Anda di halaman 1dari 9

Nama : Karunia Pratiwi

Kelas : 1PJJ

NIM : 4115010013

EVALUASI BAB 1

TEKNOLOGI ADUKAN/MORTAR

1. Kriteria apa yang harus dipertimbangkan ketika akan merencanakan pembuatan


adukan?
a) Persyaratan bahan
 Agregat
1
- Karena ketebalan adukan dibatasi 5 – 15 mm, besar butir agregat maksimum dibatasi 5
tebal adukan. Maka seringkali jika diameter adukan terlalu tebal, saat meratakan
dengan sendok spesi, akan terdapat batu yang menyebabkan discontinouitas. Jika hal
tersebut terjadi timbul lubang, maka udara yang masuk akan merusak dinding.

- Susunan butir pasir untuk adukan, antara lain menurut ASTM sebagai berikut:

Lubang ayakan,mm Standar ASTM Susunan butir ideal


4,8 100 100
2,4 95-100 97
1,2 60-100 84
0,6 35-70 50
0,3 15-35 27
0,15 0-15 6

- Susunan besar butir yang ditetapkan dengan angka kehalusan (FinenessModulus)


berkisar antara 2,2-2,6 yang ideal dengan maksimum 2,8. Besar butir ideal 2,4 mm.
- Untuk mendapatkan workability yang baik, sebaiknya : antara ayakan 0,6-0,3 mm
kurang lebih 15 % dan antara ayakan 0,15-0,075 maksimum 10 %.
- Agregat harus keras antara lain mengandung silika dalam jumlah besar.
- Agregat harus bersih jika mengandung butiran halus (< 0,075mm) dibatasi maksimum
5%, karena jika terlalu banyak maka penyusutan menjadi besar ; bersih dari zat
organik agar tidak mengganggu rekatan dengan bahan perekat.
- Butiran halus (< 0,3 mm) sebaiknya lebih besar dari 20 % sedangkan butiran kasar
harus sedikit.
 Perekat
Harus sesuai dengan:
- Jenis bahan/ komponen bahan bangunan yang direkatkan
Penjelasan: Yang akan kita rekatkan adalah batu bata. Batu bata itu bermacam macam,
salah satu nya adalah batu bata yang terbuat dari tanah liat seperti batu merah. Untuk
digunakan sebagai bahan bangunan, bata merah harus direndam terlebih dahulu supaya
suction rate(kemampuan menyerap air) rendah. Contoh lain dari batu bata adalah
batako/bata kapur/bata beton. Perlakuan terhadap batu bata tersebut berbeda dengan batu
merah. Merka cukup disemprot saja karena mereka memiliki suction rate yang tinggi.
Maka dari itu kita harus mengetahui properties material sebelum bahan itu digunakan
untuk bahan bangunan.
- Kekuatan yang harus dicapai  kekuatan harus diperhitungkan karena ada klasifikasi
- Iklim dan cuaca dimana bengunan ditempatkan  supaya tidak terjadi retakan
- Penampakan yang diinginkan (tampak luar)
- Persyaratan mutu sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan

Jenis jenis perekat mineral yang digunakan untuk aduka antara lain:

- Semen portland
- Semen portland pozolan
- Semen pozolan kapur
- Semen adukan/mansory cement  mortar instan, yang biasanya dibuat dalam
kondisi material tertentu. Contoh: saat kita akan mengguanakan hebel/ batu bata yang
memiliki porositas yang sangat tinggi, jarang sekali menggunakan adukan yang
manual. Maka harus sering diikuti dengan material yang memiliki retentifitas
(kemampuan menahan air) yang tinggi. Jadi gunakanlah semen adukan/mansory
cement yang instan dan memiliki kualitas lebih baik
- Kapur padam  perekat non verbal
 Air
Persyaratan umum air harus bersih dan dapat diminum (tidak berwarna, tidak berbau dan
tidak berasa). Apabila tidak memungkinkan, dapat dipakai air yang tidak menurunkan
kekuatan adukan. > 10% dari adukan yang dibuat dengan air bersih
 Bahan tambah  jika diperlukan untuk meningkatkan kualitas mortar. Bahan tambah
yang baik memiliki sifat:
- Harus bersifat pozolanik  tidak mengandung lumpur
Didalam agregat halus, lumpur tidak boleh lebih dari 5%. Dan didalam agregat kasar,
lumpur tidak boleh lebih dari 10%.
Jika mengandung lumpur, maka bahan tambah tersebut bersifat filamen, yaitu akan
menghalangi pertemuan antara perekat dan agregat. Jika hal itu terjadi maka perekat
dan agregat tidak bisa menempel.
- Harus bersifat sementittius

b) Jenis adukan
- Menurut perekatnya
1. PC, pasir, air  mortar umum
2. Kapur, pasir, air  mortar non permanen
3. PC, kapur, pasir, air
4. Kapur, tras, pasir, air  mortar permanen, karena kapur dan tras similar dengan
portland semen, yaitu mengandung Si, Al, Ca
- Menurut sifatnya
1. Aduk rapat air (trasraam) : tidak menyerap air. Butuh bahan pengisi supaya masif
2. Aduk biasa : tanpa penekanan sifat tertentu

