Anda di halaman 1dari 25

1

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENCAP DENGAN MEDIA


STEMPEL BAHAN ALAM (STELA) PADA ANAK KELOMPOK
B2 TK MTA JUMANTONO SEMESTER I TAHUN PELAJARAN
2016/2017
Rahmawati (NIM. 826300067)
Program Studi Pendidikan Guru Pendididkan Anak Usia Dini, Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan, Universitas Terbuka, 2016
ABSTRAK
Penelitian ini mempunyai tujuan perbaikan untuk meningkatkan kemampuan mencap
melalui penggunaan media Stela (stempel bahan alam) pada anak kelompok B2 di
TK MTA Jumantono, Kecamatan Jumantono, Kabupaten Karanganyar
Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan mulai bulan Oktober sampai bulan
November 2016 dengan menggunakan desain penelitian tindakan kelas yang terdiri
atas dua siklus. Masing-masing siklus terdiri dari perencanaan (planning),
pelaksanaan tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).
Subjek penelitian ini adalah anak kelompok B2 di TK MTA Jumantono, Kecamatan
Jumantoo, Kabupaten Karanganyar tahun pelajaran 2016/2017. Data yang
dikumpulkan berupa kemampuan mencap dan proses penerapan kegiatan
pembelajaran dengan media stela.
Hasil perbaikan menunjukkan bahwa dari 15 anak, pada prasiklus 14,67% yang
mendapat nilai baik, dan hanya sejumlah 35,97% yang dapat menyelesaikan tugas
berhitung secara tuntas (mendapatkan nilai 3 dan 4). Pada siklus 1
sudah 33,33% yang dapat menyelesaikan tugas mencap dengan baik (nilai 4).
Baru sebanyak 39,33% anak yang tuntas. Pada siklus 2 sudah terdapat 60% yang
dapat menyelesaikan tugas berhitung dengan baik ( 4). Terdapat 80% anak yang
tuntas yaitu mencapai nilai cukup (nilai 3) dan baik ( 4) . Ini menunjukkan
bahwa indikator keberhasilan pembelajaran ini telah tercapai. Kegiatan
pengembangan pembelajaran dengan media stela dapat meningkatkan kemampuan
mencap pada anak kelompok B2 TK MTA Jumantono.

Kata Kunci: kemampuan mencap, media, stela


2

A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah proses pendidikan yang
unik.Pendidikan yang tidak hanya membutuhkan kesediaan guru sebagai
penddik tetapi juga kemampuan dalam mengembangkan semua potensi
anakdidik. Salah satu hal yang harus menjadi perhatian guru dalam proses
pembelajran adalah media.
Media pembelajaran sangat penting artinya karena mempunyai peranan
dalam mengembangkan kemampuan seni anak. Seni sendiri sangat penting
dalam stimulasi perkembangan anak karena salah satu upaya yang dapat
dilakukan guru dalam mengembangkan kemampuan kemampuan dan
kreativitas pada anak usia dini adalah kegiatan seni rupa, Artinya anak belajar
seni bukan ditujukan untuk menjadikan mereka seniman, karena cara cipta
oleh anak melalui prosudur yang khusus (Pamadhi H, Sukardi E, 2009:4.19)
Seni untuk anak usia dini tidak sama dengan seni untuk orang dewasa.
Seni mempunyai kekhasan bagi anak usia dini. Pengembangan seni rupa
untuk anak mempunyai karakteristik tersendiri dalam cara pembinaanya.
Secara konseptual pendidikan seni di TK di arahkan pada perolehan bukan
pada hasil karya seninya tetapi indikasi adanya sikap keindahan ini adalah
timbulnya kemauan dan kemampuan aktif, kreatif anak untuk menghayati,
menghargai, menyenangi kegiatan belajar seni, menyenangi karya seni dan
alam lingkungan ciptaan Tuhan. Melalui kegiatan berolah seni rupa tentunya
akan dapat membentuk sikap dan kemampuan kreatif anak. Dikemukakan
bahwa keberadaan seni dalam pendidikan adalah (a) sebagai sarana
pembentukan kemampuan kreatif, (b) sarana pengembangan kemampuan
berapresiasi, (c) sebagai wahana berekspresi, (d) sarana pembentukan
keterampilan, dan (e) sebagai sarana pembentukan kepribadian (Pamadhi,
2009:4.21). Dapat disimpulkan bahwa hasil yang diharapkan dalam
3

pengembangan seni di TK adalah hasil karya yang berasal dari pemahaman


pengetahuan anak, keterampilan dasar seni dan sikap yang berkaitan dengan
kemampuan kepekaan rasa seni keindahan
Berkaitan dengan pengembangan seni untuk anak, berkreasi seni rupa
dapat dilatih melalui kegiatan mencap dengan memanfaatkan bahan alam
berupa daun penampang pelepah, buah-buahan, dan umbi-umbian dapat
digunakan untuk membuat gambar yang dihasilkan dengan teknik mencetak
sederhana. Mencap dalam pembelajaran seni adalah kegiatan berkarya
senirupa dua dimensi yang dimaksudkan untuk menghasilkan atau
memperbanyak karya seni dengan menggunakan alat/acuan cetak tertentu.
Adapun prinsip kerja mencap adalah memindahkan tinta/cat dari alat cetak ke
bidang atau bahan yang dipakai mencetak sesuai teknik yang dipilih
(Sumanto, 2006: 71)
Dalam proses menghasilkan suatu karya seni tak dapat dipungkiri lagi
bahan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembuatan suatu karya
seni. Mencetak adalah salah satu karya seni. Mencap bagi anak TK
merupakan kegiatan berlatih untuk menghasilkan karya seni rupa dengan
menerapkan cara-cara mencetak/mencap sesuai tingkat kemampuan anak.
Kreativitas mencap pada anak usia dini dapat dilakukan dengan
menggunakan bahan alam. Sumanto (2006:142) mengatakan bahwa “bahan
alam adalah semua jenis bahan yang dapat diperoleh dari lingkungan alam
sekitar secara langsung”. Bahan alam contohnya adalah janur, bunga segar,
buah-buahan, bunga kering, daun, kayu, ranting dan biji-bijian
Berdasarkan hasil pengamatan di TK MTA Jumantono Kelompok B2 di
Kecamatan Jumantono, Kabupaten. Kemampuan anak masih kurang, dilihat
dari kegiatan pembelajaran sehari-hari anak masih perlu bimbingan dan
arahan dari guru. Hal ini disebabkan anak kurang di beri kebebasan untuk
menuangkan ide/gagasan dan anak hanya terpaku pada lembar kerja serta
4

