan dilogaritmakan sehingga menjadi bentuk persamaan
linier berikut :
𝑫
Log(NuL) = m.Log (Rax 𝒙𝑯 ) + Log C
b). Menggunakan data-data hasil penelitian yang diperoleh, kemudian dibuat grafik
𝐷
hubungan antara Log(NuL) dengan Log (Rax 𝑥𝐻)
𝐷
c). Melalui regeresi linier terhadap grafik hubungan antara Log(NuL) dengan Log (Rax 𝑥𝐻)
diperoleh harga C dan m
Natural convection heat transfer in heated vertical tubes with internal rings

• Rata-rata koefisien perpindahan panas konveksi bebas dapat direpresentasikan dalam


bentuk fungsional berikut untuk berbagai keadaan :
̅̅̅̅̅̅
𝑵𝒖𝒇 = C (Gr f Pr f )m

Persamaan berikut adalah dimana Gr dan Pr masing-masing adalah bilangan Grashof dan
Prandtl, C adalah konstanta, dan eksponen m adalah konstanta empiris yang akan ditentukan
dari data eksperimen, subskrip f menunjukkan bahwa sifat-sifat dalam kelompok tak
berdimensi dievaluasi pada film temperatur, yang diberikan oleh :

Tf ,
di mana Tw dan T∞ masing-masing adalah suhu dinding dan aliran bebas.
Keterangan :
Nu = Nusselt number
C = constant
Grx = Grashof number for characteristic length x
Pr = Prandtl number
m = constant
Tf = film temperature, K
Tw = wall temperature, K
T∞ = free-stream temperature, K

• Produk bilangan Grashof dan Prandtl yang dengan disebut Rayleigh Number :

Ra = GrPr .
Keterangan :
Ra∗ = modified Rayleigh number
Grx = Grashof number for characteristic length x
Pr = Prandtl number

• Untuk permukaan vertikal, bilangan Nusselt dan Grashof dibentuk dengan L, ketinggian
permukaan sebagai dimensi karakteristik. Jika ketebalan lapisan batas (δ), tidak besar
dibandingkan dengan diameter silinder, perpindahan panas dapat dihitung dengan hubungan
yang sama yang digunakan untuk pelat vertikal. Kriteria umum adalah bahwa silinder vertikal
dapat diperlakukan sebagai pelat datar vertikal, ketika :

𝑫 𝟑𝟓
≥ 𝟏/𝟒
𝑳 𝑮𝒓𝑳
Persamaan diatas adalah dimana D adalah diameter silinder dan GrL adalah bilangan Grashof
untuk panjang karakteristik L. Untuk permukaan isotermal, nilai konstanta diberikan oleh Vliet.

Keterangan :
D = diameter of the cylinder, m
L = length of the test sections, length of the surface, m
Grx = Grashof number for characteristic length x

• Bilangan Reynolds
Re∗ = 0.49 × (Ra∗ ) 1/3

Hubungan antara modifikasi yang diperoleh secara eksperimental. Bilangan Reynolds dan
bilangan Rayleigh termodifikasi, yang diplot pada skala logaritmik.

Keterangan :
Re* = modified Reynolds Number
Ra∗ = modified Rayleigh number
Konveksi Alami di Luar Silinder Sirkular

Rumus :

̅̅̅̅̅̅ = ℎ𝐿 = 𝐶 (GrLPr)n = 𝐶𝑅𝑎𝐿𝑛


𝑁𝑢𝐷
𝑘

Gambar Boundary Layer dan Distribusi Nusselt Number pada


Sirkulasi Silinder yang Dipanaskan (Incropera)
Konveksi Bebas atau Alamiah dari Silinder Horizontal

Konveksi bebas atau alamiah pada silinder horizontal melibatkan angka Grashof
dalam persamaan Nusselt. Rumus Nusselt dengan rentang angka Rayleigh luas disebabkan
oleh Churchill dan Chu.
𝐺𝑟.𝑃𝑟
̅̅̅̅
𝑁𝑢 = 0,60 + 0,387 ([1+(0,559/𝑃𝑟)9/16 ] 6/9 )1/6

Untuk 01-5 < Gr Pr < 1012


Angka Grashof sebagai suatu gugus tak berdimensi dengan perbandingan antara gaya
apung dengan viskos dalam sistem aliran konveksi bebas.
Besar nilai koefisien konveksi kemudian dihitung sebagai koefisien konveksi rata-rata
dengan rumus sebagai berikut :
̅
ℎ.𝑑
̅̅̅̅
𝑁𝑢 = 𝑘 0
𝑓

Keterangan :
̅̅̅̅
𝑁𝑢 = Angka Nusselt rata-rata
ℎ̅ = Koefisien konveksi rata-rata (W/m2.℃)
d0 = Diameter silinder
FORCED CONVECTION HEAT TRANSFER IN A DOUBLE PIPE
HEAT EXCHANGER

