Anda di halaman 1dari 19

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BAHASA ANAK MELALUI PERMAINAN MENIRU MENULIS KATA MENGGUNAKAN BAHAN LOOSE PART

DI TK KATOLIK ST.THERESIA KALABAHI

TAHUN PELAJARAN 2022/2023

OLEH :

Modesta Dutari Wagur, S.Pd

PPG DALAM JABATAN KATEGORI II

UNIVERSITAS MATARAM
2022

Menyusun Cerita Praktik Baik (Best Practice) Menggunakan Metode Star (Situasi, Tantangan, Aksi, Refleksi Hasil Dan Dampak) Terkait Pengalaman
Mengatasi Permasalahan Siswa Dalam Pembelajaran

Lokasi TK Katolik St. Theresia Kalabahi


Lingkup Pendidikan TK/PAUD Kelompok B
Tujuan yang ingin dicapai Meningkatkan Kemampuan Bahasa Anak Melalui Permainan Meniru Menulis Kata Menggunakan Bahan Loose
Part Tahun Pelajaran 2022/2023
Penulis Modesta Dutari Wagur, S.Pd
Tanggal 28 November 2022
Situasi:  Kondisi yang menjadi latar belakang masalah
Kondisi yang menjadi latar belakang Menulis merupakan salah satu media untuk berkomunikasi yang dilakukan secara verbal. Menurut Haryanti &
masalah, mengapa praktik ini penting untuk Tejaningrum (2020:107) bahwa menulis merupakan sarana anak untuk dapat menyampaikan makna, ide, pikiran dan
dibagikan, apa yang menjadi peran dan
perasaannya melalui untaian kata-kata yang bermakna. Pada hakikatnya, pendidikan untuk anak usia dini (usia 0-
tanggung jawab anda dalam praktik ini.
6 tahun atau 0-8 tahun), termasuk di dalamnya stimulasi bahasa tulis, merupakan upaya untuk membantu anak
usia dini agar tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya (Dunn & Kontos dalam
Musfiroh, 2009:1). Sehingga Manfaat menulis bagi anak usia dini dapat meningkatkan kemampuan
berbahasanya. Hal ini tentunya tidak terlepas dari kegiatan menulis yang akan menambah wawasan anak dengan
berbagai kosakata baru yang dia ketahui. Menurut Musfiroh (2009:4) tujuan umum dari stimulasi bahasa tulis
yaitu :

1. Menumbuhkan kesadaran fungsional, yakni bahwa berkomunikasi dapat dilakukan dengan tulisan dan bahwa
tulisan dibuat seseorang untuk berkomunikasi
2. Menunjukkan wujud nyata tulisan yang digunakan seseorang untuk meyampaikan ide dalam fungsi.
3. Menumbuhkan kesadaran grafemis dan grafofonemik anak.
4. Menumbuhkan budaya dan minat baca pada anak.
5. Memberikan pengalaman langsung pada anak untuk terlibat dalam bahasa tulis yang riil.
6. Menumbuhkan minat menulis pada anak sebagai wujud komunikasi sekunder sesuai kemampuan dan
kebutuhan anak.

