Laporan GT Wisnu
Laporan GT Wisnu
TUGAS 1
PERHITUNGAN ONGKOS PEMINDAHAN MATERIAL
Kelompok 42:
1. Nora Nisrina (13413011)
2. Wisnu Adi Pramono (13413089)
LEMBAR ASISTENSI
Asistensi modul ke :1
Asistensi ke :1
Kelompok 42
Catatan:
(_____________________________)
DAFTAR ISI
Lampiran................................................................................................................................................36
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
BAB 2
STUDI LITERATUR
Prosedur dalam penggunaan metode group technology berbeda dengan metode-metode lainnya dalam
perancangan tata letak pabrik. Dalam merancang tata letak pabrik dengan menggunakan group
technology, langkah awal yang harus dilakukan adalah membuat cell-cell produk yang menggunakan
mesin dan alat yang sama. Pembuatan cell dilakukan dengan melihat routing sheet dari produk yang
dibuat kemudian dilakukan pengelompokkan dengan menggunakan rank order clustering atau row and
column masking.
Sama dengan metode perancangan tata letak pabrik lainnya, metode group technology memiliki
kelebihan dan kekurangan dalam penggunaannya. Berikut ini merupakan kelebihan dan kekurangan dari
penggunaan metode group technology:
Kelebihan:
Kekurangan:
Mesin yang digunakan lebih banyak karena terdapat mesin yang sama yang diletakkan pada cell
yang berbeda
Utilisasi mesin rendah
Ukuran pabrik dapat lebih besar daripada metode-metode lainnya
1. Memberikan bobot biner BWj = 2m-j pada setiap kolom j dan matriks part-machine
2. Menghitung nilai Decimal Equivalent (DE) pada setiap nilai biner pada setiap baris i dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut:
𝑚
1. Menggambar garis horizontal pada baris pertama. Pilih nilai 1 pada matriks yang hanya memiliki
satu garis
2. Apabila sebuah nilai memiliki garis horizontal, maka langkah dilanjutkan pada langkah 2a. Apabila
sebuah nilai memiliki garis vertikal, maka langkah dilanjutkan pada langkah 2b
2a. Menggambar garis vertikal pada kolom yang memiliki nilai 1
2b. Menggambar garis horizontal pada baris yang memiliki nilai 1
Muchammad Arya Zamal – 13412100 8
Jalan MT Haryono No. 139 Kelompok 42
Jakarta Selatan 13413011 & 13413089
3. Apabila terdapat nilai 1 pada setiap cell matriks dengan hanya satu garis melewati cell tersebut,
pillih cell lain dan lakukan langkah pada langkah 2. Ulangi langkah ini sehingga tidak ada cell yang
tersisa
4. Pilih baris yang tidak terlewati oleh garis apapun. Apabila ada, gambarkan garis horizontal pada baris
tersebut dan kembali ke nomor 2. Apabila tidak ada, maka perhitungan selesai
1. Diketahui flow matrix [fij], matriks jarak ruangan [dij], dan panjang mesin li, hitung nilai adjacency
weight matrix [f’ij] dengan persamaan [ f’ij] = (fij) (dij + 0.5 (li+lj)).
2. Cari elemen terbesar pada [f’ij] dan nilai i dan j. Notasikan nilai i, j ini menjadi i*, j*. Hubungkan
mesin i* dengan j*. Tetapkan f’i*j*=f’j*i*=-∞.
3. Cari elemen terbesar f’i*k*, f’j*l* pada baris i*, j* pada matriks [f’ij]. Jika f’i*k ≥ f’j*l*, hubungkan k
dengan i* dan hapus baris i* serta kolom i* dari matriks [f’ij], dan set i*=k. Sebaliknya, hubungkan l
dengan j*, hapus baris j* dan kolom j* dari matriks [f’ij] dan tetapkan j*=l. Tetapkan f’i*j*=f’j*i*=-∞.
