Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS DIPONEGORO
2014

BAB II

HASIL KUNJUNGAN PROYEK

2.1 PROYEK WADUK DIPONEGORO


2.1.1 Latar Belakang
Kebutuhan air merupakan hal yang lama kelamaan menjadi
sangat penting, sehingga banyak upaya yang dilakukan agar
kebutuhan air tetap terpenuhi. Salah satunya adalah Universitas
Diponegoro (UNDIP) yang terletak di Kecamatan Tembalang
Kota Semarang. Di daerah sekitar universitas ini mengalami
kekurangan air pada musim kemarau dikarenakan meningkatnya
jumlah mahasiswa Universitas Diponegoro dan telah
diresmikannya Rumah Sakit Universitas Diponegoro, sehingga
kebutuhan air untuk keperluan tersebut juga semakin meningkat.
Dari keterbatasan sumber air tersebut, upaya yang dilakukan
adalah dibangunnya Waduk Diponegoro guna menampung air
selama musim hujan agar air pada sungai yang ada tidak terbuang
begitu saja dan dapat mengatasi kekurangan air pada musim
kemarau.
Waduk Diponegoro direncanakan dibangun di Kali
Krengseng/ Seketak yang berada dalam wilayah kampus
Universitas Diponegoro dan lokasinya kurang lebih 250 m sebelah
utara stadion UNDIP,seperti terlihat dalam Gambar 1.1.

II-1
LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2014

Waduk
DIponegoro

250 m

Dari Kampus Undip


Stadion
Undip
Rusunawa

Undip

Gambar 1.1.Denah Lokasi Waduk Diponegoro

2.1.2 Maksud dan Tujuan


Tujuan pembangunan Waduk Diponegoro adalah sebagai
berikut :
1. Sebagai waduk pendidikan untuk mahasiswa Universitas
Diponegoro.
2. Penyedia air baku untuk Rumah Sakit Universitas
Diponegoro.
3. Sebagai laboratorium lapangan, Pembangkit Listrik Tenaga
Mikro Hidro (PLTMH).
4. Sebagai tempat rekreasi umum.

II-2
LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2014

2.1.3 Deskripsi Proyek


A. Data Umum Proyek
1. Nama Proyek : Waduk Diponegoro
2. Pemilik Proyek : Kementerian Pekerjaan Umum,
Direktorat Jenderal Sumber Daya
Air , Balai Besar Wilayah
Sungai Pemali-Juana.
3. Lokasi Proyek : Kali Krengseng/ Seketak 250 m
sebelah utara Stadion Undip.
4. Nilai Kontrak : Rp 21.850.756.000,00.
5. Konsultan Perencana : PT Geomas Matra Perdana
6. Kontraktor Pelaksana : PT. Wijaya Karya
7. Waktu Pelaksanaan : 300 (tiga ratus) hari kalender
(25 Februari s/d 21 Desember 2013)

B. Data Teknis Proyek


1. Waduk
1) Nama sungai : Kali
Krengseng / Seketak
2) Luas Daerah Tangkapan Sungai Air (DTA) : 10,24 km2
3) Panjang sungai sampai lokasi waduk : 7,52 km
4) Kemiringan rata-rata sungai : 0,0174
5) Elevasi muka air normal : +174,00 m
6) Luas genangan pada muka air normal : 13.500 m2
7) Volume genangan pada muka air normal : 102.860 m3
8) Elevasi muka air banjir (0,5 PMF) : +175,96 m
9) Luas genangan pada muka air banjir : 21.522 m2
10) Volume genangan pada muka air banjir : 122.000 m3
11) Debit banjir rencana (0,5 PMF) : 146,77m3/det

II-3
LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2014

2. Bendungan
1) Type : Urugan
(batu dan random) berinti lempung kedap
2) Panjang puncak bendungan : 162,36 m
3) Tinggi bendungan : 14,75 m
4) Lebar puncak bendungan : 8,00 m
5) Elevasi puncak bendungan : +177,75 m
6) Elevasi dasar bendungan : +163,00 m
7) Elevasi counterweight (hulu) : +171,00 m
8) Elevasi counterweight (hilir) : +172,00 m
9) Lebar counterweight (hulu & hilir) : 5,00 m

Tipikal potongan bendungan dapat dilihat pada Gambar 1.2.