Pembelajaran yang dilakukan pada Anak usia dini dalam kegiatan menulis tentunya dilakukan dengan cara yang
menyenangkan dan bermakna bagi anak. Menurut Lestariningrum, dkk, (2021:3) bahwa bermain merupakan
kebutuhan yang mendasar sebagai cara anak untuk belajar”. Sehingga kegiatan menulis akan mudah dipahami oleh
anak karena dilakukan dengan perasaan yang bahagia. Pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna bagi anak
dalam kegiatan menulis huruf dapat dilakukan menggunakan media pembelajaran. Penggunaan media dalam
pembelajaran dapat mempermudah anak dalam meniru bentuk huruf. Hal tersebut di dukung oleh pendapat dari
Sumiati, Fadillah, Dian M (hal.3) pada penelitiannya tentang ”Kemampuan Menulis Permulaan Melalui Aneka Media
Pada Anak Usia 4-5 Tahun” bahwa untuk memudahkan anak agar bisa menulis, guru perlu menggunakan
berbagai media sehingga anak tertarik dan kemampuan menulis anak dapat berkembang dengan baik. Media
pembelajaran yang menarik bagi anak salah satunya yaitu menggunakan media Loose Part. Media loose part merupakan
salah satu media yang dapat disusun, dirangkai, digabungkan, dipindahkan dan lainnya sesuai dengan kebutuhan dan
keinginan anak. Bahan Loose Part dapat diperoleh dari bahan alam atau sintetis yang ada disekitar. Berikut ini
termasuk bahan loose part yang dapat digunakan untuk pembelajaran menulis pada anak usia dini : Bahan Alam
seperti (Tanah, Batu-batuan, Bunga, Daun, Batang, Pasir, Biji-bijian, Ranting, Kulit dari batang pohon / buah,Cangkang
Kerang), dari bahan sintetis seperti kancing baju, tutup botol, sedotan, koin.

TK Katolik St. Theresia merupakan salah satu taman kanak-kanak asuhan Yayasan swastisari keuskupan agung kupang
yang berada di kelurahan kalabahi tengah kecamatan teluk Mutiara kabupaten Alor provinsi Nusa Tenggara Timur;
merupakan taman kanak-kanak pertama dan tertua yang berdiri sejak tahun 1979. Dengan jumlah siswa di tahun
pelajaran 2022/2023 ini sebanyak 32 siswa, yang dibagi dalam 3 rombongan belajar, yaitu Kelompok B1 10 siswa ,
Kelompok B2 10 siswa dan kelompok B3 12 siswa. Dikelompok B3 ini terdapat 3 orang siswa yang merupakan siswa
kelompok A usia 4-5 tahun hanya saja mereka dimasukkan ke kelas ini karena untuk tahun ini kami tidak membuka
kelas A karena jumlah siswa untuk kategori kelompok A sangat sedikit. Kelompok yang menjadi target penelitian saya
adalah Kelompok B3 karena merupakan kelas asuhan saya. TK Katolik St. Theresia Kalabahi memiliki 1 orang kepala
sekolah, 5 orang pendidik dan 2 orang tenaga kependidikan.

Pada Lembaga kami ketersediaan media atau bahan ajar khususnya media loose part sangat banyak dan beragam;
dapat ditemukan baik didalam kelas maupun diluar kelas hanya saja penggunaan media loose part dalam kegiatan
pembelajaran masih sangat kurang. Inisiatif dan kreativitas dari guru untuk mendesain kegiatan pembelajaran yang
menarik misalnya menggunakan media loose part juga dirasa belum maksimal. Untuk kegiatan merangsang
perkembangan bahasa anak misalnya masih sangat kurang seringkali ditemukan peserta didik menjadi jenuh dan
bosan dengan kegiatan belajar yang monoton seperti meniru menulis kata, menebalkan huruf yang menggunakan
LKPD, kreativitas anak dalam memanfaatkan atau menggunakan benda-benda disekitarnya untuk bermain juga masih
kurang. Dalam hal kemampuan berbahasa anak kelompok B di Semester I ini, Penulis melihat bahwa kemampuan
anak utamanya dalam mengungkapkan bahasa (bahasa ekspresif) 50% belum mencapai indikator ketercapaian yang
diharapkan. Melihat kondisi tersebut, akhirnya terpikir oleh penulis untuk melatih atau meningkatkan kemampuan
anak dalam mengungkapkan bahasa dengan cara yang kreatif melalui media loose part, sebelum meningkatkan
kemampuannya pada kegiatan pengembangan bahasa yang lebih kompleks. Karena melalui kegiatan ini anak-anak
dilatih secara kreatif mengekspresikan kemampuan pra menulisnya seperti meniru bentuk. Hal inilah yang
menjadi latar belakang penulis melakukan penelitian disekolah tersebut untuk meneliti sejauh mana
keefektifan penggunaan media loose part bagi perkembangan bahasa anak.

