Anda di halaman 1dari 7

Kajian Keamanan Pangan Bakso dan Cilok yang Beredar…

KAJIAN KEAMANAN PANGAN BAKSO DAN CILOK YANG BERDAR DI


LINGKUNGAN UNIVERSITAS JEMBER DITINJAU DARI KANDUNGAN
BORAKS, FORMALIN DAN TPC
The Study of Food Safety on Meatball and Cilok Observed at Several SalerAround of
University of Jember: Viewed from Borax, Formalin and TPC

Riska Rian Fauziah1)


1)
Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Jember
Jalan Kalimantan 37 Kampus Bumi Tegal Boto Jember 68121
E-mail: fauziah.rr@gmail.com

ABSTRACT

The aims of this study was to determine the food safety of meatballs and cilok which sold
around University of Jember. Ramdom sampling methods was used in this study and the collected
sample were 30 samples of meatball and 13 samples of cilok. Borax, formalin and TPC test was
carried out in this study. The result shows that 92% of cilok sample and 17% meatball sample were
detected containing borax but none detected containing formalin. In term of the sanitation,
meatballs and cilok circulating in the University of Jember was still lacking due the total plate count
of most sample were out of standart, more than 105cfu/g.

Keywords: food safety, meatball, borax, formalin, TPC

PENDAHULUAN memperpanjang masa simpan bakso,


Bakso merupakan makanan yang banyak pedagang yang tidak bertanggung
sangat populer di Indonesia. Hampir semua jawab menambahkan bahan-bahan kimia
lapisan masyarakat menyukai makanan ini, yang sebenarnya dilarang untuk makanan
sehingga tidak heran jika pedagang bakso seperti boraks dan formalin.
menjamur di setiap daerah. Menurut Di dalam Undang-undang
Standar Nasional Indonesia kandungan Pangan No.18 Tahun 2012 menyatakan
daging pada bakso minimal 50%, namun bahwa kualitas pangan yang dikonsumsi
kenyataan dilapang untuk menekan biaya harus memenuhi beberapa kriteria,
produksi, banyak penjual bakso membuat diantaranya adalah aman, bergizi, bermutu,
bakso yang kandungan dagingnya kurang dan terjangkau oleh daya beli
dari 50%. Bahkan “bakso aci” atau yang di masyarakat. Aman yang dimaksud
daerah Jember lebih dikenal “cilok” ini disini mencakup bebas dari pencemaran
hanya mengandung sedikit daging (kurang biologis, mikrobiologis, kimia dan logam
dari 10%). berat. Penggunaan bahan kimia yang bukan
Hasil survey yang telah dilakukan untuk pangan ini jelas melanggar Undang-
Andayani (1999) menunjukkan bahwa undang tersebut, namun nyatanya sampai
karakteristik bakso yang disukai konsumen saat ini masih sering terjadi kasus seperti
adalah rasanya yang gurih, agak asin, ini. Oleh karena itulah, peneliti ingin
memiliki rasa daging kuat, berwarna abu- mengamati keamanan pangan bakso yang
abu pucat atau muda, beraroma daging beredar di sekitar Universitas Jember yang
rebus serta memiliki tekstur yang empuk ditinjau dari kandungan boraks dan
dan agak kenyal. Untuk memenuhi standar formalin serta kualitas mikrobiologisnya
yang disukai konsumen dan (TPC).

