Anda di halaman 1dari 17

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Hidrosefalus


Hydrocefalus adalah akumulasi cairan cerebrospinal (CSS) dalam ventrikel
serebral, ruang subacarhnoid, atau ruang sub dural (NANDA, NIC-NOC, 2012).
Hidrosefalus adalah akumulasi cairan serebro spinal dalam ventrikelserebral,
ruang subarachnoid atau ruang subdural (Suriadi dan Yuliani, 2001).
Hidrosefalus merupakan keadaan patologis otak yang mengakibatkan
bertmbahnya cairan serebro spinalis tanpa atau pernah dengan tekanan intracranial
yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya cairan
serebro spinal (Ngastiyah,2007).
Hidrosefalus merupakan sindroma klinis yang dicirikan dengan dilatasi yang
progresif pada system ventrikuler cerebral dan kompresi gabungan dari jaringan –
jaringan serebral selama produksi CSF berlangsung yang meningkatkan kecepatan
absorbsi oleh vili arachnoid. Akibat berlebihannya cairan serebrospinalis dan
meningkatnya tekanan intrakranial menyebabkan terjadinya peleburan ruang –
ruang tempat mengalirnya liquor (Mualim, 2010).

2.2 Klasifikasi Hydrocephalus


Menurut waktu pembentukan hidrosefalus pada anak di bedakan menjadi dua,
yaitu :
1. Konginetal : Hidrocefalus sudah diderita sejak bayi dilahirkan. Sehingga
pada saat lahir keadaan otak bayi terbentuk kecil. Terdesak oleh banyaknya
cairan didalam kepala dan tingginya tekanan intrakranial sehingga
pertumbuhan sel otak terganggu.
2. Di dapat : Bayi/anak mengalaminya pada saat sudah besar dengan
penyebabnya adalah penyakit-penyakit tertentu misalnya trauma kepala
yang menyerang otak dan pengobatannya tidak tuntas.

1
Berdasarkan letak obstruksi CSF hidrosefalus pada bayi dan anak ini juga
terbagi dalam dua bagian yaitu :
1. Hidrosefalus Komunikans
Hidrosefalus yang memperlihatkan adanya hubungan antara CSS sistem
ventrikel dan CSS dari ruang subarakhnoidalis terhambat.Gangguan
absorbsi CSS dapat disebabkan sumbatan sisterna subaroknoid disekeliling
batang otak atau obliterasi ruang subarakhnoid sepanjang otak, seluruh
sistem ventrikel terdistensi
2. Hidrosefalus Non komunikan / Obstruktif
CSS sistem ventrikel tidak berhubungan dengan CSS ruang subarakhnoid
misal aquaduktus sylvii menyempit atau tersumbat.Terdapat hambatan
sirkulasi CSS dalam sistem ventrikel sendiri akibatnya cairan ventrikal tidak
dapat mencapai ruang subarakhnoid.Terjadi pembesaran sistem ventrikel di
proksimal obstruksi

2.3 Etiologi Hidrosefalus


Penyebab penyumbatan aliran CSS yang sering terdapat pada bayi (NANDA,
NIC-NOC, 2012) adalah:

1. Kelainan bawaan
a. Stenosis Aquaductus sylvii
merupakan penyebab yang paling sering pada bayi/anak (60-90%)
Aquaductus dapat berubah saluran yang buntu sama sekali atau abnormal
ialah lebih sempit dari biasanya. Umumnya gejala Hidrocefalus terlihat
sejak lahir/progresif dengan cepat pada bulan-bulan pertama setelah lahir.

b. Spina bifida dan cranium bifida


Biasanya berhubungan dengan sindrom Arnold-Chiari akibat tertariknya
medula spinalis dengan medula oblongata dan cerebelum, letaknya lebih
rendah dan menutupi foramen magnum sehingga terjadi penyumbatan
sebagian/total.

