Anda di halaman 1dari 7

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Aspek perkembangan bahasa merupakan salah satu aspek penting untuk
dikembangkan sejak sedini mungkin karena merupakan dasar untuk berinteraksi
dan berkomunikasi dengan orang lain. Bahasa terbagi menjadi dua yaitu bahasa
reseptif yang meliputi kemampuan mendengar dan membaca, serta bahasa
ekpresif yang meliputi kemampuan berbicara dan menulis (Maki & Haenilah,
2018). Menulis adalah aktivitas berkomunikasi dengan orang lain menggunakan
simbol yang dapat dimengerti sehingga ketika berkomunikasi melalui tulisan tidak
perlu bertatap muka seperti saat berbicara (Kurnia & Solfiah, 2018). Kegiatan
menulis permulaan sudah dapat dimulai ketika anak menunjukan perilaku seperti
mencoret-coret buku atau dinding, kondisi tersebut menunjukan berfungsinya sel-
sel otak yang perlu distimulasi sesuai pertumbuhan dan perkembangan agar
berkembang secara optimal (Eliana, 2019; Muthiah et al., 2020). Kemampuan
menulis permulaan merupakan kemampuan anak dalam mengekspresikan diri ke
dalam bentuk coretan-coretan, gambar atau simbol, maupun kata (Ropikoh et al.,
2021).
Keterampilan memegang pensil dan membuat coretan-coretan tak
beraturan merupakan pondasi utama anak dalam menulis permulaan. Belajar
menulis merupakan tantangan bagi anak karena mereka harus mengintegrasikan
keterampilan motorik halus mereka yang masih berkembang dengan pemahaman
bahasa tulis untuk menghasilkan tanda yang memiliki makna (Chandler et al.,
2021). Maka dari itu, menulis merupakan kegiatan yang juga melibatkan aspek
motorik halus pada anak. Pada saat menulis, anak beranggapan bahwa coretan
yang dibuatnya adalah sebuah tulisan atau bentuk meskipun itu bukan, melainkan
hanya coretan saja. Anak yang tidak dapat menulis disebabkan oleh guru yang
menekan anak sehingga tidak melihat sisi mampu tidaknya anak, faktor kelenturan
tangan anak yang perlu distimulasi agar motorik halus anak berkembang optimal,
dan belum terbiasanya anak memakai alat tulis (Tursina, 2021).

1
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2

Permendikbud No. 137 tahun 2014 tentang standar nasional pendidikan


anak usia dini memuat indikator pencapaian perkembangan anak usia 4-5 tahun
pada aspek perkembangan bahasa dengan lingkup perkembangan memahami
bahasa, mengungkapkan bahasa, dan keaksaraan (Peraturan Menteri Pendidikan
Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137 Tahun 2014 Tentang Standar
Nasional Pendidikan Anak Usia Dini, 2014). Pada lingkup keaksaraan terkandung
indikator tingkat pencapaian diantaranya yaitu mengenal simbol, membuat
coretan, dan meniru tulisan yang merupakan dasar-dasar kemampuan menulis
permulaan pada anak. Dalam melaksanakan penelitian ini akan menggunakan
indikator kemampuan menulis permulaan anak usia 4-5 tahun yang terdiri dari
membuat coretan bermakna, menulis huruf dengan cara meniru, menulis angka
dengan cara meniru, dan menulis huruf dari namanya sendiri.
Di tahun 2018 pemerintah mengeluarkan Permendikbud Nomor 51 Tahun
2018 Tentang Penerimaan Peserta Didik Baru pada TK, SD, SMP, SMA, dan
SMK yang di dalamnya memuat serta menegaskan bahwa untuk memasuki SD
tidak diberlakukan adanya tes membaca, menulis, dan berhitung (calistung) bagi
calon peserta didik baru (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2018). Akan
tetapi, ketika anak sudah memasuki jenjang pendidikan SD mereka harus sudah
memiliki bekal dasar-dasar kemampuan untuk calistung. Menyikapi kebijakan
tersebut, sebagian besar orang tua masih beranggapan bahwa menulis merupakan
kemampuan yang diharapkan dan harus dimiliki oleh anak mereka. Meskipun
menulis bukan tujuan dari pembelajaran di TK, namun dengan adanya peristiwa
tersebut dapat dijadikan alasan mengapa kemampuan menulis permulaan perlu
distimulasi. Salah satu tujuan diterapkannya kegiatan menulis permulaan adalah
untuk membentuk anak agar lebih siap dalam menempuh jenjang pendidikan
selanjutnya yaitu SD. Guru harus mengaplikasikan dan memberikan kegiatan
menulis yang aktif, menarik, efektif serta inovatif dengan media yang
menyenangkan agar anak tertarik untuk melakukannya (Maki & Haenilah, 2018).
Kemampuan menulis permulaan pada anak usia dini merupakan wadah
anak untuk mengeksplorasi pengetahuan dan pengalaman yang ditandai dengan
tindakan anak mencoret-coret dan menggambar bebas pada kertas. Hal tersebut
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3