67
Kajian Keamanan Pangan Bakso dan Cilok yang Beredar…

Tujuan dari penelitian ini adalah Analisis Boraks


untuk mengetahui keamanan pangan bakso Analisis boraks dilakukan
dan cilok yang beredar di lingkungan menggunakan tes kit Easy Test Kit. Prinsip
Universitas Jember ditinjau dari kandungan dari pengujian ini adalah pembentukan
boraks, formalin dan TPC-nya. senyawa rosocyanine yang berwarna merah
dari reaksi antara boron yang terkandung
METODE PENELITIAN dalam senyawa boraks dan kurkumin dalam
suasana asam. Senyawa rosocyanine inilah
Alat dan Bahan yang menjadi indikator ada tidaknya boraks
Peralatan yang digunakan meliputi dalam bakso dan cilok yang dianalisis.
pisau, telenan, blender, timbangan, pipet Boraks termasuk kelompok mineral
tetes, gelas ukur, kertas saring, corong, borat yang merupakan senyawa kimia alami
penangas air, bunsen, mortar, tabung reaksi, yang tersusun dari atom boron (B) yang
beaker glass, erlenmeyer, cawan petri, merupakan logam berat dan oksigen (O).
inkubator, autoklaf, dan lemari asam. Boraks sudah lama digunakan oleh
Bahan utama yang digunakan dalam masyarakat dan industri kecil dari pangan
penelitian adalah sampel bakso dan cilok. seperti gendar, kerupuk, mie dan bakso.
Bahan untuk analisa antara lain boraks test Dalam pembuatan bakso dan cilok, boraks
kit (Easy Test Kit), formalin test kit ditambahkan untuk bahan pengawet dan
(Merck: Merckoquant), larutan pengencer memberikan tekstur kenyal pada produk.
garam fisiologis dan media PCA untuk Hasil analisa menunjukkan bahwa dari 13
analisa TPC. sampel cilok, 92% diantaranya positif
mengandung senyawa berbahaya boraks.
Rancangan Penelitian Pada sampel bakso, dari 30 sampel yang
Analisis boraks dan formalin dianalisa 17% diantaranya terdeteksi
dilakukan dengan menggunakan test kit, mengandung senyawa berbahaya boraks
sedangkan analisa TPC mengikuti prosedur (Gambar 1).
dari SNI 2897:2008: metode pengujian Berdasarkan Gambar 1. diketahui
cemaran mikroba dalam daging, telur dan hampir semua penjual cilok menggunakan
susu, serta hasil olahannya. boraks dan hanya beberapa pedagang bakso
yang menggunakannya. Boraks sebetulnya
Rancangan Percobaan sudah dilarang penggunaannya oleh
Data hasil analisa dibahas secara pemerintah sejak juli 1978 dan diperkuat
deskriptif. Ada tidaknya formalin dan lagi dengan SK Menteri Kesehatan RI
boraks dibandingkan dengan syarat mutu No.722/Menkes/Per/Per/IX/1988 (Winarno,
bakso daging sapi yang tertera pada Standar 1997). Mengkonsumsi makanan yang
Nasional Indonesia (SNI) 01-3818 tahun mengandung boraks memang tidak akan
1995 tentang syarat mutu bakso daging. langsung berakibat buruk terhadap
kesehatan, tetapi boraks yang sedikit ini
HASIL DAN PEMBAHASAN akan diserap dalam tubuh konsumen secara
Sebanyak 43 sampel yang terdiri dari akumulatif. Selain melalui saluran
13 sampel cilok dan 30 sampel bakso. pencernaan, boraks juga bisa diserap
Sampel yang terkumpul tersebut dilakukan melalui kulit. Boraks yang terserap dalam
analisis boraks, formalin dan TPC. Adapun tubuh ini akan disimpan secara akumulatif
hasil dari pengujian tersebut dapat dilihat di dalam hati, otak, dan testes (buah zakar).
pada Tabel 1. Daya toksitasnya adalah LD-50 akut 4,5-
4,98 gr/kg berat badan (tikus). Dalam dosis
68
Kajian Keamanan Pangan Bakso dan Cilok yang Beredar…

Tabel 2. Hasil analisis boraks, formalin dan TPC bakso dan cilok yang beredar di lingkungan Universitas
Jember
No. Kode Sampel Boraks Formalin TPC (cfu/gram)
1 C01 + - 15x108
2 C02 + - 15x108
3 C03 + - 55x108
4 C04 + - 5x108
5 C05 + - 11x106
6 C06 + - 15x107
7 C07 + - 13x1010
8 C08 + - 2x1010
9 C09 - - 13x1010
10 C10 + - 2x1010
11 C11 + - 1x105
12 C12 + - 5x1010
13 C13 + - 25x109
14 B01 + - 1x104
15 B02 - - 2x106
16 B03 - - 15x104
17 B04 - - 10x108
18 B05 - - 45x103
19 B06 - - 3x108
20 B07 - - 35x108
21 B08 - - 2x103
22 B09 - - 1x107
23 B10 - - 15x102
24 B11 + - 5x104
25 B12 - - 5x104
26 B13 - - 0
27 B14 - - 5x102
28 B15 - - 1x1010
29 B16 + - 11x105
30 B17 - - 5x106
31 B18 - - 1x109
32 B19 - - 11x105
33 B20 + - 7x104
34 B21 - - 17x105
35 B22 - - 55x105
36 B23 + - 12x107
37 B24 - - 2x108
38 B25 - - 25x108
39 B26 - - >1010
40 B27 - - 8x106
41 B28 - - 13x104
42 B29 - - 11x105
43 B30 - - 12x105
69
Kajian Keamanan Pangan Bakso dan Cilok yang Beredar…