Gambar 1.2. Tipikal Potongan Bendungan

3. Spillway
1) Elevasi muka air normal : +174,00 m
2) Elevasi muka air banjir (0,5 PMF) : +176,63 m
3) Elevasi puncak spillway : +174,00 m
4) Elevasi dasar spillway : +173,00 m
5) Tinggi spillway : 1,00 m
6) Tinggi air di atas spillway : 1,96 m

II-4
LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2014

7) Tinggi air di kaki spillway (y1) : 2,96 m


8) Tinggi air di setelah endsill (y2) : 7,79 m
9) Elevasi dasar sungai : +151,00 m

Potongan memanjang bangunan spillwaydapat dilihat pada Gambar


1.3.

Gambar 1.3. Potongan Memanjang Bangunan Spillway

4. Pengelak
1) Bangunan Pengelak
a. Type : Konduit
b. Elevasi inlet : +162,00 m
c. Panjang pengelak : 143,90 m
d. Elevasi dasar outlet : +152,49 m

Gambar potongan bangunan pengelak dapat dilihat pada Gambar


1.4.

II-5
LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2014

Gambar 1.4. Potongan Bangunan Intake

2) Bangunan Operasi
a. Type : Kisi-kisi vertikal
b. Type konduit : Beton dan pipa baja
c. Elevasi : +167,65 m
d. Panjang : 143,90 m
e. Diameter konduit : 2 x 1,80 m
f. Diameter pipa intake : 0,25 m (250 mm)
g. Elevasi dasar outlet : +152,49
h. Pintu pengatur : Valve

II-6
LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2014

2.1.4 Ruang Lingkup Proyek


Proyek Waduk Diponegoro terdiri dari beberapa pekerjaan
struktur dapat dilihat pada Gambar 1.5.

Sungai Seketak

Inlet

AS Bendungan
Spillway

Power
House

Gambar 1.5. Site Plan Proyek Waduk Diponegoro

II-7
LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2014

Adapun lingkup pekerjaan dari Proyek Waduk Diponegoro


adalah sebagai berikut :
1. Pekerjaan waduk
2. Pekerjaan Spillway
Spillway atau saluran pelimpah pada proyek Waduk Diponegoro
ini menggunakan tipe saluran pengelak samping seperti terlihat
pada Gambar 1.6.

Spillway

Gambar 1.6. Kondisi Pekerjaan Bangunan Spillway

II-8
LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2014

3. Pekerjaan timbunan tubuh bendungan setinggi 5,95 m


(progress pekerjaan 80 %) dapat dilihat pada Gambar 1.7.

Pekerjaan Timbunan
Tubuh Waduk

Gambar 1.7. Kondisi Pekerjaan Timbunan Tubuh Waduk

II-9
LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2014

4. Pekerjaan bangunan pengelak (telah selesai)


5. Pekerjaan rip rap
6. Pekerjaan jembatan di atas spillwayyang direncanakan
(dapat dilihat pada Gambar 1.8.) sebagai jalan akses yang
dapat dilewati kendaraan untuk menghubungkan Kampus
Undip dengan pemukinan di sebelah utara waduk.

Konstruksi Jembatan

Gambar 1.8. Lokasi Rencana Jembatan Pada Spillway


7. Pekerjaan bangunan operasi, inlet dan outletmaupun
bangunan power house seperti pada Gambar 1.9.dan
Gambar 1.10.telah selesai dikerjakan akan tetapi belum
diaktifkan. Turbin dan generator akan diletakan di
bangunan power house yang berfungsi sebagai pembangkit
listrik tenaga mikro hidro ( PLTMH ).

Inlet Outlet& Power


House

Bangunan Operasi
Gambar1.9. Denah Lokasi Inlet, Outlet, Power House dan
Bangunan Operasi

II-10
LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2014

Gambar 1.10. Kondisi Pekerjaan Outlet & Power House

8. Pekerjaan kantor operasional dan pemeliharaan sedang


dalam proses seperti pada Gambar 1.11. yang nantinya akan
ditempati oleh staf operasional Waduk Diponegoro .