2
c. Sindrom Dandy-Walker
Merupakan atresia congenital foramen luscha dan mengendie dengan
akibat Hidrocefalus obstruktif dengan pelebran sistem ventrikel terutama
ventrikel IV sehingga merupakan krista yang besar di daerah losa
posterior.

d. Kista Arachnoid
Dapat terjadi conginetal membagi etiologi menurut usia

2. Anomali pembuluh darah


3. Infeksi
4. Perdarahan
5. Neoplasma.

2.4 Patofisiologi Hidrosefalus


Hidrocephalus ini bisa terjadi karena konginetal (sejak lahir), infeksi
(meningitis, pneumonia, TBC), pendarahan di kepala dan faktor bawaan (stenosis
aquaductus sylvii) sehingga menyebabkan adanya obstruksi pada system
ventrikuler atau pada ruangan subarachnoid, ventrikel serebral melebar,
menyebabkan permukaan ventrikuler mengkerut dan merobek garis ependymal.
White mater dibawahnya akan mengalami atrofi dan tereduksi menjadi pita yang
tipis. Pada gray matter terdapat pemeliharaan yang bersifat selektif, sehingga
walaupun ventrikel telah mengalami pembesaran gray matter tidak mengalami
gangguan. Proses dilatasi itu dapat merupakan proses yang tiba – tiba / akut dan
dapat juga selektif tergantung pada kedudukan penyumbatan. Proses akut itu
merupakan kasus emergency.
Pada bayi dan anak kecil sutura kranialnya melipat dan melebar untuk
mengakomodasi peningkatan massa cranial. Jika fontanela anterior tidak tertutup
dia tidak akan mengembang dan terasa tegang pada perabaan. Stenosis aquaductal
(Penyakit keluarga / keturunan yang terpaut seks) menyebabkan titik pelebaran
pada ventrikel laterasl dan tengah, pelebaran ini menyebabkan kepala berbentuk
khas yaitu penampakan dahi yang menonjol secara dominan (dominan Frontal
blow). Syndroma dandy walkker akan terjadi jika terjadi obstruksi pada foramina
di luar pada ventrikel IV. Ventrikel ke IV melebar dan fossae posterior menonjol

3
memenuhi sebagian besar ruang dibawah tentorium. Klien dengan tipe
hidrosephalus diatas akan mengalami pembesaran cerebrum yang secara simetris
dan wajahnya tampak kecil secara disproporsional.

4
PATHWAY
Infeksi

Perdarahan
Perlekatan meningen

Fibrosis
Liptomeningen Kelainan Kongenital Obliterasi Subasakhnoid

Hidrocefalus

Kepala CSS Berlebih Peningkatan TIK


membesar

Penekanan saraf Gangguan aliran


lokal darah ke otak

Sekresi prostagladin,
Kulit meregang hingga tipis /
bradikinin
dilakukan operasi vp shunt Gangguan perfusi
jaringan serebral

Nyeri

Saraf tertekan ( N.Vagus,


Kerusakan glosofaringeal, facialis)
integritas kulit

Mual / muntah
Anoreksia

Kekurangan
cairan
Nutrisi kurang dari
Krisis pada keluarga kebutuhan

5
Kurang Kurang info Kecemasan
pengetahuan
2.5 Manifestasi Klinis Hidrosefalus
Manifestasi klinis Hidrosefalus dibagi menjadi 2 yaitu : anak dibawah usia 2
tahun, dan anak diatas usia 2 tahun.
1. Hidrosefalus dibawah usia 2 tahun
1) Sebelum usia 2 tahun yang lebih menonjol adalah pembesaran kepala.
2) Ubun-ubun besar melebar, terba tegang/menonjol dan tidak berdenyut.
3) Dahi nampak melebar dan kulit kepala tipis, tegap mengkilap dengan
pelebaran vena-vena kulit kepala.
4) Tulang tengkorak tipis dengan sutura masih terbuka lebar cracked pot sign
yakni bunyi seperti pot kembang yang retak pada perkusi.
5) Perubahan pada mata.
2. Hydrochepalus pada anak diatas usia 2 tahun.
1) Yang lebih menonjol disini ialah gejala-gejala peninggian tekanan intra
kranial oleh karena pada usia ini ubun-ubun sudah tertutup.

