BAB I
PENDAHULUAN
Bandar Udara Gamarmalamo adalah bandar udara yang terletak di Desa Dukolamo,
Kecamatan Galela, Kabupaten Halmahera Utara, Maluku Utara. Bandar udara ini memiliki
ukuran landasan pacu 1.836 × 44 m. Jarak dari kota Tobelo, Halmahera Utara sekitar 25
km, sedangkan jarak dari kota kecamatan Galela sekitar 6 km. Posisi Bandara berada dekat
danau dan Gunung Tarakani, nama Bandara di ambil dari pejuang wanita yaitu " Gamar "
saat ini Bandara Gamar Malamo membawai satu Bandar lagi Yaitu Bandara Leo Watimena
yg terletak di Pulau Morotai.
Bandara ini melayani rute jarak pendek seperti penerbangan Galela Ternate, Galela
- Manado. Keberadaan bandara ini sudah cukup lama dibangun dan merupakan satu-
satunya bandara di wilayah galela, umumnya pesawat yang memakai bandara ini seperti
jenis pesawat dornier 328-100 dengan kapasitas 30 orang penumpang. Meski bandara ini
melayani rute terpendek, tetap dibutuhkan sebuah perencanaan atau site plan yang tepat,
termasuk di dalamnya adalah perencanaan drainase nya.
Dari sudut pandang yang lain, drainase adalah salah satu unsur dari prasarana umum yang
dibutuhkan masyarakat kota dalam rangka menuju kehidupan kota yang aman, nyaman,
bersih, dan sehat. Prasarana drainase disini berfungsi untuk mengalirkan air permukaan ke
1
Laporan Akhir
badan air (sumber air permukaan dan bawah permukaan tanah) dan atau bangunan resapan.
Selain itu juga berfungsi sebagai pengendali kebutuhan air permukaan dengan tindakan
untuk memperbaiki daerah becek, genangan air dan banjir.
Khusus drainase bandar udara pembahasannya difokuskan pada drainase area runway dan
shoulder karena runway dan shoulder merupakan area yang sulit diresapi, maka analisis
kapasitas/debit hujan mempergunakan formula drainase muka tanah atau surface drainase.
Kemiringan keadaan melintang untuk runway umumnya lebih kecil atau sama dengan
1,50%, kemiringan shoulder lebih kecil atau sama dengan 2,50%. Kemiringan kearah
memanjang ditentukan sebesar lebih kecil atau sama dengan 0,10%, ketentuan dari FAA
Amerika Serikat, genangan air di permukaan runway maksimum 14 cm, dan harus segera
dialirkan. Di sekeliling bandar udara terutama di sekeliling runway dan shoulder, harus ada
saluran terbuka untuk drainase mengalirkan air (interception ditch) dari sisi luar lapangan
terbang.
Dalam merencanakan drainase di Lapangan udara Syarif Kasim II, juga perlu
diperhatikan beberapa ketentuan dibawah ini :
2. Menjaga agar landasan pacu dan bahu landasan pacu tdk digenangi air yg dpt
membahayakan penerbangan.
1. Saluran drainase hrs dibawah muka tanah dan tdk memotong landasan pacu,
karena apabila memerlukan perawatan tdk mengganggu penerbangan
2
Laporan Akhir
2. Air dari luar wilayah landasan terbang tdk boleh membebani sistem drainase
lapangan terbang
1. Intersepsi dan mengalirkan air permukaan tanah yang berasal dari lokasi di
sekitar lapangan terbang atau interception ditch
3. Membuang air bawah tanah dari lapangan terbang atau sebagai drainase bawah
permukaan
a. Mengamankan area bandar udara dari debit limpasan eksisting dari luar area
bandar udara
Adapun sistem jaringan drainase lapangan udara pada umumnya harus mengikuti arah dan
jaringan yang mengikuti kemiringan topografi yang ada yaitu ke arah yang tetap dengan
pertimbangan perataan penyebaran debit air.