4. Ulangi langkah nomor 3 sampai seluruh mesin terhubung. Urutan mesin menentukan peletakan
mesin
Mulai
Demand,
Availibilitas, Membuat routing
dan efisiensi sheet assembly
mesin
Membuat routing
sheet fabrikasi dan
pre-fabrikasi
Menghitung utilitas
mesin fabrikasi dan
pre-fabrikasi
Membuat matriks
komponen dan
mesin
Mengelompokan Mengelompokan
mesin dengan mesin dengan
metode rank order metode row &
clustering column masking
Menyusun formasi
sel
Mengurutkan posisi
mesin dengan
menggunakan
metode modified
spanning tree
Membuat layout
setiap sel
Menentukan rack
Menghitung luas Menghitung luas
design dan luas
gudang bahan baku lantai produksi
warehouse
Selesai
BAB 3
PENGOLAHAN DATA
Demand 1 2 3 4
I 71 Engine A Gondola Box Car Caboose
II 136 Engine B Tanker Car Coal Car Log Car
III 74 Engine C Container Open Cage Closed Cage
Tabel 3 Efisiensi dan Availibility Mesin
Jenis
Jumlah
Demand I II III
71 136 74 281
Engine A 71 71
Gondola 71 71
Box Car 71 71
Caboose 71 71
Pack Train 71 71
Engine B 136 136
Tanker Car 136 136
Coal Car 136 136
Log Car 136 136
Pack Train 136 136
Engine C 74 74
Container 74 74
Open Cage 74 74
Closed Cage 74 74
Pack Train 74 74
1. Menentukan proses-proses apa saja yang dilakukan untuk membuat assembly beserta mesin apa
saja yang digunakan
Dalam langkah-langkah pembuatan routing sheet assembly, part assembly yang digunakan adalah
assembly engine. Proses yang dilakukan meliputi urutan perancangan dan mesin apa saja yang
digunakan untuk membuat produk tersebut
Jenis
Jumlah
Demand I II III
71 136 74 281
Engine A 71 71
Gondola 71 71
Box Car 71 71
Caboose 71 71
Pack Train 71 71
Gambar 3 Demand per jam
10 Rakit stack ke boiler bench I 80 1280 97% 97% 1204.352 0.10% 1136 1137.137137 0.94419 0.797109 4.571313
20 Rakit boiler ke chassis bench I 80 1280 97% 97% 1204.352 0.00% 1136 1136 0.943246 0.797109
30 Rakit cab & tender bench I 80 1280 97% 97% 1204.352 0.00% 1136 1136 0.943246 0.797109
35 Keringkan lem rack 280 4480 97% 97% 4215.232 0.00% 1136 1136 0.269499 0.227745
40 Ampelas ujung dan inspeksi disc sand 130 2080 97% 97% 1957.072 0.00% 1136 1136 0.580459 0.490529
50 Cat lapisan pertama spray booth 550 8800 97% 97% 8279.92 0.00% 1136 1136 0.137199 0.115943
55 Keringkan lapisan pertama oven 400 6400 97% 97% 6021.76 0.00% 1136 1136 0.188649 0.159422
60 Cat lapisan kedua spray booth 550 8800 97% 97% 8279.92 0.00% 1136 1136 0.137199 0.115943
65 Keringkan lapisan kedua oven 400 6400 97% 97% 6021.76 0.00% 1136 1136 0.188649 0.159422
70 Rakit roda, ring penutup, paku, dll bench II 140 2240 97% 97% 2107.616 0.00% 1136 1136 0.538998 0.455491
80 Rakit benang dan manic bench II 140 2240 97% 97% 2107.616 0.00% 1136 1136 0.538998 0.455491
1. Menentukan proses-proses apa saja yang dilakukan untuk membuat fabrikasi dan pre-fabrikasi
beserta mesin apa saja yang digunakan
Dalam langkah-langkah pembuatan routing sheet fabrikasi dan pre-fabrikasi, part fabrikasi yang
digunakan adalah side cab 1 dan part pre-fabrikasi yang digunakan adalah rough lumber ¼”. Proses