hanya dapat meniru gambar yang sudah ada sehingga proses pembelajaran
terlihat menonton dan membuat anak terasa bosan untuk mengikuti proses
pembelajaran padahal lingkungan dapat dijadikan sumber inspirasi bagi anak.
Oleh karena itu memfasilitasi perkembangan kreativitas anak disesuaikan
dengan kebutuhan dan perkembangan anak . .Dalam salah satu kegiatan seni
yaitu mencap dengan media keengganan anak tampak. Sebagian besar anak
tidak mendengarkan saat guru memberi penjelasan. Guru hanya memberi
demontrasi kemudian menyuruh anak untuk melakukan kegiatannya sendiri.
Anak melakukan kegiatannya sendiri sehingga banyak yang tidak bisa
menyelesaikan kegiatannyan bahka ada yang langsung menyerah sebelum
mencoba mengerjakan. Media yang dipakai pun monoton yaitu stempel anak
atau mencap dengan jari.
Melihat kondisi demikian, penulis merasa perlu untuk membuat kegiatan
pembelajaran seni yang menarik dan sesuai dengan karakteristik cara belajar
anak. Kegiatan tersebut adalah kegiatan mencap menggunakan media bahan
alam atau stempel bahan alam (stela). Melalui kegiatan pembelajaran mencap
dengan stela (stempel bahan alam), pembelajaran menjadi lebbih menarik
karena anak lebih tertarik untuk berekspresi
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis dapat merumuskan
masalah sebagai berikut: “Bagaimana upaya meningkatkan kemampuan
mencap dengan stempel bahan alam (Stela) pada anak Kelompok B2 TK
MTA Jumantono, Kecamatan Jumantono, Kabupaten Karanganyar semester
1 tahun pelajaran 2016/2017?”
3. Tujuan Perbaikan
Tujuan perbaikan ini adalah: “meningkatkan kemampuan mencap dengan
stempel bahan alam (Stela) pada anak Kelompok B2 TK MTA Jumantono,
5

Kecamatan Jumantono, Kabupaten Karanganyar semester 1 tahun pelajaran


2016/2017.”
4. Manfaat Perbaikan
Manfaat perbaikan yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :
1. Manfaat Teoritis
Anak mendapat bimbingan pedoman untuk melakukan kegiatan mencap
dengan baik dalam suasana yang menyenangkan sehingga akan dapat
memudahkan dalam proses belajar mengajar.
Guru mempunyai pedoman dalam membimbing anak melakukan kegiatan
mencap sesuai dengan karakter dan tingkat perkembangan anak
Meningkatkan kemampuan mencap dengan stempel bahan alam pada anak
Kelompok B2 di TK MTA Jumantono , Kecamatan Jumantono, Kabupaten
Karanganyar.
B. KAJIAN PUSTAKA
1. Landasan Teori
a. Pengertian Kemampuan Mencap
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (Departemen Pendidikan
Nasional,2007:742) mencap mempunyai beberapa definisi
1) Membubuhkan cap, memberikan cap, menempel. Contoh kalimat:
Ada petugas khusus yang bertugs mencap surat-surat dinas itu.
2) Mencetak (buku, kain dan sebagainya). Contoh kalimat: kami
sanggup mencap beberapa eksemplar
3) Memberi tanda bermerk (bertanda). Contoh kalimat: Ia mencap sapi-
sapinya dengan besi panas
4) Menganggap sebagai.Contoh kalimat: Seluruh warga telah
mencapnya sebagai orang yang kasar.
Kegiatan ini termasuk dalam kegiatan menggambar ekspresi karena
kegiatan mencap yang dilakukan anak- anak dapat memperlihatkan
6

ekspresi anak tersebut, penggunaan warna yang berbeda- beda dapat


menjadi gambaran yang menunjukkan kreativitas anak itu berbeda- beda
(Pekerti, 2014: 7.18). Karena termasuk menggambar ekspresi hasil karya
anak merupakan media yang digunakan untuk mengutarakan
pendapatnya, di dalamnya terkandung seribu makna yang tidak dimiliki
oleh orang dewasa. Anak melukis selayaknya bermain kertas atau benda-
benda mainan lainnya. Seorang pendidik bisa melakukan mendapatkan
informasi mengenai perkembangan anak didiknya maupun apa yang
terjadi pada anak didik melalui karya seni anak.
Depdiknas (2008,dalam Kurniawan:2010), menjelaskan bahwa
melukis adalah “membuat gambar dengan menggunakan pensil, pulpen,
kuas, alat cap dan sebagainya.”. Sesuai pendapat mengenai melukis diatas
mencap tentu saja termasuk kegiatan melukis. Medium yang digunakan
digunakan untuk melukis adalah adalah stempel atau cap atau media
lainnya.
Berdasarkan pengertian tentang kemampuan dan pengertian mencap
kemampuan mencap dapat diartikan kesanggupan atau kecakapan untuk
menguasai salah satu kegiatan melukis dengn menggunakan media cap
atau stempel.
Kegiatan mencap bertujuan untuk 1) Mengembangkan ekspresi
melalui media gambar, 2) Memupuk perasaan terhadap gerakan tangan,
3) Memupuk perasaan keindahan, 4) Melatih ketelitian dan kerapian
(Pekerti, 2014: 10.18).
Pekerti (2014:10.19) juga menjelaskan bahwa dalam pembelajaran
kreasi mencetak/ mencap guru dapat menggunakan bahan-bahan dari
lingkungan sekitar yang mempunyai pola seni yang bagus, seperti
pelepah pisang, belimbing maupun tanaman hias sekitar yang mempunyai
pola bila dicetak. Dalam kegiatan ini guru tidakhanya berkewajiban
7