Sistem drainase kawasan Bandar Udara Syarif Kasim II - Pekanbaru dikembangkan
berdasarkan pertimbangan - pertimbangan berikut :
3
Laporan Akhir
Saluran drainase bandar udara yang melayani daerah runway dan sekitarnya, merupakan
saluran utama dengan karakteristik khusus. Beberapa pertimbangan yang diambil pada
drainase bandar udara adalah:
1. Tanah dibawah runway, taxiway dan apron harus mempunyai daya dukung yang
cukup terhadap beban pesawat yang melaluinya.
2. Sebagian besar permukaan daerah bandar udara terdiri atas beton dan aspal
sehingga air hujan akan melimpas (run off) diatas permukaan.
3. Sistem drainase pada bandar udara harus menjamin tidak ada genangan pada
landasan.
Sistem drainase pada runway dan sekitarnya dapat dirinci sebagai berikut:
Tidak diperkenankan ada selokan terbuka kecuali selokan keliling bandar udara
(Interseption Ditch, selanjutnya disebut saluran sekunder) yang menampung air
yang akan memasuki bandar udara dari daerah sekelilingnya. Jadi sistem
drainasenya merupakan gabungan dari surface dan subsurface drainase.
Air hujan yang melimpas di atas Runway, Taxiway dan Shoulder dialirkan masuk
ke dalam lubang–lubang inlet yang terletak 105 m dari runway di daerah
shoulder. Dari inlet air dialirkan keluar lewat pipa beton di dalam tanah ke out
fall. Dan diteruskan ke Interseption Ditch. Jika Interseption Ditch terletak
diujung runway, maka harus dibuat konstruksi selokan tertutup dari beton pada
bagian itu.
4
Laporan Akhir
BAB II
DASAR TEORI
Dari data curah hujan tahunan yang ada kemudian dipilih hujan maksimum pada
tahun tinjauan. Berdasarkan analisis frekuensi hujan akan diperoleh besarnya
hujan tahunan maksimum yang mungkin akan terjadi pada periode ulang
tertentu.
a. Distribusi Normal
x - 2
-
1 2
2
p(x) e
2
(2.1)
Dimana dan adalah parameter dari Distribusi Normal. Dari analisis penentuan
paramater distribusi normal, diperoleh nilai adalah nilai rata-rata dan adalah nilai
5
Laporan Akhir
simpangan baku dari populasi, yang masing-masing dapat didekati dengan nilai-nilai
dari sample data.
x-
Dengan substitusi t , akan diperoleh distribusi normal standar dengan = 0
dan = 1. Persamaan fungsi kerapatan probabilitas normal standar adalah :
- t2
1
P(t) e 2 (2.2)
2
1 t2
1
P(t)
- 2
e 2
dt (2.3)
Dimana:
x-
t = , standard normal deviate
Untuk menghitung variabel acak x dengan periode ulang tertentu, digunakan rumus
umum yang dikemukakan oleh Ven Te Chow (1951) sebagai berikut:
X T X K (2.4)
Dimana:
Untuk distribusi normal, nilai K sama dengan t (standard normal deviate).
b. Distribusi Log Normal 2 Parameter
Bila logaritma dari variabel acak x, Ln (x), terdistribusi normal, maka dikatakan
bahwa variabel acak x tersebut mengikuti distribusi log normal 2 parameter.
Persamaan PDF dari distribusi Log Normal 2 Parameter adalah:
(ln x y ) 2
1 2
P( x ) e y
(2.5)
x y 2
6
Laporan Akhir
Dimana:
Faktor frekuensi K untuk distribusi log normal 2 parameter dapat dihitung dengan 2
(dua) cara sebagai berikut :
1. Sama seperti Distribusi Normal di atas, hanya saja sebelumnya semua
data di logaritma lebih dahulu (ln x)
2. Menggunakan data asli (tanpa di logaritmakan), faktor frekuensi dihitung
dengan rumus berikut (Kite, 1988):
ln(1 z 2 ) 1 / 2 ln(1 z 2 )
et 1
K (2.6)
z
Dimana:
z = Koefisien variasi =
x
t = Standard normal deviate
Distribusi Log Normal 2 Parameter di atas mempunyai batas bawah = 0, akan tetapi
sering terjadi batas bawah data pengamatan tidak sama dengan 0. Oleh karena itu
perlu dilakukan modifikasi dengan memberikan batas bawah a. Dengan demikian
variabel x ditransformasi menjadi (x-a) dan distribusi dari ln (x-a) disebut distribusi
Log Normal 3 Parameter.