Gambar 1.11.Pekerjaan Kantor Operasional dan Pemeliharaan

II-11
LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2014

9. Pembangkit listrik tenaga mikro hidro (PLTMH)


10. Pekerjaan lampu penerangan jalan
11. Pekerjaan perkuatan tebing pada hilir bendungan ( Gambar
1.12. ) dilakukan dengan pemberian tulangan dan kemudian
di cor untuk mencegah terjadinya longsor.

Gambar 1.12. Proses Pekerjaan Perkuatan Tebing

12. Pekerjaan fasilitas keamanan bendungan


13. Pekerjaan jalan.

Pekerjaan yang telah dilaksanakan pada proyek


pembangunan Waduk Diponegoro, yaitu pekerjaan bangunan
pelimpah (spillway), bangunan pengelak, bangunan intake,
bangunan operasi dan outlet. Dan saat melakukan Kuliah Kerja
Lapangan, kami akan meninjau pekerjaan bangunan pelimpah
(spillway) dan timbunan tubuh bendung.

2.1.5 Perencanaan Konstruksi


Waduk Diponegoro direncanakan dibangun di Kali
Krengseng/Seketak, Kelurahan Tembalang, Kecamatan
Tembalang, Kota Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Bangunan ini
diharapkan untuk penyediaan air baku Universitas Diponegoro dan

II-12
LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2014

untuk kebutuhan laboratorium lapangan seperti laboratorium


hidrolika, perikanan, teknik lingkungan serta PLTMH.
Tata letak Waduk Diponegoro telah direncanakan oleh
konsultan terdahulu dan selanjutnya dilakukan pengukuran ulang
daerah rencana situasi lokasi rencana tata letak bendungan dan
topografi waduk.

1. Perncanaan Tubuh Bendung


Karena lokasi bendungan Diponegoro terletak di batuan
(tuff dan volcanic breccia) maka menurut EM 1110-2-2300 (
Design and Construction of Earth and Rockfill Dam ), terdapat tiga
section yang umum digunakan untuk kondisi ini, yakni (1)
homogeneous dam with internal drainage ;(2) central core dam
(core tegak); (3) inclined core dam (core miring atau slanting
core), perhatikan Gambar 1.13.

Gambar 1.13.Section tipikal pada bendungan yang terletak pada batuan.


(EM 1110-2-2300)

II-13
LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2014

2. Perencanaan Elevasi Mercu


Tinggi jagaan didefinisikan sebagai jarak vertikal antara
puncak bendungan dengan muka air normal atau muka air
banjir. Fungsi jagaan secara umum adalah untuk
menghindarkan bendungan dari bahaya overtopping akibat
banjir, dan gelombang, baik karena angin, gempa ataupun
sebab lainnya.
Tinggi jagaan untuk Bendungan urugan harus
mempertimbangkan keadaan air waduk yaitu muka air normal,
muka air banjir dengan periode ulang 1000 tahun dan muka air
banjir saat PMF.
Data untuk Waduk Diponegoro sebagai berikut :
Koefisien Gempa Statik = 0.132
Perioda Gelombang = 1.00 det
Percepatan Gravitasi = 9.810m/det2
Kedalaman Rata-Rata Waduk = 10.00 m
Sudut Lereng Udik Bendungan = 21.80 derajat
Cadangan Konsolidasi = 0.15 m
Tinggi Jagaan Kondisi Ma Normal = 2.16 m
Tinggi Jagaan MA Banjir 1000 Tahunan = 1.942 m
Tinggi Jagaan MA Banjir PMF = 0.750m
Elevasi Muka Air Normal = +182.0 m
Elevasi MA Banjir 1000 Tahunan = +184.0 m
Elevasi MA Banjir PMF = +184.15 m
Elevasi Bendungan MA Normal = +184.16 m
Elevasi Bendungan MA Banjir 1000 Th = +185.942 m
Elevasi Bendungan MA Banjir PMF = +184.900 m