yang dilakukan meliputi urutan perancangan dan mesin apa saja yang digunakan untuk membuat
produk tersebut
Tabel 8 Fabrikasi 131 Side Cab
10 potong lurus dan rampas ujung c.o saw 0.20% 240.9228391 241.4056504
20 potong sesuai dengan ketebalan circ saw 0.20% 240.4409934 240.9228391
30 ratakan pada ketebalan 1/4" planner 0.20% 239.9601114 240.4409934
40 Potong bentuk sesuai ukuran circ saw 0.20% 239.4801912 239.9601114
Pada routing sheet pre-fabrikasi, jumlah yang diharapkan per hari pada proses terakhir didapatkan
dari jumlah yang harus disiapkan pada kebutuhan rough lumber pada fabrikasi yang menggunakan
rough lumber dari proses pre-fabrikasi tersebut. Pada contoh perhitungan, jumlah rough lumber
yang harus disiapkan pada fabrikasi adalah 239.4801912. Oleh karena itu, jumlah kebutuhan rough
lumber ¼” pada proses pre-fabrikasi adalah 239.4801912.. Untuk proses sebelumnya, nilai jumlah
yang diharapkan didapatkan dari jumlah yang harus disiapkan pada proses setelahnya. Contohnya
Muchammad Arya Zamal – 13412100 17
Jalan MT Haryono No. 139 Kelompok 42
Jakarta Selatan 13413011 & 13413089
pada proses 10, jumlah yang diharapkan sama dengan jumlah yang harus disiapkan pada proses 20
yaitu sebesar 240.9228391 unit. Berikut ini merupakan gambar yang mengilustrasikan jumlah yang
diharapkan per hari:
10 potong lurus dan rampas ujung c.o saw 0.20% 240.9228391 241.4056504
20 potong sesuai dengan ketebalan circ saw 0.20% 240.4409934 240.9228391
30 ratakan pada ketebalan 1/4" planner 0.20% 239.9601114 240.4409934
40 Potong bentuk sesuai ukuran circ saw 0.20% 239.4801912 239.9601114
Mesin Set up
Fabrikasi
Jointer 18%
Circ. Saw 15%
Disc Sand 23%
Drill Press 22%
Tabel 11 Persentase Waktu Setup Pre-fabrikasi
Mesin Set up
Pre-Fabrikasi
Total
Waktu
No Nama Operasi Nama Mesin Utilitas Mesin
Proses
(menit)
Utilitas Mesin
Fabrikasi
Jointer Circ. Saw Disc Sand Drill Press
Utilitas Mesin
Prefabrikasi
c.o saw circ saw palnner jointer
MACHINE
Binary Value
p c.o. saw p circ. saw p planner p jointer f jointer f circ. saw f disc sand f drill press
1 2 3 4 5 6 7 8
PART
128 64 32 16 8 4 2 1
Rough Lumber 1/4" 1 1 1 0 0 0 0 0
Rough Lumber 1/2" 1 1 1 0 0 0 0 0
Rough Lumber 3/4" 1 1 1 1 0 0 0 0
Rough Lumber 2" 1 1 1 0 0 0 0 0
2. Memberikan bobot biner BWj = 2m-j pada setiap kolom j dan matriks part-machine
Pada Praktikum Perancangan Sistem Terintegrasi IV Modul 1 Group Technology, jumlah jenis mesin
yang digunakan untuk proses produksi adalah 8 jenis mesin. Sehingga nilai m adalah 8. Berikut ini
adalah perhitungan bobot biner untuk mesin pre-fabrikasi cut off saw:
𝐵𝑊𝑗 = 2𝑚−𝑗
Keterangan:
m : total mesin
j : indeks mesin
𝐵𝑊𝑗 = 2𝑚−𝑗
𝐵𝑊𝑗 = 28−1
𝐵𝑊𝑗 = 128
Muchammad Arya Zamal – 13412100 21
Jalan MT Haryono No. 139 Kelompok 42
Jakarta Selatan 13413011 & 13413089
MACHINE
p c.o. saw p circ. saw p planner p jointer f jointer f circ. saw f disc sand f drill press
1 2 3 4 5 6 7 8
128 64 32 16 8 4 2 1
3. Menghitung nilai Decimal Equivalent (DE) pada setiap nilai biner pada setiap baris i dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut:
Perhitungan untuk rough lumber ¼”