Persamaan PDF Log Normal 3 Parameter adalah:
[ln ( x a ) y ]2
1 2
2 y
(2.7)
p(x ) e
( x a ) y 2
7
Laporan Akhir
1 2/3
z2 (2.10)
1/ 3
g g2 4
(2.11)
2
n
n ( xi x) 3
(2.12)
g i 1
(n 1)(n 2) s 3
8
Laporan Akhir
= Parameter konsentrasi
T 1
YT ln ( ln (2.18)
T
di mana:
YT = Reduced variabel Y
T = Periode ulang (tahun)
Yn = Nilai rata-rata dari reduced variabel Y, merupakan fungsi dari jumlah
data n
Sn = Simpangan baku dari reduced variabel Y, merupakan fungsi dari
jumlah data n
e. Distribusi Pearson III
9
Laporan Akhir
(2.20)
2
2
g (2.21)
(2.22)
Faktor frekuensi K distribusi Pearson III adalah:
2 3 4 5
g 1 3 g g g 1 g
K t (t 2 1) (t 6 t ) (t 2 1) t
6 3 6 6 6 3 6
(2.23)
dimana :
t = Standar normal deviate, tergantung oleh periode ulang T
g = Koefisien skew
f. Distribusi Log Pearson III
= Parameter skala
= Parameter bentuk
= Parameter lokasi
10
Laporan Akhir
Sedangkan hasil analisis frekuensi curah hujan harian maksimum tahunan dari data
seri hidrologi stasiun curah hujan Kabupaten Kubu Raya, berupa distribusi
probabilitas beberapa metode dengan berbagai periode ulang/kala ulang
11
Laporan Akhir
di mana:
Q = Debit puncak, dalam m3/det
C = Koefisien pengaliran
I = Intensitas hujan (mm/jam, tergantung tc dan periode ulang)
A = Luas daerah pengaliran sungai/saluran (dalam km2)
Cs = Koefisien tampungan
tc = Waktu konsentrasi
td = Waktu aliran di dalam saluran
b. Waktu konsentrasi
Pada daerah terbangun waktu konsentrasi terdiri dari waktu yang
diperlukan oleh air untuk mengalir melalui permukaan tanah ke saluran
terdekat (to) dan waktu untuk mengalir di dalam saluran tersebut ke satu
tempat yang ditinjau (td).
tc to td (2.29)
Harga (to) dapat dihitung secara praktis berdasarkan besarnya koefisien
pengaliran/limpasan dan kemiringan rata-rata permukaan tanah.
Sebagai pendekatan harga to dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan berikut :
3,26(1,1 c) Lo
to
3
So
12
Laporan Akhir
(2.30)
Waktu yang diperlukan air untuk mengalir di dalam saluran (td), dapat
dihitung berdasarkan sifat-sifat hidrolis saluran, yaitu dengan rumus:
L
td (2.31)
60V
dimana:
L = Panjang saluran (m)
V = Kecepatan rata-rata di dalam saluran (m/detik)
to = Waktu inlet (menit)
td = Waktu aliran (menit)
Lo = Jarak terjauh yang dicakup saluran dalam satu catchment (m)
So = kemiringan /slope medan limpasan dalam desimal
C = koefisien pengaliran
c. Periode ulang
Karakteristik hujan menunjukan bahwa hujan yang turun dengan besaran
tertentu mempunyai periode ulang tertentu. Intensitas hujan adalah suatu
fungsi dari lama waktu di mana kedua faktor ini dinyatakan dalam suatu
grafik yang disebut dengan kurva durasi intensitas hujan untuk berbagai
periode ulang.
