Anda di halaman 1dari 48

Laporan Akhir

PERENCANAAN JARINGAN DRAINASE


BANDARA GAMARMALAMO
MALUKU UTARA

BAB I
PENDAHULUAN

Bandar Udara Gamarmalamo adalah bandar udara yang terletak di Desa Dukolamo,
Kecamatan Galela, Kabupaten Halmahera Utara, Maluku Utara. Bandar udara ini memiliki
ukuran landasan pacu 1.836 × 44 m. Jarak dari kota Tobelo, Halmahera Utara sekitar 25
km, sedangkan jarak dari kota kecamatan Galela sekitar 6 km. Posisi Bandara berada dekat
danau dan Gunung Tarakani, nama Bandara di ambil dari pejuang wanita yaitu " Gamar "
saat ini Bandara Gamar Malamo membawai satu Bandar lagi Yaitu Bandara Leo Watimena
yg terletak di Pulau Morotai.
Bandara ini melayani rute jarak pendek seperti penerbangan Galela Ternate, Galela
- Manado. Keberadaan bandara ini sudah cukup lama dibangun dan merupakan satu-
satunya bandara di wilayah galela, umumnya pesawat yang memakai bandara ini seperti
jenis pesawat dornier 328-100 dengan kapasitas 30 orang penumpang. Meski bandara ini
melayani rute terpendek, tetap dibutuhkan sebuah perencanaan atau site plan yang tepat,
termasuk di dalamnya adalah perencanaan drainase nya.

Drainase mempunyai arti mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan


air. Secara umum, drainase didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi
untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan,
sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal.

Dari sudut pandang yang lain, drainase adalah salah satu unsur dari prasarana umum yang
dibutuhkan masyarakat kota dalam rangka menuju kehidupan kota yang aman, nyaman,
bersih, dan sehat. Prasarana drainase disini berfungsi untuk mengalirkan air permukaan ke

1
Laporan Akhir

badan air (sumber air permukaan dan bawah permukaan tanah) dan atau bangunan resapan.
Selain itu juga berfungsi sebagai pengendali kebutuhan air permukaan dengan tindakan
untuk memperbaiki daerah becek, genangan air dan banjir.

Khusus drainase bandar udara pembahasannya difokuskan pada drainase area runway dan
shoulder karena runway dan shoulder merupakan area yang sulit diresapi, maka analisis
kapasitas/debit hujan mempergunakan formula drainase muka tanah atau surface drainase.

Kemiringan keadaan melintang untuk runway umumnya lebih kecil atau sama dengan
1,50%, kemiringan shoulder lebih kecil atau sama dengan 2,50%. Kemiringan kearah
memanjang ditentukan sebesar lebih kecil atau sama dengan 0,10%, ketentuan dari FAA
Amerika Serikat, genangan air di permukaan runway maksimum 14 cm, dan harus segera
dialirkan. Di sekeliling bandar udara terutama di sekeliling runway dan shoulder, harus ada
saluran terbuka untuk drainase mengalirkan air (interception ditch) dari sisi luar lapangan
terbang.

I.1 . DATA PERENCANAAN DAN STANDAR


Perencanaan drainase dilakukan mengacu pada standar Airport Drainage Advisory
Circular AC No.150/5320-5B, Departement of Transportation FAA. Jaringan drainase air
hujan dirancang untuk membebaskan kawasan bandar udara yang dikembangkan terhadap
gangguan genangan – genangan sampai batas toleransi yang diijinkan.

I.2 . TATA LETAK JARINGAN DRAINASE

Dalam merencanakan drainase di Lapangan udara Syarif Kasim II, juga perlu
diperhatikan beberapa ketentuan dibawah ini :

Tujuan drainase lapangan udara dibuat adalah sbb :

1. Mempertahankan daya dukung tanah dengan mengurangi masuknya air

2. Menjaga agar landasan pacu dan bahu landasan pacu tdk digenangi air yg dpt
membahayakan penerbangan.

Pada tahapan perencanaan drainase perlu diperhatikan :

1. Saluran drainase hrs dibawah muka tanah dan tdk memotong landasan pacu,
karena apabila memerlukan perawatan tdk mengganggu penerbangan
2
Laporan Akhir

2. Air dari luar wilayah landasan terbang tdk boleh membebani sistem drainase
lapangan terbang

Fungsi Drainase Lapangan Terbang

1. Intersepsi dan mengalirkan air permukaan tanah yang berasal dari lokasi di
sekitar lapangan terbang atau interception ditch

2. Membuang air permukaan dari lapangan terbang atau sebagai drainase


permukaan

3. Membuang air bawah tanah dari lapangan terbang atau sebagai drainase bawah
permukaan

Perhitungan kebutuhan drainase didasarkan pada konsep perencanaan sebagai berikut.

a. Mengamankan area bandar udara dari debit limpasan eksisting dari luar area
bandar udara

b. Mengatur distribusi limpasan di area bandar udara dan menyalurkannya keluar


area bandar udara dengan pendekatan pada pola pengaliran eksisting, sehingga
tidak merubah pola ekosistim sungai eksisting.

Adapun sistem jaringan drainase lapangan udara pada umumnya harus mengikuti arah dan
jaringan yang mengikuti kemiringan topografi yang ada yaitu ke arah yang tetap dengan
pertimbangan perataan penyebaran debit air.
Sistem drainase kawasan Bandar Udara Syarif Kasim II - Pekanbaru dikembangkan
berdasarkan pertimbangan - pertimbangan berikut :

a. Memanfaatkan seoptimal mungkin pada saluran-saluran alami atau buatan yang


sudah ada dan tidak melakukan perubahan terlalu jauh dari kondisi yang ada.

b. Penetapan tata letak (layout system) kawasan yang dikembangkan diusahakan


mengikuti RUTR (Rencana Umum Tata Ruang wilayah), sistem blok/persil,
ataupun jaringan jalan yang telah ada dalam kawasan ini.

c. Sistem dan prasarana drainase dirancang untuk menghindari dis-efektivitas biaya


operasional dan pemeliharaan.

3
Laporan Akhir

d. Sistem dan prasarana drainase dikembangkan dengan menghindarkan sejauh


mungkin terjadinya suatu sistem yang membutuhkan biaya operasi dan
pemeliharaan yang tinggi.

Saluran drainase bandar udara yang melayani daerah runway dan sekitarnya, merupakan
saluran utama dengan karakteristik khusus. Beberapa pertimbangan yang diambil pada
drainase bandar udara adalah:

1. Tanah dibawah runway, taxiway dan apron harus mempunyai daya dukung yang
cukup terhadap beban pesawat yang melaluinya.
2. Sebagian besar permukaan daerah bandar udara terdiri atas beton dan aspal
sehingga air hujan akan melimpas (run off) diatas permukaan.
3. Sistem drainase pada bandar udara harus menjamin tidak ada genangan pada
landasan.

Sistem drainase pada runway dan sekitarnya dapat dirinci sebagai berikut:
 Tidak diperkenankan ada selokan terbuka kecuali selokan keliling bandar udara
(Interseption Ditch, selanjutnya disebut saluran sekunder) yang menampung air
yang akan memasuki bandar udara dari daerah sekelilingnya. Jadi sistem
drainasenya merupakan gabungan dari surface dan subsurface drainase.
 Air hujan yang melimpas di atas Runway, Taxiway dan Shoulder dialirkan masuk
ke dalam lubang–lubang inlet yang terletak 105 m dari runway di daerah
shoulder. Dari inlet air dialirkan keluar lewat pipa beton di dalam tanah ke out
fall. Dan diteruskan ke Interseption Ditch. Jika Interseption Ditch terletak
diujung runway, maka harus dibuat konstruksi selokan tertutup dari beton pada
bagian itu.