𝑚
MACHINE
Binary Value
p c.o. saw p circ. saw p planner p jointer f jointer f circ. saw f disc sand f drill press
BOBOT
1 2 3 4 5 6 7 8
PART
128 64 32 16 8 4 2 1
Rough Lumber 1/4" 1 1 1 0 0 0 0 0 224
Rough Lumber 1/2" 1 1 1 0 0 0 0 0 224
Rough Lumber 3/4" 1 1 1 1 0 0 0 0 240
Rough Lumber 2" 1 1 1 0 0 0 0 0 224
4. Mengurutkan baris dari nilai DE yang paling besar hingga nilai DE yang paling kecil
Tabel 18 Decimal Equivalent Baris yang Telah Diurutkan
5. Memberikan bobot biner BWi = 2m-i pada setiap baris i dan matriks part-machine
Pada Praktikum Perancangan Sistem Terintegrasi IV Modul 1 Group Technology, jumlah jenis part
yang diproduksi untuk proses produksi adalah 56 jenis mesin. Sehingga nilai m adalah 8. Berikut ini
adalah perhitungan bobot biner untuk part rough lumber ¾”:
𝐵𝑊𝑖 = 2𝑛−𝑖
Keterangan:
n : total part
i : indeks part
Muchammad Arya Zamal – 13412100 22
Jalan MT Haryono No. 139 Kelompok 42
Jakarta Selatan 13413011 & 13413089
6. Menghitung nilai Decimal Equivalent (DE) pada setiap nilai biner pada setiap kolom j dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut:
Perhitungan untuk pre-fabrikasi cut off saw
7. Mengurutkan kolom dari nilai DE yang paling besar hingga nilai DE yang paling kecil
Tabel 21 Decimal Equivalent Kolom yang Telah Diurutkan
8. Membagi part menjadi beberapa family sesuai dengan kelompok mesin yang digunakan
Tabel 22 Kelompok Mesin ROM
PREFABRIKASI
Nama Part
C.O. Saw Circ. Saw Planner Jointer
Rough Lumber 1/4" 1 1 1 0
Rough Lumber 1/2" 1 1 1 0
Rough Lumber 3/4" 1 1 1 1
Rough Lumber 2" 1 1 1 0
2. Menggambar garis horizontal pada baris pertama. Pilih nilai 1 pada matriks yang hanya memiliki
satu garis
Tabel 24 Langkah 2 Pembuatan RCM
PREFABRIKASI
Nama Part
C.O. Saw Circ. Saw Planner Jointer
Rough Lumber 1/4" 1 1 1 0
Rough Lumber 1/2" 1 1 1 0
Rough Lumber 3/4" 1 1 1 1
Rough Lumber 2" 1 1 1 0
3. Apabila sebuah nilai memiliki garis horizontal, maka langkah dilanjutkan pada langkah 2a. Apabila
sebuah nilai memiliki garis vertikal, maka langkah dilanjutkan pada langkah 2b
2a. Menggambar garis vertikal pada kolom yang memiliki nilai 1
2b. Menggambar garis horizontal pada baris yang memiliki nilai 1
Tabel 25 Langkah 3 Pembuatan RCM
PREFABRIKASI
Nama Part
C.O. Saw Circ. Saw Planner Jointer
Rough Lumber 1/4" 1 1 1 0
Rough Lumber 1/2" 1 1 1 0
Rough Lumber 3/4" 1 1 1 1
Rough Lumber 2" 1 1 1 0
4. Apabila terdapat nilai 1 pada setiap cell matriks dengan hanya satu garis melewati cell tersebut,
pillih cell lain dan lakukan langkah pada langkah 2. Ulangi langkah ini sehingga tidak ada cell yang
tersisa
Tabel 26 Langkah 4 Pembuatan RCM
PREFABRIKASI
Nama Part
C.O. Saw Circ. Saw Planner Jointer
Rough Lumber 1/4" 1 1 1 0
Rough Lumber 1/2" 1 1 1 0
Rough Lumber 3/4" 1 1 1 1
Rough Lumber 2" 1 1 1 0
5. Pilih baris yang tidak terlewati oleh garis apapun. Apabila ada, gambarkan garis horizontal pada baris
tersebut dan kembali ke nomor 2. Apabila tidak ada, maka perhitungan selesai
Tabel 27 Langkah 5 Pembuatan RCM
PREFABRIKASI
Nama Part
C.O. Saw Circ. Saw Planner Jointer
