Pembimbing
dr. Isfandiyar Fahmi, Sp.A
NIM : 406162053
Soewondo, Pati
Mengetahui,
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena penulis telah diberi
kesempatan untuk menyusun referat dengan judul Diabetes Melitus Tipe 1.
Adapun tujuan penulisan referat ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan
mahasiswa tentang Diabetes Melitus Tipe 1. Pada kesempatan kali ini penulis
ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Direktur Rumah Sakit Umum Daerah RAA Soewondo Pati yang telah
memberikan kesempatan untuk mengikuti kegiatan kepaniteraan klinik
Ilmu Kesehatan Anak di RSUD RAA Soewondo, Pati
2. dr. Isfandiyar Fahmi, Sp A., dr. Hesti Kartikasari, Sp A., dan dr.
Suranti, Sp A. selaku dokter pembimbing yang telah banyak
memberikan bimbingan serta pengajaran baik selama penulisan referat
maupun selama penulis mengikuti kepaniteraan di RSUD RAA
Soewondo Pati
3. Para staf dan seluruh karyawan serta para perawat yang telah banyak
membantu dan memberikan saran-saran yang berguna bagi penulis
dalam menjalani kepaniteraan di RSUD RAA Soewondo Pati
4. Keluarga serta seluruh teman-teman yang telah banyak membantu dan
memberikan dukungan dalam penulisan referat ini
Penulis
3
DAFTAR GAMBAR
4
DAFTAR TABEL
5
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................1
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................2
KATA PENGANTAR.............................................................................................3
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................4
DAFTAR TABEL....................................................................................................5
DAFTAR ISI............................................................................................................6
BAB I. PENDAHULUAN.....................................................................................
1.1 Latar Belakang................................................................................................
1.2 Tujuan.............................................................................................................
BAB II .TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................
2.1 Definisi Diabetes Melitus Tipe 1....................................................................
2.2 Epidemiologi Diabetes Melitus Tipe 1...........................................................
2.3 Etiologi dan Patogenesis Diabetes Melitus Tipe 1.........................................
2.4 Manifestasi Klinis Diabetes Melitus Tipe 1...................................................
2.5 Pengelolaan Diabetes Melitus Tipe 1............................................................
2.6 Komplikasi Diabetes Melitus Tipe 1.............................................................
2.7 Prognosis Diabetes Melitus Tipe 1................................................................
BAB III REKAM MEDIS.....................................................................................
BAB IV ANALISIS KASUS.................................................................................
BAB V PENUTUP................................................................................................
KESIMPULAN......................................................................................................
SARAN...................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................
6
BAB I
PENDAHULUAN
DM tipe 1 merupakan salah satu penyakit kronik yang sampai saat ini
belum dapat disembuhkan. Walaupun demikian berkat kemajuan teknologi
kedokteran kualitas hidup penderita DM tipe 1 tetap dapat sepadan dengan
anak-anak normal lainnya jika mendapat tatalaksana yang adekuat. Dalam
pembahasan referat ini, hanya akan dibahas mengenai diabetes mellitus tipe I.
1.2 Tujuan
Penulisan referat ini bertujuan untuk lebih memahami mengenai
penyakit diabetes mellitus tipe 1, cara menegakkan diagnosisnya,
penatalaksanaan, dan mengetahui tindak lanjut pada penyakit diabetes mellitus
tipe 1 serta untuk memberi pengetahuan kepada penulis.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
DM tipe 1 adalah kelainan sistemik akibat terjadinya gangguan
metabolisme glukosa yang ditandai oleh hiperglikemia kronik. Keadaan ini
diakibatkan oleh kerusakan sel –β pankreas baik oleh proses autoimun maupun
idiopatik sehingga produksi insulin berkurang bahkan terhenti.
Diabetes tipe 1 merupakan gangguan dimana tidak ada insulin didalam
sirkulasi, glukagon plasma meningkat, dan sel sel beta Pankreas gagal
berespon terhadap semua rangsangan insulinogenik yang telah diketahui.
2.2 Epidemiologi
Pada kebanyakan negara barat, diabetes tipe 1 terjadi lebih
dari 90% pada anak-anak dan remaja diabetes, meskipun kurang
dari setengah dari individu dengan diabetes tipe 1 yang didiagnosis
sebelum usia 15 tahun.