 Mengapa praktik ini penting untuk dibagikan?


Praktik ini penting dibagikan karena menurut saya praktik ini dapat memotivasi anak senang mengikuti kegiatan
mengenal huruf/kata dan dapat memotivasi diri saya sendiri serta dijadikan sebagai bahan referensi atau
inspirasi bagi rekan guru yang mengalami permasalahan yang sama.

 Apa yang menjadi peran dan tanggungjawab anda dalam praktik ini?
Peran saya dalam praktik ini adalah sebagai wali kelas B3 saya juga berperan sebagai fasilitator/ guru yang
mempunyai tanggung jawab melakukan proses pembelajaran ini secara efektif dengan menggunakan media
belajar yang menarik minat dan perhatian anak sehingga memotivasi anak untuk mengikuti kegiatan belajar
agar tujuan pembelajaran dan hasil belajar anak bisa tercapai sesuai tujuan yang diharapkan. Media belajar
yang disediakan dalam mengenal huruf atau kata adalah media loose part berupa aneka biji -bijian ( biji kopi,
kacang hijau, jagung, kacang kedelai, kacang brenebon) batu kerikil, kerang -kerangan, potongan kertas
karton, ranting dan dan potongan sedotan
Tantangan : Apa saja yang menjadi tantangan untuk mencapai tujuan tersebut?
Apa saja yang menjadi tantangan untuk Penyebab masalah dari belum optimalnya kemampuan motorik halus anak akan dijadikan sebagai tantangan guru
mencapai tujuan tersebut? Siapa saja yang untuk memperbaiki pembelajaran. Tantangan tersebut antara lain :
terlibat,
1. Guru belum optimal memanfaaatkan media pembelajaran dan merancang pembelajaran yang menyenangkan
hanya berfokus pada kegiatan meniru menulis kata menggunakan LKPD seperti buku kotak pintar dan
menebalkan huruf
2. Guru masih sering melakukan pemenggalan kata/kalimat dalam memberikan penjelasan contoh seperti
saat bercakap-cakap tentang jenis-jenis tanaman hias (bunga) guru mengucapkan “anak-anak ini bunga
ma? Sambal menunjuk gambar padahal yang dimaksudkan adalah bunga mawar”. Hal ini sebaiknya tidak
dilakukan agar tidak terjadi miskonsepsi antara guru dan peserta didik
3. Terkait penguasaan kelas guru sangat menguasai kelasnya aktivitas KBM tidak terpusat pada satu atau
dua area saja namun pada beberapa bagian kegiatan terutama pada kegiatan pembuka terlihat guru
cenderung berkomunikasi bersama peserta didik dengan posisi duduk diatas kursi. Hal ini sebaiknya
dihindari atau tidak dilakukan karena secara psikologis (bonding) efek pendekatannya terhadap peserta
didik kurang baik. Seharusnya guru duduk melantai atau dikarpet bersama peserta didik
4. Peserta didik sangat antusias dalam mencoba mempelajari setiap kegiatan main yang telah disediakan
oleh guru, hanya pada saat apersepsi masih ditemukan beberapa siswa kurang fokus mendengar
penjelasan dari guru mereka sering menoleh kebelakang atau mengganggu teman yang lain. Kesepakatan
main yang dibuat sebelum melakukan kegiatan main seperti bertanggung jawab membereskan mainannya
setelah bermain terkadang masih dilanggar oleh beberapa anak dan memicu keributan diantar mereka.

Siapa saja yang terlibat?


