Kelas : 1PJJ
NIM : 4115010013
EVALUASI BAB 1
TEKNOLOGI ADUKAN/MORTAR
- Susunan butir pasir untuk adukan, antara lain menurut ASTM sebagai berikut:
Jenis jenis perekat mineral yang digunakan untuk aduka antara lain:
- Semen portland
- Semen portland pozolan
- Semen pozolan kapur
- Semen adukan/mansory cement mortar instan, yang biasanya dibuat dalam
kondisi material tertentu. Contoh: saat kita akan mengguanakan hebel/ batu bata yang
memiliki porositas yang sangat tinggi, jarang sekali menggunakan adukan yang
manual. Maka harus sering diikuti dengan material yang memiliki retentifitas
(kemampuan menahan air) yang tinggi. Jadi gunakanlah semen adukan/mansory
cement yang instan dan memiliki kualitas lebih baik
- Kapur padam perekat non verbal
Air
Persyaratan umum air harus bersih dan dapat diminum (tidak berwarna, tidak berbau dan
tidak berasa). Apabila tidak memungkinkan, dapat dipakai air yang tidak menurunkan
kekuatan adukan. > 10% dari adukan yang dibuat dengan air bersih
Bahan tambah jika diperlukan untuk meningkatkan kualitas mortar. Bahan tambah
yang baik memiliki sifat:
- Harus bersifat pozolanik tidak mengandung lumpur
Didalam agregat halus, lumpur tidak boleh lebih dari 5%. Dan didalam agregat kasar,
lumpur tidak boleh lebih dari 10%.
Jika mengandung lumpur, maka bahan tambah tersebut bersifat filamen, yaitu akan
menghalangi pertemuan antara perekat dan agregat. Jika hal itu terjadi maka perekat
dan agregat tidak bisa menempel.
- Harus bersifat sementittius
b) Jenis adukan
- Menurut perekatnya
1. PC, pasir, air mortar umum
2. Kapur, pasir, air mortar non permanen
3. PC, kapur, pasir, air
4. Kapur, tras, pasir, air mortar permanen, karena kapur dan tras similar dengan
portland semen, yaitu mengandung Si, Al, Ca
- Menurut sifatnya
1. Aduk rapat air (trasraam) : tidak menyerap air. Butuh bahan pengisi supaya masif
2. Aduk biasa : tanpa penekanan sifat tertentu
c) Perbandingan campuran
Susunan campuran adukan harus memenuhi sebagian atau seluruh kriteria dibawah ini
- Kekuatan (tergantung jenis material), disesuaikan dengan:
a. Jenis komponen bangunan yang akan direkatkan
b. Daya rekat yang dibutuhkan Jika retentifitas tinggi dan suction rate rendah
maka mortar + bata merah memiliki bond strength ( daya rekat ) yang besar.
c. Kekuatan konstruksi yang dibuat hanya sebagai partisi atau mendukung beban.
- Workability, disesuaikan dengan:
a. Jenis komponen banguna
b. Cara pengerjaan
c. Besar/kecilnya pengerjaan
d. Suhu, tingkat penguapan
- Pengguanaan, disesuaikan dengan:
Untuk apa adukan tersebut dibuat, seperti pasangan, adukan, kedap air dan sebagainya.
d) Sifat adukan segar sifat fisis mortar
- Kelecakan/konsistensi
Kelecakan tergantung dari jumlah air pencampur. Jumlah air yang tepat dinyatakan
sebagai konsistensi normal diukur dengan alat tertentu, dimana mortar memiliki
derajat kecairan tertentu.. Sifat lecak berhubungan dengan kemudahan/ enak untuk
dikerjakan
- Keplastisan dan kemudahan dikerjakan (plastisy dan workability) tidak ada
klasifikasi tertentu
a. Kemudahan dikerjakan diartikan sebagai mudah untuk diaduk dengan sendok
tukang batu, dipasang diantara bata, tanpa banyak bahan yang jatuh/ lepas. Sifat ini
banyak dipengaruhi oleh kelecakan, daya menahan air, dan plastisitas yang
dipengaruhi juga oleh sifat bahan perekat dan kehalusan agregat
b. Mortar yang mudah dikerjakan, biasanya juga bersifat plastis. Sifat ini sukar
diukur secara kuantitatif. Apabila plesteran tembok tidak enak untuk dikerjakan,
tidak lecak dan tidak plastis, maka plesteran akan mudah lepas dari bidang
plesterannya
- Sifat dapat menahan air (water retentivity)
a. Sifat dapat menahan air (Water Retentivity) berarti setelah adukan ditambah air, ia
mampu untuk menahan air tersebut selama beberapa saat untuk memberikan
kesempatan bagi adukan mengeras tanpa terlepas. Sifat ini dipengaruhi oleh
jumlah butiran halus, serta pembentukan gel dari bahan perekat
b. Air yang dicampur ke adukan akan melekat pada butir-butir agregat dan perekat
sebanding dengan jumlah permukaannya. Hal ini dipengaruhi juga oleh daya
kohesi dan adhesinya terhadap air.
c. Sifat dapat menahan air ini diuji di laboratorium dengan mengukur perbedaan
kelecakan adukan sebelum dan sesudah diisap airnya. Misalnya sebelum diisap
flownya 100 dan sesudah diisap dengan besarnya isapan 5cmHg = 85 maka nilai
retentivitasnya = 85 x 100% = 85%. Nilai retentivitas yang baik adalah diatas 70%
d. Makin kecil nilai retentivitas adukan kurang baik karena mudah untuk bleeding.
ASTM C 270 mensyaratkan nilai retentivitas minimum 70%. Nilai retentivitas
adukan harus sebanding dengan besarnya daya serap air bata agar daya lekat dan
proses pengerasan adukan berjalan sempurna.
- Daya serap air bata (suction rate)
Diartikan sebagai kemampuan permukaan bata untuk menyerap air pada menit
pertama bata tersebut bersentuhan dengan air. Untuk bata dengan ukuran standar
sebaiknya daya serap air lebih kecil dari 20 gr/dm2/menit.
Untuk memperoleh kekuatan ikatan yang baik harus diseimbangkan antara daya serap
air bata dan retentivitas adukan. Semakin kecil suction rate, maka semakin baik.
- Daya rekat ( bond strength)
a. Jenis adukan : tergantung jenis bata
b. Retentivitas adukan : yang baik retentivitas tinggi
c. Suction rate : yang baik daya serap air rendah
Untuk mendapat daya rekat yang baik antara adukan dengan bata perlu perhatikan
hal berikut:
- Cetakan batako
- Ayakan pasir
- Kotak adukan
- Sendok semen
- Sekop
- Cangkul
- Ember dan ember penyiram
- Plastik (untuk menjaga kelembapan)
Langkah persiapa:
Siapkan perkakas,peralatan dan bahan. Ayak pasir pertama dengan ayakan pasir 1 cm
untuk memisahkan batu-batu yang besar. Lalu ayak lagi dengan ayakan yang lebih kecil
untuk mendapatkan pasir halus. Pasir harus bersih dari kotoran, sampah dan lumpur.
Mengaduk Beton
Kali ini akan dibahas mengaduk beton dengn tangan, jangan lupa siapkan sarung tangan
plastik. Langkah-langkah mengaduk beton dengan tangan adalah sebagai berikut :
Referensi:
http://terapanteknologitepatguna.blogspot.co.id/2013/06/proses-pembuatan-batako.html