Besar debit banjir bergantung kepada periode ulangnya. Makin besar harga
periode ulangnya, makin besar pula kemungkinan debit banjir yang terjadi.
Periode ulang hujan untuk setiap daerah pengaliran berbeda-beda, seperti
terlihat pada Tabel 2.1 dan Tabel 2.2
13
Laporan Akhir
Daerah Industri 5
Utama Seluruh saluran Sub Makro 5 – 10
Seluruh saluran makro 10 – 25
Tabel 1.2 Luas Daerah Tangkapan (Catchment Area) dan Periode Ulang
CA = CA =
Kelas Kota CA < 10 HA CA > 500 HA
10 – 100 HA 100 – 500 HA
Metropolitan 2 5 10 25
Besar 2 5 5 15
Sedang 2 5 5 10
Kecil 2 2 2 5
Sumber: Standar Nasional Indonesia ( SNI 03-3424-1994)
14
Laporan Akhir
Apabila pada suatu daerah pengaliran dengan tata guna tanah yang
berbeda-beda, maka harga koefisien pengaliran ditetapkan dengan
mengambil harga rata-rata koefisien pengaliran dari setiap bagian daerah.
Perhitungan harga koefisien pengaliran rata-rata ditetapkan berdasarkan
bobot masing-masing daerah sesuai dengan luas daerah yang diwakilinya,
yaitu :
A1 C1 A2 C2 ..... An Cn
Cw (2.32)
A1 A2 ... An
Dimana :
Cw = Harga rata-rata koefisien pengaliran A
C1,C2,....Cn = Harga koefisien pengaliran pada masing-masing
bagian daerah
A1,A2 ....An = Luas dari masing-masing bagian daerah
a. Intensitas Hujan
Intensitas hujan adalah tinggi air hujan persatuan waktu dan dinyatakan dalam
mm/menit atau mm/jam dimana intensitas hujan sangat dipengaruhi oleh waktu
15
Laporan Akhir
yang diperlukan oleh hujan yang jatuh pada suatu daerah. Perhitungan
intensitas hujan menggunakan persamaan seperti yang diuraikan di bawah ini.
Persamaan Mononobe
Rumus yang dipakai menurut Dr. Mononobe adalah sebagai berikut:
2
R 24 3 (2.33)
I 24
24 Tc
dimana:
I = Intensitas hujan (mm/jam)
Tc = Waktu konsentrasi (jam)
R24 = Tinggi hujan maksimum dalam 24 jam (mm)
16
Laporan Akhir
1. Tentukan data:
Debit rencana kumulatif daerah tinjauan (Q)
Kemiringan talud saluran (m)
Kemiringan dasar saluran (s)
Koefisien kekasaran Manning (n)
Lebar saluran (b)
2. Perhitungan dimensi saluran
Rumus yang digunakan adalah rumus Manning dengan asumsi aliran
langgeng dan seragam yaitu:
2 1
1
V R3S 2 (2.34)
n
Q V.A (2.35)
dimana:
Q = Debit air ( m3/dt)
A = Luas penampang basah (m2)
= (b+md1)d1
Keliling basah P b 2d 1 m 2
R = Jari-jari hidraulik (m)
R = A/P
S = Kemiringan dasar saluran
n = Koefisien Manning/kekasaran dinding saluran
Baik
No Tipe Saluran Baik Sedang Jelek
Sekali
06 tumbuh-tumbuhan 0.028 0.030 0.033 0.035
07 Dasar saluran dari tanah, sisi saluran 0.020 0.025 0.028 0.030
berbatu
Saluran lengkung dengan kecepatan aliran
rendah
08 0.025 0.028 0.030 0.033
09 SALURAN ALAM 0.030 0.033 0.035 0.040
10 Bersih, lurus, tidak berpasir, tidak 0.033 0.035 0.040 0.045
berlubang
11 Seperti no.08 tetapi ada timbunan atau 0.040 0.045 0.050 0.055