(Sumber: Laporan Perencanaan Waduk Diponegoro,2012)

Waduk Diponegoro merupakan waduk yang memilki


ukuran tinggi bendungan <15.00 m dan di bagian hilirnya

II-14
LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2014

merupakan daerah cukup padat pemukiman, maka tinggi


jagaan memerlukan selisih tinggi air tertinggi, sehingga elevasi
bendungan diambil yaitu Elv. + 185.00 m dan dibagian
udiknya dipasang parapet setinggi 1.00 m. Di sepanjang
puncak bendungan dibuat jalan dengan tebal lapisan jalan
sebesar 35 cm (base course 15 cm, sub-base course 15 cm dan
lapis aus 5 cm).

3. Pondasi Tubuh Bendung


a. Pondasi bendungan dengan ketinggian 14,75 m, akan
bertumpu pada 2 (dua) massa batuan, yaitu tufa breksi dan
breksi volkanik yang cukup kompak (N spt > 50), namun
tergolong rendah daya dukungnya dengan harga kuat tekan
umumnya 20 kg/cm2 atau klas CL.
b. Penggalian (excavation line) pada pondasi bendungan dapat
mencapai 2 m karena kondisi batuan lapuk dan lolos air.
Khusus pada dasar lembah perlu dilebarkan supaya proses
pemadatan inti dengan alat berat lebih leluasa.
c. Penampang lugeon menunjukkan tingkat kelolosan air yang
cukup kecil, namun mengingat banyak terdapat
rekahan/kekar pada tapak bendungan, perlu disarankan
perbaikan pondasi dengan sementasi (grouting).

4. Bangunan Pelimpah
Pendekatan yang digunakan untuk merencanakan bangunan
pelimpah adalah rumus kontinuitas dan persamaan Manning
sebagai berikut:
Q = A.V
\V = 1/n . R2/3 . I1/2
A
R
O

II-15
LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2014

Dimana :
R = jari-jari hidrolis
n = koefisien kekasaran Manning
V = kecepatan aliran
A = luas penampang
O = keliling penampang basah

2.1.6 Pelaksanaan Konstruksi


1. Land striping keseluruhan
Membatasi rencana kaki hilir, hulu sampai bangunan
pelengkap (diberi patok).
2. Checking Gambar
Cross check antara gambar Detail Engineering Design (DED)
dengan keadaan Lapangan.
3. Grouting posisi di AS bendungan
Karena jenis tanah berupa macam-macam batuan sehingga
perlu di-grooting agar tidak ada rembesan yang terjadi.
4. Broke cap (menutup timbunan)
Antara inti dan random bendungan dibuat berbarengan,
dimana untuk pemadatannya dilakukan layer per layer dengan
ketebalan maksimal 30 cm menggunakan sheep foot roller dan
vibrator roller masing-masing 8 x lintasan.
Setelah mencapai ketinggian 1 - 2 m, baru menggunakan filter
(filter hulu menggunakan filter kasar, filter hilir menggunakan
filter yang lebih halus).
Alasan menggunakan sheep foot adalah karena tanahnya
homogen, sehingga tidak ada tanah yang menempel.
Sedangkan untuk menentukan ketebalan maksimal
timbunan,alat yang digunakan dan banyaknya lintasan
dilakukan test laboratorium.

II-16
LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2014

Karena masa konstruksi proyek belum selesai, tumpukan


material terlihat di sisi kanan dan kiri tubuh bendung, terlihat
pada Gambar 1.14.

Gambar 1.14.Material yang digunakan dalam proyek

Konstruksi yang sudah selesai saat kunjungan adalah


konstruksi spillway pada Gambar 1.15. dan konstruksi
jembatan intake pada Gambar 1.16.

Gambar 1.15.Konstruksi Spillway

II-17
LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2014

Gambar 1.16 Konstruksi Jembatan Intake

Pekerjaan yang diamati pada saat kunjungan adalah


pengecoran dinding kolam olak, seperti pada Gambar 1.17.