memberikan penjelasan langkah-langkah kegitannya saja tetapi juga


memberikan bimbingan dan modeling agar anak bisa melakukan langkah
kegiatan seperti yang diharapkan. Guru juga harus menstimulasi anak
untuk bisa berkreasi sesuai dengan keinginan danpotensi kreativitasnya.
Selain menggunakan media seperti ubi jalar, kentang, dan wortel
yang menuntut daya kreatif anak dalam mengolah media tersebut, juga
terdapat bahan yang dapat dipergunakan secara langsung sebagai cap,
yaitu pelepah pisang. Pelepah pisang memiliki tekstur bagian dalam yang
baik, sehingga sangat bagus untuk dimanfaatkan sebagai cap. Hal yang
perlu diperhatikan dalam pembuatan media sebagai bahan cap adalah
permukaan cap harus rata. Karena hal tersebut akan sangat berpengaruh
dalam proses pemberian warna pada cap, jika permukaan media rata,
maka warna akan mengenai seluruh permukaan cap, namun jika
permukaan tidak rata maka warna tidak akan mengenai seluruh
permukaan cap yang sangat berpengaruh pada hasil pengecapan (Pekerti,
2014:10.21).
b. Media Bahan Alam
Menurut Briggs (1970) media adalah segala alat fisik yang menyajikan
peran serta perangsang peserta didik untuk belajar (Sumantri & Permana,
2001: 152). Rossi dan Breidle mengemukakan bahwa media pembelajaran
adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan pen-
didikan seperti radio, televisi, buku, Koran, majalah, dan sebagainya
(Sanjaya, 2006: 163). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa media
adalah alat dan bahan yang digunakan di dalam pembelajaran untuk
menyampaikan tujuan pembelajaran sehingga tujuan tersebut bisa tercapai
dengan baik. Alat dan bahan ini tentu saja berasal dari sumber belajar (guru)
ke penerima belajar (siswa).
8

Dalam penelitian penggunaan stempel bahanalam (stela) ini yang


disebut dengan bahan alam yaitu bahan yang langsung diperoleh dari alam
(Sudjana, 2011: 1). Bahan alam adalah bahan yang diperoleh dari alam untuk
membuat suatu produk atau karya. Bahan alam dapat dimanfaatkan sebagai
media dalam belajar. Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan
bahwa media bahan alam adalah alat dan bahan yang digunakan dalam
pembelajaran untuk menyampaikan tujuan pembelajaran dari sumber belajar
(guru) ke penerima belajar (anak) yang berasal dari lingkungan alam sekitar.
Oleh karena itu peneliti menggunakan media stempel bahan alam (stela)
dalam meningkatkan kemampuan mencap dengan stenpel bahan alami
2. Kerangka Berfikir
Pada kondisi awal guru belum menerapkan kegiatan pembelajaran
dengan stempel bahan alam (stela) tetapi guru meminta anak untuk
menggambar atau mewarnai saja Anak melakukan kegiatannya sendiri
sehingga banyak yang tidak bisa menyelesaikan kegiatannyan bahka ada
yang langsung menyerah sebelum mencoba mengerjakan. Untuk mengatasi
hal tersebut maka guru melakukan kegiatan secara aktif. Hal ini di dasarkan
bahwa penggunaan media bahan alam memberi pengalaman langsung pada
anak sehingga dapat mengembangkan proses pembelajaran dan
meningkatkan hasil belajar.
3. Hipotesis Tindakan
Penerapan kegiatan mencap dengan media Stela dapat meningkatkan
kemampuan mencap pada anak Kelompok B2 di TK MTA Jumantono
Kecamatan Jumantono semester 1 tahun pelajaran 2016/2017
C. PELAKSANAAN PERBAIKAN
1. Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Taman Kanak-kanak MTA Jumantono
yang beralamat di Dusun Dukuhan Desa Gemantar, Kecamatan Jumantono
9

Kabupaten Karanganyar dan dibawah koordinasi UPT Pendidikan Usia Dini


Nonformal, Informal dan Sekolah Dasar Kecamatan Jumantono. Subjek
penelitian adalah anak didik Kelompok B2 TK MTA Jumantono tahun
pelajaran 2016/2017 dan peneliti Rahmawati.
Pelaksanaan ini dibagi 2 siklus dalam semester I tahun pelajaran
2016/2017dengan jadwal sebagai berikut:
a. Siklus I dilaksanakan tanggal 10 Oktober 2016 sampai dengan
tanggal 14 Oktober 2016
b. Siklus II dilaksanakan tanggal 17 Oktober 2016 sampai dengan
tanggal 21 Oktober 2016
2. Deskripsi Per Siklus
Siklus I (pertama)
a. Perencanaan
Sebelum melaksanakan penelitian penulis menyampaikan keadaan
awal pembelajaran yang dilaksanakan di Kelompok B2 TK MTA
Jumantono Kecamatan Jumantono Kabupaten Karanganyar. Pada siklus
ini pertama-tama membuat rencana kegiatan, yaitu: 1) Rencangan
kegiatan untuk siklus I, 2) Rencana Kegiatan Harian (RKH), 3) Skenario
perbaikan, 4) Media pembelajaran yaitu alat peraga yang digunakan
b. Pelaksanaan Kegiatan
Pihak yang terlibat dalam Pemantapan Kemampuan Profesional ini
adalah:
1) Mahasiswa: Rahmawati (NIM. 826300067)
2) Pengelola: Universitas Terbuka UPBJJ Surakarta
3) Supervisor 1: Titiek Budi Letari, S.E,S.Pd.AUD
(NIP 197402082008012015)
4) Supervisor 2: Partini, S.Pd
Langkah-langkah pelaksanaan kegiatan:
10