1. Guru yang berperan sebagai penyusun perangkat pembelajaran, mempraktikan hasil penyusunan perangkat
pembelajaran,dan melakukan evaluasi.
2. Peserta didik sebagai subjek atau yang melaksanakan pembelajaran.
3. Keluarga dalam hal ini suami yang bersedia berbagi peran mengasuh anak selama peneliti melakukan
penelitian
4. Rekan guru yang berperan memberi saran dan masukan serta membantu menyiapkan segala keperluan yang
dibutuhkan selama kegiatan pembelajaran berlangsung, juga sebagai juru kamera.
5. Kepala Sekolah yang telah memberikan izin dan kesempatan untuk melakukan kegiatan PPL di sekolah.
6. Dosen Pamong sebagai mentor dalam penyusunan perangkat pembelajaran serta memberi saran dan masukan
untuk melaksanakan proses pembelajaran.
7. Guru Pamong sebagai mentor yang mendampingi Dosen Pamong dalam penyusunan perangkat pembelajaran
serta memberi saran dan masukan untuk melaksanakan proses pembelajaran.
Aksi : Link video PPL 3 :
https://drive.google.com/file/d/1CAusZTs9GfL4uvHDrkLgt6EC_xKjEqHG/view?usp=share_link
Langkah-langkah apa yang dilakukan untuk
menghadapi tantangan tersebut/ strategi Langkah-langkah yang akan dilakukan untuk menghadapi tantangan :
apa yang digunakan/ bagaimana prosesnya, 1. Guru menyediakan media pembelajaran yang menarik menggunakan bahan alam yang ada di sekitar
siapa saja yang terlibat / Apa saja sumber anak (loose part)
daya atau materi yang diperlukan untuk Anak usia dini memiliki pemikiran unik yang dapat menghasilkan berbagai karya
melaksanakan strategi ini sesuai dengan apa yang pernah mereka lihat, dan dengar. Berbagai karya yang
disesuaikan dengan imajinasi anak dapat dibuat. Melalui penggunaan media loose
parts ini si anak dibimbing dan difasilitasi untuk terus mengeluarkan imajinasi-
imajinasi kreatifnya serta mengkonkretkannya atau membuatnya menjadi sebuah
karya nyata sehingga anak merasa memiliki kebebasan untuk berekspresi dan
berkreasi sesuai kemampuannya. Loose Parts tidak digunakan begitu saja.
Diperlukan adanya pendampingan dari guru dengan strategi tertentu agar Loose
Parts bisa digunakan sebagai media pembelajaran untuk mengembangkan berbagai
aspek perkembangan anak usia dini. Penggunaan media Loose Parts perlu didukung
dengan manajemen kelas yang baik. Mulai dari penataan alat main hingga
pengelolaan pengajaran. Strategi serta pengelolaan manajemen kelas yang baik mulai
dari kegiatan pembukaan, kegiatan inti hingga kegiatan penutup. Pendidik perlu
melakukan pengarahan yang mendukung anak usia dini untuk dapat membuat
imajinasi anak menjadi sebuah karya, sehingga proses pembelajaran memberikan
banyak pengalaman bermain yang bermakna pada anak dan anak dapat memaknai
dunia di sekelilingnya melalui kegiatan bermain. Namun masih terjadi disekolah
yang memang masih belum bisa mengarahkan penggunaan Loose Parts sebagai
media pembelajaran yang baik. TK Katolik St. Theresia berupaya mengembangkan
kreativitas anak dengan menggunakan berbagai barang yang ada di lingkungan
sekitar anak agar perkembangan bahasa anak dapat terstimulasi dengan baik. Loose
Parts adalah material yang mencerdaskan, karena mendorong anak untuk