8
Dari penelitian yang dilakukan oleh Dabelea dkk didapatkan bahwa
tingkat kejadian DM tipe 1 di kalangan pemuda dari semua ras / etnis di
Amerika Serikat, terjadi tertinggi pada non-Hispanik pemuda putih.
Anak perempuan dan anak laki-laki hampir sama terlalu berbeda, tidak
ada korelasi yang jelas dengan status sosial ekonomi. Puncak dari presentasi
terjadi pada 2 kelompok umur: di usia 5-7 tahun dan pada saat
pubertas. Semakin banyak kasus sedang terjadi antara usia 1 dan 2
tahun. Puncak pada kelompok usia pertama terjadi mungkin sesuai dengan
saat paparan meningkat menjadi agen infeksi bertepatan dengan awal sekolah;
puncak pada kelompok usia kedua mungkin sesuai dengan percepatan
pertumbuhan pubertas diinduksi oleh steroid gonad dan peningkatan sekresi
hormone pertumbuhan pubertas (yang antagonis insulin). Kemungkinan
hubungan penyebab-akibat ini tetap harus dibuktikan.
9
yang mengubah asam glutamat menjadi asam gamma aminobutirat (gamma
aminobutyric acid [GABA]), ditemukan secara berlebihan pada inervasi pulau
pankreas; infiltrasi limfosit pulau pada awal penyakit ; dan penyakit autoimun
lainnya.
Hubungan diabetes mellitus tipe-1 dengan faktor-faktor genetik atas
dasar peningkatan insiden pada beberapa keluarga dan atas dasar perbedaan
etnik dan ras pada prevalensi. Faktor-faktor pemicu dapat termasuk infeksi
virus. Epidemi parotitis, rubella, dan koksakievirus berkaitan dengan dibetes
tipe-1. virus ini mungkin bekerja secara langsung menghancurkan sel β-
pankreas, dengan menetap di dalam sel β-pankreas sebagai infeksi virus
lambat, atau dengan memicu respon imun yang luas ke beberapa jaringan
endokrin. Virus ini dapat menginduksi kerusakan sel-sel β awal yang
mengakibatkan penyajian determinan antigenik yang sebelumnya tertutup atau
diubah. Atau mungkin virus ini memiliki bersama beberapa determinan
antigenik dengan virus yang ada di dalam sel β, termasuk GAD, sehingga
antibody yang terbentuk dalam responnya terhadap virus dapat berinteraksi
dengan determinan sel β, mengakibatkan penghancuran, suatu contoh
penyesuaian (mimikri) molekuler. Stress dan pemajanan yang mendahului
terhadap toksin kimia tertentu telah dilibatkan pada perkembangan diabetes
tipe-1. pemeriksaan histologis pulau pankreas pada penderita yang meninggal,
menunjukan infiltrasi limfosit sekitar pulau pankreas, lalu secara progresif
menjadi terhialinisasi, kemungkinan bersifat autoimun.
Berikut ini adalah diagram dari kemungkinan mekanisme
perkembangan DM tipe 1.
10
2.4 Manifestasi klinis
11
Insidens DM tipe 1 di Indonesia masih rendah sehingga tidak jarang
terjadi kesalahan diagnosis dan keterlambatan diagnosis. Akibat keterlambatan
diagnosis, penderita DM tipe 1 akan memasuki fase ketoasidosis yang
berakibat fatal bagi penderita. Keterlambatan ini dapat terjadi karena penderita
disangka menderita bronkopneumonia dengan asidosis atau syok berat akibat
gastroenteritis.
12
2.5 Pengelolaan DM Tipe 1
Sasaran
Tujuan
Pemberian Insulin
Pada diabetes tipe 1, pankreas tidak dapat menghasilkan insulin sehingga
harus diberikan insulin pengganti. Pemberian insulin hanya dapat dilakukan
13
melalui suntikan, insulin dihancurkan di dalam lambung sehingga tidak dapat
diberikan per-oral (ditelan).
14
Insulin campuran
Cepat-menengah 0,5 1-12 16-24
Pendek-menengah 0,5 1-12 16-24
Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan berbagai jenis sediaan yang dapat
dipakai sekaligus profil kerjanya.
15
rapid acting insulin). Di pasaran, selain tersedia insulin dengan komposisi
tersendiri, juga ada sediaan yang sudah dalam bentuk campuran antara insulin
kerja cepat atau sangat cepat dengan insulin kerja menengah (disebut juga
premixed insulin).