1) Posisi anak diawali dengan baris di halaman dan kemudian masuk


kelas.
2) Posisi duduk anak di awali dengan duduk melingkar setengah
lingkaran di lantai
3) Guru duduk di tengah dan menjelaskan kegiatan yang dilakukan
hari itu
4) Pada saat kegiatan berrcerita atau tanya jawab tempat duduk anak
berada di bawah atau di lantai
5) Guru bercerita tentang tema Kebutuhanku subtema pakaian
6) Guru menunjukkan gambar
7) Guru menjelaskan langkah kegiatan
8) Guru memberi rangsangan kepada anak untuk menannya
9) Guru memberi rangsangan kepada anak melaksanakan kegiatan
10) Guru memberi contoh kepada anak
c. Observasi kegiatan
Observasi dalam penetlitian digunakan untuk memperoleh data
melalui pengamatan/observasi langsung oleh guru selaku peneliti beserta
penilai (supervisor). Selain observasi langsung, pengumpulan data
dilaksanakan dengan dokumentasi yang berupa hasil karya anak, nilai
hasil karya anak (evaluasi). Lembar pengamatan yang lainnya meliputi:
pengamatan kinerja guru, keaktifan siswa, serta jalannya pembelajaran.
Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah deskriptif
kualitatif. Hasil observasi yang diperoleh kemudian dianalisis dan diambil
tindakan. Analisis data menggunakan pedoman bahwa meningkatnya
kemampuan mencap anak diindikasikan dengan tercapainya indikator
kemampuan Mencap dengan Mencap dengan berbagai media (jari, finger
painting, kuas, pelepah pisang, daun, bulu ayam) dengan lebih rapi.(Fisik
Motorik 49)
11

Keberhasilan program dapat dilihat dari persentase jumlah anak didik


yang mendapatkan nilai 3 dan 4 dihitung dari
∑Anak yang mendapat nilai 3 dan 4 x 100%
∑ Anak yang hadir
Keterangan :
1 : Anak belum melakukan kegiatan
2 : Anak sudah mampu melaksanakan kegiatan dengan bimbingan guru
3 : Anak sudah mampu melaksanakan kegiatan sendiri
4 : Anak sudah mampu melaksanakan tugas dengan baik dan benar.

Pembelajaran mencap dengan media Stela pada Kelompok B2 di TK


MTA Jumantono dapat dikatakan berhasil apabila anak didik yang
dijadikan subjek penelitian ini, yaitu anak kelompok B2 kemampuan
mencapnya dapat meningkat dibandingkan dengan sebelum dilaksanakan
penelitian ini. Indikator keberhasilan adalah apabila jumlah anak yang
mendapat nilai 3 dan 4 mencapai >80% pada akhir siklus.
d. Refleksi kegiatan
Refleksi hasil observasi dilakukan setelah pembelajaran selesai. Hasil
observasi didiskusikan dan dibahas kelebihan dan kekurangnnya. Hasil
pengumpulan data yang di dapat dari refleksi kemudian di analisis secara
diskriptif. Hasil evaluasi disajikan dalam bentuk tabel untuk mengetahui
seberapa besar tingkat kemampuan dan pemahaman anak.
12

Kegiatan pembelajaran untuk siklus I adalah Mencap, gambar baju


dengan irisan wortel, Mencap gambar sarung dengan pelepah daun
papaya, Mencap gambar jilbab dengan pelepah pisang Mencap gambar
rok dengan irisan belimbing, Mencap gambar kaos dengan daun singkong
3. Siklus II (kedua)
a. Perencanaan
Pelaksanaan pada siklus ke 2 merupakan perbaikan dari siklus I.
Pada siklus ini terlebih dahulu membuat rencana kemudian dilaukan
tindakan berdasar refleksi siklus 1
b. Observasi kegiatan
Observasi digunakan untuk memperoleh data melalui
pengamatan/observasi langsung oleh guru selaku peneliti beserta
penilai (supervisor). Selain observasi langsung, pengumpulan data
dilaksanakan dengan dokumentasi yang berupa hasil karya anak, nilai
hasil karya anak (evaluasi). Lembar pengamatan yang lainnya
meliputi: pengamatan kinerja guru, keaktifan siswa, serta jalannya
pembelajaran.
c. Refleksi kegiatan
Refleksi hasil observasi dilakukan setelah pembelajaran selesai. Hasil
observasi di diskusikan dan dibahas kelebihan dan kekurangnnya.
Hasil pengumpulan data yang di dapat dari refleksi kemudian di
analisis secara diskriptif. Hasil evaluasi disajikan dalam bentuk tabel
untuk mengetaui seberapa besar tingkat kemampuan anak
Kegiatan pembelajaran untuk siklus II adalah Mencap gambar sapi di
lapangan dengan irisan bawang merah, Mencap gambar kelinci di
kebun dengan pelepah daun papaya, Mencap gambar kupu dengan
irisan terong, Mencap gambar kebun binatang dengan media berbagai
13