akan menstimulasi perkembangan menulis permulaan pada anak sehingga


kemampuan menulis permulaan perlu diajarkan pada anak. Perlu adanya usaha
meningkatkan kualitas kemampuan menulis permulaan pada anak karena
pengetahuan dan kemampuan yang didapat anak pada tingkat permulaan akan
menjadi dasar peningkatan dan pengembangan anak ditahapan selanjutnya.
Apabila dasar itu baik, maka hasil yang diharapkan juga akan berkembang lebih
baik, namun apabila dasar itu kurang baik atau lemah maka dapat diperkirakan
hasil perkembangannya juga menjadi kurang baik (Sarnah et al., 2020). Terlepas
dari pengakuan luas mengenai pentingnya lingkungan bahasa dan literasi bagi
anak untuk pencapaian tahapan perkembangan selanjutnya, perlu diketahui bahwa
guru juga perlu melakukan pendekatan untuk mendukung pengembangan tulisan
anak-anak.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Bingham.,dkk (2017),
dukungan menulis yang diberikan guru kepada anak-anak berhubungan dengan
keterampilan menulis mereka, guru yang terlibat dalam mendukung stimulasi
terhadap anak akan membuat anak lebih mampu menulis nama dan menemukan
keterampilan mengeja. Salah satu pendekatan yang dapat diimplementasikan
untuk mengembangkan aspek perkembangan anak usia dini, termasuk di
dalamnya kemampuan menulis permulaan pada anak adalah Developmentally
Appropriate Practice (DAP). Developmentally Appropriate Practice (DAP)
dalam bahasa Indonesia memiliki arti praktik pendidikan yang sesuai dengan
tahap perkembangan anak. Pendekatan DAP menjadi acuan dalam pelaksanaan
program pendidikan anak usia dini dan dalam pengembangan selanjutnya
diadaptasi dalam program pendidikan dasar terutama untuk kelas rendah
DAP menjadi salah satu pendekatan yang relevan dengan pembelajaran
pada anak yang menyesuaikan tingkat tahapan perkembangan anak (Pertiwi et al.,
2018). DAP memiliki tiga dimensi yang meliputi age appropriate (sesuai usia),
individual appropriate (sesuai secara individual), dan social and cultural context
appropriate (sesuai dengan konteks sosial dan budaya). Age appropriate yaitu
mengerahui karakteristik usia anak dengan perkembangan dan pembelajaran anak
direntang usia tertentu. Individual appropriate yaitu menyeleraskan setiap anak
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4

dalam individualitasnya dengan mengenali anak secara individu dan mengamati


dengan cermat. Social and cultural context appropriate yaitu menyesuaikan latar
belakang sosial budaya anak dimana mereka tinggal untuk menyiapkan agar
mampu menyesuaikan diri dengan kehidupan sosial.
Terkait dengan proses stimulasi kemampuan menulis permulaan, peneliti
melakukan obervasi dan wawancara yang dilaksanakan pada tanggal 29
November 2021, 8 Desember 2021, dan 27 Januari 2022 di PAUD ABA Nurul
Hidayah Program Khusus sehingga mendapatkan informasi mengenai stimulasi
kemampuan menulis permulaan yang sudah diterapkan. PAUD ABA Nurul
Hidayah Program Khusus mengimplementasikan DAP untuk menstimulasi
kemampuan menulis permulaan anak sejak tahun 2017. Pada TK A, stimulasi
menulis permulaan pada anak dilakukan dari tahapan yang paling sederhana
hingga rumit namun tetap disesuaikan dengan tahapan usia perkembangan anak
(Lola, 2020; Pertiwi et al., 2018). Peneliti tertarik dengan cara guru yang fokus
pada kemampuan masing-masing anak, sehingga tidak memaksa setiap anak harus
berada di fase yang sama (Muzamil, 2020). Karena tidak semua peserta didik TK
A berasal atau mengalami jenjang KB maka pengenalan menulis permulaan tetap
dimulai dari latihan motorik halus anak agar tangan dan jari-jemari anak siap
untuk memegang alat tulis seperti kegiatan menghasilkan karya dengan
menggunakan jari tangan (finger painting, mengecap dengan jari, dan
sebagainya), melipat, kolase dengan merobek kertas, menggunting dan mengelem,
dan sebagainya.
Memasuki latihan menulis permulaan pada anak dilakukan dengan latihan
mencontoh dari tingkatan yang sederhana hingga sulit yaitu mencontoh berbagai
macam jenis garis, bentuk, dan alphabet (a-z) di buku kotak besar (Alawiyah &
Attamim, 2020; Eliana, 2019). Anak tidak diminta untuk berganti ke objek
selanjutnya yang dicontoh sebelum bisa dan mampu pada objek yang sedang
dihadapinya sekarang. Anak juga masih dilatih kembali dan diulangi sehingga
anak benar-benar mampu dan paham. Untuk mengatasi kebosanan anak dalam
stimulasi menulis permulaan, guru mengaitkannya dengan kegiatan lain yang
bervariasi seperti menulis dengan bahan alam (misalnya: arang, kunyit, dan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
5