memikirkan hendak dijadikan apa material-material tersebut. Material- material
yang memiliki nilai dan berpotensi untuk ditransformasi dengan berbagai cara
menjadi kreasi-kreasi dan temuan-temuan baru sehingga mendorong kreativitas dan
imajinasi anak. Anak dapat menemukan berbagai hal baru yang kemudian menjadi
referensi bagi anak untuk memperoleh pengetahuan baru dan kemudian difasilitasi
dengan berbagai material yang dapat digunakan untuk menghasilkan berbagai
karya dari imajinasi anak. Kenyataannya saat dilapangan pada kegiatan
menyebutkan bagian-bagian tanaman, guru menuliskan kata dari bagian-bagian
tanaman tersebut dipapan tulis b-u-n-g-a lalu meminta anak-anak memperhatikan
satu per satu huruf yang ditulis menjadi sebuah kata “bunga” kemudian guru
mencoba menyusun kata bunga dari bahan loose part yang disediakan. Selanjutnya
guru memberi kesempatan seluas-luasnya bagi anak untuk menulis salah satu nama
bagian tanaman yang mereka pilih menggunakan media loose part yang telah
disediakan. Hasilnya Cecil, Betrand,Chyntia, Dessy dapat mengenal huruf dan
menyusun huruf menggunakan media loose part yang mereka pilih menjadi kata
bunga, daun, dan batang dengan sempurna tanpa bantuan dari guru dan dapat
mencontohkannya pada teman yang lain (BSB) beberapa diantar mereka bahkan
menyusun lebih dari 2 kata, Vito, Aldo dan Aldi dapat mengenal huruf dan menyusun
huruf menggunakan media loose part yang mereka pilih menjadi kata bunga dan akar
dengan bantuan dari guru karena ada beberapa huruf yang mereka sering sulit
bedakan seperti huruf a dan e, huruf b dan d (BSH), sedangkan Brigita, Marco dan
Julio masih belum mengenal dengan baik beberapa huruf dan belum dapat
menyusun huruf menjadi kata (MB). Uniknya ditemukan pada Brigita, Marco dan
Julio mereka menggunakan media loose part itu untuk bermain sesuatu yang lain,
Brigita misalnya membuat rumah- rumahan dengan mengikuti pola pada keramik
satu per satu biji-bijian ditata dan disusun menurut imajinasinya saat ditanya Igit
memberitahukan pada guru sedang buat rumah dan menunjuk salah satu bagian dari
rumah- rumahan tersebut sebagai taman dan kolam renang, sedangkan Marco dan
Julio secara bersama-sama menggunakan media loose part tersebut bermain
membangun jalan raya, Marco mengatakan pada guru jalan raya ini ada taman
bunganya juga ibu guru itu ada disebelah sana sambil menunjukkan salah satu sisi
dari tempat mereka menyusun permainannya. Ketujuh anak menyusun kegiatan
main mereka diatas meja sedangkan 3 anak lainnya menyusun kegiatan main
meraka dilantai. Jadi, hal tersebut dapat membuktikan bahwa media ini bisa
digunakan dan dibentuk sesuai dengan imajinasi masing-masing anak, maka tak
heran jika loose part dapat membantu mengekspresikan kreativitas tanpa batas.
Bahan-bahannya pun juga ada yang mudah ditemukan di sekitar lingkungan tanpa
harus mengeluarkan biaya yang banyak. Dengan demikian, loose part akan
mengantarkan pada kegiatan eksplorasi alami dari dirinya sendiri tanpa paksaan
atau perintah dari orang lain. Semua atas inisiatif anak itu sendiri. Oleh karena itu,
sebaiknya guru jangan membatasi kreativitas anak dalam penggunaan bahan loose
part