12 kerikil 0.035 0.040 0.045 0.050
Melengkung, bersih, berlubang dan
13 berdinding pasir 0.045 0.050 0.055 0.060
14 Seperti no. 10, dangkal, tidak teratur 0.050 0.060 0.070 0.080
Seperti no. 10, berbatu dan ada tumbuh-
15 tumbuhan 0.075 0.100 0.125 0.150
Seperti no 11, sebagian berbatu
Aliran pelan, banyak tumbuh-tumbuhan
dan berlubang
Banyak tumbuh-tumbuhan
16 0.025 0.033 0.033 0.035
17 0.017 0.025 0.025 0.030
18 SALURAN BUATAN, BETON ATAU 0.014 0.019 0.019 0.021
19 BATU KALI 0.010 0.012 0.012 0.013
20 0.013 0.014 0.014 0.015
21 Saluran pasangan batu, tanpa penyelesaian 0.015 0.016 0.016 0.018
Seperti no. 16, tapi dengan penyelesaian
Saluran beton
Saluran beton halus dan rata
Saluran beton pracetak dengan acuan baja
Saluran beton pracetak dengan acuan kayu
Sumber: Standar Nasional Indonesia (SNI 03-3424-1994)
Masukkan data Q, b, m, n dan S kedalam persamaan 11.34 dan 11.35 diatas, sehingga
diperoleh dimensi saluran terhitung (untuk memudahkan dan mempercepat
penghitungan menggunakan persamaan yang diaplikasikan ke program Excel).
18
Laporan Akhir
BAB III
METODE PERHITUNGAN DESAIN SALURAN DRAINASE BANDARA
Untuk data debit banjir dianalisis dengan analisa frekuensi, cara yang dipakai adalah
dengan menggunakan metode kemungkinan (Probability Distribution) teoritis yang
ada. Jenis distribusi yang digunakan adalah Metode Normal, Metode Gumbel dan
Metode Log Pearson Type III. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada penjelasan
berikut ini.
A. Metode Normal
Rumus umum
XTr=x+kSx
dimana:
3
XTr = Debit banjir rencana untuk periode ulang T tahun (m /dt)
k = Faktor frekuensi (Tabel 3.1)
x = Harga rata-rata debit banjir tahunan
Sx = Standar deviasi
B. Metode Gumbel
Metode ini merupakan metode dari nilai-nilai ekstrim (maksimum atau
minimum).
Faktor frekuensi Gumbel merupakan fungsi dan masa ulang dari distribusi
Dimana:
Tabel .3.2 Harga Reduced Variate Pada Periode Ulang Hujan T tahun
Periode Ulang
Hujan
Reduced Variate
T tahun
2 0,366
5
5 1,499
9
10 2,250
20
Laporan Akhir
2
25 3,198
5
50 3,901
9
100 4,600
1
(Sumber: Joesran Loebis,1987)
Diantara 12 type metode Pearson, type III merupakan metode yang banyak
digunakan dalam analisa hidrometri. Berdasarkan kajian Benson, 1986
disimpulkan bahwa metode log Pearson type IIIdapat digunakan sebagai dasar
dengan tidak menutup kemungkinan pemakaian metode yang lain, apabila
pemakaian sifatnya sesuai. (Sri Harto,1981).
1.Gantilah data X1, X2, X3,… Xn menja didata dalam logaritma, Yaitu: logX1,
logX2, log X3,…logXn.
3
Log Xr = Logaritma debit banjir rata-rata (m /dt)
S = Standart deviasi
K (Tr,Cs)= Faktor frekuensi Pearson tipe III yang tergantung pada harga Tr
(periode ulang) dan Cs (koefesien skewness), yang dapat dibaca pada Tabel 3.5.