Tidak ada pedoman baku untuk menentukan jenis insulin apa yang
terbaik bagi seorang penderita DM tipe 1 anak. Walaupun demikian sebagian
besar ahli sepakat bahwa jenis kerja panjang kurang sesuai untuk digunakan
pada anak. Apapun jenis insulin yang akan digunakan harus disesuaikan
dengan usia anak (proses tumbuh kembang anak), aspek sosio ekonomi
(pendidikan dan kemampuan financial), sosio cultural (sikap orang Muslim
terhadap insulin babi), dan faktor distribusi obat.
Ada dua hal yang penting dikenali pada pemberian insulin yaitu efek
Somogyi dan efek subuh (Dawn Effect). Kedua fenomena ini mengakibatkan
hiperglikemia pada pagi hari. Pada efek Somogyi terjadi hiperglikemia pada
pagi hari setelah hipoglikemia (rebound effect). Akibat pemberian insulin yang
berlebihan, maka terjadi hipoglikemia pada malam hari (jam 02.00-03.00)
sehingga upaya tubuh untuk mengatasi hipoglikemia mengakibatkan
hiperglikemia. Sedangkan pada efek subuh, hiperglikemia pada pagi hari
terjadi akibat kerja hormon-hormon antiinsulin (hormon-hormon glikogenik).
Kerja hormon anti-insulin tersebut merupakan proses fisiologis. Kedua
peristiwa tersebut memerlukan penanganan yang berbeda. Efek Somogyi
diatasi dengan mengurangi dosis insulin malam hari atau menambahkan
makanan kecil sebelum tidur. Sebaliknya pada efek subuh, dosis insulin
ditambah untuk menghindari hiperglikemia pada pagi hari tersebut.
16
Penyesuaian dosis biasanya dibutuhkan pada honeymoon period, masa
remaja, masa sakit, dan sedang menjalankan pembedahan. Pada dasarnya
kebutuhan insulin adalah sesuai dengan kebutuhan metabolisme tubuh, namun
masalahnya penyesuaian dosis tidak dapat dilakukan secara sembarang karena
dapat menectuskan kedaruratan medic.
Pengaturan makan
Pada anak dengan DM tipe 1, kalori tetap diperlukan untuk pertumbuhan.
Pengaturan makanan pada penderita DM tipe 1 bertujuan untuk mencapai
kontrol metabolik yang baik tanpa mengabaikan kalori yang dibutuhkan untuk
metabolisme basal, pertumbuhan, pubertas maupun aktivitas sehari-hari.
Dengan pengaturan makan ini diharapkan pasien tidak obes dan dapat dicegah
timbulnya hipoglikemia.
Jumlah kalori per hari yang dibutuhkan dihitung berdasarkan berat badan
ideal. Penghitungan kalori ini memerlukan data umur, jenis kelamin, tinggi
badan dan berat badan saat penghitungan serta kecukupan kalori yang
dianjurkan.
17
akan menjadi glukosa. Jenis karbohidrat yang dianjurkan ialah yang berserat
tinggi dan memiliki indeks glikemik dan glycemic load yang rendah seperti
buah-buahan, sayuran dan sereal yang akan membantu mencegah lonjakan
kadar glukosa darah.
Pola 3J, yakni jumlah kalori, jadwal makan, dan jenis makanan. Bagih
penderita yang tidak mempunyai masalah dengan berat badan tentu lebih
mudah untuk menghitung jumlah kalori sehari-hari. Caranya, berat badan
dikalikan 30. Misalnya, orang dengan berat badan 50 kg, maka kebutuhan
kalori dalam sehari adalah 1.500 (50 x 30). Kalau yang bersangkutan
menjalankan olahraga, kebutuhan kalorinya pada hari berolahraga ditambah
sekitar 300-an kalori.
Jadwal makan pengidap diabetes dianjurkan lebih sering dengan porsi sedang.
Maksudnya agar jumlah kalori merata sepanjang hari. Tujuan akhirnya agar
beban kerja tubuh tidak terlampau berat dan produksi kelenjar ludah perut
tidak terlalu mendadak. Di samping jadwal makan utama pagi, siang, dan
malam, dianjurkan juga porsi makanan ringan di sela-sela waktu
tersebut(selang waktu sekitar tiga jam).