4
Laporan Akhir

BAB II
DASAR TEORI

2.1 ANALISA HIDROLOGI


3 Data Curah Hujan
Data curah hujan yang digunakan adalah data curah hujan dari stasiun
Meteorologi Gamar Malamo Galela yang merupakan data curah hujan yang ada
dan terdekat dengan lokasi pekerjan ini. Analisis frekuensi data curah hujan
rencana dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa distribusi probabilitas
yang banyak digunakan dalam analisis hidrologi yaitu: Distibusi Normal,
Distribusi Log Normal 2 Parameter, Distribusi Log Normal 3 Parameter,
Distribusi Gumbel Tipe I, Distribusi Pearson III, dan Distribusi Log Pearson
III.

Dari data curah hujan tahunan yang ada kemudian dipilih hujan maksimum pada
tahun tinjauan. Berdasarkan analisis frekuensi hujan akan diperoleh besarnya
hujan tahunan maksimum yang mungkin akan terjadi pada periode ulang
tertentu.

4 Analisis Frekwensi Curah Hujan


Analisis frekuensi data curah hujan rencana dapat dilakukan dengan menggunakan
beberapa distribusi probabilitas yang banyak digunakan dalam Hidrologi, yaitu: Distibusi
Normal, Distribusi Log Normal 2 Parameter, Distribusi Log Normal 3 Parameter,
Distribusi Gumbel Tipe I, Distribusi Pearson III, dan Distribusi Log Pearson III.

a. Distribusi Normal

Persamaan Fungsi Kerapatan Probabilitas (Probability Density Function (PDF))


normal adalah:

x -   2
-
1 2
2
p(x)  e
 2

(2.1)
Dimana  dan  adalah parameter dari Distribusi Normal. Dari analisis penentuan
paramater distribusi normal, diperoleh nilai  adalah nilai rata-rata dan  adalah nilai

5
Laporan Akhir

simpangan baku dari populasi, yang masing-masing dapat didekati dengan nilai-nilai
dari sample data.
x-
Dengan substitusi t  , akan diperoleh distribusi normal standar dengan  = 0

dan  = 1. Persamaan fungsi kerapatan probabilitas normal standar adalah :

- t2
1
P(t)  e 2 (2.2)
2

Persamaan fungsi distribusi komulatif (Cumulative Distribution Function, CDF)


normal standar adalah:

1 t2
1 
P(t)  
- 2
e 2
dt (2.3)

Dimana:
x-
t = , standard normal deviate

x = Variabel acak kontinyu

 = Nilai rata-rata dari x

 = Nilai simpangan baku (standar deviasi) dari x

Untuk menghitung variabel acak x dengan periode ulang tertentu, digunakan rumus
umum yang dikemukakan oleh Ven Te Chow (1951) sebagai berikut:

X T  X  K (2.4)

Dimana:
Untuk distribusi normal, nilai K sama dengan t (standard normal deviate).
b. Distribusi Log Normal 2 Parameter

Bila logaritma dari variabel acak x, Ln (x), terdistribusi normal, maka dikatakan
bahwa variabel acak x tersebut mengikuti distribusi log normal 2 parameter.
Persamaan PDF dari distribusi Log Normal 2 Parameter adalah:
(ln x   y ) 2

1 2
P( x )  e y
(2.5)
x y 2

6
Laporan Akhir

Dimana:

y = Nilai rata-rata dari logaritma sampel data variabel x (ln x)

y = Nilai simpangan baku dari logaritma sampel data variabel x (ln x)

Faktor frekuensi K untuk distribusi log normal 2 parameter dapat dihitung dengan 2
(dua) cara sebagai berikut :
1. Sama seperti Distribusi Normal di atas, hanya saja sebelumnya semua
data di logaritma lebih dahulu (ln x)
2. Menggunakan data asli (tanpa di logaritmakan), faktor frekuensi dihitung
dengan rumus berikut (Kite, 1988):
ln(1 z 2 ) 1 / 2 ln(1 z 2 )
et 1
K  (2.6)
z
Dimana:

z = Koefisien variasi =
x
t = Standard normal deviate

c. Distribusi Log Normal 3 Parameter

Distribusi Log Normal 2 Parameter di atas mempunyai batas bawah = 0, akan tetapi
sering terjadi batas bawah data pengamatan tidak sama dengan 0. Oleh karena itu
perlu dilakukan modifikasi dengan memberikan batas bawah a. Dengan demikian
variabel x ditransformasi menjadi (x-a) dan distribusi dari ln (x-a) disebut distribusi
Log Normal 3 Parameter.
Persamaan PDF Log Normal 3 Parameter adalah:
[ln ( x  a )   y ]2

1 2
2 y
(2.7)
p(x )  e
( x  a ) y 2

di mana ketiga parameter distribusi adalah:

y = Nilai rata-rata dari ln (x-a), parameter bentuk

y = Simpangan baku dari ln (x-a), parameter skala

7
Laporan Akhir

a = Parameter batas bawah


Faktor frekuensi K untuk Distribusi Log Normal 3 Parameter dapat dihitung dengan
2 cara sebagai berikut:
1. Menggunakan standard normal deviate t sebagai berikut:
(μ y+ tσ y )
X T=a+e (2.8)

2. Menggunakan persamaan faktor frekuensi K sebagai berikut:


1
t ln (1 z 22 )  ln (1 z 22 )] / 2
e 2
1 (2.9)
K
z2

1  2/3
z2  (2.10)
 1/ 3

 g  g2  4
 (2.11)
2
n
n ( xi  x) 3
(2.12)
g i 1
(n  1)(n  2) s 3

di mana g adalah koefisien skew dari sampel variabel acak x, dimana:


n = Jumlah sampel data variabel acak x
x = Nilai rata-rata dari sampel variabel acak x
s = Simpangan baku dari sampel variabel acak x
d. Distribusi Gumbel Tipe I

Persamaan PDF dari distribusi gumbel tipe I adalah:


 ( x )
 ( x   ) e (2.13)
p( x)   e

sedangkan persamaan CDF adalah:


 ( x )
p ( x )  e e (2.14)

Distribusi ini mempunyai 2 parameter, yaitu:

8
Laporan Akhir

 = Parameter konsentrasi

 = Ukuran gejala pusat

Karakteristik dari distribusi ini adalah:


 Koefisien skew (g) = 1,139

 Koefisien Kurtosis = 5,4

Parameter distribusi diperoleh dengan menggunakan metoda momen,


hasilnya adalah:
1,2825
 (2.15)

    0,45  (2.16)
Faktor frekuensi K untuk distribusi Gumbel Tipe I adalah:
(YT  Yn )
K (2.17)
Sn

 T 1 
YT   ln (  ln   (2.18)
 T 

di mana:
YT = Reduced variabel Y
T = Periode ulang (tahun)
Yn = Nilai rata-rata dari reduced variabel Y, merupakan fungsi dari jumlah
data n
Sn = Simpangan baku dari reduced variabel Y, merupakan fungsi dari
jumlah data n
e. Distribusi Pearson III

Persamaan PDF dari Distribusi Pearson III adalah:


 1  x  
1  x   
  

p( x)    e (2.19)
 (  )   

Distribusi ini mempunyai tiga paramater, yaitu ,  dan , sedangkan


 (  ) adalah fungsi gamma.