Gambar 1.17. Pekerjaan Konstruksi Bangunan Kolam Olak

Pengecoran dinding kolam olak menggunakan concrete


mixing truck.Lokasi pengecoran berada jauh di bawah dan tidak
memungkinkan menggunakan concrete pump, sehingga dibuat

II-18
LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2014

saluran atau talang yang panjang dan disiram dengan air untuk
mengalirkan campuran beton ke dinding kolam olak. Hal tersebut
seharusnya tidak boleh dilakukan karena dapat menyebabkan
segregasi atau terpisahnya agregat kasar dari adonan semen selain itu
penambahan air akan menyebabkan mutu beton berkurang. Proses
tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.18.

Gambar 1.18.Pengecoran untuk Pembangunan Konstruksi Kolam Olak

2.1.7 Manajemen Konstruksi


1. Manajemen Proyek

Pendekatan dengan menyusun suatu konsep sistem


manajemen proyek yang lengkap, mendasar, dan terpadu
diperlukan untuk menangani pelaksanaan proyek dengan baik, atau
paling tidak memperkecil peluang timbulnya permasalahan dan
mencegah datangnya kesulitan. Konsep sistem yang dimaksud
tidak lain adalah penataan serta pengorganisasian sesuai dengan
siklus manajemen pada setiap tahapan kegiatan yang berlangsung
selama proyek berjalan. Tahapan yang berlaku dalam
pembangunan proyek adalah :
1. Tahap Perencanaan (Planning)
2. Tahap Perancangan (Design)

II-19
LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2014

3. Tahap Pelelangan (Procurement)


4. Tahap Pelaksanaan (Construction)
5. Tahap Tes Operasional (Commissioning)
6. Tahap Pemanfaatan dan Pemeliharaan (Utilization and
Maintenance)

2. Struktur Organisasi Proyek


Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan
proyek Waduk Diponegoro ini antara lain :
1. Pemilik Proyek (Owner)
Pemilik proyek (pengguna anggaran) dalam proyek
pembangunan Waduk/Waduk Diponegoro adalah
Kementerian Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Sumber
Daya Air, Balai Besar Wilayah Sungai Pemali-Juana.
Wewenangnya yaitu mengatur pelaksanaan proyek selaku
direksi pekerjaan. Pemilik proyek juga bertindak sebagai
pengawas proyek. Pemilik proyek menunjuk Satuan Kerja
Non Vertikal Tertentu (SNVT) sebagai perwakilan pemilik
proyek dengan kontrak perjanjian yang telah disepakati
bersama, di mana pihak pemilik proyek akan memberikan
imbal jasa yang berupa sejumlah uang dengan nilai nominal
yang telah ditentukan bersama. Pelimpahan wewenang dari
owner ke SNVT hanya sebatas memudahkan koordinasi
antara owner, konsultan dan kontraktor. Struktur organisasi
pemilik proyek dapat dilihat pada Gambar 1.19.

II-20
LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2014

Kepala SNVT PJSAPJ

Ir. BUDI PRIYANTO, Sp.1

PPK Prasarana Konservasi


Sumber Daya Air

BUDIANTORO, S.ST., MT.

Pelaksana Adminstrasi Pelaksana Teknik BPP Direksi Pekerjaan

SUYANTO, SE. MUJARI, ST., M.Si., MT. ARIF YULARTONO, SE. BUDI PRASETYO, ST.

1. AGUNG NUGROHO 1.BAYU KURNIAWAN, Amd. 1. VITA ARI PULISANI, S.Kom. Pengawas Lapangan
2. INDRA SUSANTO, SH. 2. HARI HASNANTO, SE. 2. YUSTIANTO
3. DWI PURNOMO 3. AMANDA PRATAMA P, ST. 3. KARTIKA PUTRI SP, SE. TRI HARTADI, ST.
4. GUNAWAN FITRIYANA

Pembantu Pengawas Lapangan

RIZAL EFENDI, ST
SUHARDIYO
EKO PRASETYO UTOMO

Gambar 1.19. Struktur Organisasi Owner

2. Konsultan Perencana (Designer)


Konsultan perencana dalam Proyek Pembangunan
Waduk Diponegoro adalah PT Geomas Matra Perdana.
Struktur organisasi Konsultan Perencana dapat dilihat pada
Gambar 1.20.

