Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Sejarah Berdirinya Pabrik


PT Holcim Indonesia Tbk (sebelumnya bernama PT Semen Cibinong Tbk) adalah
sebuah perusahaan produsen semen di Indonesia. Presiden direkturnya saat ini adalah
Gerhard Wolfgang Schutz. Holcim mengakuisisi saham mayoritas PT Semen Cibinong Tbk
pada 13 Desember 2001. Holcim Indonesia memiliki tiga pabrik semen masing-masing di
Narogong, Jawa Barat, Cilacap, Jawa Tengah, dan Tuban, Jawa Timur dengan total kapasitas
maksimum 12.5 juta ton semen per tahun. Kepemilikan saham Holcim Indonesia adalah
LafargeHolcim Group sebesar 80.65% dan sisanya dimiliki publik.

Pada tanggal 1 Januari 2006, PT. Semen Cibinong berganti nama menjadi PT. Holcim
Indonesia Tbk sesuai dengan keputusan yang diperoleh pada rapat yang diadakan pada
tanggal 24 April 2005. Berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB)
PT. Holcim Indonesia Tbk yang berlangsung pada Senin 11 Februari 2019 dihasilkan
beberapa kesepakatan yakni pergantian nama perusahaan menjadi Solusi Bangun Indonesia
yang dimana ini merupakan hasil akuisisi yang dilakukan oleh PT. Semen Indonesia
(Persero) Tbk.

PT Solusi Bangun Indonesia Tbk adalah sebuah perusahaan publik Indonesia dimana
mayoritas sahamnya (80,65%) dimiliki dan dikelola oleh PT Semen Indonesia Industri
Bangunan (SIIB) – bagian dari Semen Indonesia Group - produsen semen terbesar di
Indonesia dan Asia Tenggara dengan total kapasitas produksi 45 juta ton semen per tahun. PT
Solusi Bangun Indonesia mempekerjakan lebih dari 2.500 orang. PT Solusi Bangun
Indonesia Tbk menjalankan usaha yang terintegrasi terdiri dari semen, beton siap pakai, dan
produksi agregat. Perusahaan mengoperasikan empat pabrik semen masing-masing di
Narogong, Jawa Barat, Cilacap, Jawa Tengah, Tuban di Jawa Timur dan Lhoknga, Aceh
dengan total kapasitas gabungan per tahun 15 juta ton semen.

1.2 Bahan Baku dalam Pembuatan Semen


1. Batu Kapur (Limestone)
Batu kapur merupakan bahan baku utama dalam proses pembuatan semen dengan
komposisinya ± 77 % dari total bahan baku. Batu kapur mempunyai rumus kimia CaCO3
(Calsium Carbonat). Batu kapur ini diambil dari Pulau Sodong Nusakambangan dengan
kemurnian CaCO3 mencapai 95 %.
Berdasarkan kandungan CaCO3nya batu kapur dibedakan menjadi:
 Batu kapur High Grade
Batu kapur ini mengandung CaCO3 lebih dari 95% dan MgO maksimal 5%, bersifat
rapuh.
 Batu kapur Medium Grade
Kadar CaCO3 85-95% dan MgO maksimal 5%,bersifat rapuh dan kurang keras.
 Batu Kapur Low Grade
Kadar CaCO3 70-85% dan mengandung MgO tinggi.
PT Solusi Bangun Indonesia Tbk menggunakan batu kapur dengan kualitas
High Grade Limestone dan Medium Grade Limestone yang diperoleh dengan cara
penambangan.
Tabel 1. Komposisi Batu Kapur

Komposisi bahan Komposisi (% berat)

CaO 52,12
SiO2 1,89
Al2O3 0,91
MgO 0,46
K2O 0,03
Na2O 0,01
Impuritas 0,06
H2O 6,39
Fe2O3 0,55
LOI 37,4
Total 100
(Dept. Technical, 2019)