daun, PT Mencap gambar kehidupan laut dengan berbagai macam


bahan alam
D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Deskripsi per Siklus
a. Pra Siklus
Pembelajaran seni mencap di TK MTA Jumantono Kecamatan
Jumantono Karanganyar sudah dilakukan untuk anak, namun lebih
banyak dilakukan di dalam kelas. Sebagian besar anak tidak
mendengarkan saat guru memberi penjelasan. Guru hanya memberi
demontrasi kemudian menyuruh anak untuk melakukan kegiatannya
sendiri. Anak melakukan kegiatannya sendiri sehingga banyak yang tidak
bisa menyelesaikan kegiatannyan bahka ada yang langsung menyerah
sebelum mencoba mengerjakan, namun kondisi pembelajaran yang
cenderung monoton akan membuat anak bosan, jenuh dan merasa
kesulitan. Media yang digunakan dalam kegiatan adalah stempel yang
tersedia di TK atau mencap menggunakan jari-jari anak-anak.
Berdasarkan hasil identifikasi dan perumusan masalah akan
diuraikan langkah-langkah perbaikan yang telah direncanakan dalam dua
siklus. Dalam setiap siklus terdapat empat tahapan yaitu perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Penelitian tindakan kelas ini
dilaksanakan dalam dua siklus dengan data awal pembelajaran sebagai
berikut
Dari data dalam kegiatan pra siklus di atas, maka dapat disimpulkan
tentang ketercapaian indikator yang ditentukan dalam bentuk persentase.
Adapun rinciannya adalah sebagai berikut:
a. Kegiatan hari ke-1, dari 15 anak yang memperoleh nilai kurang ada 10
anak (66,67%). Nilai sedang/cukup ada 3 anak (20%) dan nilai baik
ada 2 anak (13,33%).
14

b. Kegiatan hari ke-1, dari 15 anak yang memperoleh nilai kurang ada 10
anak (66,67%). Nilai sedang/cukup ada 3 anak (20%) dan nilai baik
ada 2 anak (13,33%).
c. Kegiatan hari ke-3, dari 15 anak yang memperoleh nilai kurang ada 10
anak (66,67%). Nilai sedang/cukup ada 2 anak (13,33%) dan nilai baik
ada 3 anak (20%).
d. Kegiatan hari ke-4, dari 15 anak yang memperoleh nilai kurang ada9
anak (60%). Nilai sedang/cukup ada 4 anak (26,67%) dan nilai baik
ada 2 anak (13,33%).
e. Kegiatan hari ke-5, dari 15 anak yang memperoleh nilai kurang ada 9
anak (60%). Nilai sedang/cukup ada 4 anak (26,67%) dan nilai baik
ada 2 anak (13,33%)
Rata-rata jumlah anak yang memperoleh nilai dari 5 kegiatan pada
pembelajaran sebelum dilakukan perbaikan adalah

1 =0

2 = 48/5= 9,6 = 64,00%


3 = 16/5= 3,2 = 21,33%
4 =11/5 = 2,2 = 14,67%

Dari data di atas dapat diperoleh informasi bahwa kemampuan mencap


anak Kelompok B2 TK MTA Jumantonomasih perlu perbaikan, yaitu
jumlah anak yang mendapat 3 dan 4 adalah 36% sehingga dapat
dikatakan bahwa hasil ini masih jauh dari indikator keberhasilan yaitu
sejumlah >80% anak mendapatkan nilai 3 dan 4..
Keberhasilan rata-rata kemampuan mencap pada anak kelompok B2 TK
MTA Jumantono hanya sebesar 36%. Hal ini tentu saja masih jauh dari
keadaan yang bisa dikatakan berhasil karena 50% saja belum tercapai.
15

Hanya terdapat 14,67% anak yang sudah mencapai kemampuan mencap


dengan nilai baik.
b. Siklus I
1) Data Perencanaan
Berdasarkan data yang dipaparkan di atas diketahui bahwa
pelaksanaan pembelajaran sebelum diadakan perbaikan masih rendah.
Hal ini dapat diketahui dari hasil pembelajaran dari 15 anak, hanya
21,337% yang mendapat nilai cukup dan 14,67% yang mendapat nilai
baik. Masih terdapat 64% anak yang mendapat nilai kurang.
Masih banyaknya anak yang mendapatkan nilai kurang tersebut
disebabkan oleh 1) Anak masih kesulitan dalam mengerjakan tugas
mencap terutama pada kerapian dan keserasian gambar dengan warna
dan penataan warna cap, 2) Banyak anak yang tidak aktif dalam
proses pembelajaran, 3) Media yang digunakan guru masih belum
dikuasai anak dan kurang bervariasi, 5) Penjelasan guru kurang bisa
dipahami anak, 6) Contoh yang diberikan guru belum bisa dipahami
dan dilaksanakn oleh anak
2) Data Pelaksanaan
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus I dilakukan mulai
hari Senin 10 Oktober 2016 sampai dengan Jumat 14 Oktober 2016
pada anak Kelompok B2 TK MTA Jumantono Kecamatan
Jumantono, Kabupaten Karanganyar tahun pelajaran 2016/2017.
Adapun langkah-langkah pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada
siklus I di dalam Rencana Kegiatan Harian (RKH) sama seperti pada
siklus I yaitu terdiri dari pra pembelajaran, kegiatan inti dan kegiatan
penutup
3) Data Pengamatan
16