Pembagian kalori per 24 jam diberikan 3 kali makanan utama dan 2 kali
makanan kecil sebagai berikut :
Olahraga
Selain memperhatikan pola makan sehari-hari, penderita harus melakukan
latihan fisik. Pada prinsipnya olahraga bagi penderita diabetes tidak berbeda
dengan yang untuk orang sehat. Juga antara penderita baru atau pun lama.
Olahraga itu terutama untuk membakar kalori tubuh, sehingga glukosa darah
bisa terpakai untuk energi. Dengan demikian kadar gulanya bisa turun.
FID (frekuensi, intensitas, dan durasi) olahraga bagi penderita diabetes pada
prinsipnya tidak berbeda dengan yang diterapkan untuk orang sehat. Frekuensi
berolah raga adalah 3 – 5 kali seminggu.Namun, penderita yang menggunakan
suntikan insulin harus hati-hati. Harus diperhatikan waktu puncak kerja insulin
yang disuntikkan.
Dalam melakukan olahraga, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Kadar
gula darah penderita saat melakukan olahraga harus berada pada kisaran 100 –
300 mg/dl. “Lebih dari 300 mg/dl dikhawatirkan terjadi ketosis (kelebihan
keton dalam jaringan), misalnya. Penderita dengan kadar gula yang terlalu
rendah juga dilarang melakukan latihan. Sementara jika kadar gulanya sudah
normal lalu melakukan olahraga, ditakutkan malah terjadi hipoglikemia.
Mereka yang memilih jenis olahraga yang memerlukan waktu lama, macam
tenis lapangan atau sepakbola, sebaiknya setiap 30 menit mengkonsumsi
19
glukosa (makanan atau minuman manis). Dengan cara itu kadar gula darahnya
bisa dijaga agar tidak terlalu turun. Yang perlu diperhatikan pula saat
berolahraga adalah cuaca. Pada cuaca sangat panas, penyerapan insulin
banyak sekali. Berarti gula darah lebih terserap lagi.
Pemantauan
Pemantauan ditujukan untuk mengurangi morbiditas akibat komplikasi akut
maupun kronis, baik selama perawatan di rumah sakit maupun secara mandiri
di rumah, yang meliputi :
Keadaan umum, tanda vital
Kemungkinan infeksi
Kadar gula darah (juga dapat dilakukan di rumah dengan
menggunakan glukometer) setiap sebelum makan dan menjelang
tidur malam hari
Kadar HbA1C (setiap 3 bulan)
Pemeriksaan keton urine (terutama bila kadar gula > 250 mg/dl)
Mikroalbuminuria (setiap 1 tahun)
Fungsi ginjal
Funduskopi untuk memantau terjadinya retinopati (biasanya terjadi
setelah 3-5 tahun menderita DM tipe-1, atau setelah pubertas)
Tumbuh kembang.
20
kontrol glikemik. Pengukuran kadar glukosa darah beberapa kali per hari
harus dilakukan untuk menghindari terjadinya hipoglikemia dan
hiperglikemia, serta untuk penyesuaian dosis insulin. Kadar glukosa darah
preprandial, post prandial dan tengah malam sangat diperlukan untuk
penyesuaian dosis insulin.
Kontrol metabolik
The Diabetes Control and Complication Trial (DCCT) menyatakan bahwa
kadar glukosa darah yang mendekati normoglikemia akan mengurangi
kejadian dan progresifitas komplikasi mikrovaskular pada pasien diabetes
anak maupun dewasa. Berikut ini adalah kriteria untuk menyatakan kontrol
yang baik yaitu:
HbA1C GD PrePrandial GD
PostPrandial
21
2.6 Komplikasi
22
Kerusakan pada saraf menyebabkan kulit lebih sering mengalami
cedera karena penderita tidak dapat merasakan perubahan tekanan maupun
suhu. Berkurangnya aliran darah ke kulit juga bisa menyebabkan ulkus
(borok) dan semua penyembuhan luka berjalan lambat. Ulkus di kaki bisa
sangat dalam dan mengalami infeksi serta masa penyembuhannya lama
sehingga sebagian tungkai harus diamputasi.