Koefisien perpindahan panas konveksi ℎ𝑐 didefinisikan menurut Hukum Newton dari


pendinginan sebagai
𝑞 = ℎ𝑐 𝐴𝑠 (𝑇𝑤 − 𝑇∞ )
di mana q adalah laju perpindahan panas permukaan, 𝑇𝑤 suhu dinding, 𝐴𝑠 luas permukaan
dan 𝑇∞ suhu bulk fluid. Nilai dari ℎ𝑐 diatur oleh parameter operasi (bentuk geometris saluran,
fluks massa,tekanan, dll.) serta sifat fisik fluida (densitas, panas spesifik, viskositas, dan
konduktivitas termal).Sifat kompleks alami dari persamaan yang mengatur perpindahan
panas dan aliran fluida membuat penyelesaian analitis menjadi mungkin hanya pada kasus
yang sangat terbatas dengan sedikit atau tanpa minat praktis. Ini memaksa kita untuk sangat
bergantung pada korelasi empirik berdasarkan data eksperimen. Memanfaatkan data
eksperimen secara efektif, bagaimanapun, menyajikannya sendiri masalah khusus dalam hal
variabel apa yang akan diperiksa dan bagaimana menghubungkan data secara bermakna.
Untuk meringankan banyak dari masalah ini, data eksperimen sering berkorelasi dalam hal
kelompok berdimensi, jumlah dan sifat yang ditentukan oleh analisis dimensi. Dalam
sebagian besar pekerjaan reaktor, alirannya dipaksakan dan turbulen. Dalam kondisi ini,
koefisien perpindahan panas konveksi biasanya dirumuskan dalam tiga kelompok tak
berdimensi sebagai
𝑁𝑢 = 𝐶𝑅𝑒 0.8 𝑃𝑟 𝑛
Dimana persamaan tak berdimensi didefinisikan sebagai: Re>10000, 0.7<Pr<160
ℎ𝑐 𝐷𝑒
𝑁𝑢 = 𝑁𝑢𝑠𝑠𝑒𝑙𝑡 𝑁𝑢𝑚𝑏𝑒𝑟 =
𝑘
𝜌𝑣𝐷𝑒 𝐺𝐷𝑒
𝑅𝑒 = 𝑅𝑒𝑦𝑛𝑜𝑙𝑑𝑠 𝑁𝑢𝑚𝑏𝑒𝑟 = =
𝜇 𝜇
𝐶𝑃 𝜇
𝑃𝑟 = 𝑃𝑟𝑎𝑛𝑑𝑡𝑙 𝑁𝑢𝑚𝑏𝑒𝑟 =
𝑘
dan konstanta C dan n adalah fungsi umum dari kondisi aliran dan geometri. Korelasi klasik
untukperpindahan panas konvektif dalam saluran dan annuli adalah korelasi Dittus-Boelter
dimana C = 0,023 dan n = 0,4 atau 0,3 tergantung pada apakah permukaan sedang dipanaskan
𝑚̇
(0.4) atau didinginkan (0.3), masing-masing. G = , dan 𝐷𝑒 = (𝐼𝐷𝑎2 − 𝑂𝐷𝑝2 )/
A
𝑂𝐷𝑝 Eksperimen ini akan menggunakan Hilton Penukar Panas Pipa Ganda untuk mengetahui
pengaruh kecepatan (Bilangan Reynolds) terhadap panas konveksi koefisien perpindahan.
• Annulus Equivalent Diameter

Jika alirannya dipaksakan dan laminar. Dalam kondisi ini, koefisien perpindahan panas
konveksi biasanya dirumuskan dalam tiga kelompok tak berdimensi sebagai
1
𝐷𝑅𝑒𝑃𝑟 3 𝜇 0.14
𝑁𝑢 = 𝐶 ( ) ( )
𝐿 𝜇𝑤
Dimana persamaan tak berdimensi didefinisikan sebagai: Re<2100, 0.48<Pr<16700
dan konstanta C adalah fungsi umum dari kondisi aliran dan geometri. Korelasi klasik
untukperpindahan panas konvektif dalam saluran dan annuli adalah korelasi Dittus-Boelter
dimana C = 1.86, D=IDp jika cross section adalah tubular, dan D=De jika cross section adalah
subscript

Teori
Penukar panas pipa ganda yang beroperasi dalam aliran arus searah diilustrasikan di bawah
ini.
Dapat ditunjukkan, bahwa perpindahan panas pada alat ini dapat digambarkan dengan
hubungan

𝑄̇ = 𝑈𝐴∆𝑇𝑚
di mana U adalah Koefisien Perpindahan Panas Keseluruhan dan untuk susunan pipa ganda
diberikan oleh

1 1 𝑅𝑜 1 −1
𝑈𝐴 = { + ln ( ) + }
ℎ𝑖 𝐴𝑖 2𝜋𝑘𝐿 𝑅𝑖 ℎ𝑜 𝐴𝑜
di mana subskrip i dan o masing-masing mengacu pada permukaan dinding tabung dalam
dan luar. Perbedaan suhu Tm dalam laju perpindahan panas total disebut Log Mean
Temperature Difference (LMTD) dan mewakili and perbedaan suhu rata-rata yang sesuai
antara fluida panas dan dingin sepanjang penukar panas. Untuk susunan pipa ganda, LMTD
diberikan oleh
(𝑇1 − 𝑇5 )(𝑇2 − 𝑇6 )
∆𝑇𝑚 =
𝑇 −𝑇
𝑙𝑛 {𝑇1 − 𝑇5 }
2 6

Persamaan untuk LMTD ini berlaku untuk aliran arus searah dan arus berlawanan. Karena
dinding logam menghasilkan sangat sedikit resistensi terhadap perpindahan panas di
perangkat ini, kita dapat memperkirakan Koefisien Perpindahan Panas Keseluruhan dalam
hal hanya koefisien perpindahan panas konveksi sebagai

1 1 −1
𝑈𝐴 = { + }
ℎ𝑖 𝐴𝑖 ℎ𝑜 𝐴𝑜
dan suhu dinding pada dasarnya konstan secara radial seperti yang ditunjukkan pada gambar
di atas. Kami kemudian dapat menulis ulang LMTD dalam hal koefisien perpindahan panas
permukaan dalam dan luar sebagai
𝑄̇ 𝑄̇ (𝑇1 − 𝑇5 )(𝑇2 − 𝑇6 ) (𝑇1 − 𝑇3 ) + (𝑇3 − 𝑇5 ) − (𝑇2 − 𝑇4 ) − (𝑇4 − 𝑇6 )
{ + }= =
ℎ𝑖 𝐴𝑖 ℎ𝑜 𝐴𝑜 𝑇1 − 𝑇5 𝑇 −𝑇
𝑙𝑛 {𝑇 − 𝑇 } 𝑙𝑛 {𝑇1 − 𝑇5 }
2 6 2 6

atau mengakui bahwa


𝑇1 − 𝑇5 𝑇3 − 𝑇5 𝑇1 − 𝑇3
= =
𝑇2 − 𝑇6 𝑇4 − 𝑇6 𝑇2 − 𝑇4
kita dapat menulis ulang LMTD dalam hal variabel-variabel yang terkait dengan laju
perpindahan panas dinding dalam dan dinding luar sebagai
𝑄̇ 𝑄̇ (𝑇1 − 𝑇3 ) − (𝑇2 − 𝑇4 ) (𝑇3 − 𝑇5 )(𝑇4 − 𝑇6 )
{ + }= +
ℎ𝑖 𝐴𝑖 ℎ𝑜 𝐴𝑜 𝑇 −𝑇 𝑇 −𝑇
𝑙𝑛 {𝑇1 − 𝑇3 } 𝑙𝑛 {𝑇3 − 𝑇5 }
2 4 4 6