Pada siklus pertama ini guru membimbing anak untuk kegiatan


pembelajaran yang akan dilaksanakan. Pada umumnya sikap dan
rutinitas anak selama proses pembelajaran sudah cukup baik, hanya
saja masih ada beberapa anak yang kurang bersemangat dalam proses
pembelajaran.
Dari data pengamatan yang dilakukan pengamat, dapat diketahui
bahwa guru sudah menyampaikan materi dengan baik, menggunakan
media pembelajaran serta kegiatan yang cukup. Tetapi dalam
penggunaan media pembelajaran belum maksimal. Banyak anak yang
tidak aktif dalam menggunakan media sehingga belum mencapai
indikator pembelajaran yang telah ditentukan masih terdapat anak
yang belum bisa menghubungkan tulisan dengan gambarnya. Anak
hanya diam dan tidak mau bertanya
Namun demikian peningkatan yang telah dicapai anak pada
siklus I ini belum sesuai dengan target yang diharapkan, oleh sebab
itu diperlukan adanya perbaikan lagi pada siklus ke-2. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat dari tabel hasil anak pada siklus ini.
4) Refleksi
Dari data dalam kegiatan siklus I di atas, maka dapat
disimpulkan tentang ketercapaian indikator yang ditentukan dalam
bentuk persentase. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut:
a) Kegiatan hari ke-1, dari 15 anak yang memperoleh nilai kurang
ada 9 anak (60%). Nilai sedang/cukup ada 2 anak (13,33%) dan
nilai baik ada 4 anak (26,67%).
b) Kegiatan hari ke-2, dari 15 anak yang memperoleh nilai kurang
ada 8 anak (53,33%). Nilai sedang/cukup ada 3 anak (20%) dan
nilai baik ada 4 anak (26,67%).
17

c) Kegiatan hari ke-3, dari 15 anak yang memperoleh nilai kurang


ada 8 anak (53,33%). Nilai sedang/cukup ada 2 anak (13,33%)
dan nilai baik ada 5 anak (33,33%).
d) Kegiatan hari ke-4, dari 15 anak yang memperoleh nilai kurang
ada 7 anak (46,67%). Nilai sedang/cukup ada 3 anak (20%) dan
nilai baik ada 5 anak (33,33%).
e) Kegiatan hari ke-5, dari 15 anak yang memperoleh nilai kurang
ada 6 anak (40%). Nilai sedang/cukup ada 2 anak (13,33%) dan
nilai baik ada 7 anak (46,67%)
Rata-rata jumlah anak yang memperoleh nilai dari 5 kegiatan pada
pembelajaran setelah dilakukan perbaikan pembelajaran pada siklus 1
adalah

1 = 0
2 = 38/5= 7,6 = 50,67%
3 = 12/5= 2,4 = 16%
4 =25/5 = 5 = 33,33%
Dari lembar observasi kemampuan dapat diketahui beberapa fakta
yang muncul dalam pembelajaran. Beberapa anak masih tampak
belum bisa aktif dalam mengikuti kegiatan, karena disamping kurang
bisa memahami penjelasan guru serta langkah langkah kegiatan
setelah guru memberikan demonstrasi, masih tampak beberapa anak
yang melakukan kegiatannya sendiri.
Proses pembelajaran yang masih belum berjalan dengan lancar
salah satunya adalah karena kurang optimalnya kinerja guru. Hal itu
membuat proses pembelajaran dengan kegiatan mencap dengan media
stela di siklus I ini menjadi belum seperti yang diharapkan. Dalam
menjelaskan langkah kegiatan mencap dengan media stela guru masih
18

lebih terperinci.Guru hanya menjelaskan secara global kemudian


memberi demonstrasi.
Dari data di atas dapat diperoleh informasi bahwa kemampuan
mencap pada anak Kelompok B2 TK MTA Jumantono masih perlu
perbaikan, yaitu jumlah anak yang mendapat 3 dan 4 adalah
49,33% sehingga dapat dikatakan bahwa hasil ini masih jauh dari
indikator keberhasilan yaitu sejumlah >80% anak mendapatkan nilai
kemampuan 3 dan 4.
Berdasarkan data yang dipaparkan di atas diketahui bahwa hasil
pelaksanaan pembelajaran setelah diadakan perbaikan siklus 1 masih
rendah. Hal ini dapat diketahui dari hasil pembelajaran dari 15 anak,
hanya 16% yang mendapat nilai cukup dan 33,33% yang mendapat
nilai baik. Masih terdapat 50,67% anak yang mendapat nilai kurang.
Masih banyaknya anak yang mendapatkan nilai kurang tersebut
disebabkan oleh beberapa hal berikut 1) Masih setengah jumlah anak
yang dalam melakukan kegiatan memerlukan bimbingan penuh dari
guru (50,67), 2) Hasil karya anak masih belum tampak rapi banyak
yang masih tampak asal-asalan, 3) Pengelolaan kelas oleh guru masih
belum optimal, 4) Beberapa anak masih tampak kurang tertarik pada
pembelajaran
c. Siklus II
1) Data Perencanaan
Berdasarkan refleksi pembelajaran siklus I dibuatlah rencana
perbaikan pembelajaran siklus I untuk melaksanakan siklus II. Pada
tahap perencanaan ini peneliti merancang rencana perbaikan
pembelajaran dan menyiapkan lembar pengamatan.
2) Data Pelaksanaan
19

Pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus II dilakukan mulai hari


Senin 17 Oktober 2016 sampai dengan Jumat 21 Oktober 2016 di
Kelompok B2 TK MTA Jumantono Kecamatan Jumantono,
Kabupaten Karanganyar tahun pelajaran 2016/2017.
3) Data Pengamatan
Pada siklus kedua ini guru tetap memberikan bimbingan dan
pengarahan juga motivasi-motivasi dalam kegiatan pengembangan
kemampuan mencap dengan media stela. Beberapa hal yang terjadi
catatan pada siklus II adalah bahwa secara umum sikap dan aktivitas
anak selama kegiatan pembelajaran sudah berjalan lancar dan baik.
Dorongan belajar sudah baik sehingga anak lebih bersemangat dan
antusias serta aktif dalam kegiatan dan pembelajaran.
4) Refleksi
Dari data dalam kegiatan siklus I di atas, maka dapat disimpulkan
tentang ketercapaian indikator yang ditentukan dalam bentuk
persentase. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut:
a) Kegiatan hari ke-1, dari 15 anak yang memperoleh nilai kurang
ada 6 anak (40%). Nilai sedang/cukup ada 2 anak (13,33%) dan
nilai baik ada 7 anak (46,67%).
b) Kegiatan hari ke-2, dari 15 anak yang memperoleh nilai kurang
ada 4 anak (26,67%). Nilai sedang/cukup ada 3 anak (20%) dan
nilai baik ada 8 anak (53,33%).
c) Kegiatan hari ke-3, dari 15 anak yang memperoleh nilai kurang
ada 2 anak (13,33%). Nilai sedang/cukup ada 4 anak (26,67%)
dan nilai baik ada 9 anak (60%).
d) Kegiatan hari ke-4, dari 15 anak yang memperoleh nilai kurang
ada 2 anak (13,33%). Nilai sedang/cukup ada 3 anak (20%) dan
nilai baik ada 10 anak (66,67%).
20

e) Kegiatan hari ke-5, dari 15 anak yang memperoleh nilai kurang


ada 1 anak (6,67%). Nilai sedang/cukup ada 3 anak (33,33%) dan
nilai baik ada 11 anak (73,33%)
f) Rata-rata jumlah anak yang memperoleh nilai dari 5 kegiatan pada
pembelajaran setelah dilakukan perbaikan pembelajaran pada
siklus 2 adalah

1 = 0

2 = 15/5= 3,0 = 20,00%


3 = 25/5= 3,0 = 20,00%
4 =45/5 = 9,0 = 60,00%
Berdasarkan data yang dipaparkan di atas diketahui bahwa hasil
pelaksanaan pembelajaran mencap dengan media stela setelah
diadakan perbaikan siklus 2 termasuk tinggi. Hal ini dapat diketahui
dari hasil pembelajaran dari 15 anak, hanya 20% yang mendapat
nilai kurang dan 60% yang mendapat nilai baik
Pembelajaran mencap dengan media stela dapat berhasil
meningkatkan kemampuan mencap pada anak didik karena 1) Guru
telah memberikan penjelasan dengan hati hati sampai anak
memahami kemudian memberi demonstrasi sambil memotivasi anak
untuk mengikuti laangkah-langkah kegiatan melalui demonstrasi
yang diberikan. Setelah itu guru memberi kesempatan anak
melakukan kegiatan dan terus memberi contoh serta motivasi kepada
anak, 2) Media stempel bahan alam yang disediakan dalam jumlah
banyak dan variatif dan menarik memberi motivasi kepada anak
untuk lebih antusias dalam menyelesaikan tugas mencap
Peningkatan tersebut sudah optimal karena walaupun masih ada
anak yang masih harus dimotivasi untuk melakukan aktivitasnya
21

semua anak menunjukkan perkembangan peningkatan nilai


kemampuan mencapnya.. Persentase pencapaian tersebut sudah
mencapai indikator pencapaian penelitian ini.
Berdasarkan hasil analisis tersebut, dapat dikatakan bahwa
tindakan perbaikan pada Siklus II sudah berhasil mencapai indikator
keberhasilan yaitu sekurang-kurangnya 80% dari seluruh jumlah
anak mampu mencapai nilai 3 dan . 4 Jumlah anak yang
mencapai keberhasilan peembelajaran atau tuntas belajar dalam
peningkatan kemampuan mencap anak dengan media stela, sudah
melebihi target keberhasilan yang direncanakan peneliti, karena
80% anak sudah tuntas kemampuan mencapnya. Dengan demikian
hipotesis tindakan yang berbunyi bahwa kegiatan mencap dengan
media stela (stempel bahan alam) dapat meningkatkan kemampuan
mencap pada anak kelompok B2 TK MTA Jumantono semester 1
tahun pelajaran 2016/2017 teruji kebenarannya.
2. Pembahasan Hasil per Siklus
a. Pra Siklus
Pada kondisi sebelum diterapkan penelitian tindakan kelas ini atau
yang disebut sebagai deskripsi kondisi awal sebelum tindakan perbaikan
tindakan kelas ini terlihat kemampuan mencap anak masih sangat kurang.
Anak tidak antusias dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini terjadi karena
anak belum memahami langkah pembelajaran. Di samping itu media
yang digunakan juga masih monoton. Pembelajaran dengan metode ini
masih berpusat pada guru sehingga anak menjadi pasif.
Berdasarkan data tersebut penulis segera mempersiapkan
pelaksanaan tindakan perbaikan untuk mengembangkan kemampuaan
mencap pada anak Kelompok B2 TK MTA Jumantono tahun pelajaran
2016/2017.
22