Penentuan parameter distribusi dengan metoda momen menghasilkan:

9
Laporan Akhir



 (2.20)
2
2
   
g (2.21)
     (2.22)
Faktor frekuensi K distribusi Pearson III adalah:
2 3 4 5
g 1 3 g g g 1 g 
K  t  (t 2  1)  (t  6 t )    (t 2  1)    t     
6 3 6 6 6 3 6 

(2.23)
dimana :
t = Standar normal deviate, tergantung oleh periode ulang T
g = Koefisien skew
f. Distribusi Log Pearson III

Persamaan PDF dari distribusi log Pearson III adalah:


 1  ln x   
1  ln x     
p ( x)  e    
 x (  )    (2.24)
Distribusi ini mempunyai 3 parameter, yaitu:

 = Parameter skala

 = Parameter bentuk

 = Parameter lokasi

Untuk menghitung variabel acak x dengan periode ulang tertentu, digunakan


rumus berikut:
 y  K y
XT  e (2.25)
dimana:

y = Nilai rata-rata dari logaritma sampel data variabel x (ln x)

y = Nilai simpangan baku dari logaritma sampel data variabel x(ln x)

K = Faktor frekuensi distribusi Pearson III

10
Laporan Akhir

Sedangkan hasil analisis frekuensi curah hujan harian maksimum tahunan dari data
seri hidrologi stasiun curah hujan Kabupaten Kubu Raya, berupa distribusi
probabilitas beberapa metode dengan berbagai periode ulang/kala ulang

2.2 ANALISA HIDROLIKA


Kriteria Perencanaan
Untuk menjamin dan menunjang kelancaran aliran dalam sistem penyaluran
air hujan yang direncanakan, maka pengaliran hujan ini harus memenuhi
ketentuan-ketentuan tertentu, seperti:
 Perencanaan drainase/saluran air hujan harus sedemikian rupa sehingga
fungsi fasilitas drainase sebagai penampung, pembagi dan pembuang air
dapat sepenuhnya berdaya guna dan berhasil guna.
 Kapasitas saluran harus mencukupi untuk menampung dan mengalirkan
limpasan permukaan dari wilayah yang menjadi daerah tangkapan saluran
tersebut.

 Kecepatan aliran dalam saluran, tidak boleh mengakibatkan kerusakan


pada badan saluran itu sendiri (longsor, dll), juga tidak boleh menyebabkan
terjadinya pengendapan lumpur (sediment) yang terbawa aliran air tersebut
di dasar saluran.

 Kemiringan dasar saluran diusahakan mengikuti permukaan tanahnya.


Untuk daerah yang relatif datar, kemiringan dasar saluran didasarkan
kepada kecepatan minimum untuk ‘self cleansing’, sedangkan untuk
daerah dengan kemiringan besar, kemiringan dasar saluran didasarkan pada
kecepatan maksimum yang diizinkan.

 Saluran dapat berupa saluran terbuka ataupun saluran tertutup, sesuai


dengan keadaan dan kebutuhan daerahnya, dimana pemilihan dimensi
saluran harus mempertimbangkan faktor-faktor ekonomis, keamanan,
mudah dalam pemeliharaan dan teknis.

a. Menentukan debit aliran


Kapasitas pengaliran ditentukan dengan metode rasional yang telah
dimodifikasi, dimana pada metode ini diperhitungkan besarnya koefisien

11
Laporan Akhir

penampungan yang berfungsi untuk memperkecil estimasi yang berlebih.


Metode ini dapat dipergunakan untuk daerah pengaliran sampai dengan 50
km².
Rumus:
Q  0,00278.Cs.C.I . A (2.26)
2tc
Cs  (2.27)
2tc  td
(11.27)
Untuk daerah pengaliran yang kecil digunakan rumus:
1
Q  C.I.A (2.28)
3,6

di mana:
Q = Debit puncak, dalam m3/det
C = Koefisien pengaliran
I = Intensitas hujan (mm/jam, tergantung tc dan periode ulang)
A = Luas daerah pengaliran sungai/saluran (dalam km2)
Cs = Koefisien tampungan
tc = Waktu konsentrasi
td = Waktu aliran di dalam saluran

b. Waktu konsentrasi
Pada daerah terbangun waktu konsentrasi terdiri dari waktu yang
diperlukan oleh air untuk mengalir melalui permukaan tanah ke saluran
terdekat (to) dan waktu untuk mengalir di dalam saluran tersebut ke satu
tempat yang ditinjau (td).
tc  to  td (2.29)
Harga (to) dapat dihitung secara praktis berdasarkan besarnya koefisien
pengaliran/limpasan dan kemiringan rata-rata permukaan tanah.
Sebagai pendekatan harga to dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan berikut :

3,26(1,1  c) Lo
to 
3
So
12
Laporan Akhir

(2.30)

Waktu yang diperlukan air untuk mengalir di dalam saluran (td), dapat
dihitung berdasarkan sifat-sifat hidrolis saluran, yaitu dengan rumus:
L
td  (2.31)
60V

dimana:
L = Panjang saluran (m)
V = Kecepatan rata-rata di dalam saluran (m/detik)
to = Waktu inlet (menit)
td = Waktu aliran (menit)
Lo = Jarak terjauh yang dicakup saluran dalam satu catchment (m)
So = kemiringan /slope medan limpasan dalam desimal
C = koefisien pengaliran

c. Periode ulang
Karakteristik hujan menunjukan bahwa hujan yang turun dengan besaran
tertentu mempunyai periode ulang tertentu. Intensitas hujan adalah suatu
fungsi dari lama waktu di mana kedua faktor ini dinyatakan dalam suatu
grafik yang disebut dengan kurva durasi intensitas hujan untuk berbagai
periode ulang.
Besar debit banjir bergantung kepada periode ulangnya. Makin besar harga
periode ulangnya, makin besar pula kemungkinan debit banjir yang terjadi.
Periode ulang hujan untuk setiap daerah pengaliran berbeda-beda, seperti
terlihat pada Tabel 2.1 dan Tabel 2.2

Tabel. 2.1 Harga Periode Ulang Hujan


Periode Ulang
Tipe Saluran Tata Guna Tanah
(Tahun)
Permukaan Daerah Pemukiman 2
Daerah Komersil 5

13
Laporan Akhir

Daerah Industri 5
Utama Seluruh saluran Sub Makro 5 – 10
Seluruh saluran makro 10 – 25

Tabel 1.2 Luas Daerah Tangkapan (Catchment Area) dan Periode Ulang
CA = CA =
Kelas Kota CA < 10 HA CA > 500 HA
10 – 100 HA 100 – 500 HA
Metropolitan 2 5 10 25
Besar 2 5 5 15
Sedang 2 5 5 10
Kecil 2 2 2 5
Sumber: Standar Nasional Indonesia ( SNI 03-3424-1994)

d. Lamanya waktu curah hujan


Lamanya waktu curah hujan ini berdasarkan penelitian Van Breen, dimana
hujan harian terkonsentrasi selama 4 jam dengan jumlah hujan sebesar 90
mm dari jumlah hujan selama sehari (24 jam).

e. Koefisien pengaliran/limpasan (C)


Koefisien pengaliran (C), tergantung pada kondisi fisik daerah dan
karakteristik permukaan tanahnya, yang biasanya dinyatakan terhadap tata
guna tanahnya.
Beberapa faktor penting yang mempengaruhi besarnya angka pengaliran
yaitu:
- Kemiringan tanah
- Jenis permukaan tanah
- Geologi tanah
Harga koefisien pengaliran untuk perencanaan sistem penyaluran air hujan
ditentukan untuk tanah pada keadaan jenuh pada waktu hujan karena hal
ini lebih aman. Harga-harga koefisien pengaliran dapat dilihat pada Tabel
3.
Tabel 2.2. Harga Koefisien Pengaliran (C)
Tata Guna Tanah /Kondisi Koefisien
No
Permukaan Tanah Pengaliran (C)
1 Jalan beton dan aspal 0.70 – 0.95

14
Laporan Akhir

Tata Guna Tanah /Kondisi Koefisien


No
Permukaan Tanah Pengaliran (C)
2 Jalan kerikil dan jalan tanah 0.40 – 0.70
3 Bahu jalan:
 Tanah berbutir halus 0.40 – 0.65
 Tanah berbutir kasar 0.10 – 0.20
 Batuan masif keras 0.70 – 0.85
 Batuan masif lunak 0.60 – 0.75
4 Daerah perkotaan 0.70 – 0.95
5 Daerah pinggir kota 0.60 – 0.70
6 Daerah industri 0.60 – 0.90
7 Pemukiman padat 0.40 – 0.60
8 Pemukiman tidak padat 0.40 – 0.60
9 Taman dan kebun 0.20 – 0.40
10 Persawahan 0.45 – 0.60
11 Perbukitan 0.70 – 0.80
12 Pegunungan 0.75 – 0.90
Sumber: Standar Nasional Indonesia (SNI 03-3424-1994)