2.6 Komplikasi Hidrosefalus


1) Peningkatan tekanan intrakranial
2) Kerusakan otak
3) Infeksi:septikemia,endokarditis,infeksiluka,nefritis,meningitis,ventrikulitis
dan abses otak.
4) Shunt tidak berfungsi dengan baik akibat obstruksi mekanik.
5) Hematomi subdural, peritonitis,adses abdomen, perporasi organ dalam
rongga abdomen,fistula,hernia, dan ileus.
6) Kematian

2.7 Pemeriksaan Penunjang Hidrosefalus


1) Pemeriksaan fisik:
- Pengukuran lingkaran kepala secara berkala. Pengukuran ini penting
untuk melihat pembesaran kepala yang progresif atau lebih dari normal
- Transiluminasi
2) Pemeriksaan darah:
- Tidak ada pemeriksaan darah khusus untuk hidrosefalus

6
3) Pemeriksaan cairan serebrospinal:
- Analisa cairan serebrospinal pada hidrosefalus akibat perdarahan atau
meningitis untuk mengetahui kadar protein dan menyingkirkan
kemungkinan ada infeksi sisa
4) Pemeriksaan radiologi:
- X-foto kepala: tampak kranium yang membesar atau sutura yang
melebar.
- USG kepala: dilakukan bila ubun-ubun besar belum menutup.
- CT Scan kepala: untuk mengetahui adanya pelebaran ventrikel dan
sekaligus mengevaluasi struktur-struktur intraserebral lainnya

2.8 Pentalaksanaan Medis Hidrosefalus


1. Pencegahan
Untuk mencegah timbulnya kelainan genetic perlu dilakukan penyuluhan
genetic, penerangan keluarga berencana serta menghindari perkawinan
antar keluarga dekat. Proses persalinan/kelahirandiusahakan dalam batas-
batas fisiologik untuk menghindari trauma kepala bayi. Tindakan
pembedahan Caesar suatu saat lebih dipilih dari pada menanggung resiko
cedera kepala bayi sewaktu lahir.
2. Terapi Medikamentosa
Hidrosefalus dewngan progresivitas rendah dan tanpa obstruksi pada
umumnya tidak memerlukan tindakan operasi. Dapat diberi asetazolamid
dengan dosis 25 – 50 mg/kg BB. Pada keadaan akut dapat diberikan menitol.
Diuretika dan kortikosteroid dapat diberikan meskipun hasilnya kurang
memuaskan. Pembarian diamox atau furocemide juga dapat diberikan.
Tanpa pengobatan “pada kasus didapat” dapat sembuh spontan ± 40 – 50 %
kasus.
3. Pembedahan
Terapi pembedahan
Terapi bedah merupakan pilihan yang lebih baik. Alternatif lain selain
pemasangan shunt antara lain : Pemasangan shunt dilakukan pada sebagian
besar pasien. Hanya 25 persen pasien hidrosefalus yang berhasil diterapi

7
tanpa pemasangan shunt. Prinsip dari pemasangan shunt adalah
mempertahankan hubungan antara CSS dan rongga drainase (peritoneum,
atrium kanan, pleura). Beberapa alternatif pemasangan shunt antara lain :

1) Ventriculoperitoneal (VP) shunt yang paling banyak digunakan. Lokasi


proksimal biasanya terletak di ventrikel lateral. Kelebihan shunt ini
yaitu tidak diperlukannya pemanjangan selang shunt yang disesuaikan
dengan pertumbuhan anak karena kita dapat meletakkan cateter yang
panjang di dalam rongga peritoneum.
2) Ventriculoatrial (VA) shunt, juga disebut vascular shunt, dipasangang
melalui vena jugularis dan vena cava superior masuk ke dalam atrium
kanan jantung. Shunt jenis ini dipilih jika didapatkan kelainan pada
rongga abdomen, seperti peritonitis, obesitas morbid, atau pasien baru
melakukan pembedahan pada abdomen. Shunt ini membutuhkan
pemanjangan ulang seiring dengan pertumbuhan anak.