sebagainya), kuas, krayon atau pewarna lainnya, menyusun batu-batuan maupun


biji-bijian, menggambar atau mencoret-coret bebas, dan sebagainya.
Tahap menulis permulaan yang sudah diterapkan di kelompok A PAUD
Nurul Hidayah Program Khusus meliputi: (1) tahap latihan kekuatan motorik
halus, (2) mencoret dan menggambar, (3) meniru dan pengulangan, dan (4)
menulis bebas atau acak. Hasil observasi dan wawancara dari kegiatan yang telah
dilakukan yaitu: (1) anak siap dan memiliki kekuatan sehingga dapat memegang
serta menggunakan peralatan menulis seperti pensil, penghapus, dan membalik
halaman lembar kertas buku, (2) anak sudah bisa membuat coretan bebas yang
bermakna maupun gambaran sesuai dengan imajinasi, kreativitas, dan
ekspresinya, (3) anak sudah bisa mencontoh garis, bentuk, dan tulisan alphabet,
(4) anak sudah bisa mencontoh tulisan huruf a-z, nama sendiri, dan menulis kata
yang bebas sesuai keinginan anak.
Peneliti menganalisis bahwa tahapan untuk mengembangkan kemampuan
menulis permulaan sesuai DAP karena menyesuaikan tahapan capaian
perkembangan anak dengan berpedoman pada standar tingkat pencapaian
perkembangan anak usia 4-5 tahun yang termuat dalam Permendikbud Nomor 137
Tahun 2014 Tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini (age
appropriate), berfokus pada masing-masing kemampuan anak, tidak memaksa
setiap anak untuk berada pada fase yang sama, dan memperhatikan karakteristik
anak yang unik serta berbeda-beda (individual appropriate), dan menyesuaikan
keadaan sosial budaya setempat yang berlaku dan disekitar anak (social and
cultural context appropriate).
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian
untuk mengkaji secara lebih mendalam mengenai implementasi Developmentally
Appropriate Practice (DAP) pada stimulasi kemampuan menulis permulaan anak
4-5 tahun (studi kasus di PAUD Nurul Hidayah Program Khusus).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan masalah
yaitu “Bagaimana implementasi Developmentally Appropriate Practice (DAP)
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
6

pada stimulasi kemampuan menulis permulaan anak usia 4-5 tahun di PAUD
Nurul Hidayah Program Khusus?”.

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah di atas, tujuan
dari penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan implementasi Developmentally
Appropriate Practice (DAP) pada stimulasi kemampuan menulis permulaan anak
usia 4-5 tahun di PAUD Nurul Hidayah Program Khusus.

D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini dapat dibagi menjadi dua
yaitu manfaat secara teoritis dan praktis.
1. Manfaat Teoritis
Sejalan dengan berkembangnya pengetahuan mengenai kegiatan
pembelajaran anak usia dini dalam menstimulasi kemampuan menulis
permulaan anak sehingga penelitian ini dapat berkontribusi terhadap
perkembangan ilmu pendidikan khususnya dalam bidang stimulasi keaksaraan
awal.

2. Manfaat Praktis
a. Bagi Anak
1) Mengembangkan aspek perkembangan bahasa anak
2) Memberikan pembelajaran melalui pengalaman baru kepada anak
yang telah disesuaikan dengan tahap perkembangannya
3) Menstimulasi kemampuan menulis permulaan anak agar lebih siap
memasuki jenjang pendidikan selanjutnya
b. Bagi Sekolah
1) Meningkatkan keberhasilan serta tercapainya target mengenai
pembelajaraan bahasa dan pengembangan kemampuan menulis
permulaan anak
2) Membantu guru dalam memecahkan masalah dan mengatasi
kesulitan saat melakukan kegiatan pembelajaran
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
7

3) Memotivasi guru untuk terus berusaha memberikan pembelajaran


yang lebih menyenangkan, menarik, dan disesuaikan dengan tahap
perkembangan anak
4) Meningkatkan perbaikan sekolah untuk melaksanakan implementasi
DAP dengan lebih baik dan optimal
c. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai rujukan, referensi
yang relevan, dan pembanding bagi peneliti selanjutnya yang akan
meneliti dalam penelitian yang sama atau topik lebih mendalam dan
luas.

Anda mungkin juga menyukai