Apabila pada suatu daerah pengaliran dengan tata guna tanah yang
berbeda-beda, maka harga koefisien pengaliran ditetapkan dengan
mengambil harga rata-rata koefisien pengaliran dari setiap bagian daerah.
Perhitungan harga koefisien pengaliran rata-rata ditetapkan berdasarkan
bobot masing-masing daerah sesuai dengan luas daerah yang diwakilinya,
yaitu :
A1 C1  A2 C2  .....  An Cn
Cw  (2.32)
A1  A2  ...  An

Dimana :
Cw = Harga rata-rata koefisien pengaliran A
C1,C2,....Cn = Harga koefisien pengaliran pada masing-masing
bagian daerah
A1,A2 ....An = Luas dari masing-masing bagian daerah

a. Intensitas Hujan

Intensitas hujan adalah tinggi air hujan persatuan waktu dan dinyatakan dalam
mm/menit atau mm/jam dimana intensitas hujan sangat dipengaruhi oleh waktu

15
Laporan Akhir

yang diperlukan oleh hujan yang jatuh pada suatu daerah. Perhitungan
intensitas hujan menggunakan persamaan seperti yang diuraikan di bawah ini.

Persamaan Mononobe
Rumus yang dipakai menurut Dr. Mononobe adalah sebagai berikut:
2
 R   24  3 (2.33)
I   24    
 24   Tc 

dimana:
I = Intensitas hujan (mm/jam)
Tc = Waktu konsentrasi (jam)
R24 = Tinggi hujan maksimum dalam 24 jam (mm)

Gambar.2.1 Grafik Intensitas Curah Hujan

2.3. PERENCANAAN DIMENSI SALURAN


Untuk mendapatkan luas penampang saluran yang ekonomis dan dapat
menampung debit rencana, maka perlu dilakukan suatu analisa hidrolika untuk
mendapatkan dimensi saluran yang optimal. Dalam penentuan dimensi saluran ini
menggunakan persamaan Manning. Saluran yang direncanakan adalah saluran
dengan pasangan batu dan bentuk penampang melintang saluran yang dipilih adalah
dengan penampang trapesium.
Berdasarkan debit yang diperoleh dari hasil analisa hidrologi maka dimensi hidrolis
saluran direncanakan malalui langkah-langkah perhitungan sebagai berikut:

16
Laporan Akhir

1. Tentukan data:
 Debit rencana kumulatif daerah tinjauan (Q)
 Kemiringan talud saluran (m)
 Kemiringan dasar saluran (s)
 Koefisien kekasaran Manning (n)
 Lebar saluran (b)
2. Perhitungan dimensi saluran
 Rumus yang digunakan adalah rumus Manning dengan asumsi aliran
langgeng dan seragam yaitu:
2 1
1
V  R3S 2 (2.34)
n
Q  V.A (2.35)
dimana:
Q = Debit air ( m3/dt)
A = Luas penampang basah (m2)
= (b+md1)d1
Keliling basah P  b  2d 1  m 2 
R = Jari-jari hidraulik (m)
R = A/P
S = Kemiringan dasar saluran
n = Koefisien Manning/kekasaran dinding saluran

Koefisien Manning (n) dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini.


Tabel 2.3 Koefisien Manning
Baik
No Tipe Saluran Baik Sedang Jelek
Sekali
SALURAN BUATAN
01 Saluran tanah, lurus teratur 0.017 0.020 0.023 0.025
02 Saluran tanah yang dibuat dengan 0.023 0.280 0.030 0.040
03 excavator 0.020 0.030 0.033 0.035
Saluran pada dinding batuan, tidak lurus,
04 teratur 0.035 0.040 0.045 0.045
Saluran pada dinding batuan, tidak lurus,
05 tidak teratur 0.025 0.030 0.035 0.040
Saluran batuan yang diledakkan, ada
17
Laporan Akhir

Baik
No Tipe Saluran Baik Sedang Jelek
Sekali
06 tumbuh-tumbuhan 0.028 0.030 0.033 0.035
07 Dasar saluran dari tanah, sisi saluran 0.020 0.025 0.028 0.030
berbatu
Saluran lengkung dengan kecepatan aliran
rendah
08 0.025 0.028 0.030 0.033
09 SALURAN ALAM 0.030 0.033 0.035 0.040
10 Bersih, lurus, tidak berpasir, tidak 0.033 0.035 0.040 0.045
berlubang
11 Seperti no.08 tetapi ada timbunan atau 0.040 0.045 0.050 0.055
12 kerikil 0.035 0.040 0.045 0.050
Melengkung, bersih, berlubang dan
13 berdinding pasir 0.045 0.050 0.055 0.060
14 Seperti no. 10, dangkal, tidak teratur 0.050 0.060 0.070 0.080
Seperti no. 10, berbatu dan ada tumbuh-
15 tumbuhan 0.075 0.100 0.125 0.150
Seperti no 11, sebagian berbatu
Aliran pelan, banyak tumbuh-tumbuhan
dan berlubang
Banyak tumbuh-tumbuhan
16 0.025 0.033 0.033 0.035
17 0.017 0.025 0.025 0.030
18 SALURAN BUATAN, BETON ATAU 0.014 0.019 0.019 0.021
19 BATU KALI 0.010 0.012 0.012 0.013
20 0.013 0.014 0.014 0.015
21 Saluran pasangan batu, tanpa penyelesaian 0.015 0.016 0.016 0.018
Seperti no. 16, tapi dengan penyelesaian
Saluran beton
Saluran beton halus dan rata
Saluran beton pracetak dengan acuan baja
Saluran beton pracetak dengan acuan kayu
Sumber: Standar Nasional Indonesia (SNI 03-3424-1994)

Masukkan data Q, b, m, n dan S kedalam persamaan 11.34 dan 11.35 diatas, sehingga
diperoleh dimensi saluran terhitung (untuk memudahkan dan mempercepat
penghitungan menggunakan persamaan yang diaplikasikan ke program Excel).

18
Laporan Akhir

BAB III
METODE PERHITUNGAN DESAIN SALURAN DRAINASE BANDARA

3.1. PERHITUNGAN HIDROLOGI


Untuk merencanakan system drainase Bandar Udara diperlukan suatu analisis
Hidrologi dan Hidrolika. Pada analisis Hidrologi tujuan utamanya adalah untuk
mencari debit banjir rancangan berdasarkan data hujan pada daerah studi. Sedangkan
analisis Hidrolika dilakukan untuk merencanakan komponen struktur drainase, seperti
dimensi saluran dan Box Culvert.

Untuk data debit banjir dianalisis dengan analisa frekuensi, cara yang dipakai adalah
dengan menggunakan metode kemungkinan (Probability Distribution) teoritis yang
ada. Jenis distribusi yang digunakan adalah Metode Normal, Metode Gumbel dan
Metode Log Pearson Type III. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada penjelasan
berikut ini.
A. Metode Normal
Rumus umum
XTr=x+kSx
dimana:
3
XTr = Debit banjir rencana untuk periode ulang T tahun (m /dt)
k = Faktor frekuensi (Tabel 3.1)
x = Harga rata-rata debit banjir tahunan
Sx = Standar deviasi

Tabel .3.1 Faktor Frekuensi


Periode Peluan Periode
No K No Peluang k
ulang, T g ulang, T
1 (tahun)
1,00 0,990 -3,05 11 (tahun)
2,50 0,400 0,25
2 1,00 0,995 -2,58 12 3,33 0,300 0,52
3 1,01 0,990 -2,33 13 4,00 0,250 0,67
4 1,05 0,950 -1,64 14 5,00 0,200 0,84
5 1,110 0,900 -1,28 15 10,00 0,100 1,28
6 1,25 0,800 -0,84 16 20,00 0,050 1,64
7 1,33 0,750 -0,67 17 50,00 0,020 2,05
19
Laporan Akhir

8 1,43 0,700 -0,52 18 100,000 0,010 2,33


9 1,67 0,600 -0,25 19 200,000 0,005 2,58
10 2,00 0,500 0,00 20 500,000 0,002 2,88
11 2,50 0,400 0,25 21 1000,000 0,001 3,09
(Sumber: Suripin, 2004)

B. Metode Gumbel
Metode ini merupakan metode dari nilai-nilai ekstrim (maksimum atau
minimum).

Fungsi metode Gumbel merupakan fungsi eksponensial ganda. (Sri Harto,1991).