22
Laporan Akhir
Koefisien variasi adalah nilai perbandingan antara standar deviasi dengan nilai
rata-rata hitung dari suatu distribusi. Koefisien variasi dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut:
24
Laporan Akhir
25
Laporan Akhir
7) Hitung Waktu yang diperlukan air untuk mengalir di permukaan lahan (waktu
limpasan menuju saluran terdekat) (to)
Dimana:
to = waktu limpasan (menit)
n = harga koefisien kekasaran permukaan tanah (tabel)
Lo = panjang limpasan (m)
So = kemiringan medan limpasan (%)
Dimana:
td = Waktu aliran pada saluran dari satu titik ke titik lainya
(menit)
Ld = panjang saluran(m)
Vd = kecepatan rata-rata dalam saluran (m/s)
10) Hitung Waktu konsentrasi dalam jam (tc)
Dimana:
tc = waktu kosentrasi (jam)
to = waktu limpasan (menit)
td = Waktu aliran pada saluran dari satu titik ke titik lainya (menit)
11) Hitung Intensitas Curah Hujan (I)
Dimana:
I = intensitas curah hujan (mm/jam)
R24 = curah hujan maksimum harian selama 24 jam (mm)
tc = waktu aliran pada saluran dari satu titik ke titik lainya (menit)
26
Laporan Akhir
Dimana:
Q = debit banjir rencana (m3/dtk)
C = koefisien limpasan
I = intensitas curah hujan (mm/jam)
A = waktu aliran pada saluran dari satu titik ke titik lainya (km2)
15) Hitung Penampang Basah Saluran berdasarakan debit air dan kecepatan
Saluran bentuk trapesium:
1 d
m
1 1
Ketentuan:
= ; m=1
m 1
b + 2.d
= d m2 1
b +22.d
= d 12 1 b = 0,828 .d
2
Saluran bentuk persegi empat (box culvert):
b=d
28
Laporan Akhir
29
Laporan Akhir
Mulai
Analisa Curah
Analisa Luas Hujan
Area Pemetaan
dg Autocad Tidak
DeskMap
Analisa/Survey Kondisi Analisa/Survey Sistem
Aliran Drainase Makro Uji
Distribu
Geometrik Aliran si
Karakteristik Kondisi Fisik
Dimensi Daerah Nilai Koefisien Ya
Aliran
Layanan Pengaliran ©
Intensitas Curah
Hujan
Qr<Qs
Analisa Dimensi
Saluran Drainase
Bandara
Selesai
30
Gambar 3.2. Bagan Alir Drainase Bandara
Laporan Akhir
BAB IV
PEMBAHASAN
Tabel .4.1. Curah Hujan Maksimum Harian Stasiun Meteorologi Andi Jemma
Masamba
No Tahun jan feb mar Apr Mei Jun jul Agts sept okt nop des Max
1 2010 385 440 593 464 244 622 388 553 400 621 404 327 622
2 2011 262 249 301 408 504 381 272 142 322 75 150 534 534
3 2012 390 442 650 592 600 292 250 288 174 142 73 353 650
4 2013 246 327 519 471 280 356 446 277 221 50 301 340 519
5 2014 210 159 401 374 423 368 410 285 161 182 158 381 423
Tabel 4.2. Perhitungan Distribusi Hujan Dengan Metode Sebaran Log Person tipe III
31
Laporan Akhir
32
Laporan Akhir
Jenis Q-
No Q Qcb Q sal Keterangan
Saluran Buangan
Saluran m3/detik 15% m3/detik m3/detik
Saluran
A1 0.00723 0.00108 0.00831 0.00831 -
terbuka
A2 Box Culvert - - - 0.00831 A1
Saluran
A3 0.65754 0.09863 0.75617 0.76449 A1+A3
terbuka
33
Laporan Akhir
Saluran
B1 0.00831 0.00125 0.00955 0.00955 -
terbuka