2.7 Prognosis
23
Sebelum insulin ditemukan anak dengan DM tipe-1 meninggal sesudah
2 tahun. Tetapi dengan pengobatan insulin, kehidupan diperpanjang, walaupun
komplikasi akan timbul sesudah 10-20 tahun. Komplikasi jangka panjang DM
tipe-1 meliputi retinopathy, nephropathy, neuropathy, dan penyakit
macrovascular. Bukti adanya kerusakan yang disebabkan oleh hiperglikemik
jarang pada pasien yang memiliki penyakit <5-10 tahun. Beberapa derajat
retinopati diabetic akhirnya terjadi hampir pada semua pasien DM tipe-1 dan
menyebabkan kebutaan sekitar 5000 kasus baru di USA. Neuropathy terjadi
pada 30%- 40% pasien paskapubertas dengan DM tipe-1 dan menyebabkan
deficit sensorik, motorik, dan anatomi.
24
BAB III
1. IDENTITAS PASIEN :
Pendidikan : SMP
Agama : Islam
2. ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Lemas
25
Pasien datang dibawa oleh orang tuanya ke poli anak RSUD RAA Soewondo
Pati untuk kontrol setiap bulan. Pasien didiagnosis menderita penyakit
diabetes mellitus tipe 1 sejak 3 tahun yang lalu. Saat itu pasien datang dengan
keluhan lemas seluruh tubuh. Disertai panas dan nyeri kepala. Tidak ada
kejang, tidak ada mual muntah. Ada keluhan nyeri menelan.
Selama empat bulan terakhir nafsu makan mengalami peningkatan. Dalam
sehari bisa sampai 4-5 kali makan. Namun berat badan tidak mengalami
peningkatan. Tetapi mengalami penurunan berat badan sekitar 4 kg. Keluhan
ini juga disertai dengan perasaan haus yang berlebihan dan sering kencing
dengan frekuensi BAK pada malam hari lebih dari 5x. BAB dalam batas
normal. Selama sakit penderita sering merasa cepat lelah. Pada bulan Maret
2015 pasien di diagnosis diabetes dan mendapat terapi insulin. Riwayat nenek
dan kakek dari keluarga ibu pasien mengidap diabetes mellitus. Saat ini pasien
mengeluh batuk dan pilek sejak 3 hari yang lalu. Demam (-), mual (-), muntah
(-), BAB dan BAK dalam batas normal.
Riwayat Perinatal :
Pasien merupakan anak ke-3 dari 3 bersaudara (anak ke-1 usia 21 tahun, ke-2
usia 17 tahun) dilahirkan oleh ibu berusia 40 tahun dan ayah usia 45 tahun.
Pasien lahir secara normal dan cukup bulan di puskesmas ditolong bidan.
Lahir langsung menangis, BBL 2100 gram. Masalah selama kehamilan (mual,
26
muntah, KPD, perdarahan) disangkal. Riwayat minum jamu, trauma, pijat
perut, disangkal. Saat hamil Ibu mengaku rutin memeriksakan kandungannya
setiap bulan dan melakukan USG sebanyak 2x. Ibu minum obat dari bidan
secara teratur dan melakukan vaksin TT. Selama hamil Ibu mengalami
kenaikan BB sebanyak ± 10 kg.
Riwayat Imunisasi :
- Hep B : 0 bulan
- BCG & Polio : 1 bulan
- Polio dan Pentavalen (DPT, Hib, Hep B) : bulan 2, 3, 4
- Campak dan MR : -
- Kesan : Imunisasi dasar belum lengkap
Riwayat Pertumbuhan :
BB = 34 kg
TB = 150 cm
Kurva CDC :
- BB/U : 75 %
- TB/U : 96 %
- BB/TB : 82,9 %
Riwayat Perkembangan :
Bahasa : dapat berbicara dengan lancar dan tidak ada masalah dengan bahasa
Personal sosial : dapat mengikuti pelajaran dengan baik dan jelas, punya
banyak teman
27
Riwayat Asupan Nutrisi :
- Saat ini pasien makan 3x/hari porsi makan sedang, dengan menu: nasi
dengan lauk beragam dari sayuran, ikan laut, ikan asin,, tempe dll.
Pasien jarang makan buah-buahan.
o Kesan : Kualitas dan kuantitas asupan nutrisi terpenuhi
3. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Umum
Tanda Vital :
Pemeriksaan Sistem
Mulut : mukosa merah muda, faring hiperemis (-), tonsil T1-T1, bibir
kering dan bengkak, stomatitis (-)
Pulmo :
Inspeksi : dada simetris, pergerakan dada kanan & kiri simetris retraksi
(-)
Palpasi : stem fremitus kanan & kiri sama kuat, nyeri tekan (-).