Ventriculoperitoneal Shunt

Ventriculoperitoneal Shunt adalah prosedur pembedahan yang dilakukan


untuk membebaskan tekanan intrakranial yang diakibatkan oleh terlalu banyaknya
cairan serbrospinal (hidrosefalus). Cairan dialirkan dari ventrikel di otak menuju
rongga peritoneum.

Komplikasi Ventriculoperitoneal Shunt

Sejumlah komplikasi dapat terjadi setelah pemasangan ventriculoperitoneal


shunt untuk manajemen hidrosefalus. Komplikasi ini termasuk infeksi, blok,
subdural hematom, ascites, CSSoma, obstruksi saluran traktus gastrointestinal,
perforasi organ berongga, malfungsi, atau migrasi dari shunt. Migrasi dapat terjadi
pada ventrikel lateralis, mediastinum, traktus gastrointestinal, dinding abdomen,
vagina, dan scrotum.

Infeksi
Infeksi shunt didefinisikan sebagai isolasi organisme dari cairan ventrikuler,
selang shunt, reservoir dan atau kultur darah dengan gejala dan tanda klinis
menunjukkan adanya infeksi atau malfungsi shunt, seperti demam, peritonitis,

8
meningitis, tanda-tanda infeksi di sepanjang jalur selang shunt, atau gejala yang
tidak spesifik seperti nyeri kepala, muntah, perubahan status mental dan kejang.
Infeksi merupakan komplikasi yang paling ditakutkan pada kelompok usia
muda. Sebagian besar infeksi terjadi dalam 6 bulan setelah prosedur dilakukan.
Infeksi yang terjadi biasanya merupakan bakteri staphylococcus dan
propionibacterial. Infeksi dini terjadi lebih sering pada neonatus dan berhubungan
dengan bakteri yang lebih virulen seperti Escherichia coli. Shunt yang terinfeksi
harus dikeluarkan, CSS harus disterilkan, dan dilakukan pemasangan shunt yang
baru. Terapi shunt yang terinfeksi hanya dengan antibiotik tidak direkomendasikan
karena bakteri dapat di tekan untuk jangka waktu yang lama dan bakteri kembali
saat antibiotik diberhentikan.
Subdural hematom
Subdural hematom biasanya terjadi pada orang dewasa dan anak-anak
dengan perkembangan kepala yang telah lengkap. Insiden ini dapat dikurang
dengan memperlambat mobilisasi paska operasi. Subdural hematom diterapi
dengan drainase dan mungkin membutuhkan oklusi sementara dari shunt.
4. Terapi
Pada dasarnya ada 3 prinsip dalam pengobatan hidrosefalus, yaitu :
1) mengurangi produksi CSS
2) Mempengaruhi hubungan antara tempat produksi CSS dengan tempat absorbsi
3) Pengeluaran likuor ( CSS ) kedalam organ ekstrakranial.
Penanganan hidrosefalus juga dapat dibagi menjadi :
1. Penanganan sementara
Terapi konservatif medikamentosa ditujukan untuk membatasi evolusi
hidrosefalus melalui upaya mengurangi sekresi cairan dari pleksus khoroid atau
upaya meningkatkan resorbsinya.
2. Penanganan alternatif ( selain shunting )
Misalnya : pengontrolan kasus yang mengalami intoksikasi vitamin A, reseksi
radikal lesi massa yang mengganggu aliran likuor atau perbaikan suatu malformasi.
saat ini cara terbaik untuk malakukan perforasi dasar ventrikel dasar ventrikel III
adalah dengan teknik bedah endoskopik.