B2 Box Culvert - - - 0.00955 B1
Saluran
B3 0.35541 0.05331 0.40872 0.41827 B2+B3
terbuka
Saluran
B4 0.03639 0.00546 0.04185 0.56901 B3+B4+B31
terbuka
Saluran
B5 0.01333 0.00200 0.01533 0.69103 B4+B5+B41
terbuka
B6 Box Culvert - - - 0.69103 B5
Saluran
B7 0.02457 0.00369 0.02826 0.71929 B6+B7
terbuka
Saluran
B8 0.10012 0.01502 0.11514 1.22545 B7+B8+B71
terbuka
B9 Box Culvert - - - 1.22545 B8
Saluran
B10 0.01484 0.00223 0.01706 1.24252 B9+B10
terbuka
Saluran
B11 0.30077 0.04512 0.34588 1.85069 B10+B11+B101
terbuka
B12 Box Culvert - - - 1.85069 B11
Saluran
B13 0.16804 0.02521 0.19325 2.04394 B12+B13
terbuka
Saluran
B31 0.09469 0.01420 0.10889 0.10889 B31
terbuka
Saluran
B41 0.09277 0.01392 0.10669 0.10669 B41
terbuka
Saluran
B71 0.34002 0.05100 0.39102 0.39102 B71
terbuka
Saluran
B101 0.22808 0.03421 0.26229 0.26229 B101
terbuka
I5 = 0.000015819
34
Laporan Akhir
- Saluran A9, berfungsi menjadi saluran drainase yang menerima debit dari A1,
A3,A5, A7 dan A9
3. Saluran Box Culvert
- Saluran Box Culvert B1, B2, berfungsi menjadi saluran drainase dibawah
taxiway atau jalan berupa Box Culvert yang mengalirkan air di saluran
drainase yang akan melewati Box Culvert tersebut.
Adapun layout saluran drainase di sisi udara Bandara Gamarmalamo dapat dilihat
pada Gambar 4.1 dan Gambar 4.2
B1
B2 B3
B4 B5
Gambar 4.1.
Tampak Atas Lokasi Saluran A, B1, B2, B3, B4, B5 pada Bandara Gamarmalamo
B1 A
1,50% 1,50%
1,50% 1,50%
Gambar 4.2
Potongan Saluran A, B1 pada Bandara Gamarmalamo
1. Saluran A
Saluran A merupakan saluran sekunder yang mengalirkan air hujan di sisi
runway dan service road Bandara Gamarmalamo yang berujung di sungai.
Adapun lokasi saluran ini dapar dilihat pada Gambar 4.3. dan Gambar 4.4.
36
Laporan Akhir
1,50% 1,50%
1,50% 1,50%
Adapun perhitungan data-data pada Saluran A ini dapat dilihat pada Tabel 4.7
120.0
90.0
1
1
40.0
2. Saluran B1
Saluran B1 merupakan saluran sekunder yang mengalirkan air hujan di sisi
runway dan service road Bandara Gamarmalamo berujung di sungai. Adapun
lokasi saluran ini dapar dilihat pada Gambar 4.5. dan Gambar 4.6
B1
1,50% 1,50%
1,50% 1,50%
38
Laporan Akhir
B1
Adapun perhitungan data-data pada Saluran B13 ini dapat dilihat pada Tabel 4.8.
140.0
110.0
1
1
40.0
3. Saluran B2
Saluran B2 merupakan saluran sekunder yang mengalirkan air hujan di sisi runway
dan taxiway Bandara Gamarmalamo yang berujung di saluran sekunder (B1). Adapun
lokasi saluran ini dapar dilihat pada Gambar 4.7
39
Laporan Akhir
B2
Adapun perhitungan data-data pada Saluran B2 ini dapat dilihat pada Tabel 4.9
40
30
1
1
20
4. Saluran B3
Saluran B3 merupakan saluran sekunder yang mengalirkan air hujan di sisi runway
dan taxiway Bandara Gamarmalamo yang berujung di saluran (B1). Adapun lokasi
saluran ini dapar dilihat pada Gambar 4.8.