2. Tanah Liat (Clay)


Tanah liat mempunyai rumus Al2O32SiO3.2H2O komposisi tanah liat dalam bahan
baku ± 15 %. .Penambangan dilakukan dengan menggunakan alat berat yang dilakukan
secara bertahap. Pengangkuatan ke pabrik dilakukan dengan menggunakan dump truck, dan
setiap harinya bisa mencapai 800-1000 ton tanah liat.
Tabel 2. Komposisi Tanah Liat
Komposisi bahan Komposisi (% berat)
SiO2 46,81
Al2O3 14,87
Fe2O3 6,19
CaO 12,25
MgO 2,29
K2O 1,03
Na2O 0,92
SO3 0,46
Impuritas 1,16
H2O 16,01
Total 100
(Dept. Technical, 2019)
3. Pasir Silika (silica sand)
Komposisi pasir silika dalam campuran bahan baku ± 5 %. Dalam semen pasir silika
ini membentuk C2S yang berfungsi sebagai penunjang kekuatan akhir dari semen. Rumus
kimia dari pasir silika adalah SiO2. Pasir silika yang diterima setiap bulannya sebanyak ±
17.000 - 18.000 ton.
Tabel 3. Komposisi Pasir Silika
Komposisi bahan Komposisi (% berat)
SiO2 86,78
Al2O3 6,02
Fe2O3 2,23
CaO 0,85
MgO 0,36
H2O 4,48
Total 100
(Dept. Technical, 2019)
4. Pasir Besi (Iron sand)
Dalam pembuatan semen, pasir besi berfungsi sebagai pembentuk C4AF yang sangat
berpengaruh pada warna semen. Rumus kimia pasir besi adalah Fe2O3. Penggunaan pasir besi
dalam campuran bahan baku sebesar ± 1 %. .
Tabel 4. Komposisi Pasir Besi
Komposisi bahan Komposisi (% berat)

Fe2O3 47,48

Al2O3 33,94

SiO2 7,41

CaO 3,51

MgO 2,19

H2O 4,43
Total 100

(Dept. Technical, 2019)

1.3 Bahan Pembantu Pembuatan Semen


1. Gypsum
Gypsum adalah hidrat sufat (CaSO4.2H2O) yang berfungsi sebagai retarder untuk
mengendalikan setting time dalam beton. Gypsum ini ditambahkan pada saat penggilingan
klinker dengan prosentase sekitar 3-4% dari berat klinker. Jika komposisi gypsum kurang
maka akan terjadi kelebihan C3A yang menyebabkan panas yang besar sehingga dalam
penggunaannya semen mudah pecah sedangkan jika komposisinya berlebih akan
menyebabkan waktu pengerasan semen akan berjalan lambat. Kebutuhan gypsum
diperkirakan sekitar 185.000 ton/tahun.
Tabel 5. Komposisi Gypsum
Komposisi bahan Komposisi (% berat)
SO3 40,92
CaO 34,77
H2O Comb 4,48
Impuritas 1,40
H2O Surf 18,43
Total 100
(Dept. Technical, 2019)

2. Pozzolan
Seperti halnya gypsum, pozzolan juga baru ditambahkan pada saat klinker masuk
kedalam penggilingan akhir.
3. Dolomite
Dolomite adalah bahan tambahan dalam proses pembuatan semen yang berupa batu
kapur yang cacat. Komposisi dolomite dalam proses pembuatan semen adalah ± 16 % dari
berat klinker. Sama seperti gypsum, dolomite diikutsertakan dalam proses pembuatan semen
pada saat berada dipenggilingan akhir.
4. Fly Ash
Penggunaan fly ash sbenarnya tidak begitu penting dalam proses pembuatan semen.
Namun, dengan penambahan fly ash sebagai bahan tambahan, harga jual yang dihasilkan bisa
lebih murah. Penambahan fly ash tidak berpengaruh pada kualitas semen.

1.4 Produk Utama


Produk yang dihasikan oleh PT. Solusi Bangun Indonesia Tbk, adalah berupa produk
semen. Namun dalam produk semen yang  dihasilkan mempunyai beberapa tipe serta
penggunaan yang berbeda di setiap tipenya. Berikut jenis semen yang dibedakan menurut tipe
dan penggunaannya :

Refference , SNI 15 – 2049 – 2004 dan ASTM C – 150 – 2004

Type I (Ordinary Portland Cement) adalah semen yang dipakai untuk penggunaan umum
yang tidak memerlukan persyaratan khusus

Type II (Moderate Sulfat Resistance) adalah semen portland yang dalam penggunaannya


memerlukan ketahanan terhadap sulfat sedang dan kalor hidrasi sedang

Type III (High Early Strength) adalah semen portland yang dalam penggunaannya
memerlukan kuat tekan awal yang tinggi.

Type IV (Low Heat of Hydration) adalah semen portland yang dalam penggunaannya


memerlukan kalor hidrasi rendah, biasanya digunakan untuk struktur beton seperti Dam.

Type V (Sulfat Resistance) adalah semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan


ketahanan terhadap sulfat tinggi.

Anda mungkin juga menyukai