9
3. Operasi pemasangan “ pintas “ ( shunting )
Operasi pintas bertujuan mambuat saluran baru antara aliran likuor dengan
kavitas drainase. pada anak-anak lokasi drainase yang terpilih adalah rongga
peritoneum. baisanya cairan ceebrospinalis didrainase dari ventrikel, namun kadang
ada hidrosefalus komunikans ada yang didrain rongga subarakhnoid lumbar. Ada 2
hal yang perlu diperhatikan pada periode pasca operasi, yaitu pemeliharaan luka
kulit terhadap kontaminasi infeksi dan pemantauan. kelancaran dan fungsi alat
shunt yang dipasang. infeksi pada shunt meningkatkan resiko akan kerusakan
intelektual, lokulasi ventrikel dan bahkan kematian.

10
2.9 Asuhan Keperawatan Teoritis Hidrosefalus
2.9.1 Pengkajian Keperawatan Hidrosefalus
Proses asuhan keperawatan pada klien dengan hidrosefalus di awali dengan
pengkajian, diagnosis, dan intervensi keperawatan.

1. PENGKAJIAN
1.1 Anamnesa
1) Pengumpulan data : nama, usia, jenis kelamin, suku/bangsa, agama,
pendidikan, pekerjaan, alamat.
2) Kaji Riwayat penyakit / keluhan utama
Muntah, gelisah nyeri kepala, lethargi, lelah apatis, penglihatan ganda,
perubahan pupil, kontriksi penglihatan perifer.

3) Kaji Riwayat Perkembangan

Kelahiran : Prematur. Pada waktu lahir menangis keras atau tidak. Apakah
pernah terjatuh dengan kepala terbentur dan keluhan sakit perut.

1.2 Pemeriksaan Fisik

1) Inspeksi :

- Anak dapat melihat keatas atau tidak.

- Adanya Pembesaran kepala.

- Dahi menonjol dan mengkilat. Serta pembuluh darah terlihat jelas.

2) Palpasi :

- Ukur lingkar kepala : Kepala semakin membesar.

- Fontanela : fontanela tegang keras dan sedikit tinggi dari permukaan


tengkorak.

3) Pemeriksaan Mata :

- Akomodasi.

- Gerakan bola mata.

- Luas lapang pandang

- Konvergensi.

11
Didapatkan hasil : alis mata dan bulu mata keatas, tidak bisa melihat keatas.
Stabismus, nystaqmus, atropi optic.

1.3 Observasi Tanda –tanda vital

Didapatkan data – data sebagai berikut :

- Peningkatan sistole tekanan darah.

- Penurunan nadi / Bradicardia.

- Peningkatan frekuensi pernapasan.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pada pasien anak dengan Hydrocephalus diagnosa yang dapat muncul, yaitu :

1. Perfusi jaringan serebral tidak efektif berhubungan dengan peningkatan


tekanan intrakranial.
2. Potensial terhadap perubahan integritas kulit kepala berhubungan dengan
ketidak mampuan bayi dalam mengerakan kepala akibat peningkatan
ukuran dan berat kepala
3. Potensial komplikasi peningkatan tekanan intrakranial berhubungan
akumulasi cairan serebrospinal.
4. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tua tentang penyakit
anaknya.

12
13
14
15
16
DAFTAR PUSTAKA
Mc Closky & Bulechek. (2002). Nursing Intervention Classification (NIC). United
States of America:Mosby.
Meidian, JM. (2002). “Nursing Outcomes Classification (NOC).United States of
America:Mosby.
Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (untuk perawat dan bidan).
Jakarta: Salemba Medika.
Riyadi. 2009. Asuhan Keperawatan pada Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu

17

Anda mungkin juga menyukai