tinggi, boraks dalam tubuh manusia dapat antara zona reaksi yang terbentuk dalam
menyebabkan pusing-pusing, muntah, strip tes dengan skala warna yang ada.
mencret, kram perut, dan lain-lain Berdasarkan hasil analisis yang telah
(Cahyadi, 2006). dilakukan, tidak ada sampel cilok dan
Dosis fatal penggunaan boraks adalah bakso yang terdeteksi kandungan
5-20 g/hari (Badan POM, 2002). formalinnya (Gambar 2). Pada umumnya
Sedangkan menurut standar internasional penambahan formalin dalam bahan pangan
dosis fatal boraks berkisar 3-6 g/hari untuk adalah sebagai bahan pengawet.
bayi dan anak kecil, untuk orang dewasa Formalin jika termakan, dalam jangka
sebanyak 15-20 g/hari (Litovitz et al., 1998 pendek tidak menyebabkan keracunan,
dalam WHO, 1998). tetapi jika tertimbun di atas ambang batas
dapat mengganggu kesehatan. Ambang
Analisis Formalin batas yang aman adalah 1 miligram perliter.
Analisis formalin dilakukan Bahaya formalin dalam jangka pendek
menggunakan tes kit Merckoquant. Metode (akut) adalah apabila tertelan maka mulut,
pengujian ini yaitu dengan mereaksikan tenggorokan dan perut terasa terbakar, sakit
formaldehid dengan 4-amino-3-hydrazino- jika menelan, mual, muntah dan diare,
5-mercapto-1,2,4-treazole untuk kemungkinan terjadi pendarahan, sakit
membentuk senyawa purple-red tetrazine. perut yang hebat, sakit kepala, hipotensi
Konsentrasi formaldehid diukur secara (tekanan darah rendah), kejang, tidak sadar
semikuantitatif dengan perbandingan visual hingga koma. Selain itu juga dapat

Gambar 1. Hasil analisis boraks pada bakso dan cilok yang beredar di lingkungan Universitas Jember

Gambar 2. Hasil analisis formalin pada bakso dan cilok yang beredar di lingkungan Universitas Jember
70
Kajian Keamanan Pangan Bakso dan Cilok yang Beredar…

Gambar 3. Hasil analisis TPC pada bakso dan cilok yang beredar di lingkungan Universitas
Jember

menyebabkan terjadinya kerusakan hati, Pengujian Cemaran Mikroba dalam


limpa, pankreas, susunan syaraf pusat dan Daging, Telur dan Susu, serta Hasil
ginjal. Bahaya jangka panjang adalah iritasi Olahannya. Dalam pengujian ini, sampel
saluran pernafasan, muntah-muntah dan yang digunakan sebanyak 25 gram yang
kepala pusing, rasa terbakar pada kemudian diencerkan dalam larutan garam
tenggorokan, penurunan suhu badan dan fisiologis 1%. Pengujian dilakukan sampai
rasa gatal di dada. Konsumsi formalin pada pengenceran 10-8 dan hasil analisisnya
dosis sangat tinggi dapat mengakibatkan dapat dilihat pada Gambar 3.
konvulsi (kejang-kejang), haematuri Parameter Total Plate Count (TPC)
(kencing darah) dan haematomesis (muntah pada produk pangan sangat penting
darah) yang berakhir dengan kematian diperhatikan karena parameter ini erat
(Cahanar & Suhanda, 2006). hubungannya dengan keamanan produk
Penggunaan formalin untuk bahan pangan tersebut untuk dikonsumsi dan
pangan dilarang karena tidak sesuai dengan tingkat kerusakan produk pangan. Oleh
Undang – Undang Pangan Nomor 7 Tahun karena kesadaran betapa pentingnya
1996 dan PP Nomor 28 Tahun 2004 tentang parameter ini, hampir semua produk pangan
keamanan, mutu dan Gizi pangan. memiliki regulasi batasan maksimal Total
Sedangkan tatacara perniagaannya diatur Plate Count (TPC) yang terdapat di dalam
dengan keputusan Menteri Perindustrian SNI. Menurut Standar Nasional Indonesia
dan Perdagangan Nomor (SNI) 01-3818-1995 tentang Bakso Daging,
254/MMP/Kep/7/2000. kandungan TPC pada bakso maksimal
Kandungan formalin dalam bahan adalah 105 cfu/g.
pangan tidak dapat dihilangkan dengan Hasil penelitian menunjukkan bahwa
mencuci dan merendam produk makanan 92% sampel cilok dan 70% sampel bakso
tersebut, namun kadarnya dapat dikurangi. yang memiliki kandungan TPC yang lebih
Perendaman dalam air selama 60 menit besar dari 105 cfu/g atau tidak memenuhi
mampu menurunkan kadar formalin sampai standar SNI. Laju pertumbuhan mikroba
61,25% dan dengan air leri mencapai yang bersifat logaritmik menjadi penyebab
66,03% sedang pada air garam hingga tingginya nilai TPC pada bakso dan cilok.
89,53% (Sukesi, 2006). Berdasarkan hasil penelitian ini,
kandungan TPC pada bakso dan cilok
Hasil Analisis TPC tersebut mencapai 1010 koloni/gram.
Analisis TPC yang dilakukan dengan Menurut Frazier dan Westhoff (1988),
mengikuti SNI 2897: 2008: Metode jumlah populasi mikroba pada saat
71
Kajian Keamanan Pangan Bakso dan Cilok yang Beredar…