Dimana:
3
XTr = Debit banjir rencana untuk periode ulangT tahun (m /dt)
3
Xr = Harga rata-rata debit banjir tahunan (m /dt)
S = Standar deviasi bentuk normal
Kr = Faktor frekuensi Gumbel

Faktor frekuensi Gumbel merupakan fungsi dan masa ulang dari distribusi

Dimana:

Yt = Reduced Varied (fungsi periode ulang T tahun) (Tabel .6)


Yn = Harga Rata-rata Reduced Variate (Tabel .7)
Sn = Reduced Standard Deviation (Tabel .8)

Tabel .3.2 Harga Reduced Variate Pada Periode Ulang Hujan T tahun
Periode Ulang
Hujan
Reduced Variate
T tahun
2 0,366
5
5 1,499
9
10 2,250
20
Laporan Akhir

2
25 3,198
5
50 3,901
9
100 4,600
1
(Sumber: Joesran Loebis,1987)

Tabel 3.3. Recuded Mean (Yn)


m 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 0,4952 0,4996 0,5035 0,5070 0,5100 0,5128 0,5157 0,5181 0,5202 0,5520
20 0,5236 0,5252 0,5269 0,5283 0,5296 0,5309 0,5320 0,5332 0,5343 0,5353
30 0,5362 0,5371 0,5380 0,5388 0,5396 0,5402 0,5402 0,5418 0,5424 0,5430
40 0,5436 0,5442 0,5448 0,5453 0,5458 0,5463 0,5463 0,5472 0,5477 0,5481
50 0,5486 0,5489 0,5493 0,5497 0,5501 0,5504 0,5508 0,5511 0,5515 0,5518
60 0,5521 0,5524 0,5527 0,5530 0,5530 0,5533 0,5538 0,5540 0,5543 0,5545
70 0,5548 0,5550 0,5552 0,5555 0,5557 0,5557 0,5561 0,5563 0,5565 0,5567
80 0,5569 0,5572 0,5572 0,5574 0,5576 0,5576 0,5580 0,5581 0,5583 0,5585
90 0,5586 0,5587 0,5589 0,5591 0,5592 0,5573 ,05595 0,5596 0,5598 0,5599
100 0,558
6
(Sumber: Joesran Loebis,1987)

Tabel .3.4. Recuded Standard Deviation (Sn)


m 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 0,9496 0,9676 0,9833 0,9971 1,0095 1,0206 1,0315 1,0411 1,0493 1,0565
20 1,0628 1,0696 1,0754 1,0811 1,0664 1,0915 1,0961 1,1004 1,1047 1,1086
30 1,1124 1,1159 1,1193 1,1226 1,1255 1,1285 1,1313 1,1339 1,1363 1,1388
40 1,1413 1,1436 1,1458 1,1480 1,1499 1,1519 1,1538 1,1557 1,1574 1,1590
50 1,1607 1,1623 1,1638 1,1638 1,1667 1,1681 1,1696 1,1706 1,1721 1,1734
60 1,1747 1,1759 1,1770 1,1770 1,1793 1,1803 1,1814 1,1824 1,1834 1,1844
70 1,1854 1,1863 1,1873 1,1873 1,1890 1,1898 1,1906 1,1915 1,1923 1,1930
80 1,1938 1,1945 1,1953 1,1953 1,9670 1,1973 1,1980 1,1987 1,1994 1,2001
90 1,2007 1,2013 1,2020 1,2026 1,2032 1,2038 1,2044 1,2049 1,2055 1,2060
100 1,2065
Sumber: Joesran Loebis,1987

C. Metode Log Pearson Type III


21
Laporan Akhir

Diantara 12 type metode Pearson, type III merupakan metode yang banyak
digunakan dalam analisa hidrometri. Berdasarkan kajian Benson, 1986
disimpulkan bahwa metode log Pearson type IIIdapat digunakan sebagai dasar
dengan tidak menutup kemungkinan pemakaian metode yang lain, apabila
pemakaian sifatnya sesuai. (Sri Harto,1981).

Langkah-langkah yang diperlukan adalah sebagai berikut :

1.Gantilah data X1, X2, X3,… Xn menja didata dalam logaritma, Yaitu: logX1,
logX2, log X3,…logXn.

2. Hitung rata-rata dari logaritma data tersebut:

3. Hitung standar deviasi

4. Hitung koefisien skewness

5. Hitung logaritma data pada interval pengulangan atau kemungkinan persentase


yang dipilih
LogXT =LogXr+K.S
Dimana:
3
Log XT = Logaritma debit banjir rencana (m /dt)

3
Log Xr = Logaritma debit banjir rata-rata (m /dt)
S = Standart deviasi
K (Tr,Cs)= Faktor frekuensi Pearson tipe III yang tergantung pada harga Tr
(periode ulang) dan Cs (koefesien skewness), yang dapat dibaca pada Tabel 3.5.

22
Laporan Akhir

Tabel .3.5 Faktor Frekuensi K Distribusi Log Pearson Type III


Koef Interval ulang,
. 1,0101 1,2500 2 5tahun 10 25 50 100
Kemenceng Persen
an 99 80 50 peluang10
20 4 2 1
3,00 -0,667 -0,636 -0,396 0,420 1,180 2,278 3,152 4,051
2,80 -0,714 -0,666 -0,385 0,460 1,210 2,275 3,114 3,973
2,60 -0,769 -0,696 -0,368 0,499 1,238 2,367 3,081 3,889
2,40 -0,832 -0,725 -0,351 0,537 1,262 2,256 3,023 3,800
2,20 -0,905 -0,752 -0,330 0,574 1,284 2,240 2,970 3,705
2,00 -0,990 -0,777 -0,307 0,609 1,302 2,219 2,912 3,606
1,80 -1,087 -0,799 -0,282 0,643 1,318 2,193 2,848 3,499
1,60 -1,197 -0,817 -0,254 0,675 1,329 2,163 2,780 3,388
1,40 -1,318 -0,732 -0,225 0,705 1,337 2,128 2,760 3,271
1,20 -1,449 -0,844 -0,195 0,732 1,340 2,087 2,626 3,149
1,00 -1,588 -0,015 -0,164 0,758 1,340 2,043 2,542 3,022
0,80 -1,733 -0,856 -0,132 0,780 1,336 1,993 2,453 2,891
0,60 -1,880 -0,857 -0,099 0,800 1,328 1,939 2,359 2,755
0,40 -2,029 -0,855 -0,066 0,816 1,317 1,880 2,261 2,615
0,20 -2,175 -0,850 -0,033 0,830 1,301 1,818 2,159 2,472
0,00 -2,326 -0,842 0,000 0,842 1,282 1,751 2,054 2,326
-0,20 -2,472 -0,830 0,033 0,850 1,258 1,680 1,945 2,178
-0,40 -2,615 -0,816 0,066 0,855 1,231 1,606 1,834 2,029
-0,60 -2,755 -0,800 0,099 0,857 1,200 1,528 1,720 1,880
-0,80 -2,891 -0,780 0,132 0,856 1,166 1,448 1,606 1,733
-1,00 -3,022 -0,758 0,164 0,852 1,128 1,366 1,920 1,588
-1,20 -3,149 -0,732 0,195 0,844 1,086 1,282 1,379 1,449
-1,40 -3,271 -0,706 0,225 0,832 1,041 1,198 1,270 1,318
-1,60 -3,388 -0,675 0,254 0,817 0,994 1,116 1,166 1,197
-1,80 -3,499 -0,643 0,282 0,799 0,945 1,035 1,069 1,087
-2,00 -3,605 -0,609 0,307 0,777 0,896 0,956 0,980 0,990
-2,20 -3,705 -0,574 0,330 0,752 0,844 0,888 0,900 0,905
-2,40 -3,800 -0,539 0,351 0,725 0,795 0,823 0,830 0,832
-2,60 -3,889 -0,499 0,368 0,696 0,747 0,764 0,768 0,769
-2,80 -3,943 -0,460 0,384 0,666 0,705 0,712 0,714 0,714
-3,00 -4,051 -0,420 0,390 0,636 0,660 0,666 0,666 0,667
(Sumber: Ray K.Linsey.Jr.1983)

Dalam penentuan metode yang akan digunakan, terlebih dahulu ditentukan


parameter-parameter sebagai berikut :
1. Standar deviasi (S)
Standar deviasi merupakan ukuran sebaran yang paling banyak digunakan.
Apabila penyebaran sangat besar terhadap nilai rata-rata, maka nilai S akan
kecil.