Rough Lumber 1/4" 1 1 1 0
Rough Lumber 1/2" 1 1 1 0
Rough Lumber 3/4" 1 1 1 1
Rough Lumber 2" 1 1 1 0
MESIN
SEL KE- 7 A PREFABRIKASI FABRIKASI
TOTAL
MESIN
KOMPONEN: c.o. saw circ. saw planner jointer Jointer Circ. Saw Disc Sand Drill Press
Front Cab 3 0.235991 0.332836 0.800784
Chassis Opened Cage 0.236224 0.334155 2.395217
Body Tanker 0.433702 0.613501 1.467305
TOTAL UTILITAS 0.00 0.91 1.28 4.66 8
JUMLAH MESIN 0 1 2 5
RATA-RATA UTILITAS TIAP MESIN 0.905918 0.640246 0.932661
RATA-RATA UTILITAS MESIN DALAM SEL 0.826274907
∑𝑀
𝑖=1 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑢𝑡𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑚𝑒𝑠𝑖𝑛𝑚
𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑢𝑡𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑚𝑒𝑠𝑖𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑒𝑙 =
𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑚𝑒𝑠𝑖𝑛
0.906 + 0.64 + 0.932661
𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑢𝑡𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑚𝑒𝑠𝑖𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑒𝑙 =
3
𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑢𝑡𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑚𝑒𝑠𝑖𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑒𝑙 = 0.8263
Apabila total mesin bernilai lebih dari 8, maka sel tersebut harus dipisah berdasarkan komponennya.
Berikut ini merupakan tabel yang menunjukkan jumlah mesin tanpa batasan mesin dan jumlah
mesin dengan batasan mesin:
Tabel 28 Rekap Jumlah Mesin
Dengan Batasan
Tanpa Batasan Jumlah Mesin
Jumlah Mesin
Jumlah Jumlah
Sel Sel
Mesin Mesin
1A 7
1 11
1B 7
2 7 2 7
3 7 3 7
4 8 4 8
5 6 5 6
6 5 6 5
7A 8
7B 7
7C 9
7 42
7D 8
7E 8
7F 8
8A 8
8B 7
8C 7
8 41
8D 7
8E 7
8F 7
BAB 4
ANALISIS
Salah satu kekurangan metode group technology dibandingkan dengan metode tradisional adalah
jumlah mesin yang dibutuhkan. Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, jumlah mesin yang
dibutuhkan dengan metode group technology berbeda dengan jumlah mesin yang dibutuhkan pada
metode tradisional. Hal ini disebabkan karena terdapat batasan jumlah mesin pada setiap sel group
technology sehingga jumlah mesin pada setiap sel group technology memiliki nilai sebesar lima hingga
delapan. Penambahan jumlah sel tentunya akan menambah jumlah mesin yang dibutuhkan. Sel-sel yang
menyebabkan perubahan jumlah mesin pada metode group technology adalah sebagai berikut:
Sel 1
Jumlah mesin yang dibutuhkan pada sel 1 adalah 11 mesin. Sel 1 harus dibagi menjadi dua sel
karena jumlah mesin yang berada pada setiap sel harus berjumlah antara lima hingga delapan
mesin. Jumlah komponen yang terdapat pada sel 1 hanya berjumlah satu komponen sehingga
utilitas komponen tersebut harus dibagi menjadi dua. Pada sel 1, kebutuhan mesin c.o saw dan circ.
saw hanya berjumlah 1. Namun, jumlah mesin tersebut meningkat menjadi masing-masing dua
karena pemecahan sel 1 menjadi sel 1A dan sel 1B menyebabkan terjadinya penambahan jumlah
mesin tersebut karena setiap sel tersebut tetap membutuhkan mesin tersebut.