II-21
LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2014

Direktur II
Drs. Sri
Mulyono

Team Leader
Ir. Edy Susilo,
MT

Ahli Ahli Ahli Ahli Ahli Geologi Ahli Ahli Cost Ahli
Konservasi Hidrolika Geodesi Estimator Lingkungan
Hidrologi Ir. Eddy Bendungan
SDA
Tigin Handriyant Wahyu Rudty Hermalinda,
Ir. Nur Afif Soetrisno,
Ir. Supriyadi Chrisnando,
Dubina, ST o, ST ME ST
ST

Juru Gambar Chief Bor Master


Surveyor Wagiman
Rajiman,
Soepriyono
Anang S., ST

Surveyor Mekanik Bor


Akhmad, Danang P.,ST
Adi Noor S., Marmo S
ST
- Tenaga Administrasi : Eko
Subekti
- Operator Komputer : Sriyono
- Driver : Dul
Tenaga Lokal Tenaga Lokal
Rochim
Pengukuran Pengeboran

- Office boy :
Rukiyo
Gambar 1.20. Struktur Organisasi Konsultan Perencana

3. Konsultan Pengawas (Konsultan Supervisi)


Pada dasarnya, anggota konsultan pengawas adalah
orang-orang yang memahami segala sesuatu tentang
pelaksanaan proyek pembangunan dan memahami
manajemen konstruksi dengan baik, berpengalaman dan
mempunyai reputasi yang baik dalam bidang manajemen.
Konsultan pengawas pada pembangunan Waduk
Diponegoro adalah Eko Yutadi, ST yang bekerja sama
dengan pihak SNVT Pembangunan Waduk Diponegoro.

II-22
LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2014

4. Pelaksana Proyek (Kontraktor)


Kontraktor dapat berupa perusahaan perseorangan
yang berbadan hukum atau badan hukum yang bergerak
dalam bidang pelaksanaan pekerjaan. Pelaksana proyek
(kontraktor) dalam proyek pembangunan Waduk
Diponegoro adalah PT. Wijaya Karya. Struktur organisasi
pelaksana proyek (Kontraktor) dapat dilihat pada Gambar
1.21.

Gambar 1.21. Struktur Organisasi Pelaksana Proyek

2.1.8 Sistem Pengendalian dan Pengawasan Proyek


Pengendalian proyek adalah suatu sistem untuk mengawasi
pelaksanaan proyek agar pihak–pihak yang terlibat dalam proyek
dapat berfungsi dan bekerja secara optimal, efisien waktu dan
tenaga kerja. Pengendalian proyek tidak hanya dilakukan pada satu
aspek saja, melainkan pada semua aspek yang mempengaruhi
jalannya pembangunan. Setiap penanganan suatu proyek mutlak

II-23
LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2014

diperlukan suatu sistem pengendalian proyek agar tercapai hasil


yang optimal.
Pengendalian dalam setiap aspek dituntut untuk
memberikan hasil yang optimal sesuai dengan standar dan
spesifikasi yang ada, sehingga efisiensi, efektifitas, waktu, mutu,
dan biaya dapat tercapai. Keadaan yang menyimpang dari keadaan
dan spesifikasi yang ada harus diatasi. Secara umum, tujuan dari
pengendalian proyek dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Menekan dan mengurangi kemungkinan terjadinya
penyimpangan;
2. Lebih peka dalam mengamati masalah yang mungkin
timbul pada pelaksanaan pekerjaan;
3. Lebih mudah dalam memilih metode terbaik yang sesuai
untuk memecahkan masalah yang terjadi.
Pengendalian proyek yang diterapkan pada Proyek Pembangunan
Waduk Diponegoro meliputi :
1. Pengendalian Mutu
Pada proyek pembangunan Waduk Diponegoro hal-hal
yang perlu diketahui dalam pengendalian mutu pada suatu
konstruksi adalah sebagai berikut:
1) Prinsip Standar Pengendalian Mutu
Setiap kegiatan yang mempengaruhi mutu dilakukan
dalam tiga kali rangkaian kegiatan yang tidak
terputus, yaitu:
a. Perencanaan harus terdokumentasi;
b. Pelaksanaan dan pengendalian sesuai
perencanaan;
c. Rekam (catat) hasil pelaksanaan atau produk
yang diperoleh.