2. Koefisien variasi (Cv)


23
Laporan Akhir

Koefisien variasi adalah nilai perbandingan antara standar deviasi dengan nilai
rata-rata hitung dari suatu distribusi. Koefisien variasi dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut:

3. Koefisien skewness (Cs)

Koefisien skewness (kecondongan) adalah suatu nilai yang menunjukkan


derajat ketidaksimetrisan (asimetri) dari suatu bentuk distribusi. Apabila kurva
frekuensi dari suatu distribusi mempunyai ekor memanjang kekanan atau kekiri
tehadap titik pusat maksimum, maka kurva tersebut tidak akan berbentuk
simetri. Keadaan tersebut disebut condong kekanan atau kiri.Pengukuran
kecondongan adalah untuk mengukur seberapa besar kurva frekuensi dari suatu
distribusi tidak simetri atau condong. Ukuran kecondongan dinyatakan dengan
besarnya koefisien kecondongan atau koefisien skewness, dan dapat dihitung
dengan persamaan dibawah ini:

Adapun kriteria penentuan distribusi:


Distribusi Normal : Cs = 0
Distribusi Log Normal : Cs = 3 Cv
Distribusi Gumbel : Cs = 1.136; Ck = 5.4002
Dalam pekerjaan ini akan dilakukan analisis Hidrologi dengan menggunakan
metode Log Person tipe III, metode tersebut digunakan untuk menganalisa
frekuensi hujan dan metode mononobe digunakan untuk menganalisa terhadap
intensitas hujan. Untuk menghitung debit banjir rancangan rumus yang
digunakan dan sesuai dengan area studi adalah Metode Rasional. Debit banjir
dianalisa disetiap titik pertemuan dengan saluran, yang mana dititik tersebut
akan terjadi penambahan air dengan bertambahnya luasan catchment area.
Sedangkan analisis Hidrolika digunakan persamaan kontinuitas dari Manning.
Metode tersebut digunakan untuk menghitung kapasitas saluran.

24
Laporan Akhir

3.1.PERHITUNGAN DESAIN SALURAN DRAINASE

Adapun tahapan perhitungan rencana dimensi saluan adalah sebagai berikut:


1) Hitung Panjang saluran drainase (Ls)
2) Hitung Panjang Limpasan (Lo)
3) Hitung Kemiringan Limpasan (So)
4) Tentukan Koefisien Kekasaran (n)

Tabel .3.6. Koefisien Kekasaran (n)

5) Tentukan Kecepatan rata-rata dalam saluran (V)


Tabel .3.7. Kecepatan rata-rata dalam saluran (V)

6) Tentukan Koefisien Limpasan (C)

Tabel .3.8 Koefisien Limpasan (C)

25
Laporan Akhir

7) Hitung Waktu yang diperlukan air untuk mengalir di permukaan lahan (waktu
limpasan menuju saluran terdekat) (to)

Dimana:
to = waktu limpasan (menit)
n = harga koefisien kekasaran permukaan tanah (tabel)
Lo = panjang limpasan (m)
So = kemiringan medan limpasan (%)

8) Masukkan Data Curah hujan maksimum harian selama 24 jam) (R24)


9) Hitung Waktu aliran pada saluran dari satu titik ke titik lainya) (td)

Dimana:
td = Waktu aliran pada saluran dari satu titik ke titik lainya
(menit)
Ld = panjang saluran(m)
Vd = kecepatan rata-rata dalam saluran (m/s)
10) Hitung Waktu konsentrasi dalam jam (tc)

Dimana:
tc = waktu kosentrasi (jam)
to = waktu limpasan (menit)
td = Waktu aliran pada saluran dari satu titik ke titik lainya (menit)
11) Hitung Intensitas Curah Hujan (I)

Dimana:
I = intensitas curah hujan (mm/jam)
R24 = curah hujan maksimum harian selama 24 jam (mm)
tc = waktu aliran pada saluran dari satu titik ke titik lainya (menit)

12) Hitung Luas Limpasan (A)


13) Hitung Koefisien Pengaliran (Cr)

26
Laporan Akhir

14) Hitung Debir Banjir Rencana (Q)

Dimana:
Q = debit banjir rencana (m3/dtk)
C = koefisien limpasan
I = intensitas curah hujan (mm/jam)
A = waktu aliran pada saluran dari satu titik ke titik lainya (km2)
15) Hitung Penampang Basah Saluran berdasarakan debit air dan kecepatan
 Saluran bentuk trapesium:

1 d
m

Luas penampang basah saluran (Fd):

Luas penampang basah ekonomis (Fe):


Fe = (b + m.d).d = (0,828.d + d).d = 1,828 . d2
Fe = 1,828.d2
Kemiringan talud 1 : 1

1 1
Ketentuan:
= ; m=1
m 1

b + 2.d
= d m2  1
b +22.d
= d 12  1 b = 0,828 .d
2
 Saluran bentuk persegi empat (box culvert):

Luas penampang basah saluran (Fd):


27
Laporan Akhir

Luas penampang basah ekonomis (Fe):


Fe = b . d = 2 . d2

b=d

28
Laporan Akhir

3.3. BAGAN ALIR PERHITUNGAN DRAINASE BANDARA

Gambar 3.1. Bagan Alir Analisa Hidrologi

29
Laporan Akhir

Mulai

Peta Jaringan Drainase Peta Topografi


eksisting Bandara Data
Curah
Peta Penutupan Lahan Hujan

Analisa Curah
Analisa Luas Hujan
Area Pemetaan
dg Autocad Tidak
DeskMap
Analisa/Survey Kondisi Analisa/Survey Sistem
Aliran Drainase Makro Uji
Distribu
Geometrik Aliran si
Karakteristik Kondisi Fisik
Dimensi Daerah Nilai Koefisien Ya
Aliran
Layanan Pengaliran ©
Intensitas Curah
Hujan

Debit saluran Debit Banjir


Drainase (Qs) Rancangan (Qr)

Qr<Qs

Analisa Dimensi
Saluran Drainase
Bandara

Selesai

30
Gambar 3.2. Bagan Alir Drainase Bandara
Laporan Akhir

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1. PERHITUNGAN DATA CURAH HUJAN


Data curah hujan yang telah dikumpulkan direkapitulasi dalam data hujan harian
maksimum disajikan pada Tabel . dibawah ini.