Dalam pembuatan dinding atau tembok bata tergantung antara lain:

1. Sifat dari adukannya  yang baik yang memiliki retentifitas tinggi


2. Sifat bata yang dipakai  yang memiliki suction ratae rendah. Jika retentifitas
tinggi dan suction rate rendah maka mortar + bata merah memiliki bond strength (
daya rekat ) yang besar
3. Cara kerja dalam pemasnagan bata  tergantung volume adukan
Jika memasang plesteran yang memiliki volume besar, maka tidak boleh dipasang
secara langsung, harus dibuat balok anakan/ dibuat partisi. Supaya mengikat dan
tidak kantilever. Buatlah jarak tidak lebih dari 30m.

c) Perbandingan campuran
Susunan campuran adukan harus memenuhi sebagian atau seluruh kriteria dibawah ini
- Kekuatan (tergantung jenis material), disesuaikan dengan:
a. Jenis komponen bangunan yang akan direkatkan
b. Daya rekat yang dibutuhkan  Jika retentifitas tinggi dan suction rate rendah
maka mortar + bata merah memiliki bond strength ( daya rekat ) yang besar.
c. Kekuatan konstruksi yang dibuat  hanya sebagai partisi atau mendukung beban.
- Workability, disesuaikan dengan:
a. Jenis komponen banguna
b. Cara pengerjaan
c. Besar/kecilnya pengerjaan
d. Suhu, tingkat penguapan
- Pengguanaan, disesuaikan dengan:
Untuk apa adukan tersebut dibuat, seperti pasangan, adukan, kedap air dan sebagainya.
d) Sifat adukan segar  sifat fisis mortar
- Kelecakan/konsistensi
Kelecakan tergantung dari jumlah air pencampur. Jumlah air yang tepat dinyatakan
sebagai konsistensi normal diukur dengan alat tertentu, dimana mortar memiliki
derajat kecairan tertentu.. Sifat lecak berhubungan dengan kemudahan/ enak untuk
dikerjakan
- Keplastisan dan kemudahan dikerjakan (plastisy dan workability)  tidak ada
klasifikasi tertentu
a. Kemudahan dikerjakan diartikan sebagai mudah untuk diaduk dengan sendok
tukang batu, dipasang diantara bata, tanpa banyak bahan yang jatuh/ lepas. Sifat ini
banyak dipengaruhi oleh kelecakan, daya menahan air, dan plastisitas yang
dipengaruhi juga oleh sifat bahan perekat dan kehalusan agregat
b. Mortar yang mudah dikerjakan, biasanya juga bersifat plastis. Sifat ini sukar
diukur secara kuantitatif. Apabila plesteran tembok tidak enak untuk dikerjakan,
tidak lecak dan tidak plastis, maka plesteran akan mudah lepas dari bidang
plesterannya
- Sifat dapat menahan air (water retentivity)
a. Sifat dapat menahan air (Water Retentivity) berarti setelah adukan ditambah air, ia
mampu untuk menahan air tersebut selama beberapa saat untuk memberikan
kesempatan bagi adukan mengeras tanpa terlepas. Sifat ini dipengaruhi oleh
jumlah butiran halus, serta pembentukan gel dari bahan perekat
b. Air yang dicampur ke adukan akan melekat pada butir-butir agregat dan perekat
sebanding dengan jumlah permukaannya. Hal ini dipengaruhi juga oleh daya
kohesi dan adhesinya terhadap air.
c. Sifat dapat menahan air ini diuji di laboratorium dengan mengukur perbedaan
kelecakan adukan sebelum dan sesudah diisap airnya. Misalnya sebelum diisap
flownya 100 dan sesudah diisap dengan besarnya isapan 5cmHg = 85 maka nilai
retentivitasnya = 85 x 100% = 85%. Nilai retentivitas yang baik adalah diatas 70%
d. Makin kecil nilai retentivitas adukan kurang baik karena mudah untuk bleeding.
ASTM C 270 mensyaratkan nilai retentivitas minimum 70%. Nilai retentivitas
adukan harus sebanding dengan besarnya daya serap air bata agar daya lekat dan
proses pengerasan adukan berjalan sempurna.
- Daya serap air bata (suction rate)
Diartikan sebagai kemampuan permukaan bata untuk menyerap air pada menit
pertama bata tersebut bersentuhan dengan air. Untuk bata dengan ukuran standar
sebaiknya daya serap air lebih kecil dari 20 gr/dm2/menit.
Untuk memperoleh kekuatan ikatan yang baik harus diseimbangkan antara daya serap
air bata dan retentivitas adukan. Semakin kecil suction rate, maka semakin baik.
- Daya rekat ( bond strength)
a. Jenis adukan : tergantung jenis bata
b. Retentivitas adukan : yang baik retentivitas tinggi
c. Suction rate : yang baik daya serap air rendah