Karena suku pertama di ruas kiri dan kanan persamaan hanya mengandung variabel yang
berhubungan dengan kalor laju transfer ke permukaan dinding bagian dalam dan suku kedua
di sisi kiri dan kanan hanya berisi suku terkait dengan laju perpindahan panas dari permukaan
dinding luar, kita dapat menyamakan komponen ini untuk memberikan
𝑄̇𝑖 (𝑇1 − 𝑇3 ) − (𝑇2 − 𝑇4 )
=
ℎ𝑖 𝐴𝑖 𝑇 −𝑇
𝑙𝑛 {𝑇1 − 𝑇3 }
2 4

Dan

𝑄̇𝑜 (𝑇3 − 𝑇5 )(𝑇4 − 𝑇6 )


=
ℎ𝑜 𝐴𝑜 𝑇 −𝑇
𝑙𝑛 {𝑇3 − 𝑇5 }
4 6

sedemikian rupa sehingga kita dapat memperoleh koefisien perpindahan panas langsung dari
suhu yang diukur dan laju perpindahan panas berdasarkan
𝑄̇𝑖
ℎ𝑖 =
(𝑇 − 𝑇3 ) − (𝑇2 − 𝑇4 )
𝐴𝑖 1 𝑇 −𝑇
𝑙𝑛 {𝑇1 − 𝑇3 }
2 4

𝑄̇𝑜
ℎ𝑜 =
(𝑇 − 𝑇5 )(𝑇4 − 𝑇6 )
𝐴𝑜 3 𝑇 −𝑇
𝑙𝑛 {𝑇3 − 𝑇5 }
4 6

Penukar panas pipa ganda adalah recuperator paling sederhana di mana panas dipindahkan
dari fluida panas ke fluida dingin melalui separator dinding silinder. Ini terdiri dari pipa
konsentris yang dipisahkan oleh mekanik penutupan. Murah, kasar dan mudah dirawat,
mereka terutama disesuaikan dengan suhu tinggi, aplikasi tekanan tinggi karena diameter
yang relatif kecil. Penukar panas pipa ganda memiliki konstruksi sederhana. Mereka cukup
murah, tetapi jumlah ruang yang mereka tempati umumnya tinggi dibandingkan dengan jenis
lainnya. Jumlah perpindahan panas per bagian kecil, itu membuat penukar panas pipa ganda
perangkat perpindahan panas yang sesuai di aplikasi di mana permukaan perpindahan panas
yang besar tidak diperlukan.
Meskipun kinerja dan analisis penukar panas pipa ganda sudah lama berdiri.
Abdelmessih, A.N., dan Bell, K.J. [l] telah melihat lebih dekat ke penukar ini baru-baru ini.
Mereka punya merangkum beberapa korelasi perpindahan panas aliran laminar yang ada
dalam bundar. horizontal, tabung lurus. Mereka telah mempelajari efek alami konveksi hulu
tikungan dan juga efek aliran sekunder secondary hilir tikungan. Untuk profil kecepatan yang
dikembangkan sepenuhnya (atau hampir sepenuhnya) dalam tabung lurus (hulu tikungan), di
mana profil termal tidak sepenuhnya berkembang dalam kondisi apapun, Abdelmessih dan
Bell [l] menemukan bahwa keduanya dipaksa dan konveksi alami berkontribusi pada proses
perpindahan panas sesuai dengan korelasi berikut:
1 𝜇𝑏 0.14
𝑁𝑢 = [4.36 + 0.327(𝐺𝑟𝑃𝑟) ] ( )
4
𝜇𝑤
di mana semua fisikal properties (kecuali𝜇𝑊 ) dievaluasi pada suhu bulk lokal. Nu adalah
nomor Nussult. Syarat mewakili efek konveksi paksa (4,36) akan diakui sebagai hasil analitik
untuk aliran laminar yang berkembang penuh dengan sifat konstan dan fluks panas dinding
konstan. Data yang digunakan untuk menghasilkan Persamaan mencakup: rentang berikut:
120 ≤ 𝑅𝑒 ≤ 2500
3.9 ≤ 𝑃𝑟 ≤ 110
2500 ≤ 𝐺𝑟 ≤ 1130000
𝑋
27 ≤ ≤ 171
𝑑𝑖
Korelasi Hausen dapat digunakan untuk aliran tabung luar, dalam hal ini diameter hidrolik
adalah: De = Di – Do di mana Di adalah diameter dalam tabung luar dan Doadalah diameter
luar ban dalam, untuk kasus di tangan De adalah 6 mm. Korelasi Hausen berbunyi sebagai
berikut:
0.0668𝐺𝑧
𝑁𝑢 = 3.66 + 2
1 + 0.04𝐺𝑧 3
where Gz is the Graetz number defined as follows:
𝐺𝑧 = 𝑅𝑒 𝑃𝑟 𝐷𝑒/𝐿
PERPINDAHAN KALOR KONVEKSI FLUIDA PADA CIRCULAR TUBE
DI BAWAH KONDISI FLUKS KALOR KONSTAN

Pada pengujian konduktifitas termal dari fluida kerja, kemudian mengenai perpindahan
kalor yang terjadi pada fluida nano dibandingkan dengan fluida dasarnya. Alat yang
digunakan terdiri dari saluran uji, pemanas, pendingin, serta pengontrol dan pengukur.
Saluran uji terdiri dari pompa, saluran uji, serta penampung. Untuk alat pengukur
menggunakan thermocouple reader yang telah terintegrasi untuk temperatur masuk dan
keluar fluida, serta temperatur dinding luar seksi uji. Seksi uji berupa pipa stainless-steel
sepanjang 1,2 m, dengan diameter dalam 0,005 m dan diameter luar 0,0063 m. Untuk
sekema alat yang digunakan adalah sebagai beriku :

Alat pengukur dinding


pipa Aliran fluida masuk

Perhitungan akan didefinisikan pada koefisien perpindahan kalor konvektif lokal dengan
persamaan sebagai berikut :
𝑞
hn f-x =
𝑇𝑖𝑤 (𝑥) − 𝑇𝑚 (𝑥)

Untuk keterangan sebagai berikut :


hn f-x = Koefisien perpindahan kalor ( W/ m2K)
q = ( cp(Tout- Tin))/πDiL
Ti,w(x) = Temperatur dinding dalam tabung (°C)
Tm(x) = Temperatur bulk rata pada posisi x (°C)
Karena temperatur dinding dalam tidak bisa diukur secara langsung, nilainya dapat dicari
dengan menggunakan persamaan konduktifitas termal :
Ti,w(x) = To,w(x) -

keterangan:
q = Kalor yang disalurkan ke seksi uji (W)
ks = Konduktifitas termal dari pipa (stainless steel) (W/m.°C
Do = Diameter luar dari pipa (m)
x =
Posisi longitudinal dari
seksi uji dari saluran
masuk (m)
koefisien perpindahan kalor hnf-x didapat melalui persamaan berikut:

Bilangan Nusselt juga dapat diketahui melalui persamaan dari Shah untuk aliran laminar
dengan kondisi fluks kalor konstan seperti pada persamaan sebagai berikut :

𝐷 1/3 𝐷
Nu = 1,953 (𝑅𝑒 Pr 𝑥 ) untuk (𝑅𝑒 Pr 𝑥 ) ≥ 33,3

Konveksi alami di luar Elliptical Tube


Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Raithby dan Hollands, didapatkan korelasi
Nusselt number untuk perpindahan panas konveksi alami di luar silinder eliptik, sebagai
berikut:
𝐶2
Nut = 𝐶
ln(1+ 2𝑇 )
𝑁𝑢

Nut = 𝐶̅𝑡 Ra1/3


NuL merupakan Nusselt number untuk aliran laminar, dan Nut untuk aliran turbulen. Nilai
C2, dan m dapat diperoleh dari tabel berikut:
Persamaan Konveksi Paksa Untuk Aliran Yang Melalui Silinder atau Bola

Persamaan empiric untuk gas dan Zat cair yang melalui silinder dikemukakan oleh
Knudsen dan Kats sebagai berikut;

Dengan C, n dan Reseerti pada tabel 2.1


Tabel 3.1 Harga-harga konstanta untuk persamaan (3.8)

Red C n
0,4 – 4 0,989 0,330
4 – 40 0,911 0,385
40 – 4000 0,683 0,466
4000 – 40000 0,193 0,618
40000 – 400000 0,0266 0,805

Persamaan empiric fluida gas yang melalui bola dikemukakan oleh McAdams sebagai
berikut:
Nud = 0,37 Red0,6 pada 17 < Red< 7000

Persamaan empiric fluida udara yang melalui bola dikemukakan oleh Achenbach sebagai
berikut:
Nu = 2 + (0,25 + 3 x 10-4 R 1,6)1/2 untuk 100< R < 3 x 10
e
5
5 6
Nu = 430 + aRe + bRe + cRe untuk 3 x 10 < Re< 5 x 10
Dengan :
a = 5 x 10-3
b = 0,25 x 10-9
c = -3,1 x 10-17

Persamaan empiric fluida zat cair yang melalui bola dikemukakan oleh Kramers sebagai
berikut:
u x P -0.3 = 0,97 + 0,68 (R )0,5 untuk 1 < R < 2000
Lapisan Batas Pada Plat Rata
Batas Termal Daerah adalah dimana terdapat gradien suhu dalam aliran akibat pros
pertukaran kalor antara fluida dan dinding.
Lapisan Batas Hidrodinamik adalah daerah aliran dimana gaya-gaya viscous dirasakan

TW = suhu dinding
T∞ = suhu fluida di luar lapisan batas termal
δt = tebal lapisan termal

ℎ𝑥 .𝑋
Angka Nusselt : Nux = 𝑘

Untuk plat yang dipanaskan pada keseluruhan panjangnya :


Nux = 0,332 Pr1/3 Rex1/2
Berlaku untuk fluida yang mempunyai angka Prandtl antara 0,6 – 50.
Untuk angka Prandtl yang rendah : Nux = 0,530 Pr1/2 Rex1/2
1/3
0,3387 Rex1/2 𝑃𝑟
Untuk angka Prandtl yang tinggi : Nux = 2 1/4
0,0468 3
[1+( ) ]
Pr
KONVEKSI PAKSA DIDALAM PIPA DAN CINCIN (ANNULUS)

Pemanasan serta pendinginan fluida yang mengalir di dalam saluran (conduit};(


saluran tertutup) merupakan satu di antara proses-proses perpindahan panas yang terpenting
dalam perekayasaan. Rancang- bangun serta analisa semua jenis penukar - panas
memerluakan pengetahuan tentang koefisien perpindahan-panas antara dinding saluran san
fluida yang mengalir di dalamnya. Bergantung sebagaian besarnya pada konduktansi
koveksi-satuan antara permukaan dalam pipa-pipanya dan fluidanya. Bila koefisien
perpindahan panas untuk untuk suatu geometri tertentu serta kondisi aliran yang ditetapkan
telah diketahui,maka laju perpindahan panas pada beda-suhu yang ada.

Hubungan yang sama juga dapat dipergunakan untuk menentukan luas yang diperlukan
untuk memindahakan panas pada suatu laju yang telah ditetapkan untuk potensi suhu tertentu.
Koefisien perpindahan panas h c dapat dihitung dari bilangan Nusselt h c D H / k. Bagi aliran
didalam pipa panjang, panjang penting bilangan Nusselt ialah garis tengah hidroliknya DH,
yang berdefinisi Dh = 4 luas penampang aliran / keliling basah
Untuk pipa (tube) luas penampang alirannya adalah πD2/4, keliling basahnya ( wattet
perimeter ) ialah π D, dan oleh karena itu garis tengah dalam pipa sama dengan garis tengah
garis tengah hidroliknya. Bagi sebuah cincin (annulus) yang dibentuk diantara dua buah
silinder kosentrik kita mempunyai :

Dalam praktek perekayasaan, harga bilangan Nusselt untuk aliran di dalam saluran
baiasanya ditentukan dari persamaan - persamaan empirik yang \ berdasarkan hasil-hasil
eksperimen, miskipun dalam tahun-tahun terakhir cara cara pendekatan semi analitik telah
memberikan cukup banyak langkah-langkah kemajuan kearah. pemahaman asas-asas dasar
konveksi paksa di dalam pipa dan cincin (annulus). Hasil-hasil ekperimental yang diperoleh
dalam percobaan -percobaan perpindahan panas konveksi paksa dapat dikorelasikan dengan
persamaan yang berbentuk :
Nu = Re – Pr
Viskonitas Kinematik v, atau μ/p, seringkali disebut sebagai difusivitas - mulekuler
momentum (molekul diffusivity of momentum) karena ukuran laju perpindahan momentum
antara molekul-molekul. Difusiivitas termal, fluida k/c p p acapkali dinamakan difusivitas
molekular panas. Bilangan Prandtl merupakan hubungan antara distribusi suhu dan distribusi
kecepatan, untuk aliran melewati sebuah pelat datar. Untuk aliran didalam pipa, seperti
halnya aliran melewati pelat datar profil kecepatan serupa dengan profil suhu untuk fluida
yang mempunyai bilangan Prandtl satu. Penggunaan suhu curahan fluida sebagai suhu acuan
memungkinkan keseimbangan panas secara mudah, karena keadaan steady (ajeg) perbedaan
antara suhu curahan rata-rata pada dua penampang suatu saluran merupakan tolok ukur
langsung laju perpindahan panas, atau