Strategi yang digunakan :


1. Model Pembelajaran : Problem Based Learning
2. Metode Pembelajaran : Tanya jawab, pemberian tugas, demonstrasi. bermain
3. Metode Pendekatan : Saintifik, HOTS, STEAM, TPACK
4. Media Pembelajaran : Loose part (biji-bijian, tutup botol, kancing baju, sedotan dan koin)
5. Sumber Pembelajaran :
6. Alat dan Bahan Pembelajaran : lem, gunting, LKPD,
Bagaimana prosesnya?
1. Pemilihan media pembelajaran
a. Strategi yang dilakukan guru dalam pemilihan media belajar yaitu dari hasil kajian literatur dan
wawancara solusi yang relevan penggunaan media loose part dalam pengenalan huruf/kata. anak akan
senang mengikuti kegiatan belajar karena media loose part ini penggunaannya dapat disesuaikan
dengan tema , dikemas dan disajikan dalam bentuk permainan menyusun benda menjadi huruf/kata.
Wujud media loose part itu sendiri bervariasi baik bentuk, warna, ukuran yang dapat menarik minat dan
perhatian anak.
b. b. Proses pembuatan media ini dimulai dengan menyiapkan alat dan bahan, merancang
media belajar dan membuat media sesuai rancangan
2. Menyusun RPPH
a. Menentukan tema, sub tema, dan sub-sub tema
b. Meyusun tujuan pembelajaran
c. Menyusun kegiatan Pembukaan
d. Menyusun kegiatan inti
e. Menyusun kegiatan penutup
f. Menentukan media dan LKPD
g. Menyusun instrumen penilaian
3. Menyusun bahan ajar
4. Membuat rubrik penilaian
5. Melaksanakan praktek mengajar (PPL 3)
 Menyiapkan ruangan
 Kegiatan pembukaan antara lain, berbaris didepan berdoa,salam. Apresepsi menjelaskan tema dan
sub tema, bercakap-cakap tentang bunga sebagai ciptaan Tuhan, gerak dan lagu “lihat kebunku”,
berdiskusi tentang jenis -jenis tanaman hias (bunga).
6. Kegiatan inti, guru menjelaskan 3 kegiatan yang akan dilakukan yaitu :
a. Menyebutkan bagian-bagian tanaman bunga dan menuliskannya dengan benda-benda (loose
part)
b. B e r k r e a s i m e m b u a t v a s b u n g a d a r i b a r a n g b e k a s
c. Merangkai mahkota bunga dan menulis kata “mahkotaku”.
7. Observasi/evaluasi hasil pembelajaran
Pada tahap ini langkah-langkah yang dilakukan adalah:
a. Mengamati dan mencatat tindakan/proses yang dilakukan oleh anak, apakah sudah sesuai dengan
perencanaan serta mengobservasi perhatian dan aktivitas anak.
b. Mengevaluasi dan mencatat seluruh kegiatan yang telah dilakukan oleh anak dengan lembar observasi.
c. Mendokumentasikan proses dan hasil karya anak.
8. Refleksi hasil tindakan
Langkah ini dilakukan pada akhir siklus sebagai bahan dan pertimbangan hasil pengamatan/ penugasan yang
dilakukan pada akhir siklus I berdasarkan hasil observasi dan evaluasi. Hasil refleksi ini dilakukan sebagai dasar
memperbaiki dan menyempurnakan perencanaan dan pelaksanaan tindakan pada siklus II. Pada tahap ini,
proses pembelajaran dinilai sudah berjalan dengan cukup baik, hal ini dapat dilihat dari pelaksanaan kegiatan
yang sudah terorganisir, dan peserta didik sudah mulai senang dan bersemangat mengikuti kegiatan
pembelajaran.

Siapa saja yang terlibat?


1. Guru yang berperan sebagai penyusun perangkat pembelajaran, mempraktikan hasil penyusunan perangkat
pembelajaran,dan melakukan evaluasi.
2. Peserta didik sebagai subjek atau yang melaksanakan pembelajaran.
3. Keluarga dalam hal ini suami yang bersedia berbagi peran mengasuh anak selama peneliti melakukan
penelitian
4. Rekan guru yang berperan memberi saran dan masukan serta membantu menyiapkan segala keperluan yang
dibutuhkan selama kegiatan pembelajaran berlangsung, juga sebagai juru kamera.
5. Kepala Sekolah yang telah memberikan izin dan kesempatan untuk melakukan kegiatan PPL di sekolah.
6. Dosen Pamong sebagai mentor dalam penyusunan perangkat pembelajaran serta memberi saran dan masukan
untuk melaksanakan proses pembelajaran.
7. Guru Pamong sebagai mentor yang mendampingi Dosen Pamong dalam penyusunan perangkat pembelajaran
serta memberi saran dan masukan untuk melaksanakan proses pembelajaran.