Auskultasi: suara nafas dasar vesikuler +/+, ronki -/-, wheezing -/-.
Jantung :
Abdomen :
Ekstremitas : akral hangat (+), edema (-), sianosis (-), CRT < 2 detik,
Kulit : turgor kulit baik, kulit kering (+), sianosis (-) ikterik (-)
29
KGB : tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.
Pemeriksaan Neurologis
RANGSANG MENINGEAL
REFLEK FISIOLOGIS
REFLEK PATOLOGIS
MOTORIK
30
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium
31
Pemeriksaan glukosa darah setiap bulan
14- 06- 18- 17- 15- 08- 09- 18- 13- 15-12-2015
04- 05- 06- 07- 08- 09- 09- 10- 11-
2015 2015 2015 2015 2015 2015 2015 2015 2015
GDP 109 86 117 100 109 110 98 100 97 102
(mg/dl)
15- 13- 18- 09- 08- 15- 11- 17- 18- 13- 15-
03- 04- 05- 06- 07- 08- 09- 09- 10- 11- 12-
2016 201 2016 2016 2016 2016 2016 2016 2016 2016 2016
6
GDP 102 109 86 117 100 109 110 98 100 97 102
(mg/dl)
30- 15- 06- 18- 05- 06- 02- 07- 18- 29- 15-
01- 03- 04- 05- 06- 07- 08- 09- 10- 11- 12-
2017 2017 2017 2017 2017 2017 2017 2017 2017 2017 2017
GDP 213 110 110 95 98 110 100 341 192 190 102
(mg/dl)
5. RESUME
Diagnosa Kerja :
7. PENGKAJIAN
Clinical Reasoning :
33
- Pemeriksaan penunjang 30/03/2015: Glukosa ACC (213 gr/dl), Hb (14,6
g/dL) Ht (41,5%) Trombosit (270 ml darah), Eritrosit (4,55 juta sel/ul darah).
Pemeriksaan 15 juni 2015: HbA1c (10,3%)
- Lantus 1 x 8 unit
- Actrapid 1 x 9 unit
- Disiplin dengan jadwal, jenis, dan jumlah makanan yang sesuai dengan
pasien diabetes melitus
Rencana Evaluasi :
Edukasi :
8. PROGNOSIS
34
BAB IV
ANALISIS KASUS
TEORI KASUS
DEFINISI
Diabetes mellitus tipe 1 adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan
hiperglikemia kronik akibat kerusakan sel β pancreas sehingga terjadi defisiensi
insulin secara absolute.
EPIDEMIOLOGI
Hal ini sesuai
Diabetes mellitus tipe 1 terjadi pada anak usia
dengan usia pasien
dibawah dari 15 tahun dengan puncak insiden pada
ketika terdiagnosis
anak usia 5-6 tahun dan 11 tahun.
yaitu usia 8 tahun.
FAKTOR RESIKO
Faktor genetik dan lingkungan sangat berperan
dalam terjadinya DM tipe 1. Factor genetik
dikaitkan dengan pola HLA tertentu yaitu MHC Pada kasus ini
HLA kelas II pada kromosom 6p21 misalnya HLA- nenek dan kakek
DR3 dan HLA-DR4. Sistem HLA berperan sebagai pasien menderita
suatu faktor kerentanan. Diperlukan suatu factor penyakit diabetes
pemicu yang berasal dari lingkungan (infeksi virus, mellitus.
toksin dll) untuk menimbulkan gejala klinis DM tipe
1
DIAGNOSIS (ANAMNESIS)
Pasien dalam
Manifestasi klinik dari diabete mellitus tipe 1 kasus ini masuk
yaitu 3P (polydipsia, polyuria, polyphagia) dan disertai dengan keluhan
gejala lain berupa nocturia, fatigue, letargi, penurunan lemas disertai
berat badan dan penglihatan kabur. batuk dan pilek
Selama empat
35
bulan terakhir
nafsu makan
mengalami
peningkatan dan
mengalami
penurunan berat
badan sekitar 4 kg
selama empat bulan
terakhir.
Pasien selalu
merasa sering haus
dalam empat bulan
terakhir, sehingga
pasien banyak
minum.
Selama sakit
penderita sering
merasa cepat lelah.
