Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan ENDOMETRIOSIS
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan ENDOMETRIOSIS
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Wanita sering mengeluh saat mengalami menstruasi. Nyeri dirasa
sangat mengganggu, aktivitas dan rutinitas keseharian. Nyeri yang lebih
dikenal dengan dysmenorrhea ini tidak terlalu diperhatikan karena
dianggap wajar. Dysmenorrhea memang wajar terjadi pada wanita yang
sedang mengalami menstruasi. Keadaan fisiologis ini bisa menjadi
berbahaya kalau tidak diperhatikan penyebabnya.
Kadang, ketika keadaan sudah semakin buruk, nyeri mengganggu
sampi tidak mampu menjalankan rutinitas, baru dibawa kedokter. Keadaan
seperti ini bisa saja terjadi karena menderita Endometriosis. Endometriosis
seringkali tidak mendapat perhatian serius baik dari penderita maupun dari
dokter pemeriksa, sering kali rasa sakit yang menyertainya dianggap
wajar, yang datang setiap bulan.
Sebetulnya, rasa sakit yang luar biasa, yang membuat wanita tidak
mampu beraktivitas seperti biasa, bukanlah hal yang dapat diabaikan
begitu saja. Babarapa penelitian dinegara maju menyebutkan, setengah
dari remaja perempuan yang mengalami sakit pada perut bagian bawah
pada saat menstruasi menderita endometriosis.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN
Endometriosis adalah keadaan ketika sel-sel endometrium yang
seharusnya terdapat hanya dalam uterus, tersebar juga ke dalam rongga
pelvis (Mary Baradero dkk, 2005).
Endometriosis merupakan suatu kondisi yang dicerminkan dengan
keberadaan dan pertumbuhan jaringan endometrium di luar uterus.
Jaringan endometrium itu bisa tumbuh di ovarium, tuba falopii, ligamen
pembentuk uterus, atau bisa juga tumbuh di apendiks, colon, ureter dan
pelvis. ( Scott, R James, dkk. 2002).
B. ETIOLOGI
Etiologi endometriosis belum diketahui tetapi ada beberapa teori yang
telah dikemukakan:
1. Secara kongenital sudah ada sel-sel endometrium di luar uterus.
2. Pindahnya sel-sel endometrium melalui sirkulasi darah atau sirkulasi
limfe.
3. Refluks menstruasi yang mengandung sel-sel endometrium ke tuba
fallopi, sampai ke rongga pelvis.
4. Herediter karena insiden lebih tinggi pada wanita yang ibunya juga
mengalami endometriosis (Mary Baradero dkk, 2005).
C. MANIFESTASI KLINIS
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Cara yang pasti untuk mendiagnosis endometriosis adalah laparoskopi.
1. Endoskopi
Endoskopi dapat dilaksanakan untuk mengetahui luasnya
endometriosis
2. Biopsi
Biopsi untuk mengetahui apakah ada keganasan (Mary Baradero dkk,
2005).
F. PENATALAKSANAAN
1. kolaboratif
Kehamilan bisa memperlambat perkembangan endometriosis
karena menstruasi (ovulasi) berhenti selama kehamilan dan
laktasi. Ada beberapa wanita yang menjadi asimptomatis
setelah melahirkan. Fertilitas wanita dengan endometriosis
rendah maka bagi pasangan yang menginginkan anak
memerlukan bantuan medis.
Kontrasepsi oral yang mengandung estrogen yang minimal
dan progestin yang tinggi dapat menyebabkan atrofi
endometrium. Obat-obat antigonadotropik seperti Danasol
dapat juga di pakai untuk menekan kegiatan ovarium. Danasol
dapat menghentikan perkembangan endometrium, mencegah
ovulasi, dan menyebabkan atrofi jaringan endometrium yang
ada di luar uterus (jaringan endometrium ektopik). Kelemahan
dari obat-obat ini adalah sangat mahal, adanya efek samping
seperti mual, cepat lelah, depresi, berat badan bertambah,
menyerupai gejala menopause, dan osteoporosis.
Apabila tidak ada respons terhadap terapi konservatif,
intervensi bedah dapat dilaksankan. Pembedahan laser
laparoskopi adalah pembedahan yang bisa mempertahankan
fertilitas pasien karena pembedahan ini hanya melepas adhesi
dan menghancurkan jaringan endometrium yang ada dalam
rongga pelvis. Bedah radikal meliputi pengangkatan uterus,
tuba fallopi, dan ovarium. Endometriosis bisa berhenti ketika
menopause.
2. Mandiri
Pasien perlu merasa yakin bahwa endometriosis dapat
diobati. Perlu diterapkan kepada pasien efek samping dari obat-
obat yang dipakainya, strategi untuk menangani nyeri yang kronis
juga perlu dijelaskan (Mary Baradero dkk, 2005).
G. KOMPLIKASI
1. Obstruksi ginjal dan penurunan fungsi ginjal karena endometriosis
dekat kolon atau ureter.
2. Torsi ovarium atau ruptur ovarium sehingga terjadi peritonitis
karena endometrioma.
3. Infertilitas, ditemukan pada 30% – 40% kasus. Endometriosis
merupakan penyebab infertilitas kedua terbanyak pada wanita.
(Mansjoer, 2001)
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pernah terpapar agen toksin berupa pestisida, atau pernah ke daaerah pengolahan
produksi kertas, serta terkena limbah pembakaran sampah medis dan sampah
perkotaan.
- Nyeri ovulasi
- Nyeri pelvis terasa berat dan nyeri menyebar ke dalam paha, dan nyeri pada
bagian abdomen bawah selama siklus menstruasi.
- Nyeri akibat latihan fisik atau selama dan setelah hubungan seksual
- Menorrhagia
- Feces berdarah
- Konstipasi
Memiliki ibu atau saudara perempuan (terutama saudara kembar) yang menderita
endometriosis
4. Riwayat obstetri dan menstruasi
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
b. Kaji lokasi nyeri dengan memantau lokasi yang ditunjuk oleh klien.
Rasional: untuk mendapatkan sumber nyeri.
Kriteria hasil:
intervensi:
a. Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien setiap___
rasional: dengan mengetahui tingkat kecemasan pasien perawat dapat melakukan
tindakan keperawatan yang sesuai dengan kebutuhan pasien saat ini.
b. Selidiki dengan pasien tentang teknik yang telah dimiliki, dan belum dimilki
Rasional: menentukan kemampuan pengambilan keputusan pada pasien
c. Sediakan informasi faktual menyangkut diagnosis, perawatan dan prognosis
Rasional: mengurangi takut
http://missrani.multiply.com/journal/item/45/endometriosis