Refleksi Hasil dan dampak : Dampak dari kegiatan aksi ini adalah peserta didik mampu menggunakan media loose part untuk meniru menulis kata
sesuai bentuk aslinya dengan hasil observasi sebagai berikut:
Bagaimana dampak dari aksi dari Langkah-
- Anak masih belum mampu meniru bentuk. (BB) : tidak ada
langkah yang dilakukan? Apakah hasilnya
efektif? Atau tidak efektif? Mengapa? - Anak dapat meniru bentuk dengan bantuan guru. (MB): 3 orang
Bagaimana respon orang lain terkait dengan - Anak dapat meniru bentuk tanpa bantuan guru. (BSH): 3 orang
strategi yang dilakukan, Apa yang menjadi
- Anak sudah mampu meniru bentuk dan dapat mencontohkan pada temannnya (BSB): 4 orang
faktor keberhasilan atau ketidakberhasilan
Jika dipersentasikan, maka jumlahnya adalah 30% anak dapat meniru bentuk menggunakan media loose part tetapi
dari strategi yang dilakukan? Apa
masih dengan bantuan guru, 30% anak dapat meniru bentuk menggunakan media loose part tanpa bantuan guru,
pembelajaran dari keseluruhan proses dan 40% anak sudah mampu meniru bentuk menggunakan media loose part tanpa bantuan guru dan dapat
tersebut mencontohkan pada temannya. Menurut saya, hasil yang diperoleh ini sudah efektif karena anak mengalami
peningkatan yang bagus dari observasi sebelumnya.

Kegiatan ini mendapat respon yang baik dari peserta didik itu sendiri, mereka terlihat senang dan mulai
menampakkan kreativitasnya membentuk dengan media loose part untuk menghasilkan karya-karya seni sesuai
imajinasinya. Kepala Sekolah, Guru-guru di sekolah serta teman-teman guru TK di sekolah kami yang menonton
video pembelajaran saya juga tertarik untuk menggunakan media ini serta orang tua wali sangat senang melihat unjuk
kerja anak-anaknya yang di dokumentasikan dan yang dibawa pulang oleh anak-anak.

Faktor keberhasilan dukungan :


1. Guru yang berperan sebagai penyusun perangkat pembelajaran, mempraktikan hasil penyusunan perangkat
pembelajaran,dan melakukan evaluasi.
2. Peserta didik sebagai subjek atau yang melaksanakan pembelajaran.
3. Keluarga yang berperan membantu merekam setiap proses kegiatan pembelajaran dan mendokumentasikan hasil
karya anak.
4. Rekan guru yang berperan memberi saran dan masukan serta membantu menyiapkan segala keperluan yang
dibutuhkan selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
5. Kepala Sekolah yang telah memberikan izin dan kesempatan untuk melakukan kegiatan PPL di sekolah.
6. Dosen Pamong sebagai mentor dalam penyusunan perangkat pembelajaran serta memberi saran dan masukan
untuk melaksanakan proses pembelajaran.
7. Guru Pamong sebagai mentor yang mendampingi Dosen Pamong dalam penyusunan perangkat pembelajaran
serta memberi saran dan masukan untuk melaksanakan proses pembelajaran
8. Tersedianya alat dan bahan yang digunakan