Tabel .4.1. Curah Hujan Maksimum Harian Stasiun Meteorologi Andi Jemma
Masamba

No Tahun jan feb mar Apr Mei Jun jul Agts sept okt nop des Max
1 2010 385 440 593 464 244 622 388 553 400 621 404 327 622
2 2011 262 249 301 408 504 381 272 142 322 75 150 534 534
3 2012 390 442 650 592 600 292 250 288 174 142 73 353 650
4 2013 246 327 519 471 280 356 446 277 221 50 301 340 519
5 2014 210 159 401 374 423 368 410 285 161 182 158 381 423

11.1 Analisis Hujan Rencana


Dari data hujan harian maksimum ini dapat dihitung curah hujan rencana untuk
daerah sekitar lokasi bandara. Perhitungan curah hujan rencana dilakukan menggunakan
metode Log Person tipe III sebagai berikut:

Tabel 4.2. Perhitungan Distribusi Hujan Dengan Metode Sebaran Log Person tipe III

31
Laporan Akhir

Tabel 4.3. Faktor Frekuensi K Distribusi Log Pearson Type III

Mencari nilai G (5 tahun), dilakukan interpolasi.


Untuk nilai Cs = -0,12597
0 0,842
-0,12597 0,847182735
-2 0,850

Dari Tabel, didapat nilai G = 0,847182735, sehingga dapat dihitung:


Log XT = 2,73515 + 0,847182735 x 0,07379 = 2,797668052
XT = 627,5784933 mm
Periode kala ulang hujan untuk 5 tahun adalah 627,5784933 mm.
Periode
TC
No Ulang R24 ( mm ) I ( mm/jam) I ( m/detik)
( Jam )
(Tahun)
1 5 5 627.5784933 74.4076580287 0.0000207

Jadi Intensitas hujan untuk Bandara Rampi adalah 0,0000207 m/det

32
Laporan Akhir

Tabel. 4.4. Perhitungan Debit Rasional kala ulang 5 tahun Gamarmalamo

Sumber : Analisa Perhitungan

Tabel 4.5. Perhitungan Debit saluran Drainase Gamarmalamo

Jenis Q-
No Q Qcb Q sal Keterangan
Saluran Buangan
Saluran m3/detik 15% m3/detik m3/detik

Saluran
A1 0.00723 0.00108 0.00831 0.00831 -
terbuka
A2 Box Culvert - - - 0.00831 A1
Saluran
A3 0.65754 0.09863 0.75617 0.76449 A1+A3
terbuka
33
Laporan Akhir

A4 Box Culvert - - - 0.76449 A3


Saluran
A5 0.43464 0.06520 0.49984 1.26432 A4+A5
terbuka
A6 Box Culvert - - - 1.26432 A5
Saluran
A7 0.13893 0.02084 0.15977 1.42410 A6+A7
terbuka
A8 Box Culvert - - - 1.42410 A7
Saluran
A9 0.04489 0.00673 0.05162 1.47572 A8+A9
terbuka

Saluran
B1 0.00831 0.00125 0.00955 0.00955 -
terbuka
B2 Box Culvert - - - 0.00955 B1
Saluran
B3 0.35541 0.05331 0.40872 0.41827 B2+B3
terbuka
Saluran
B4 0.03639 0.00546 0.04185 0.56901 B3+B4+B31
terbuka
Saluran
B5 0.01333 0.00200 0.01533 0.69103 B4+B5+B41
terbuka
B6 Box Culvert - - - 0.69103 B5
Saluran
B7 0.02457 0.00369 0.02826 0.71929 B6+B7
terbuka
Saluran
B8 0.10012 0.01502 0.11514 1.22545 B7+B8+B71
terbuka
B9 Box Culvert - - - 1.22545 B8
Saluran
B10 0.01484 0.00223 0.01706 1.24252 B9+B10
terbuka
Saluran
B11 0.30077 0.04512 0.34588 1.85069 B10+B11+B101
terbuka
B12 Box Culvert - - - 1.85069 B11
Saluran
B13 0.16804 0.02521 0.19325 2.04394 B12+B13
terbuka
Saluran
B31 0.09469 0.01420 0.10889 0.10889 B31
terbuka
Saluran
B41 0.09277 0.01392 0.10669 0.10669 B41
terbuka
Saluran
B71 0.34002 0.05100 0.39102 0.39102 B71
terbuka
Saluran
B101 0.22808 0.03421 0.26229 0.26229 B101
terbuka

I5 = 0.000015819

34
Laporan Akhir

Tabel 4.6. Perhitungan Analisa Dimensi Saluran Drainase Bandara Gamarmalamo

Sumber : Analisa Perhitungan

11.2 PERENCANAAN SALURAN DRAINASE


Dalam perencanaan saluran drainase di pembangunan sisi udara Bandar Udara
Gamarmalamo , Saluran drainase dibagi menjadi 3 tipe saluran:
1. Saluran Sekunder
- Saluran A1 ,A3, A5 dan A7 adalah saluran drainase terbuka berfungsi menjadi
saluran drainase yang menampung air hujan di kanan sisi runway (perkerasan
dan RESA runway) dan service road bandar udara.
- Saluran B1 dan B2, berfungsi menjadi saluran drainase yang menampung air
hujan di sisi runway dan sisi taxiway, serta service road bandar udara.
- Saluran B1 mengalir ke B4, Saluran B41 mengalir ke B5, Saluran B71
mengalir ke B8 dan saluran B101 mengalir ke B10
2. Saluran Primer
35
Laporan Akhir

- Saluran A9, berfungsi menjadi saluran drainase yang menerima debit dari A1,
A3,A5, A7 dan A9
3. Saluran Box Culvert
- Saluran Box Culvert B1, B2, berfungsi menjadi saluran drainase dibawah
taxiway atau jalan berupa Box Culvert yang mengalirkan air di saluran
drainase yang akan melewati Box Culvert tersebut.
Adapun layout saluran drainase di sisi udara Bandara Gamarmalamo dapat dilihat
pada Gambar 4.1 dan Gambar 4.2

B1

B2 B3
B4 B5

Gambar 4.1.
Tampak Atas Lokasi Saluran A, B1, B2, B3, B4, B5 pada Bandara Gamarmalamo

B1 A

1,50% 1,50%

1,50% 1,50%

Gambar 4.2
Potongan Saluran A, B1 pada Bandara Gamarmalamo

1. Saluran A
Saluran A merupakan saluran sekunder yang mengalirkan air hujan di sisi
runway dan service road Bandara Gamarmalamo yang berujung di sungai.
Adapun lokasi saluran ini dapar dilihat pada Gambar 4.3. dan Gambar 4.4.

36
Laporan Akhir

1,50% 1,50%

1,50% 1,50%

Gambar 4.3 Potongan Saluran A1 (Sekunder) pada Bandar Udara Gamarmalamo

Gambar 4.4. Tampak Atas Lokasi Saluran A (Sekunder) Bandar Udara


Gamarmalamo

Adapun perhitungan data-data pada Saluran A ini dapat dilihat pada Tabel 4.7

Tabel 4.7 Perhitungan rencana dimensi Saluran Drainase A

No Q saluran b H-basah z s n jagaan H-Saluran


saluran m3/detik m m m m

A1 0,008313 0,2 0,1 1 0,0005 0,010 0,030995 0,1


A2 0,008313 0,1 0,1 0 0,0005 0,010 0,268873 0,4
A3 0,764488 0,3 0,7 1 0,0005 0,010 0,240742 1,0
A4 0,764488 0,8 0,8 0 0,0005 0,010 0,630564 1,4
A5 1,264323 0,4 0,9 1 0,0005 0,010 0,285388 1,1
A6 1,264323 1,0 1,0 0 0,0005 0,010 0,692824 1,7
A7 1,424097 0,4 0,9 1 0,0005 0,010 0,300975 1,2
A8 1,424097 1,0 1,0 0 0,0005 0,010 0,708509 1,7
A9 1,475721 0,4 0,9 1 0,0005 0,010 0,305782 1,2
Sumber : Analisa perhitungan

Jadi dimensi saluran bentuk trapesium (Saluran A9):


37
Laporan Akhir

120.0
90.0

1
1

40.0

2. Saluran B1
Saluran B1 merupakan saluran sekunder yang mengalirkan air hujan di sisi
runway dan service road Bandara Gamarmalamo berujung di sungai. Adapun
lokasi saluran ini dapar dilihat pada Gambar 4.5. dan Gambar 4.6