40
Laporan Akhir
B3
Adapun perhitungan data-data pada Saluran B3 ini dapat dilihat pada Tabel 4.10
40
30
1
1
20
5. Saluran B4
Saluran B4 merupakan saluran sekunder yang mengalirkan air hujan di sisi runway
dan taxiway Bandara Gamarmalamo yang berujung di saluran (B1). Adapun lokasi
saluran ini dapar dilihat pada Gambar 4.9
41
Laporan Akhir
B4
Adapun perhitungan data-data pada Saluran B4 ini dapat dilihat pada Tabel 4.11
70.0
1 50.0
1
30.0
6. Saluran B5
Saluran B5 merupakan saluran sekunder yang mengalirkan air hujan di sisi runway
dan taxiway Bandara Gamarmalamo yang berujung di saluran (B1). Adapun lokasi
saluran ini dapar dilihat pada Gambar 4.10
42
Laporan Akhir
B5
Adapun perhitungan data-data pada Saluran B5 ini dapat dilihat pada Tabel 4.12
60
40
1
1
30
1. Boxculvert A
Box Culvert A merupakan saluran tertutup terbuat dari beton bertulang berbentuk
persegi empat yang mengalirkan air hujan di Saluran A Bandara Gamarmalamo.
Adapun lokasi saluran ini dapat dilihat pada Gambar 4.11
43
Laporan Akhir
A A A
Adapun perhitungan data-data pada Box Culvert A8 ini dapat dilihat pada Tabel 4.13
Q H- H-
No saluran b basah z s n jagaan Saluran
saluran m3/detik m m m m
A8 1,424097 1,0 1,0 0 0,0005 0,010 0,708509 1,7
Sumber : Hasil perhitungan
170.0
100.0
100.0
44
Laporan Akhir
B1 B1 B1 B1
Gambar 4.12. Tampak atas lokasi Box Culvert B12 pada Bandara Gamarmalamo
Adapun perhitungan data-data pada Box Culvert B12 ini dapat dilihat pada Tabel 4.14
Sumber : Hasil perhitungan
Q H- H-
No saluran b basah z s n jagaan Saluran
saluran m3/detik m m m m
B12 1,850692 1,1 1,1 0 0,0005 0,010 0,744231 1,9
Sumber ; Hasil perhitungan
190.0
110.0
110.0
45
Laporan Akhir
Tipe/Nama Panjang
No Gambar
Saluran Saluran
Sekunder/
2330,1 120.0
1 Saluran A 90.0
m 1
(Trapesium) 1
40.0
Sekunder/
2326,9 140.0
2 Saluran B1 110.0
m 1
(Trapesium) 1
40.0
Sekunder/
40
30
3 Saluran B2 21 m 1
1
(Trapesium)
20
Sekunder/ 40
30
1
4 Saluran B3 21 m 1
(Trapesium)
20
Sekunder/ 70.0
1 50.0
5 Saluran B4 170 m 1
(Trapesium)
30.0
46
Laporan Akhir
Tipe/Nama Panjang
No Gambar
Saluran Saluran
Sekunder/ 60
40
6 Saluran B5 170 m 1
1
(Trapesium)
30
7 51,5 m
A8 100.0
100.0
190.0
Box Culvert
8 55,5 m
B12 110.0
110.0
BAB V
KESIMPULAN
saluran drainase yang menampung air hujan di kanan sisi runway (perkerasan
dan RESA runway) dan service road bandar udara.
- Saluran B1 dan B2, berfungsi menjadi saluran drainase yang menampung air
hujan di sisi runway dan sisi taxiway, serta service road bandar udara.
- Saluran B1 mengalir ke B4, Saluran B41 mengalir ke B5, Saluran B71
mengalir ke B8 dan saluran B101 mengalir ke B10
2. Saluran Primer
- Saluran A9, berfungsi menjadi saluran drainase yang menerima debit dari A1,
A3,A5, A7 dan A9
3. Saluran Box Culvert
- Box Culvert A merupakan saluran tertutup terbuat dari beton bertulang
berbentuk persegi empat yang mengalirkan air hujan di Saluran A Bandara
Gamarmalamo.
- Box Culvert B12 merupakan saluran tertutup terbuat dari beton bertulang
persegi empat yang mengalirkan air hujan di Saluran B1 Bandara
Gamarmalamo
48