terbentuknya lendir adalah 3.0 x 106 Badan Standarisasi Nasional. 1992. SNI 01-
sampai 3.0 x 108 koloni/gram sampel dan 2894-1992. Cara Uji Bahan Pengawet
jumlah populasi mikroba saat terdeteksi Makanan dan Bahan Tambahan yang
bau kurang enak adalah 1.2 x 106 sampai Dilarang Untuk Makanan. BSN. Jakarta.
108 koloni/gram. Kandungan TPC yang Badan Standarisasi Nasional. 2008. SNI
tinggi pada hasil penelitian ini diduga 2897:2008. Metode Pengujian Cemaran
disebabkan oleh panjangnya rantai Mikroba dalam Daging, Telur dan Susu,
distribusi. Bakso dan cilok yang dijual ini serta Hasil Olahannya. BSN. Jakarta.
biasanya membutuhkan waktu yang relatif Buckle, K. A., R. A. Edwards, G. H. Fleet dan
lama untuk terjual atau sampai ke tangan M. Wootton. Diterjemahkan oleh
konsumen, selain itu juga menunjukkan Purnomo., H dan Adiono, 1987. Ilmu
bahwa program sanitasi yang diterapkan Pangan. UI Press. Jakarta.
oleh para pedagang bakso dan cilok masih BPOM. 2002. Informasi Pengamanan Bahan
rendah. Apabila bakso dan cilok tersebut Brebahaya: Boraks (Borax). Direktorat
disimpan secara benar dengan Pengawasan Produk dan Bahan
memperhatikan suhu kritis dalam Berbahaya, Deputi Bidang Pengawasan
pertumbuhan mikroba maka laju Keamanan Pangan dan Bahan
pertumbuhannya dapat ditekan. Berbahaya. Jakarta.
Cahanar, P. Dan I. Suhanda. 2006. Makan
KESIMPULAN Sehat Hidup Sehat. ISBN:
Berdasarkan hasil penelitian dapat 9797092247X.
disimpulkan bahwa cilok yang beredar di Cahyadi, W. 2006. Analisis Dan Aspek
lingkungan Universitas Jember sebagian Kesehatan Bahan Tambahan Pangan
besar tidak aman dikonsumsi karena positif (Edisi 2). Bumi Aksara. Jakarta.
mengandung bahan berbahaya boraks,
Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan.
sedangkan untuk sampel bakso masih ada Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
beberapa (5 sampel) yang terdeteksi
mengandung boraks. Ditinjau dari Litovitz, T. L., W. K. Schwartz, G. M. Oderda
and B. F. Schmitz. 1998. Clinical
kebersihannya, bakso dan cilok yang
Manifertations of Toxicity in a Series of
beredar di lingkungan Universitas Jember
784 Borac Acid Ingestion. American
masih kurang karena kandungan TPC-nya Journal Emergency Medical 6. 209-215.
sebagian besar masih diatas standar SNI 01-
3818-1995 tentang Bakso Daging, yaitu 105 Rustamaji, E., 1997. Penggunaan Bahan
koloni/g. Terlarang Pada Makanan dan Minuman.
YLKI. Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA Soeparno, 2005. Ilmu dan Teknologi Daging.
Adams, R. M. and M. O. Moss. 2008. Food UGM Press. Yogyakarta.
Microbiology 3rd Edition. RSC Widmer, P. & Frick, H., 2007. Hak Konsumen
Publishing. Cambridge. dan Ekolabel. Yogyakarta: Kanisius.
Andayani, R. Y. 1999. “Standarisasi Mutu Winarno, F. G. Dan Rahayu, S. S., 1994.
Bakso Sapi Berdasarkan Bahan Tambahan untuk Makanan dan
KesukaanKonsumen (Studi Kasus Bakso Kontaminan. Pustaka Harapan. Jakarta.
di Wilayah DKI Jakarta)”. Skripsi.
FakultasTeknologi Pertanian, Institut Winarno. F. G., 1997. Kimia Pangan.
Pertanian Bogor, Bogor. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Badan Standarisasi Nasional. 1995. SNI 01- World Health Organization. 1998. Boron,
3818-1995. Bakso Daging. BSN. Jakarta. Guidelines for Drinking Water Quality.

72
Kajian Keamanan Pangan Bakso dan Cilok yang Beredar…

United States Environmental Protection.


Ohio.
Yuliarti, N. 2007. Awas! Bahaya di Balik
Lezatnya Makanan. UGM Press.
Yogyakarta.

73

Anda mungkin juga menyukai