Sebuah penukaran panas dimana satu fluida mengalir di dalam pipa sedangkan fluida
lainnya melewati sebelah luar pipa tersebut. Di dalam praktek dimana pembahasan
ditekankan pana penentuan harga koefisien perpindahan panas konveksi yang dapat
ditentukan dalam suatu sistem aliran bila suhu curahan dan suhu dinding yang bersangkutan
telah ditetapkan.
ANALISA PENGARUH LAJU ALIRAN MASSA FLUIDA DAN TEMPERATUR
FLUIDA MASUK TERHADAP KAPASITAS RADIATOR

Radiator pada mesin mobil berfungsi mendinginkan cairan pendingin yang telah
menyerap panas dari mesin dan kemudian panas tersebut ditransfer keudara yang dialirkan
oleh kipas. Penukar panas radiator dirancang agar perpindahan antar fluida dapat
berlangsung secara efisien. Kapasitas radiator pada sistem pendingin mobil yang berpindah
dari sistem ke sistem dan juga berfungsi sebagai pendingin atau menjaga suhu mesin agar
tetap stabil. Oleh sebab itu laju aliran massa fluida (ṁ) dan temperatur fluida masuk
(Tin) menentukan besar kecilnya nilai dari kapasitas radiator.
Pengambilan data yang akan dilakukan pada alat trainer penguji kapasitas radiator
sistem pendingin yaitu laju aliran perpindahan panas knveksi didalam radiator (Qin)
dengan persamaan mengunakan rumus sebagai berikut :
𝑄𝑖𝑛 = 𝑚 𝐶𝑝(𝑇𝑖𝑛 − 𝑇𝑜𝑢𝑡 )
Selanjutnya menghitung laju perpindahan panas konveksi diluar radiator (Qout) dengan
menggunakkan rumus sebagai berikut :
𝑄𝑜𝑢𝑡 = h . A (𝑇𝑤 − ∞)
Untuk koefisien perpindahan panas konveksi (h) tidak bisa diukur. Namun, koefisien
perpindahan panas konveksi (h) hanya bisa dianalisa dengan melakukan percobaan-
percobaan yang dirumuskan menggunakan persamaan rumus :
𝑁𝑢 .𝑘
𝑁𝑢 = ℎ. 𝐿⁄𝑘 menjadi ℎ = 𝐿

Sedangkan untuk mengetahui bilangan Nusselt (Nu) perlu terlebih dahulu mengetahui
bilangan reynolds (Re) dan bilangan prandtl (Pr) yang dirumuskan pada persamaan rumus
𝜌. 𝑣𝑠. 𝐿⁄ 𝑣𝑠.𝐿
𝑅𝑒 = μ atau 𝑅𝑒 = γ
𝜇
𝛾 ⁄ρ 𝐶𝑝.𝜇
𝑃𝑟 = = =
α 𝑘 ⁄ρCp k

Selanjutnya hasil dari perhitungan bilangan reynolds (Re) dan bilangan prandtl (Pr)
tersebut disubtitusikan ke rumus bilangan Nusselt (Nu) dengan menggunakan rumus yaitu
𝑁𝑢 = 0,664 𝑅𝑒1 2 𝑟1 3
Langkah-langkah pengumpulan data dari penelitian ini didapatkan data berupa angka-
angka dan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik serta penjelasan secara berurutan.
Contoh Soal
Suatu radiator pendingin mobil mempunyai luas yang bersinggungan dengan air adalah 400
cm2. Beda suhu antara bahan radiator dan air panas adalah 25° C. Jika bahan radiator adalah
bahan logam tertentu yang mempunyai koefisien konveksi h = 8 W/m2 °C, maka hitunglah
laju perpindahan kalor pada sistem radiator ini.
Penyelesaian:
Diketahui:
A = 400 cm2 = 0,04 m2
ΔT = 25°C
h = 8 W/m2 °C
Ditanyakan: Q/t = ?
Jawab:
Q/t = h.A.ΔT
Q/t = 8 W/m2 °C. 0,04 m2. 25°C
Q/t = 8 W
Jadi, laju perpindahan kalor pada sistem radiator tersebut adalah 8 Watt.
FORCE CONVECTION FROM HELICAL COILED TUBES
(Konveksi Paksa pada Tabun Heliks Melingkar)
Pada tabung heliks melingkar, menunjukan beberapa karakteristik khusus. Pipa
melingkar pada tabung dapat menampung ekspansi termal dengan baik dan memiliki
ketahanan yang tinggi terhadap getaran yang diindikasi aliran. Fluida yang mengalir dalam
tabung heliks mengembangkan aliran sekunder yang penjelasan fisiknya ditunjukan pada
gambar. Bentuk melingkar pada tabung yang mengalir didekat dinding tabung memiliki
kecepatan yang lebih rendah dibandingkan dengan fluida yang mengalir pada inti tabung
sehingga dikenai gaya sentrifugal yang lebih rendah.