B1

1,50% 1,50%

1,50% 1,50%

Gambar 4.5. Potongan Saluran B1 (Sekunder) pada Bandara Gamarmalamo

38
Laporan Akhir

B1

Gambar 4.6 Tampak atas lokasi Saluran B1 (Sekunder) pada


Bandar Udara Gamarmalamo

Adapun perhitungan data-data pada Saluran B13 ini dapat dilihat pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8 Perhitungan rencana dimensi Saluran Drainase B13

No Q saluran b H-basah z s n jagaan H-Saluran Saluran dan


saluran m3/detik m m m m Box Culvert
B13 2,043939 0,4 1,1 1 0,0005 0,010 0,352992 1,4 Saluran B1
Sumber :Analisa Perhitungan

Jadi dimensi saluran bentuk trapesium (Saluran B1):

140.0
110.0

1
1

40.0

3. Saluran B2
Saluran B2 merupakan saluran sekunder yang mengalirkan air hujan di sisi runway
dan taxiway Bandara Gamarmalamo yang berujung di saluran sekunder (B1). Adapun
lokasi saluran ini dapar dilihat pada Gambar 4.7
39
Laporan Akhir

B2

Gambar 4.7 Tampak atas lokasi Saluran B2 (Sekunder) pada Bandara


Gamarmalamo

Adapun perhitungan data-data pada Saluran B2 ini dapat dilihat pada Tabel 4.9

Tabel 4.9 Perhitungan rencana dimensi Saluran Drainase B2

Jadi dimensi saluran bentuk trapesium (Saluran B2):

40
30
1
1

20

4. Saluran B3
Saluran B3 merupakan saluran sekunder yang mengalirkan air hujan di sisi runway
dan taxiway Bandara Gamarmalamo yang berujung di saluran (B1). Adapun lokasi
saluran ini dapar dilihat pada Gambar 4.8.

40
Laporan Akhir

B3

Gambar 4.8. Tampak atas lokasi Saluran B3 (Sekunder) pada Bandara


Gamarmalamo

Adapun perhitungan data-data pada Saluran B3 ini dapat dilihat pada Tabel 4.10

Tabel 4.10 Perhitungan rencana dimensi Saluran Drainase B3

Jadi dimensi saluran bentuk trapesium (Saluran B3):

40
30
1
1

20

5. Saluran B4
Saluran B4 merupakan saluran sekunder yang mengalirkan air hujan di sisi runway
dan taxiway Bandara Gamarmalamo yang berujung di saluran (B1). Adapun lokasi
saluran ini dapar dilihat pada Gambar 4.9

41
Laporan Akhir

B4

Gambar 4.9. Tampak atas lokasi Saluran B4 (Sekunder) pada Bandara


Gamarmalamo

Adapun perhitungan data-data pada Saluran B4 ini dapat dilihat pada Tabel 4.11

Tabel 4.11 Perhitungan rencana dimensi Saluran Drainase B4

Jadi dimensi saluran bentuk trapesium (Saluran B4):

70.0
1 50.0
1

30.0

6. Saluran B5
Saluran B5 merupakan saluran sekunder yang mengalirkan air hujan di sisi runway
dan taxiway Bandara Gamarmalamo yang berujung di saluran (B1). Adapun lokasi
saluran ini dapar dilihat pada Gambar 4.10

42
Laporan Akhir

B5

Gambar 4.10 Tampak atas lokasi Saluran B5 (Sekunder) pada Bandara


Gamarmalamo

Adapun perhitungan data-data pada Saluran B5 ini dapat dilihat pada Tabel 4.12

Tabel 4.12 Perhitungan rencana dimensi Saluran Drainase B5

Jadi dimensi saluran bentuk trapesium (Saluran B5):

60
40

1
1

30

1. Boxculvert A
Box Culvert A merupakan saluran tertutup terbuat dari beton bertulang berbentuk
persegi empat yang mengalirkan air hujan di Saluran A Bandara Gamarmalamo.
Adapun lokasi saluran ini dapat dilihat pada Gambar 4.11

43
Laporan Akhir

A A A

Gambar 4.11. Tampak Lokasi Box Culvert A8 pada Bandara Gamarmalamo

Adapun perhitungan data-data pada Box Culvert A8 ini dapat dilihat pada Tabel 4.13

Tabel 4.13. Perhitungan rencana dimensi Box Culvert A8

Q H- H-
No saluran b basah z s n jagaan Saluran
saluran m3/detik m m m m
A8 1,424097 1,0 1,0 0 0,0005 0,010 0,708509 1,7
Sumber : Hasil perhitungan

Jadi dimensi Box Culvert (Saluran A8):

170.0

100.0

100.0

2. Box Culvert B12


Box Culvert B12 merupakan saluran tertutup terbuat dari beton bertulang persegi
empat yang mengalirkan air hujan di Saluran B1 Bandara Gamarmalamo. Adapun
lokasi saluran ini dapar dilihat pada Gambar 4.12.

44
Laporan Akhir

B1 B1 B1 B1

Gambar 4.12. Tampak atas lokasi Box Culvert B12 pada Bandara Gamarmalamo

Adapun perhitungan data-data pada Box Culvert B12 ini dapat dilihat pada Tabel 4.14
Sumber : Hasil perhitungan

Tabel 4.14. Perhitungan rencana dimensi Box Culvert B12

Q H- H-
No saluran b basah z s n jagaan Saluran
saluran m3/detik m m m m
B12 1,850692 1,1 1,1 0 0,0005 0,010 0,744231 1,9
Sumber ; Hasil perhitungan

Jadi dimensi Box Culvert (Saluran B12):

190.0

110.0

110.0

Tabel 4.15. Rekapitulasi Saluran Drainase Sisi Udara Bandara Gamarmalamo

45
Laporan Akhir

Tipe/Nama Panjang
No Gambar
Saluran Saluran

Sekunder/
2330,1 120.0
1 Saluran A 90.0
m 1
(Trapesium) 1

40.0

Sekunder/
2326,9 140.0

2 Saluran B1 110.0

m 1
(Trapesium) 1

40.0

Sekunder/
40
30
3 Saluran B2 21 m 1
1

(Trapesium)
20

Sekunder/ 40
30
1
4 Saluran B3 21 m 1

(Trapesium)
20

Sekunder/ 70.0
1 50.0
5 Saluran B4 170 m 1

(Trapesium)
30.0

46
Laporan Akhir

Tipe/Nama Panjang
No Gambar
Saluran Saluran

Sekunder/ 60
40
6 Saluran B5 170 m 1
1

(Trapesium)
30

Box Culvert 170.0

7 51,5 m
A8 100.0

100.0

190.0
Box Culvert
8 55,5 m
B12 110.0

110.0

BAB V
KESIMPULAN

Dari pembahasan mengenai perencanaan Drainase Bandara Gamarmalamo maka


dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Saluran Sekunder
- Saluran A1 ,A3, A5 dan A7 adalah saluran drainase terbuka berfungsi menjadi
47
Laporan Akhir

saluran drainase yang menampung air hujan di kanan sisi runway (perkerasan
dan RESA runway) dan service road bandar udara.
- Saluran B1 dan B2, berfungsi menjadi saluran drainase yang menampung air
hujan di sisi runway dan sisi taxiway, serta service road bandar udara.
- Saluran B1 mengalir ke B4, Saluran B41 mengalir ke B5, Saluran B71
mengalir ke B8 dan saluran B101 mengalir ke B10
2. Saluran Primer
- Saluran A9, berfungsi menjadi saluran drainase yang menerima debit dari A1,
A3,A5, A7 dan A9
3. Saluran Box Culvert
- Box Culvert A merupakan saluran tertutup terbuat dari beton bertulang
berbentuk persegi empat yang mengalirkan air hujan di Saluran A Bandara
Gamarmalamo.
- Box Culvert B12 merupakan saluran tertutup terbuat dari beton bertulang
persegi empat yang mengalirkan air hujan di Saluran B1 Bandara
Gamarmalamo

48

Anda mungkin juga menyukai