Dari hasil pengamatan dan penilaian pada kegiatan pra siklus dapat
disimpulkan: 1) Sebagian anak belum aktif dan berminat dalam
pengembangan kemampuan mencap, 2) Sebagian anak kurang tertarik
atau bosan dengan media pembelajaran yang kurang bervariasi, 3) Dari
15 anak, 14,67% yang mendapat nilai baik, dan hanya sejumlah 30%
yang dapat menyelesaikan tugas mencap secara tuntas (anak yang
mendapatkan nilai 3 dan 4)
b. Siklus I
Pembelajaran sudah berjalan sesuai rencana dengan baik,
menggunakan media pembelajaran serta kegiatan yang cukup. Tetapi
dalam penggunaan media pembelajaran belum maksimal. Banyak anak
yang tidak aktif dalam menggunakan media yaitu ketika guru sudah
memberikan penjelajasan langkah kegiatan dan menunjukkan
demonstrasi kegiatan anak tidak segera mengikuti langkah seperti yang
sudah didemonstrasikan guru. Anak hanya diam dan tidak mau bertanya
serta tidak mau mengerjakan sampai guru mendekat dan memberi
bimbingan pada anak tersebut. Hasil karya anak sudah ada kemajuan
tetapi masih banyak anak yang belum bisa memberi penyelesaian yang
rapi .Sebenarnya secara umum anak-anak cukup menikmati kegiatan
pembelajaranya melalui kegiatan mencap dengan media stela ini. Baru
tampak beberapa anak yang sudah dapat melakukan tugas mencap
dengan media stela dengan benar secara mandiri. Sementara itu juga
tampak anak-anak yang masih bermain-main sendiri dengan temannya
tidak mengerjakan tugasnya.
Berdasarkan pengamatan dan penilaian siklus I selama 5 hari dapat
disimpulkan: 1) Anak sudah mulai berminat dan tertarik dalam mengikuti
seluruh kegiatan, 2) Tingkat kejenuhan dan kebosanan anak mulai
berkurang karena anaksudah mulai tertarikdengan pengunaan media yang
23

lebih variatif dan tidak seperti biasanya, 3) Dalam siklus I ini sudah
menunjukkan peningkatan anak yang memperoleh nilai baik, 4) Dari 15
anak, sudah 33,33% yang dapat menyelesaikan tugas berhitung dengan
baik dan benar. Baru sebanyak 49,33% anak yang mencapai nilai cukup
dan baik, padahal untuk mencapai indikator keberhasilan pembelajaran
harus ada >80% anak yang mencapai nilai cukup dan baik
c. Siklus II
Anak semakin antusias dan bersemangat dalam mengikuti kegiatan
pengembangan kemampuan mencap dengan media stela. Motivasi belajar
dan rasa percaya diri anak semakin meningkat.
Anak-anak dapat menyelesaikan tugas dengan baik, mereka tidak
saling menyalahkan satu sama lain dan mereka berpikir bagaimana
menyelesaikan tugas dari guru dengan cepat dan tepat. Masih ada anak
yang harus dimotivasi untuk melakukan tugas. Anak hanya diam saja
tidak melakukan apapun kecuali disuruh guru atau teman. Tetapi ketika
sudah melihat teman bekerja sama anak tersebut segera mengikuti
kegiatan teman-temannya tersebut. Sudah tidak ada anak yang
mendominasi kegiatan belajar karena keaktivannya maupun kemampuan
kerjasama yang tinggi. Selain itu guru juga memberi penguatan kepada
mereka untuk selalu mentaati aturan yang telah mereka buat dan sepakati
bersama.
Jumlah anak yang mencapai nilai kemampuan mencap dengan baik
semakin meningkat, ini menunjukkan keberhasilan guru dan anak dalam
mengoptimalkan penerapan media stela untuk mengembangkan
kemampuan mencap.
Berdasarkan hasil pengamatan penilaian siklus II ini yang
dilaksanakan dalam waktu yang sama dengan siklus I yaitu 5 hari, maka
dapat disimpulkan: 1) Dari 15 anak, sudah terdapat 60% yang dapat
24

menyelesaikan tugas mencap dengan baik dan benar, 2) Terdapat 80%


anak yang mencapai nilai cukup dan baik. Ini menunjukkan bahwa
indikator keberhasilan pembelajaran ini telah tercapai.
E. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan keseluruhan hasil dalam perbaikan pembelajaran yang telah
dilaksanakan, maka dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut:
a. Kegiatan pengembangan pembelajaran melalui kegiatan mencap
dengan media stempel bahan alam (Stela) dapat meningkatkan
kemampuan mencap pada anak kelompok B2 TK MTA Jumantono
b. Kegiatan pembelajaran mencap dengan media stela ini mendapat
respon yang positif dari anak karena medianya menarik bagi anak.
Media stela merupakan media yang variatif, mudah didapatkan dari
lingkungan dan murah
c. Seiring dengan meningkatnya kemampuan mencap, anak juga bisa
bereksplorasi untuk mengembangkan kemandirian, belajar
menentukan sikap dan memecahkan masalah sederhana melalui
kegiatan pembelajaran dengan media kartu angka dan kartu gambar.
2. Saran
. Saran demi kemajuan adalah sebagai berikut
a. Bagi guru
1) Guru hendaknya memilih media dan sumber belajar yang tepat
untuk merangsang minat belajar anak..
2) berupa motivasi dan Guru hendaknya memberi penguatan
pendekatan pada anak yang pasif dalam kegiatan
25

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:


Balai Pustaka

Pamadhi, Hajar & Evan Sukardi. 2008. Seni Keterampilan Anak. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Pekerti, dkk.Widia. 2008. Metode Pengembangan dan Seni. Jakarta: Penerbit
Universitas Terbuka.

Kurniawan,M.2010. TekinikPembelajaran Melukis dengan Jari. (online) Tersedia;


http://mulkiskurniawan.blogspot.com/2012/29/teknik-pembelajaran-
melukis-dengan-jari.html (Diakses tanggal 6 Oktober 2016).

Sanjaya. Wina. 2006.Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses.


Pendidikan. Jakarta : Prenada

Sujiono, Yuliani Nurani. 2011. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta:
PT Indeks.

Sudjana. 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja
Rosdikarya

Sumanto. 2006. Model Pengembangan Ketrampilan AnakUsia Dini. Jakarta:


Depdiknas.

Sumantri, Mulyani & Johar Permana 2001. Strategi Belajar Mengajar, Bandung:
CV. Maulana

Anda mungkin juga menyukai