Kesimpulan :
Penulis meyakini bahwa pemilihan dan penerapan metode yang tepat dapat menghasilkan proses dan hasil belajar yang
efektif. “Penerapan Metode bermain meniru menulis kata dengan Media Loose Part Untuk Meningkatkan Kemampuan
Bahasa Pada Anak TK Katolik St. theresia kalabahi” diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Terjadi peningkatan kemampuan bahasa lewat kegiatan meniru bentuk menggunakan media loose part
pada peserta didik kelompok B3.
2. Tidak hanya aspek bahasa yang berkembang aspek lainnya seperti kognitif untuk memecahkan masalah,
fisik motorik untuk koordinasi saat melakukan gerakan meniru bentuk (menyusun), aspek sosial
emosional untuk rasa tanggung jawab terhadap apa yang dilakukan, membantu teman yang kesulitan
juga dapat ikut berkembang.
3. Peserta didik mendapat kebebasan untuk bereksplorasi, dan menuangkan imajinasinya dalam sebuah
karya.
4. Peserta didik mendapatkan suka cita belajar karena lebih banyak variasi permainan dan teknik
pengajaran yang diberikan guru.
5. Teman guru yang lain di sekolah termotivasi dan lebih kreatif untuk senantiasa berupaya mencari solusi
pada setiap permasalahan belajar yang ditemuinya.
6. Sekolah menjadi inspiratif dan dinamis karena timbul banyak gagasan dan ide yang timbul dalam
peningkatan kualitas sekolah.

Saran
Berdasarkan hasil penelitian tindakan yang telah dilakukan, maka peneliti menyarankan beberapa hal sebagai berikut:
1. Kemampuan bahasa pada anak (pra menulis) pada peserta didik dapat berkembang dengan baik apabila dalam
setiap pembelajaran menggunakan metode dan media pembelajaran yang kreatif dan menarik, sebagai salah satu
alternatif, yaitu melalui kegiatan meniru menulis huruf/kata dengan media loose part. Guru atau orang tua dapat
mendesain kegiatan main yang menarik minat dan perhatian anak dengan memanfaatkan media loose part karena
media loose part selain dapat diperoleh secara mudah dan gratis (tidak memerlukan biaya yang mahal) juga
ditemukan di lingkungan sekitar anak.
2.

Penutup
Demikian cerita best practice saya, saya menyadari best practice ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun penulis
harapkan demi kesempurnaan best practice ini di masa yang akan datang. Harapannya semoga lewat tulisan ini dapat
memberi inspirasi pada setiap insan pendidik untuk bekerja dengan sungguh-sungguh dan dan tulus ikhlas. Ketika kita
melihat permasalahan atau kesulitan belajar pada anak, yang terpenting adalah pemikiran dan kemauan guru untuk
mencari solusi dan memecahkannya secara tuntas, bukan mendiamkan dan apalagi memberikan catatan
perkembangan yang fiktif (tidak sesuai dengan kenyataan) Ini tidak boleh terjadi, karena seorang pendidik memiliki
tanggung jawab moral pada perkembangan dan kehidupan anak di kemudian hari.

Lampiran (Foto Proses Dan Hasil Karya)


a) Guru saat memberikan penjelasaan bagian-bagian tanaman
b) Guru memberikan contoh meniru menulis kata menggunakan media loose part

c) Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik dengan bebas untuk bermain meniru menulis kata
menggunakan media loose part sesuai kehendaknya
DAFTAR PUSTAKA
Ali Imron,1996:2-3 (Modul Mahasiswa S1.UT UPBJJ 2007/2011

D. Safitri and A. Lestariningrum (2021). Penerapan Media Loose Part untuk Kreativitas Anak Usia 5-6 Tahun, J.
Pendidikn Anak Usia Dini.

Kartini & Sujarwo, 2014; Pasmawati & Anggita, 2018; Sukaryasih et al., 2016). Modul
Mahasiswa S1.UT UPBJJ Denpasas 2007/2011

M.P.Dra.Nurbianam Dhieni. (2018). Metode Pengembangan Bahasa. CV Beringin Indah.

M. Munawar, F. Roshayanti, and S. Sugiyanti, “IMPLEMENTATION OF STEAM (Science Technology Engineering Art
Mathematics) - BASED EARLY CHILD HOOD EDUCATION LEARNING IN SEMARANG CITY,”CERIA (Cerdas Energik
ResponsifInov. Adapt.,vol. 2,no. 5,p. 276,2019, doi:10.22460/ceria.v2i5.p276-285

Kalabahi, 28 November 2022

Modesta Dutari Wagur, S.Pd

Anda mungkin juga menyukai