Sering buang air
kecil terutama pada
malam hari.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnostik diabetes mellitus berdasarkan
konsensus nasional pengelolaan diabetes mellitus tipe
1 dapat ditegakkan apabila memenuhi salah satu kriteria Berdasarkan
sebagai berikut:3 kriteria tersebut,
1. Ditemukannya gejala klinis poliuria, pasien ini
polidipsi, polifagia, berat badan yang didiagnosis pasti
menurun, dan kadar glukosa darah diabetes mellitus
sewaktu >200 mg/dL. tipe 1 karena
2. Pada penderita yang asimptomatis memenuhi kriteria1
ditemukan kadar glukosa darah
36
sewaktu>200 mg/dL atau kadar glukosa
darah puasa lebih tinggi dari normal (126
mg/dL) dengan hasil tes toleransi
glukosa terganggu pada lebih dari satu
kali pemeriksaan.
TATALAKSANA
Adapun penatalaksanaan dari diabetes mellitus
terdiri dari pemberian insulin, pengaturan makan
(diet), dan olahraga Lantus 1 x 8 unit
Hitung insulin harian total = 0,5 unit x berat Actrapid 1 x 9 unit
badan (kg) --> dibagi 60% untuk fase prandial
dan 40% untuk fase basal
37
BAB V
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Diabetes mellitus tipe 1 adalah penyakit metabolik yang ditandai
dengan hiperglikemia kronik akibat kerusakan sel β pancreas sehingga terjadi
defisiensi insulin secara absolute. Secara epidemiologi, diabetes mellitus tipe 1
terjadi pada anak usia dibawah dari 15 tahun dengan puncak insiden pada
anak usia 5-6 tahun dan 11 tahun. Pada diabetes mellitus tipe 1 terjadi
defisiensi insulin absolute yang disertai dengan respon dari sel alfa pancreas
berupa peningkatan hormone glucagon. Hal ini mengakibatkan penurunan
uptake glukosa di otot sehingga pasien akan selalu merasa lemas walaupun
makan banyak. Tubuh memerlukan glukosa untuk dijadikan sumber energi.
Pada keadaan ini akan terjadi pemecahan protein dan lipid dalam tubuh
(Lipolysis) sehingga terjadi penurunan berat badan, rasa lapar berlebihan dan
polyphagia. Diabetes mellitus tipe 1 memerlukan pengobatan seumur hidup.
Kepatuhan dan keteraturan pengobatan merupakan kunci keberhasilan
pengobatannya. Adapun penatalaksanaan dari diabetes mellitus terdiri dari
pemberian insulin, pengaturan makan (diet), dan olahraga. Tujun dari
pengobatan adalah menstabilkan kadar glukosa darah dalam kisaran yang
diharapkan (70-120 mg/dL). Oleh karena itu, asupan makanan harus seimbang
dengan insulin yang tersedia dan kebutuhan metabolism tubuh. Komplikasi
DM tipe 1 terdiri dari komplikasi akut dan komplikasi kronik komplikasi akut
bersifat reversible contohnya hipoglikemia dan ketoasidosis diabetikum.
Mekanisme terjadinya hipoglikemia berhubungan dengan honeymoon periode
dan penyesuaian dosis insulin. Perjalanan diabetes mellitus sehingga
terjadinya ketoasidosis adalah karena proses lipolysis yang berlebihan dan
38
menghasilkan asam lemak yang akan menjadi keton menyebabkan terjadinya
hiperketonemia yang pada keadaan selanjutnya akan menyebabkan terjadinya
asidosis metabolic dan depresi CNS sehingga terjadi coma. Komplikasi kronik
disebabkan kelainan mikrovascular (retinopati, neuropati dan nefropati) dan
makrovascular.
3.2 Saran
Saran yang diberikan dalam makalah ini terkait dengan kasus adalah:
Pemberian pengobatan dapat diberikan secara teratur dan tanpa
terputus untuk mengendalikan glukosa darah
Selalu memperhatikan adanya efek samping obat yang diberikan, dan
meminimalisir keadaan yang dapat memperparah kondisi efek samping
obat tersebut
39
DAFTAR PUSTAKA
40
8. Dabelea D, Bell RA, D'Agostino RB Jr, Imperatore G, Johansen
JM. Incidence of diabetes in youth in the United States. JAMA. Jun
27 2007;297(24):2716-24.
41