II-24
LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2014

2) Tiga Sasaran Pengendalian Mutu Konstruksi


a. Memenuhi kekuatan yang dibutuhkan;
b. Pengolahan bahan ekonomis sesuai standar
proses;
c. Masa pemanfaatan yang awet (tahan lama).
3) Siklus Pengendalian Mutu Konstruksi
a. Memantau (monitor) proses pelaksanaan;
b. Meneliti, menguji, dan mengevaluasi hasil
pelaksanaan;
c. Melakukan tindakan (koreksi) jika terjadi
penyimpangan.
Pengendalian mutu diwujudkan dalam suatu
pengendalian teknis yang dimaksudkan untuk mengarahkan
pelaksanaan pembangunan fisik agar tidak melanggar
syarat dan spesifikasi. Pengendalian teknis meliputi
pengendalian mutu bahan, mutu peralatan, mutu tenaga
kerja dan mutu hasil pekerjaan.

2. Pengendalian Tenaga Kerja


Tenaga kerja merupakan pelaksana proyek yang
memiliki peran yang cukup besar, karena menjadi ujung
tombak terlaksananya suatu proyek. Kelancaran dan
ketepatan jadwal pelaksanaan proyek sangat bergantung
pada produktivitas kerja dari masing-masing jenis pekerja
yang terlibat di dalamnya, sehingga tingkat keahlian dari
pekerja menjadi salah satu faktor yang berpengaruh
terhadap produktivitas. Penerimaan pekerja juga harus
berdasarkan keahlian dari pekerja tersebut dan pekerja juga
harus berumur di atas 17 tahun.

II-25
LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2014

Produktivitas suatu aktivitas sangat tergantung pada


beberapa faktor antara lain :
1. Komposisi kelompok kerja
Pada kegiatan konstruksi, seorang pengawas lapangan
(mandor) memimpin suatu kelompok kerja yang
terdiri dari bermacam-macam jenis pekerja lapangan,
seperti tukang batu, tukang kayu, tukang besi, tukang
pembantu dan lain-lain.
2. Kerja lembur
Jam kerja tambahan yang dilakukan di luar jam kerja
normal, biasanya dilakukan untuk mengejar
sasaran/keterlambatan jadwal.
3. Pekerja langsung atau merangkul sub-kontraktor
Kontraktor utama dalam melaksanakan pekerjaan
lapangan ada dua cara yaitu dengan merekrut
langsung tenaga kerja atau menyerahkan paket kerja
tertentu kepada sub-kontraktor.
4. Kepadatan tenaga kerja
Kepadatan tenaga kerja dinyatakan dengan
perbandingan antara skala proyek dengan jumlah
pekerja atau luas tempat kerja bagi setiap tenaga
kerja. Faktor kepadatan tenaga kerja sangat
berpengaruh terhadap kelancaran pekerjaan dan
produktivitas pekerja.

3. Pengendalian Waktu
Pengawasan dan pengendalian waktu pelaksanaan
wajib dilaksanakan agar proyek dapat terlaksana sesuai
jadwal yang telah ditentukan. Pengendalian waktu
dilakukan dengan cara membandingkan prestasi kerja di
lapangan dengan rencana kerja yang dibuat oleh tim

