Hal tersebut dikarenakan volume limbah sand casting dan sand blasting
jumlahnya terbatas sedangkan dalam proses produksi semen menggunakan bahan
baku yang sangat besar. Penggunaan sand casting dan sand blasting yang digunakan
adalah 1:10 dari bahan baku murni (pasir silika dan pasir besi).
Langkah selanjutnya adalah melakukan perhitungan komposisi mix clay
(tanah liat) dan limestone (batu kapur) dengan menggunakan beberapa
asumsi (berdasarkan referensi data di lapangan pabrik semen gresik area
tuban) antara lain nilai target LSF, MgO, dan Al2O3 nilai tersebut
merupakan standar yang digunakan pada pabrik Semen Gresik area
Tuban.
Target :
LSF 1000 100
MgO 0,4
Al2O3 18 18
Dry Prop. 90% 10% 99% 1% 80% 69% 31% 100% 0% 20%
Wet Prop. 89% 11% 99% 1% 76% 71% 29% 100% 0% 24%
Perb 8 1 74 1 2 1 1
Retase 1851 230 2081 20 4182 571 231 803 0 1605 5787
Ton Dry 33310 3753 37063 491 37554 6324 2818 9142 0 9142 43240
Ton Wet 33310 4142 37453 508 37961 8569 3470 12039 0 12039 50000
Pada Tabel 4.12 dapat dilihat bahwa bahan baku semen (batu kapur dan tanah liat) yang
akan digunakan dalam proses produksi akan dicampur terlebih dahulu sehingga
mendapatkan komposisi yang diinginkan.
Batu kapur yang digunakan terdiri dari HG (High Grade Limestone), LG HG (Low Grade
Limestone), dan Dolomite. Dolomite adalah jenis batuan sedimen dengan komposisi
karbonat, kalsium dan magnesium dengan rumus kimia CaMg(CO)3. Kadang-kadang juga
mengandung besi dalam jumlah sedikit. Dolomite dan batuan lanau (limestone, CaCO3)
merupakan bahan industri penting terutama sebagai bahan dasar dalam industri semen
(Hariyanto, 2016).
Bahan baku tanah liat yang digunakan terdiri dari HA (High Alumina Clay), LA (Low
Alumina Clay), dan Trass.
Setelah data tiap komponen didapatkan selanjutnya dimasukkan
kedalam formula Bogue dan dilakukan perhitungan sebagai berikut :
a. Pemilihan tipe formula Bogue
% 𝐴𝑙2𝑂3
≥ 0,64
% 𝐹𝑒2𝑂3
6,46%
≥ 0,64
3,80%
1,7 ≥ 0,64
Dikarenakan hasil perhitungan didapatkan 1,7 ≥ 0,64 maka formula bogue yang digunakan adalah berikut :
C3S = (4,071 x % CaO) – (7,600 x % SiO2) – (6,718 x % Al2O3) – (1,430 x % Fe2O3) / (1-0,01 x %LOI) – (4,071 x
H2O)
C2S = ((2,867 x % SiO2) / (1-0,01 x %LOI)) – (0,7544 x C3S)
C3A = (2,650 x % Al2O3) – (1,692 x % Fe2O3) / (1-0,01 x %LOI)
C4AF = (3,043 x % Fe2O3) / (1-0,01 x %LOI)
b. Peritungan presentase C3S, C2S, C3A, dan C4AF
C3S = (4,071 x % CaO) – (7,600 x % SiO2) – (6,718 x % Al2O3) – (1,430 x % Fe2O3) / (1-0,01 x %LOI) – (4,071 x H2O)
C3S = (4,071 x 64,81%) – (7,600 x 20,51%) – (6,718 x 6,46%) – (1,430 x 3,80%) / (1-0,01 x 0%) – (4,071 x 1%)
C3S = 55,10%
No Uraian Simulasi
I II III IV V
Bogue
Pada Tabel 4.15 dapat dilihat bahwa
1 SiO2, minimum - 20,0 - - - 20,51
perhitungan hasil simulasi dapat digunakan
2 Al2O3, maksimum - 6,0 - - - 6,46
Fe2O3, maksimum - 6,0 - 6,5 - 3,80 pada semen potland jenis I (ditunjukkan
3
4 MgO, maksimum 6,0 6,0 6,0 6,0 6,0 0,87 kolom berwarna biru). Semen portland jenis
5 Jika C3A > 8,0 3,0 3,0 3,5 2,3 2,3 0,08 ada beberapa nilai yang tidak memenuhi
Jika C3A < 8,0 3,5 - 4,5 - - persyaratan. Beberapa tipe semen portland
6 Hilang Pijar, maksimum 5,0 3,0 3,0 2,5 3,0 - menurut ASTM (American Society for Testing
Bagian Tak Larut, maksimum and Materials)
7 3,0 1,5 1,5 1,5 1,5 -