Pada rentang bilangakn Reynold dari 50 < Re > 10.000, Maka rumus Nusselt adalah
sebagai berikut:
𝑁𝑢 = 0,6𝑅𝑒 0,5 𝑃𝑟 0,31
Dimana Pr adalah Nomor Prandl dan untuk Re > 10.000
0,14
0,55 0,333
𝜇
𝑁𝑢 = 0,3,6𝑅𝑒 𝑃𝑟 ( )
𝜇𝑝

Dimana μ dan μp adalah viskositas dinamis dinding dan cairan. Reynolds number
dapat dihitung dengan massa flow rate Gsh melalui ekuivalen diameter Dc:
𝐺𝑠ℎ 𝐷𝑒
𝑅𝑒 =
𝜇
KONVEKSI ALAMIAH TURBULENT PIPA VERTIKAL

Kondisi turbulen ditentukan oleh nilai Reynold


Rax ≤ 109
Rax = G.rx.Pr
𝑔.𝛽.(𝑇𝑠−𝑇∞)𝑥 3
= 𝜃.𝛼

Utuk perhitungan teknik dapat digunakan rumus empiris :


ℎ.𝐿
NuL = 𝑘

= C.𝑅𝑎𝐿𝑛
Laminer : n = ¼ da C = 0,59
Turbulen : n = 1/3 dan C = 0,1
Contoh soal
Pelat tegak sepanjang 0,25 m memiliki temperatur permukaan 70˚C. Temperatur udara
sekitar pelat 25˚C. Tentukan besarnya koefisien konveksi udara disekitar pelat
Ditketahui : sifat udara T = 320,5 K
v = 17,96 x 10−6 m2/s
Pr = 0,7
1
𝛽 = 320,5 = 3,12 x 10−3K

𝛼 = 23 x 10−6
k = 27 x 10−3
jawaban : Rax = G.rx.Pr
𝑔.𝛽.(𝑇𝑠−𝑇∞)𝑥 3
= 𝜃.𝛼

10(3,12 𝑥 10−3 )(70−25)(0,25)3


= 17,95 𝑥 10−6 .23 𝑥 10−6

= 53 x 106
Kondisi : n = 1/3 dan C = 0,1
ℎ.𝐿
NuL = 𝑘

= 0,59 x (53 x 106 )1/4


= 50,34
Sehingga h rata-rata = (50,34 x 27 x 10−3W/mK)/0,25 m
= 5,4 W/m2K
KONVEKSI NATURAL PADA PIPA MIRING

Karakteristik perpindahan panas total di tiga wilayah yang berbeda:


Wilayah 1 : y=0o sampai 90o (Terutama panas konvektif)
Wilayah 2 : y= -90o sampai -15 (terutama konduksi panas dengan perpindahan konveksi
kecil.
Wilayah 3 : y= -15o sampai 0o (Wilayah transisi di antara situasi ini memerlukan penentuan
korelasi secara terpisah
Wilayah 1: 0◦ hingga 90◦.
Untuk wilayah ini karakteristik perpindahan panas termasuk bentuk dan titik
maksimum sangat bergantung pada semua bilangan tak berdimensi dan sudut kemiringan.
Oleh karena itu, digambarkan bilangan Nusselt dengan pendekatan sebagai berikut:

Bentuk serupa untuk persamaan bilangan Nusselt banyak digunakan dalam bidang
perpindahan panas konveksi kecuali HCC jumlah. Penataan ulang lebih lanjut persamaan di
𝑄
atas dengan α= 𝐴 .∆𝑇 memberikan ekspresi eksplisit untuk fluks panas total.

Panjang karakteristik adalah D, konduktivitas termal yang digunakan untuk


evaluasi adalah fluida. Fungsi f1 sampai f4 masih belum diketahui dan perlu ditentukan
dengan bantuan eksperimen komprehensif atau perhitungan numerik. Di pendekatan fungsi-
fungsi ini diasumsikan bergantung pada sudut kemiringan saja.

Wilayah 2: -90◦ hingga -15◦.


Wilayah 2 dengan cairan yang hampir stagnan di dalam pipa pada sudut kemiringan
90◦ diasumsikan hanya ada konduksi murni. Oleh karena itu, perpindahan panas total dapat
dinyatakan dengan :
Dengan:

Sebagai konduktivitas termal rata-rata pipa dan fluida dalam. Dengan bantuan
simulasi numerik dapat menentukan perkiraan yang baik dari karakteristik perpindahan panas
antara 90◦ dan 15◦ yang berbentuk klip fungsi sinus. Oleh karena itu, di gambarkan bilangan
Nusselt dengan pendekatan berikut:

Panjang karakteristik perlu diubah menjadi L serta konduktivitas termal yang


digunakan menjadi seperti yang dijelaskan di atas. Hal ini untuk memastikan konsistensi
persamaan pada kondisi konduksi panas murni. Fungsi yang dibutuhkan f1 hingga f4
ditentukan oleh eksperimen atau perhitungan numerik seperti di wilayah 1. Oleh karena itu,
digunakan kumpulan data yang sama dengan dijelaskan di atas, tetapi dengan beberapa
batasan. Oleh karena itu, korelasi untuk fungsi f di wilayah 2 didasarkan pada panas murni
pure solusi konduksi pada 90◦ dan 36 titik data eksperimen pada 15◦. Oleh karena itu,
karakteristik perpindahan panas antara kedua ikatan kemiringan ditentukan secara numerik.
Fungsi yang dihasilkan adalah sebagai berikut:

Berbeda dengan wilayah 1 fungsi wilayah ini adalah konstan. Sudut perlu dimasukkan
dalam derajat seperti sebelumnya.

Wilayah 3: -15◦ hingga 0◦.


Wilayah 3 dicirikan oleh transisi antara fluida stagnan dan konveksi yang berkembang
penuh di dalam pipa. Selama penelitian kami, transisi ini tidak diselidiki secara rinci.
Dalam hal deskripsi tertutup untuk korelasi disarankan untuk menginterpolasi nilai batas
pada = 0◦ (wilayah 1) dan 15◦ (wilayah 2) secara linier.
Perpindahan Panas Konveksi Paksa Melalui Media Berpori

Pada Gambar. 2, merupakan rakitan dari alat unit pemanas yang terdiri dari pelat pemanas,
pemanas utama dan pelindung, asbes antara dua pemanas, insulasi pemanas dan bingkai
kayu. Permukaan pemanas terbuat dari plat aluminium dengan dimensi panjang 500 mm dan
lebar 200 mm. Pelat uji yang dipanaskan ditempatkan pada jarak 2100 mm dari awal bagian
kerja. Partikel media berpori ditempatkan di atas pelat datar yang dipanaskan. Aliran udara
yang mengalir di atas pelat datar yang diuji dipanaskan, di bawah kondisi fluks panas yang
seragam, dengan menggunakan pemanas listrik. Panas total yang dibebaskan dari pemanas
utama diberikan ke aliran udara dengan menghilangkan kerugian yang berbeda. Pemanas
utama terbuat dari kawat nikel kromium yang dililitkan di sekitar lembaran mika 500 mm x
200 mm x 1,0 mm dan ditempatkan di antara dua lembar mika dengan dimensi yang sama.
Lalu, pemanas pelindung, mirip dengan pemanas utama, digunakan untuk menetapkan
keseimbangan termal di lapisan asbes yang ditempatkan di antara pemanas utama dan
pemanas pelindung. Lembaran asbes digunakan untuk mengisolasi unit pemanas secara
termal dan bingkai kayu juga digunakan untuk menahan semua elemen pemanas dengan
bagian insulasi asbesnya, seperti yang ditunjukkan pada Gambar. 2. Rakitan unit pemanas
didukung di dalam terowongan angin.
Porositas massal dari media berpori dihitung dari persamaan :
(𝑣𝑡 − 𝑣𝜌 )
𝜀= 𝑣𝑡