II-26
LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2014

pelaksana. Apabila terjadi keterlambatan waktu, maka


kontraktor yang bersangkutan akan dikenakan denda
sebesar satu per mil dari jumlah nilai kontrak untuk tiap
satu hari keterlambatan.
Teknis penjadwalan Proyek Pembangunan Waduk
Diponegoro menggunakan bar chart agar mudah
mengidentifikasi unsur waktu dan urutan dalam
merencanakan suatu kegiatan, terdiri dari waktu mulai,
waktu selesai, dan pada saat pelaporan. Penggambaran bar
chart terdiri dari kolom dan baris. Selain metode bar chart
dapat juga dipakai metode kurva S yang merupakan hasil
plot dari bar chart, bertujuan untuk mempermudah melihat
kegiatan-kegiatan yang masuk dalam suatu jangka waktu
pengamatan progress pelaksanaan proyek.
Kurva S merupakan suatu kurva yang disusun untuk
menunjukkan hubungan antara kumulatif biaya atau jam-
orang (man hours) yang telah digunakan atau prosentase
(%) penyelesaian pekerjaan terhadap waktu.
Proyek tersebut mengalami keterlambatan atau
tidak, dapat kita lihat dari grafik hasil pembuatan kurva S.
Intensitas pekerjaan juga dapat dilihat dari kurva S.
Kemiringan curam menunjukkan pada saat itu pekerjaan
besar (intensitas tinggi) dan kemiringan landai
menunjukkan pekerjaan pada saat itu sedikit. Grafik kurva
S dapat dilihat pada Lampiran. Untuk mendukung
pengendalian waktu pada proyek ini digunakan pula rapat
koordinasi, laporan harian, laporan mingguan, dan laporan
bulanan.Weekly progress report dapat dilihat pada bagian
terlampir.

II-27
LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2014

Proyek Pembangunan Waduk Diponegoro pada


awalnya tidak mengalami perlambatan bahkan lebih cepat
tetapi setelah libur lebaran proyek menjadi terlambat karena
berbagai faktor. Segala upaya dilakukan oleh penyedia jasa
dan owner

4. Pengendalian K3 dan Lingkungan


Pengendalian K3 dan lingkungan diterapkan agar
tercipta suasana proyek yang nyaman dan aman. Pada
pembangunan spillway, pengendalian K3 dan lingkungan
yang diterapkan antara lain :

1. Pemasangan rambu peringatan di lokasi proyek;


2. Setiap pekerja, tamu, dan karyawan wajib
menggunakan APD (Alat Pelindung Diri);
3. Setiap pekerja, tamu, dan karyawan wajib menjaga
kebersihan di lokasi proyek;
4. Apabila ada tenaga kerja baru maka akan diberi safety
induction;
5. Setiap hari Jumat pagi diadakan safety morning talk
dan senam dengan mendatangkan instruktur senam
dari luar proyek. Senam pagi dilakukan agar pekerja
tidak jenuh dengan keadaan proyek;
6. Penyiraman air pada lokasi proyek untuk mengurangi
debu yang beterbangan;
7. Sisa hasil konstruksi dibuang pada dispossal area
yang telah ditentukan.
Gambar yang berkaitan dengan pengendalian K3L
dapat dilihat pada Gambar 1.22, Gambar 1.23, dan Gambar
1.24 berikut.

II-28
LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2014

Gambar 1.22. Safety and Hygiene Procedure

Gambar 1.23. Rambu Jalur Evakuasi

II-29
LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2014

Gambar 1.24.Rambu Titik Kumpul jika ada Evakuasi

2.1.9 Permasalahan dan Pemecahan Masalah


1. Kualitas Air
Air sungai yang hendak ditampung memiliki kualitas yang
jelek karena selain banyak sampah juga limbah rumah tangga
masuk ke dalam sungai sehingga tidak layak untuk menjadi
sumber air baku dan irigasi.
Solusi : Prof. Joetata memberikan inovasi untuk membuat
sistem penyaringan air dan penambahan bahan adiktif sehingga
air keluaran menjadi lebih bersih.

2. Waktu Pengecoran Dinding Kolam Olak


Masalah terjadi ketika turun hujan. Air akan masuk ke
dalam daerah pengecoran yang akan masuk ke bekesting
sehingga FAS akan meningkat sehingga mutunya menurun.

Solusi : Bekisting dilindungi dengan terpal agar air tidak


masuk.

II-30

Anda mungkin juga menyukai