Sel 7
Jumlah mesin yang dibutuhkan pada sel 7 adalah 43 mesin. Sel 7 harus dibagi menjadi enam sel
karena jumlah mesin yang berada pada setiap sel harus berjumlah antara lima hingga delapan
mesin. Jumlah komponen yang terdapat pada sel 7 berjumlah lebih dari satu komponen sehingga
komponen dipecah pada sel yang berbeda-beda. Setelah jumlah sel dibagi menjadi 6 sel, total
kebutuhan mesin pada sel 7 berubah dari 43 mesin menjadi 48 mesin
Sel 8
Jumlah mesin yang dibutuhkan pada sel 8 adalah 41 mesin. Sel 8 harus dibagi menjadi enam sel
karena jumlah mesin yang berada pada setiap sel harus berjumlah antara lima hingga delapan
mesin. Jumlah komponen yang terdapat pada sel 8 berjumlah lebih dari satu komponen sehingga
komponen dipecah pada sel yang berbeda-beda. Setelah jumlah sel dibagi menjadi 6 sel, total
kebutuhan mesin pada sel 8 berubah dari 41 mesin menjadi 43 mesin
Mesin
Proses Nama Mesin Mesin Teoritis
Aktual
Pre-Fabrikasi
c.o saw 2.663413773 3
circ saw 2.255520685 3
planner 5.038235877 6 Total :
jointer 4.813711326 5 17
Jointer 2.672220888 3
Fabrikasi
Dengan Batasan
Tanpa Batasan Jumlah Mesin
Jumlah Mesin
Jumlah Jumlah
Sel Sel
Mesin Mesin
1A 7
1 11
1B 7
2 7 2 7
3 7 3 7
4 8 4 8
5 6 5 6
6 5 6 5
7A 8
7B 7
7C 9
7 42
7D 8
7E 8
7F 8
8A 8
8B 7
8C 7
8 41
8D 7
8E 7
8F 7
Rank order clustering merupakan metode mesin atau peralatan yang digunakan pada metode group
technology. Pengelompokan mesin dengan menggunakan rank order clustering dilakukan dengan
membagi produk-produk yang digunakan pada proses produksi pada baris dan mesin yang digunakan
pada proses produksi pada kolom yang kemudian mesin dan produk tersebut diurutkan berdasarkan
total nilai binernya sehingga didapatkan kelompok-kelompok mesin. Berikut ini merupakan kelebihan
dan kekurangan dari penggunaan metode rank order clustering:
Kelebihan Kekurangan
Pembagian cluster jelas terlihat Perhitungan cukup lama dilakukan,
bergantung dari pemberian bobot awal
Menggunakan pendekatan analitik sehingga Perhitungan semakin sulit apabila jumlah
hasil yang didapatkan lebih optimal komponen dan mesin bertambah
Pembagian cluster dapat dilakukan dengan
lebih mudah pada akhirnya
Pengelompokan dengan menggunakan metode row and column masking dilakukan dengan memberkan
garis vertikal dan horizontal pada matriks produk dan mesin yang digunakan. Algoritma ini dimulai
dengan memberikan garis horizontal pada mesin yang memiliki nilai 1 pada barisnya. Kemudian proses
dilanjutkan dengan memberikan garis vertikal pada kolom yang memiliki nilai 1 pada garis horizontal
tersebut. Hal ini terus dilakukan hingga tidak ada kemungkinan penambahan garis pada baris dan kolom.
Berikut ini merupakan kelebihan dan kekurangan dari penggunaan metode row and column masking:
Kelebihan Kekurangan
Penggunaan metode mudah untuk digunakan Pengelompokan cluster tidak rinci
Apabila jumlah komponen dan mesin semakin
banyak, proses pengerjaan akan semakin
lama dilakukan
Berdasarkan kelebihan dan kekurangan diatas, metode pengelompokan mesin yang digunakan pada
Praktikum Perancangan Sistem Terintegrasi IV Modul 1 Group Technology adalah metode rank order
clustering karena pembagian cluster terlihat dengan jelas dan jumlah komponen dan mesin tidak terlalu
banyak sehingga perhitungan tetap mudah untuk dilakukan.
clustering dikelompokan berdasarkan jenis mesin yang digunakan untuk membuat komponen tersebut.
Cluster yang telah dibuat kemudian akan dikelompokan pada sel-sel mesin tertentu. Pada Praktikum
Perancangan Sistem Terintegrasi IV Modul 1 Group Technology, jumlah mesin yang dikelompokan pada
setiap sel akan dibatasi hanya berjumlah antara 5 hingga 8 mesin.