Untuk mendapat daya rekat yang baik antara adukan dengan bata perlu perhatikan
hal berikut:

- Daya serap air bata hendaknya antara 10-20 gr/dm2/menit


- Untuk bata yang daya serapnya tinggi, agar direndam dulu dalam air supaya tidak
menyerap air dari adukannya, serta mencuci debu yang melekat pada permukaan bata.
- Bila tembok dibuat dari bata tras kapur, jangan direndam air cukup dibasahi
permukaannya sebelum dipasang.
- Aduk yang terbuat dari campuran PC + kapur padam + pasir lebih baik daya rekatnya
karena aduk jenis ini memiliki kelecakan (keplastisan) dan workability yang baik.
Kapur yang terbakar sempurna, adalah yang terurai. Karena jika kapur yang tidak
terbakar sempurna sesuai dengan suhu kalsinasi, akan membuat campuran tidak
homogen.
- Aduk yang mengandung tras halus atau pasirnya banyak mengandung lumpur,
memiliki daya rekat lebih baik.
- Adukan yang memiliki angka flow  100% berdaya rekat lebih baik dari yang kering.
Oleh karena itu jangan menggunakan adukan kering. Angka flow dibatasi min 70%
- Ketebalan adukan sebaiknya 10 mm-15mm
- Untuk mendapat daya rekat yang baik, bidang tembok yang akan diplester dikasarkan
dulu dengan aduk cair PC + pasir, tunggu sampai mengeras, basahi dulu baru diplester

e) Sifat adukan keras  sifat mekanis mortar


a. Kekuatan adukan
Adukan harus mempunyai kekuatan, dinyatakan sebagai kuat tekn yang sesuai dengan
𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑥
kebutuhan konstruksi. Kuat tekan = 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑛𝑎𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔
Berdasarkan kekuatan, adukan dibagi menjadi:

1. Adukan dengan kekuatan sangat tinggi.


Untuk memikul beban langsung. Adukan berfungsi monolit dengan bagian konstruksi
yang bersangkutan
2. Adukan berkekuatan tinggi.
Untuk memikul beban konstruksi dan mempunyai ikatan cukup kuat terhadap bagian
konstruksi yang diberi adukan
3. Adukan berkekuatan sedang
Untuk penggunaan luar (eksterior) dimana adukan akan berhubungan terus menerus
dengan air, gas, cuaca panas/ dingin, lumut, dsb, serta untuk interior
4. Adukan berkekuatan rendah.
Untuk konstruksi yang tidak memikul beban dan terlindung dari pengaruh cuaca.
5. Adukan berkekuatan sangat rendah.
Untuk bagian konstruksi di dalam dan terlindung dari pengaruh cuaca. Sifatnya hanya
sebagai pengisi, misalnya partisi.

b. Modulus elastisitas  jika menerima beban lateral


c. Mdulus patah  jika menerima beban aksial
d. Kekekalan bentuk  supaya tidak mudah mengembang dan menyusut
a. Akibat basah dan kering, dingin dan panas, adukan dapat berubah bentuk terutama
memanjang dan menyusut. Apabila pengembangan dan penyusutan besar maka
rekatan adukan akan mudah lepas atau retak retak.
b. Adukan yang gemuk, terlalu banyak butiran yang halus/ lumpur memiliki susut muai
besar dan mudah retak. Susut muai adukan harus sesuai dengan batanya agar
mempunyai kekekalan bentuk yang baik. Adukan yang gemuk disini, dapat
diakibatkan oleh terlalu banyak adukan halus, selain gradasi atau diakibatkan terlalu
lama diaduk.

f) Yang harus diperhatikan

Yang harus diperhatikan dalam pembuatan adukan, adalah :


1 Pencampuran merata
2 Kadar air jangan berlebihan
3 Gradasi dengan besar butir maksimum yang sesuai
4 Workability sesuai dengan teknik pemasangan
5 Perawatan secara sempurna.
2. Hal apa yang harus diperhatikan pada pembuatan plesteran?

a. Teknologi dan alat-alat yang digunakan dalam plesteran


Pekerjaan dilakukan dalam 3 tahap yaitu melemparkan aduk ketembok dengan
sendok aduk, meratakan dengan roskam dan membersihkan dengan gerakan
melingkar menggunakan bilah penggaris.
Jika memasang plesteran yang memiliki volume besar, maka tidak boleh dipasang
secara langsung, harus dibuat balok anakan/ dibuat partisi. Supaya mengikat dan tidak
kantilever. Buatlah jarak tidak lebih dari 30m.
b. Sifat bahan plesteran
Perhatikan pemakaian kapur yang belum terbakar sempurna ataupun sudah terbakar
lewat. Kapur yang terbakar sempurna, adalah yang terurai. Karena jika kapur yang
tidak terbakar sempurna sesuai dengan suhu kalsinasi, akan membuat campuran tidak
homogen. Bahan plesteran juga harus memiliki retentifitas atau keampuan menahan
air yang tinggi
c. Lapisan plesteran
Jumlah lapisan ideal dua lapis dengan ketebalan10-15mm tiap lapisnya
d. Daya isap permukaan yang diplester
Keseragaman daya isap harus dicapai oleh tembok dengan membasahi bata sebelum
dipasang, danmembasahi permukaan yang akan diplester.

3. Jelaskan tahapan pembuatan komponen bangunan dengan bahan dasar adukan,


secara umum.
Komponen bangunan dengan bahan dasar adukan, contohnya adalah bata beton /
conblock.
Bahan:
- Perekat: PC
- Agregat halus: agregat anorganik mineral (pasir dan kerikil)
- Air

Peralatan yang diperlukan:

- Cetakan batako
- Ayakan pasir
- Kotak adukan
- Sendok semen
- Sekop
- Cangkul
- Ember dan ember penyiram
- Plastik (untuk menjaga kelembapan)

Langkah persiapa:

Siapkan perkakas,peralatan dan bahan. Ayak pasir pertama dengan ayakan pasir 1 cm
untuk memisahkan batu-batu yang besar. Lalu ayak lagi dengan ayakan yang lebih kecil
untuk mendapatkan pasir halus. Pasir harus bersih dari kotoran, sampah dan lumpur.

Mengaduk Beton
Kali ini akan dibahas mengaduk beton dengn tangan, jangan lupa siapkan sarung tangan
plastik. Langkah-langkah mengaduk beton dengan tangan adalah sebagai berikut :

- Taburkan sejumlah pasir yang telah diukur setebal 10 cm di kotak adukan


- Tuang semen di atas pasir dan aduk keduanya secara bersama-sama sampai
warna keduanya tercampur;
- Bentuk adukan menjadi gundukan, dan buat lubang seperti cekungan di
tengah;
- Siram dengan sedikit air secara perlahan dan aduk sampai terbentuk pasta yang
merata;
- Jika menggunakan kerikil, sekarang tambahkan dalam takaran yang sesuai
kerikil dan aduk hingga setiap kerikil terlapisi secara merata;
- Periksa adukan: ambil segenggam penuh adukan dan bentuk seperti bola kecil.
Jika bola tersebut tidak retak, dan tangan sedikit basah, adukan siap untuk
dicetak.
Untuk perbandingan adukannya 1 bagian semen bermutu baik + 2 bagian pasir
sungai yang bersih + 3 bagian kerikil + air secukunya

Langkah selanjutnya Mencetak Batako


1. Siapkan alat cetakan
2. Masukkan adukan beton kedalam ember
3. Tempatkan bagian bawah cetakan ke tempat yang benar (di bawah atap atau
tempat teduh lainnya)
4. Beri oli dibawah cetakan
5. Tuang adukan beton kedalam cetakan
6. Letakkan alat tekan cetakan di atas bagian bawah cetakan
7. Tekan alat tekan lurus ke bawah hingga “bagian kakinya menyentuh lantai
pada ke dua sisi
8. Injak dengan kaki ke atas alat tekan cetakan, tekan cetakan, ambil pegangan
bagian bawah cetakan, perlahan – lahan angkat bagian atas cetakan
9. Letakkan bagian bawah cetakan ke tanah secara perlahan
10. Keluarkan peralatan tekan dari bagian bawah cetakan; pisahkan ke samping
11. Perlahan-lahan angkat bagian bawah cetakan ke atas, dan tempatkan di samping
batako yang baru jadi
12. Biarkan batako yang baru selama 1 hari, jangan kena sinar matahari langsung
13. Setelah 1 hari, batako ditumpuk dan dilakukan /curing/ selama seminggu
14. Bersihkan cetakan dari debu dan beri minyak lagi di cetakan dan batako
berikutnya siap dicetak.

Referensi:

Buku teknologi bahan 2

http://terapanteknologitepatguna.blogspot.co.id/2013/06/proses-pembuatan-batako.html

Anda mungkin juga menyukai