Keterangan :
𝑣𝜌 : rasio berat terukur partikel yang menempati bagian uji media berpori dengan
kepadatannya
𝑣𝑡 : volume total bagian uji media berpori

Koefisien perpindahan panas :


𝑞 − 𝑞𝐿𝑜𝑠𝑠
ℎ𝑥 = 𝐴(𝑇𝑡
𝑤 (𝑥)−𝑇∞ )

Daya listrik yang dihasilkan dari pemanas utama, 𝑞𝑡 , ditentukan dari tegangan terukur dan
resistansi pemanas utama yang diukur sebagai :
2 𝐶𝑜𝑠𝜙
𝑉𝑚
𝑞𝑡 = 𝑅𝑚
𝐶𝑜𝑠𝜙 = 0,98
𝑞𝐿𝑜𝑠𝑠 = total panas yang hilang dari pelat diperkirakan masing-masing 3% dan 5% dari input
daya pemanas pada kecepatan tinggi dan rendah

Konduktivitas termal efektif stagnan :


2
√1−𝜀 1−𝜆 1 𝐵+1 𝐵−1
𝑘𝑚 = 𝑘𝑓 (1 − √1 − 𝜀 + 𝑋 [ ln ( ) − − ])
1− 𝜆𝐵 (1− 𝜆𝐵)2 𝜆𝐵 2 1− 𝜆𝐵
(1−𝜀) 10⁄9
Dengan B =1,25[ ] dan 𝜆 = 𝑘𝑓 /𝑘𝑠
𝜀

Berdasarkan panjang aliran pelat, Nusselt number dihitung dengan persamaan :


ℎ𝑥 𝐿
𝑁𝑢𝐿 =
𝑘𝑓
Koefisien perpindahan panas rata-rata dan Nusselt number rata-rata yang sesuai dihitung
pada kecepatan aliran yang berbeda sebagai berikut :
1 𝐿 ℎ̅𝐿
̅
ℎ = ∫ ℎ𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑎𝑛 𝑁𝑢 ̅̅̅̅̅𝐿 =
𝐿 0 𝑘𝑓
Sehingga, rumus Nusselt number setelah dikorelasikan dengan bilangan reynolds :
0,27 𝑘 0,43
d
̅̅̅̅̅
𝑁𝑢𝐿 = 0,36(L) 𝑚
( ) 𝑅𝑒𝐿0,68
𝑘𝑓
Konveksi Bebas dari Permukaan Miring
Sebuah penelitian dilakukan oleh fujii dan Imura dengan Plat yang dipanaskan
didalam air pada berbagai sudut kemiringan. Sudut yang dibuat plat itu dengan bidang
vertikal ditandai dengan , dengan tanda positis untuk menunjukkan bahwa permukaan
pemanas menghadap ke bawah (arah sudut positif berlawanan arah jarum
jam/counterclockwise). Untuk plat miring menghadap Ke bawah dengan fluks panas hamper
tetap, didapatkan korelasi berikut untuk angka rata-rata
NUe = 0,56(GrePrecos ) 1/4

Batasan rumus ini adalah < 88 ̊ dan 105 < GrePrecos < 1011

Untuk plat hamper horizontal yang menghadap ke bawah (88 ̊ < < 90 ̊ ), didapat
sebuah rumus tambahan
Nue = 0,58(GrePre) 1/3 untuk 106 < GrePre < 1011

KONVEKSI PAKSAAN PADA PIPA MELINGKAR

Persamaan dan perhitungan untuk menentukan koefisien perpindahan panas rata rata untuk
mengembangkan kecepatan dan suhu secara simultan dalam pipa melingkar

Suhu dinding tabung (Tw ) dihitung sebagai:


Tw = Tb + q / (hm A)
hm= NUm · k / D
hmult = NUm / NUf-dev
Bilangan Nusselt dihitung sebagai:

Untuk Aliran Laminar - Re < 2300


jika (Re Pr / L / D)(1/3) ( v/ vw ) 0,14 >= 2.0 ; aliran berkembang.
NUm = 1,86 (Re Pr / (L/D) )(1/3) (v / vw) 0,14
berlaku untuk 0.48 < Pr < 16.700 dan 0.0044 < ( v/ vw ) 0.14 < 9.75
Lain; aliran dikembangkan sepenuhnya
NUm = 3,66 ; suhu seragam

Untuk Aliran Berkembang Turbulen - 2300 < Re < 5 x 106


Nu = Nudev ( 1 + 2.4254 / ( L / D )0.676 ) ; berlaku untuk Pr = 0,7, yaitu udara
Dimana:
NUdev = ( f / 8) ( Re - 1000 ) Pr / { 1 + 12,7( f / 8 )1/2 ( Pr2/3 - 1 ) }
berlaku untuk 0,5 < Pr < 2.000
& dan f = ( 0.79ln Re - 1.64 )-2 adalah nilai Nusselt dan gesekan untuk aliran berkembang
penuh

Dimana Re adalah bilangan Reynolds dan Pr adalah bilangan Prandtl yang dihitung
menggunakan sifat fluida sebagai berikut:
Re = р um D / v
Pr = Cp v / k
Suhu film Tf didefinisikan sebagai berikut:
Tf = (Tw + Tb ) / 2

Dimana:
C p = Specific Heat capacity (J/(kg·K))
k = Thermal Conductivity of Fluid (W/m - °C)
v = Dynamic Viscosity (kg/m-s)
vw = Dynamic Viscosity (kg/m-s)
ρ = Density (kg/m3)
D = Diameter of Tube/Pipe (m)
L = Tube/Pipe Length (m)
q = Heat Load (W)
Tb = Bulk Fluid Temperature °C
u m = Fluid/Flow Velocity (m/s)
Re = Reynolds number
Pr = Prandtl number
f = Friction
Nu = Nusselt Number
hm = Heat transfer coefficient (W/m2 - °C)
hmult = Heat Transfer Muliplier
A = Area of the Tube/Pipe (m2)
Tw = Average Wall Temperature °C
Rumus Konveksi Paksaan Melintasi Permukaan Rata
Pada rumus ini dijelaskan tentang perpindahan kalor dan gaya hambat (drag force) yang
terjadi saat fluida melintasi suatu permukaan rata. Bilangan Nusselt rata-rata untuk aliran
melintasi plat rata dapat dinyatakan dengan persamaan umum.
𝑛𝐿
Nu = 𝑘 =D ReLmPrn

Dengan C, m,n adalah konstanta dan L adalah plat pada arah aliran.

Gambar Aliran Melintasi Permukaan Rata


Bilangan Reynold untuk aliran melintasi plat rata adalah
V
Re = ∞v L
Pada aliran melintasi plat rata bilangan Reynolds kritis adalah 5 × 10⁵. Untuk Re < 5×10⁵
maka persamaan yang digunakan adalah persamaan aliran laminar sedangkan jika Re >
5×10⁵ maka persamaan yang digunakan adalah persamaan aliran turbulen atau kombinasi
laminer dan turbulen.
Gaya hambat yang terjadi pada aliran fluida untuk kasus rata-rata dapat dihitung
menggunakan persamaan :
𝜌V∞ 2
FD = CrA 2
Dengan Cf adalah koefisien gesek atau koefisien hambat
hL
Nu = k
Temperatur fluida pada lapis batas termal mempunyai nilai yang bervariasi dari Ts pada
permukaan hingga T͚ pada sisi luar lapis batas. karena sifat fluida yang juga bervariasi
terhadap temperatur, maka untuk penentuan sifat-sifat fluida pada perhitungan didasarkan
pada temperatur film Tf, yaitu
Ts + T∞
Tf = 2
Pada Aliran Laminar
Koefisien gesek rata-rata untuk aliran laminar adalah
1.328
Cf = 1/2
RE𝐿
Bilangan Nusselt rata-rata untuk aliran laminar adalah
hL 1/2
Nu = k = 0.664ReL Pr1/3 (Pr ≥ 0.6) (Re𝐿 < 5 < 105 )
Aliran Turbulen
Pada aliran turbulen koefisien gesek rata-rata adalah
0.074
Cf = 1/5 (5×105 ≤ReL≤107)
ReL
Sedangkan bilangan Nusselt rata-rata untuk aliran turbulen adalah
hL 4/5
Nu = = 0.037ReL Pr1/3(0.6 ≤ Pr ≤ 60) (5×105≤ReL≤107)
k

Aliran Kombinasi Laminer dan Turbulen


Seringkali pada aliran melintasi plat rata, panjang alat melebihi panjang kritis sehingga aliran
telah turbulen namun masih belum cukup panjang untuk dapat mengabaikan aliran laminer.
Sehingga digunakan persamaan koefisien gesek rata-rata
0.074 1742
Cf = 1/5 − (5×105≤ReL≤107)
ReL ReL
Serta bilangan Nusselt rata-rata
4
hL
Nu = = (0.037ReL − 871)Pr1/3 (0.6 ≤ Pr ≤60 ) (5×105 ≤ ReL ≤ 107)
5
k
Panas Konveksi Paksa Pada Pin Fin Berpenampang Circular

Perpindahan panas konveksi merupakan perpindahan panas yang terjadi akibat


adanya perbedaan temperatur yang menyebabkan gerakan acak antarmolekul dan bulk
motion of fluid. Semakin cepat pergerakan fluida, maka akan semakin besar pula laju
perpindahan panas konveksi yang terjadi. Konvensi paksa pada pin fin ini terjadi karena
bergeraknya fluida. Saat aliran fluida melintasi sirip pin fin secara melintang, pin pada baris
pertama bertindak sebagai pembangkit turbulensi yang meningkatkan perpindahan panas
pada sirip selanjutnya.
Saat kondisi steady state energi potensial dan energi kinetik diabaikan, serta tidak ada kerja
yang terjadi sehingga didapatkan persamaan sebagai berikut :
𝑄𝑐𝑣 = 𝑚(ℎ) (1)
dengan entalpi ℎ = 𝐶𝑝 ∆𝑇 maka persamaan menjadi :
𝑄𝑐𝑣 = 𝑚𝐶𝑝 ∆𝑇 (2)
Keterangan :
𝑄𝑐𝑣 = laju perpindahan panas konveksi (W)
m = laju aliran massa udara kg/s
h = panas jenis udara (J/kg.K)
∆𝑇 = temperatur
Perpindahan panas secara konveksi dari permukaan pin fin dan base plate dirumuskan
sebagai berikut :
𝑇 +𝑇
𝑄𝑐𝑜𝑛𝑣 = ℎ̅𝐴𝑠 [𝑇𝑏 − 𝑖𝑛 2 𝑜𝑢𝑡] (3)
Keterangan :
𝑄𝑐𝑣 = laju perpindahan panas konveksi (W)
h = koefisien perpindahan panas konveksi rata-rata (W/m2.K)
𝐴𝑠 = luas seluruh permukaan kotak pada pin fin (m2)
𝑇𝑏 = temperatur permukaan base plate (K)
𝑇𝑖𝑛 = temperatur inlet dari aliran udara (K)
𝑇𝑜𝑢𝑡 = temperatur outlet dari aliran udara (K)
dengan
𝐴𝑠 = (𝑊𝐿) + (𝜋𝐷𝑓𝑖𝑛 𝐻𝑓𝑖𝑛 𝑁𝑥𝑦 ) (4)
Keterangan :
W = wide of base plate
L = lebar base plate
𝐻𝑓𝑖𝑛 = tinggi pin fin
𝑁𝑥𝑦 = jumlah pin fin
D = diameter pin fin
Maka koefisien perpidahan panas konveksi rata-rata dihitung melalui subtitusi persamaan 2
dan persamaan 3, sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut :
𝑚𝐶𝑝 (𝑇𝑖𝑛 + 𝑇𝑜𝑢𝑡 )
ℎ̅ =
𝑇 +𝑇
𝐴𝑠 [𝑇̅𝑠 − ( 𝑖𝑛 2 𝑜𝑢𝑡 )]

Anda mungkin juga menyukai