Penentuan jumlah mesin pada setiap sel ditentukan dari utilitas mesin yang digunakan pada proses
pembuatan komponen tersebut. Proses selanjutnya adalah menjumlahkan utilitas mesin yang
digunakan pada setiap komponen pada cluster dan kemudian didapatkan nilai total utilitasnya. Nilai
total utilitas mesin kemudian dibulatkan keatas untuk menentukan jumlah mesin yang digunakan pada
sel tersebut. Jumlah mesin merupakan pembulatan ke atas dari total utilitas karena total utilitas
merupakan waktu proses yang digunakan untuk membuat komponen tersebut dengan mesin tersebut
dibandingkan dengan waktu total penggunaan mesin pada satu bulan. Sehingga, jumlah mesin harus
dapat mencakup total utilitas yang telah dihitung. Pembulatan diatas merupakan nilai bilangan bulat
terdekat dari total utilitas sehingga jumlah mesin yang digunakan tidak berlebih namun kebutuhan
produksi tetap dapat terpenuhi.
Setelah jumlah mesin pada cluster diketahui, proses selanjutnya adalah melakukan penjumlahan total
mesin yang dibutuhkan pada cluster tersebut. Apabila jumlah mesin berada diantara 5 hingga 8, maka
cluster tersebut dapat dikelompokan menjadi satu sel. Apabila jumlah mesin bernilai lebih dari 8, maka
cluster tersebut harus dibagi sesuai dengan syarat jumlah mesin pada satu sel. Pada contoh dibawah ini,
jumlah mesin yang dibutuhkan pada cluster satu berjumlah 11 mesin sehingga harus dilakukan
pembagian komponen pada sel 1A dan sel 1B. Pembagian jumlah mesin dilakukan dengan membagi
utilitas mesin sesuai dengan pembagian selnya. Berdasarkan pembagian sel tersebut, sel 1A memiliki
jumlah mesin sebanyak 7 dan sel 1B memiliki jumlah mesin sebanyak 7.
Pembagian cluster 1 menjadi sel 1A dan sel 1B tidak membuat jumlah mesin berkurang. Namun, jumlah
mesin yang dibutuhkan semakin bertambah. Hal ini terjadi karena pada cluster 1, kebutuhan mesin circ
saw adalah 1 buah untuk cluster tersebut. Saat dilakukan pemisahan cluster 1 menjadi sel 1A dan sel 1B,
kedua sel tersebut juga membutuhkan circ saw sebanyak masing-masing 1 buah pada setiap sel tersebut
karena proses pengerjaan dengan circ saw dibutuhkan pada dua sel tersebut.
Tabel 33 Total Mesin Sel 1 Sebelum Sel Dibagi
MESIN
SEL KE- 1 PREFABRIKASI FABRIKASI
TOTAL
MESIN
KOMPONEN: c.o. saw circ. saw planner jointer Jointer Circ. Saw Disc Sand Drill Press
Rough Lumber 3/4" 1.06 0.85 2.44 4.81
TOTAL UTILITAS 1.06 0.85 2.44 4.81
JUMLAH MESIN 2 1 3 5 11
RATA-RATA UTILITAS TIAP MESIN 0.530727 0.84514 0.813154 0.962742
RATA-RATA UTILITAS MESIN DALAM SEL 0.787940829
MESIN
SEL KE- 1 A PREFABRIKASI FABRIKASI
TOTAL
MESIN
KOMPONEN: c.o. saw circ. saw planner jointer Jointer Circ. Saw Disc Sand Drill Press
Rough Lumber 3/4" 0.53 0.42 1.22 2.41
TOTAL UTILITAS 0.53 0.42 1.22 2.41
JUMLAH MESIN 1 1 2 3 7
RATA-RATA UTILITAS TIAP MESIN 0.530727 0.42257 0.609865 0.802285
RATA-RATA UTILITAS MESIN DALAM SEL 0.591361971
4.4 Analisis
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
jxklasjsaklj
5.2 Saran
lsxlklajklas
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN