Anda di halaman 1dari 16

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Penelitian Kombinasi (Mixed Methods Research)


Penelitian kombinasi (mixed methods) merupakan pendekatan penelitian yang
mengkombinasikan atau mengasosiasikan penelitian kualitatif dan penelitian
kuantitatif. Pendekatan ini melibatkan asumsi-asumsi filosofis, aplikasi
pendekatan kuantitatif dan kualitatif, serta pencampuran kedua pendekatan
tersebut dalam satu penelitian. Penelitian ini lebih kompleks dari sekadar
mengumpulkan dan menganalisis dua jenis data karena melibatkan juga fungsi
dari dua pendekatan secara kolektif sehingga kekuatan penelitian ini secara
keseluruhan lebih besar jika dibandingkan dengan penelitian kuantitatif atau
penelitian kualitatif (Creswell, 2014).
Sugiyono (2014) juga menyatakan bahwa metode penelitian kombinasi adalah
suatu metode penelitian yang mengkombinasikan atau menggabungkan antara
metode kuantitatif dan kualitatif untuk digunakan secara bersama-sama dalam
suatu kegiatan penelitian, sehingga diperoleh data yang lebih komprehensif, valid,
reliabel, dan obyektif. Dalam pelaksanaannya metode kualitatif dan kuantitatif
yang digunakan tersebut dapat digunakan secara bergantian. Pada tahap pertama
menggunakan metode kualitatif, sehingga ditemukan hipotesis, selanjutnya
hipotesis tersebut diuji dengan metode kuantitatif. Kedua metode penelitian tidak
dapat digabungkan dalam waktu bersamaan, tetapi hanya teknik pengumpulan
data yang dapat digabungkan.
Adapun tujuan dari metode penelitian kombinasi yaitu berisi tujuan penelitian
secara keseluruhan, informasi mengenai unsur penelitian kualitatif dan penelitian
kuantitatif, dan alasan atau rasionalisasi mencampur dua unsur tersebut guna
meneliti suatu isu atau masalah penelitian. Secara umum terdapat empat tujuan
dari penggunaan metode penelitian campuran, yaitu sebagai berikut:
1. Untuk lebih memahami isu atau masalah penelitian dengan
mengtriangulasikan data kualitatif yang berupa perincian-perincian
deskiriptif dengan data kuantitatif yang berupa angka-angka.

3
4

2. Untuk mendapatkan hasil-hasil statistik kuantitatif dari suatu sampel tertentu,


kemudian menindaklanjutinya dengan mengobservasi atau mewawancarai
sejumlah individu guna memperoleh penjelasan lebih mendalam tentang hasil
statistik yang sudah didapatkan.
3. Untuk mengeksplorasi suatu pandangan partisipan (kualitatif) untuk
selanjutnya dianalisis berdasarkan sampel yang luas (kuantitatif).
4. Untuk mengungkap hak-hak dan kecenderungan-kecenderungan dari suatu
kelompok atau individu-individu yang tertindas.

Terdapat dua desain dalam penelitian kombinasi, yaitu sequential design dan
concurrent design. Sequential design terdiri dari tiga macam, yaitu sequential
explanatory design, sequential exploratory design, dan sequential transformative
design. Sedangkan concurrent design terdiri dari concurrent triangulation design,
concurrent embedded design, dan concurrent transformative design.
1) Model Sequential
Metode ini dikatakan sequential, karena penggunaan metode
dikombinasikan secara berurutan. Bila urutan pertama menggunakan metode
kuantitatif dan urutan kedua menggunakan kualitatif, maka metode tersebut
dinamakan kombinasi model sequential explanatory dan bila urutan pertama
menggunakan metode kualitatif dan urutan kedua menggunakan metode
kuantitatif, maka metode tersebut dinamakan metode penelitian kombinasi
model sequential exploratory.
a. Sequential Explanatory Design
Metode penelitian kombinasi model sequential explanatory, dicirikan
dengan pengumpulan data dan analisis data kuantitatif pada tahap pertama,
dan diikuti dengan pengumpulan data dan analisis data kualitatif pada tahap
ke dua, guna memperkuat hasil penelitian kuantitatif yang dilakukan pada
tahap pertama. Berikut langkah-langkah penelitian desain sequential
explanatory.
5

Metode kuantitatif, menguji hipotesis

Pengumpulan
Masalah, Landasan Hasil
data dan
Rumusan Teori dan Pengujian
analisis data
Masalah Hipotesis Hipotesis
kualitatif

Metode kualitatif, untuk membuktikan,


memperdalam dan memperluas data
kuantitatif
Penentuan Pengumpulan Analisis data
Kesimpulan
sumber data dan analisis kuantitatif dan
dan Saran
penelitian data kualitatif

(Sugiyono, 2014)
Gambar 1. Tahapan penelitian desain sequential explanatory

b. Sequential Exploratory Design


Metode ini sama dengan metode sequential explanatory, hanya dibalik,
dimana pada metode ini pada tahap awal menggunakan metode kualitatif dan
tahap berikutnya menggunakan metode kuantitatif. Bobot metode lebih pada
metode tahap pertama yaitu metode kualitatif dan selanjutnya dilengkapi
dengan metode kuantitatif. Kombinasi data kedua metode bersifat connecting
(menyambung) hasil penelitian tahap pertama ( hasil penelitian kualitatif) dan
tahap berikutnya ( hasil penelitian kuantitatif). Kelemahan dari metode ini
adalah bahwa penelitian memerlukan waktu, tenaga, dan biaya lebih besar.
Berikut langkah-langkah penelitian desain sequential exploratory.
Metode kualitatif: menemukan hipotesis

Pengumpulan
Masalah dan Temuan
Kajian teori dan analisis
potensi hipotesis
data

Metode kuantitatif : menguji hipotesis

Populasi dan Pengumpulan Kesimpulan


Analisis data
sampel data dan saran

(Sugiyono, 2014)
Gambar 2. Tahapan penelitian desain sequential exploratory
6

c. Sequential Transformative Design


Model ini dilakukan dalam dua tahap dengan dipandu oleh teori lensa
pada setiap prosedur penelitiannya. Tahap pertama bisa menggunakan metode
kuantitatif atau kualitatif dan dilanjutkan pada tahap berikutnya dengan
metode kualitatif dan kuantitatif. Teori lensa dikemukakan pada bagian
pendahuluan proposal penelitian untuk memandu dirumuskannya pertanyaan
penelitian untuk menggali masalah. Berikut langkah-langkah penelitian
desain sequential transformattive.

KUAL  kuan
Teori ilmu sosial, teori kualitatif, pandangan-dunia advokasi

KUAN  kual
Teori ilmu sosial, teori kualitatif, pandangan-dunia advokasi

(Creswell, 2014)
Gambar 3. Tahapan penelitian desain sequential transformattive

2) Model Concurrent
Pada tipe concurrent (campuran) penggabungan dengan cara dicampur dalam
waktu yang sama. Dalam hal ini metode kuantitatif/kualitatif digunakan untuk
menjawab satu jenis rumusan masalah atau satu jenis pertanyaan penelitian.
a. Concurrent Triangulation Strategy
Strategi ini merupakan stretegi yang paling familiar diantara model yang
lain dalam metode kuantitatif/kualitatif/mixed methods. Dalam model ini,
peneliti menggunakan metode kuantitatif dan kualiatif secara bersama-sama,
baik dalam pengumpulan data maupun analisisnya, kemudian
membandingkan data yang diperoleh, untuk kemudian dapat ditemukan mana
data yang dapat digabungkan dan dibedakan.
Dalam model ini, penelitian dilakukan dalam satu tahap tetapi dengan
menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif secara bersama-sama. Bobot
antara metode kuantitatif dan kualitatif yang digunakan dalam penelitian
mestinya seimbang, namun dalam praktiknya bisa metode yang satu bobotnya
7

lebih tinggi atau lebih rendah dari yang lain. Penggabungan data dilakukan
pada penyajian data, interpretasi data dan pembahasan.

Masalah Masalah Masalah


kualitatif sejenis kuantitatif

Memperkuat Landasan teori


peneliti sebagai
human
instrument
Rumusan
hipotesis
Pengumpulan Sumber
data kualitatif data
Pengumpulan
data kuantitatif

Analisis data Analisis data


kualitatif kuantitatif

Meta
analisis

Kesimpulan memperkuat,
memperlemah, bertentangan
(Sugiyono, 2014)
Gambar 4. Tahapan Penelitian concurrent triangulation strategy

b. Concurrent Embedded Strategy


Metode penelitian yang mengkombinasikan penggunaan metode
penelitian kualitatif dan kuantitatif secara simultan/bersama-sama (atau
sebaliknya), tetapi bobot metodenya berbeda. Pada model ini, ada yang
metode primer dan ada yang metode sekunder. Metode primer digunakan
untuk memperoleh data yang utama, dan metode sekunder digunakan untuk
memperoleh data guna mendukung data yang diperoleh dari metode primer.
8

Pengumpulan
dan analisis data
KUANTITATIF
Masalah dan Landasan teori
rumusan masalah dan hipotesis
Pengumpulan
dan analisis data
kualitatif

Kesimpulan dan Penyajian data Analisis data


Saran hasil penelitian KUAN dan kual

(Sugiyono, 2014)
Gambar 5. Metode penelitian kombinasi concurrent embedded,
model metode kuantitatif sebagai metode primer

Pengumpulan
dan analisis
data
KUALITATIF
Fokus dan Kajian Teori
rumusan
masalah Pengumpulan
dan analisis
data kuantitatif

Kesimpulan Penyajian data Analisis data


dan Saran hasil penelitian KUAL dan
kuan

(Sugiyono, 2014)

Gambar 6. Metode penelitian kombinasi concurrent embedded, model


metode kualitatif sebagai metode primer
9

c. Concurrent Transformative Strategy


Metode concurrent transformative merupakan gabungan antara model
triangulation dan embedded. Dua metode pengumpulan data dilakukan pada
satu tahap/fase penelitian dan pada waktu yang sama. Bobot metode bisa
sama dan bisa tidak sama. Penggabungan data dapat dilakukan dengan
merging, connecting, atau embedding ( mencampur dengan bobot sama,
menyambung, dan mencampur dengan bobot tidak sama).

kual
KUAN + KUAL
Teori ilmu sosial, teori KUAN
kualitatif, pandangan dunia Teori ilmu sosial, teori
adovokasi kualitatif, pandangan dunia
adovokasi
(Creswell, 2014)

Gambar 7. Metode penelitian concurrent transformattive

B. Karakteristik Latar Belakang Penelitian Kombinasi


Karakteristik dari penelitian kombinasi yaitu memprioritaskan salah satu di
antara pendekatan kuantitatif atau pendekatan kualitatif yang mencerminkan
prioritas dari penelitian tersebut. Pada penelitian kombinasi tidak ada pembatasan
masalah yang mendasar. Ruang lingkup masalah yang dikaji dalam penelitian
lebih luas karena menggabungkan pendekatan kuantitatif dan kualitatif sehingga
cenderung tidak ada batasan masalah selain keterbatasan waktu, dana, tenaga, dan
teori-teori. Pada penelitian kombinasi, sumber persoalan penelitiannya
berdasarkan fakta lapangan serta teori-teori penelitian sebelumnya. Latar belakang
pun harus memuat penelitian-penelitian sebelumnya yang juga membahas
masalah tersebut, beberapa kekurangan-kekurangan dalam penelitian-penelitian
sebelumnya dan satu kekurangan yang membuat peneliti merasa perlu
mengumpulkan data kuantitatif dan kualitatif secara bersamaan untuk menutupi
kekurangan dari masalah tersebut.
10

C. Karakteristik Penulisan Rumusan Masalah Penelitian Kombinasi


Dalam rumusan masalah, pada penelitian kombinasi rumusan masalah
kuantitatif dapat memadu untuk memperoleh data kualitatif, dan data kualitatif
digunakan untuk menguji, memperdalam, dan memperluas data kuantitatif.
Dengan demikian, jumlah rumusan masalah dalam penelitian kombinasi bisa jadi
lebih banyak. Perumusan masalah dalam metode campuran, dengan mengingat
metode campuran adalah gabungan pendekatan penelitian kualitatif dan
kuantitatif, maka dalam merumuskan masalah mengikuti dan menyesuaikan pada
ketentuan ke dua pendekatan tersebut. Beberapa panduan berikut ini, seperti
dikemukakan Sarwono (2011) sebagai berikut.
(1) Penelitian metode campuran memerlukan dua jenis rumusan masalah yang
mencerminkan penelitian kuantitatif dan kualitatif. Artinya dalam satu kajian
diperlukan dua jenis rumusan masalah yang akan menuntun jalannya kedua
penelitian tersebut, baik yang dilakukan secara bersamaan maupun berututan.
(2) Jika penelitian dilakukan secara berurutan maka sebaiknya rumusan masalah
dibuat sesuai dengan urutannya, misal jika penelitian kuantitatif diikuti
penelitian kualitatif, sebaiknya rumusan masalah penelitian kedua digunakan
untuk mengelaborasi rumusan masalah yang pertama.
(3) Jika penelitian dilakukan bersamaan, maka sebaiknya rumusan masalah sudah
sesuai dengan masing-masing karakteristik penelitian secara terpisah, misal
rumusan masalah untuk tahap penelitian kuantitatif dimulai dengan kata:
“Berapa besar hubungan antara x dan y” atau “berapa besar pengaruh x
terhadap y?’. Sedang untuk rumusan masalah tahap penelitian kualitatif dapat
dimulai dengan kata: “Apa, mengapa, dan bagaimana”.

D. Tata Cara Penulisan Bab II Penelitian Kombinasi


Bab II pada penelitian kombinasi terdiri dari kajian teori, kerangka berfikir,
dan hipotesis. Dalam melakukan kajian teori, pada penelitian kombinasi teori
memiliki fungsi dan peranan yang lebih luas, yaitu :
1) Menjelaskan variabel-variabel yang diteliti melalui pemberian definisi dan
ruang lingkup yang diteliti.
11

2) Memprediksi, yaitu sebagai dasar dalam perumusan hipotesis.


3) Mengendalikan fenomena yang terjadi di lapangan atau situasi sosial.
4) Memberikan penjelasan terhadap hasil penelitian sehingga dapat memadu
peneliti untuk memberikan saran agar situasi dan kondisi kebih baik daripada
sebelumnya.
Jumlah teori yang digunakan tergantung pada jumlah variabel yang diteliti.
Kerangka berfikir yang baik menurut Sukaran (Sugiyono, 2015) memuat hal-
hal berikut ini:
1) Variabel-variabel yang akan diteliti harus dijelaskan
2) Diskusi dalam kerangka berfikir harus dapat menunjukkan dan menjelaskan
pertautan/hubungan antar variabel yang diteliti, dan ada teori yang mendasari.
3) Diskusi harus dapat menunjukkan dan menjelaskan apakah hubungan antar
variabel itu positif atau negatif, berbentuk simetris, kausal atau interaktif.
4) Kerangka berfikir tersebut selanjutnya perlu dinyatakan dalam bentuk
diagram (paradigma penelitian), sehingga pihak lain dapat memahami
kerangka pikir yang dikemukakan dalam penelitian.
Setelah menyusun kerangka berpikir, selanjutnya menyusun hipotesis.
Hipotesis digunakan jika menggunakan penelitian kuantitatif. Hipotesis yang
dikemukakan dapat berbentuk hipotesis deskriptif, komparatif, dan asosiatif.

E. Metodologi Penelitian Kombinasi


1. Teknik Penarikan Sample
Teddlie dan Yu (2007) telah mengembangkan tipologi lima sampling
metode campuran, yaitu:
1. Strategi Dasar; teknik sampling kualitatif dan kuantitatif dikombinasikan.
2. Sampling Konkuren; teknik sampling kualitatif dan teknik sampling
kuantitatif dikombinasikam menjadi prosedur-prosedur sampling yang
independen atau diterapkan secara bersamaan seperti pada instrumen
survey dengan respons tertutup maupun respons terbuka.
3. Sampling Sekuensial; sampel pada tahap kedua diambil untuk digunakan
melengkapi sampel pada tahap pertama.
12

4. Sampling Multilevel; suatu sampling yang diterapkan pada 2 atau lebih


unit analisis.
5. Sampling yang menerapkan bentuk kombinasi berdasarkan pada jenis
metode campuran.
Onwuegbuzie dan Collins (Sarwono, 2011) mengemukakan bahwa dalam
menentukan teknik penarikan sample mempertimbangkan (1) orientasi waktu
kapan penelitian dilakukan (bersamaan atau berurutan), (2) hubungan sampel
yang bersifat identik, paralel, bercabang, dan bertingkat. Setelah dua
pertimbangan ditentukan, kemudian teknik penarikan sampel ditentukan, yaitu
dengan menentukan desain dan ukuran sampel sesuai dengan hubungan
sampel yang ditentukan. Berdasar pertimbangan dan teknik penarikan sampel
tersebut, muncul model penarikan sampel seperti gambar berikut ini.

Orientasi Waktu Hubungan Sampel SkemaSampel

Identik

Paralel
Bersamaan
waktunya Bercabang Memilih
desain
Bertingkat
sampel dan
ukuran
Identik sampel
Berurutan Paralel untuk
penelitian
Bercabang
kuantitatif
Bertingkat
dan
kualitatif

Sumber: Sarwono (2011)


Gambar 8. Model Penarikan Sampel Onwuegbuzie dan Collins

Gambar 8. menunjukkan bahwa dalam menentukan teknik sampling


penelitian metode campuran, langkah pertama harus dilihat bagaimana penelitian
13

metode campuran tersebut akan dilakukan dalam kajian yang sama. Dasar yang
harus diperhatikan adalah orientasi waktu dan pembobotan akan mendominasi
salah satu pendekatan. Berdasarkan pertimbangan waktu akan menentukan,
penelitian dilakukan secara bersamaam atau secara berurutan. Kemudian
pertimbangan lainnya ialah relasi atau hubungan sampel. Onwuegbuzie dan
Collins dalam Sarwono (2011) mengemukakan empat hubungan sebagai berikut.

(1) Relasi identik, menunjuk pada sampel yang sama digunakan untuk penelitian
kuantitatif dan kualitatif. Dalam model ini peneliti menggunakan sampel yang
sama saat yang bersangkutan menggunakan penelitian kuantitatif dan
kualitatif dalam kajian yang sama.
(2) Relasi paralel, dimana sampel untuk penelitian kuantitatif dan kualitatif
berbeda tapi berasal dari populasi yang mempunyai kesamaan kepentingan.
Dalam model ini peneliti mengambil sampel yang berbeda tetapi berasal dari
populasi yang sama
(3) Relasi bercabang, dimana anggota yang sama yang dipilih sebagai sampel
dalam penelitian pertama mewakili, dalam relasi ini anggota yang sama yang
dipilih sebagai sampel dalam penelitian fase pertama mewakili subset dari
orang-orang yang menjadi sampel yang dipilih untuk penelitian lainnya.
(4) Relasi bertingkat, menggunakan dua atau lebih seperangkat sampel yang
ditarik dari berbagai penelitian yang berbeda dan berasal dari populasi yang
berbeda.
Penentuan sampel dalam penelitian metode campuran adalah menyesuaikan
dengan kaidah yang berlaku pada masing-masing pendekatan dan menyesuaikan
dengan tujuan penelitian. Artinya ketika penelitian itu menghendaki data yang
diperoleh dari penelitian kualitatif maka ukuran sampelnya berdasarkan
kaidah/ketentuan ukuran sampel penelitian pendekatan kualitatif. Begitu juga,
kalau data penelitian akan dijaring dengan penelitian kuantitatif maka ukuran
sampel mengikuti ketentuan penelitian kuantitatif. Hal tersebut sama, kalau tujuan
penelitian untuk generalisasi hasil penelitian ke tingkat populasi maka
dipergunakan ukuran sampel yang berlaku dalam penelitian kuantitatif.
14

Terdapat pertimbangan pokok yang harus diperhatikan yaitu pada penelitian


yang menggunakan pendekatan kuantitatif umumnya sampel berukuran besar,
karena ada aturan dalam penelitian ini jika sampel diambil semakin besar, maka
hasil akan mencerminkan kenyataan (populasi). Sementara itu, dalam penelitian
yang menggunakan pendekatan kualitatif umumnya sampel yang digunakan
berjumlah kecil. Karena pada penelitian jenis ini bukan jumlah yang diutamakan
melainkan kualitas sampel yang memiliki informasi banyak terhadap masalah
yang dikaji itu yang diutamakan.

2. Teknik Analisis Data


Pada tahapan analisis data dalam metode kombinasi sangatlah berhubungan
dengan strategi yang dipilih. Analisis data bisa dilakukan berdasarkan pada
pendekatan kualitatif (deskripsi dan analisis teks atau gambaran secara tematik)
dan kuantitatif (analisis angka-angka secara deskriptif dan inferensial), atau antara
dua pendekatan ini. Creswell (2012) menyebutkan beberapa analisis data pada
mixed method yaitu:
1. Transformasi data. Dalam strategi-strategi konkuren, peneliti bisa saja
menghitung data kuantitatif atau sebaliknya peneliti juga dapat
mengalifikasi data kuantitatif.
2. Mengeksplorasi outlier-outlier. Dalam strategi-strategi sekuensial, analisis
data kuantitatif pada tahap pertama dapat menghasilkan kasus-kasus
ekstrim dan outlier. Setelah analisis penliti dapat menindaklanjuti dengan
wawancara kualitatif tentang kasus-kasus outlier tersebut untuk
memperoleh penegtahuan tentang mengapa kasus ini
berbeda/menyimpang dari sampel kuantitatif.
3. Membuat instrumen. Dengan menerapkan salah satu strategi sekuensial
sebelumnya, kumpulkan tema-tema atau statemen tertentu tertentu dari
partisipan pada tahap pertama, selanjutnya gunakan statemen tersebut
sebagai item-item spesifik dan temanya sebagai skala-skla untuk
membuat instrument survey kuantitatif. Pada tahap ketiga, cobalah
15

menvalidasi instrument tersebut dengan sampel yang representative dari


populasi.
4. Menguji level-level ganda. Dengan menerapkan strategi embedded
konkuren, lakukan survey (misalnya, pada kelompok-kelompok) untuk
mengumpulkan hasil-hasil kuantitatif tentang sampel. Pada waktu
bersamaan, lakukan wawancara kualitatif (seperti, pada individu-individu)
untuk mengeksplorasi suatu fenomena berdasarkan pandangan individu-
individu dalam kelompok-kelompok tersebut.
5. Membuat matriks/tabel. Dengan menerapkan salah satu strategi konkuren
yang sudah dijelaskan sebelumnya, kombinasikan informasi-informasi
yang diperoleh dari pengumpulan data kuantitatif dan kualitatif kedalam
bentuk matriks atau tabel.

F. Menulis Hasil Penelitian Kombinasi


Penulisan hasil penelitian kombinasi akan berbeda untuk setiap desainnya.
Jika urutan pertama merupakan penelitian kuantitatif, maka tahap awal hasil
penelitian merupakan hasil dari data-data kuantitatif. Hasil olah statisti ( uji
normalitas, homogenitas) berdasar hipotesis ditulis dalam bentuk tabel kemudian
disimpulkan apakah hipotesisnya ditolak atau diterima. Dilanjutkan dengan
menunjukkan temuan penelitian berupa rumusan masalah serta hasil uji penelitian.
Kemudian penulisan hasil penelitian tahap kedua yakni penelitian kualitatif.
Memuat hasil analisis dari instrumen hasil tes, analisis yang lebih mendalam dari
tes yang dilaksanakan. Jadi pada penelitian kombinasi, hasil penelitiannya yang
ditulis pertama berdasar dari jenis penelitian apa yang digunakan pada tahap
pertama dan selanjutnya.

G. Aplikasi Mixed Methods Research dalam Penelitian Pendidikan


Matematika
Berikut beberapa contoh penerapan penelitian kombinasi pada pendidikan
Matematika yaitu:
16

1. “Kemampuan Konstruksi Bukti dan Berpikir Kritis Matematis Mahasiswa


pada Perkuliahan Struktur Aljabar Melalui Guided Discovery Learning
Pendekatan Motivation to Reasoning and Proving Tasks”.
Penelitian ini menggunakan model sequential explanatory. Penelitian
kuantitatif tahap pertama diarahkan untuk mengungkap adanya pengaruh faktor
pembelajaran terhadap kemampuan siswa dalam konstruksi bukti, pemahaman
bukti, dan berpikir kritis matematis. Temuan atas jawaban dari hipotesis
penelitian tahap pertama merupakan modal awal bagi penelitian tahap kedua.
Penelitian tahap kedua bertujuan untuk mengungkap lebih mendalam dukungan
Guided Discovery Learning melalui Pendekatan Motivation to Reasoning and
Proving Tasks terhadap aspek yang diamati. Adapun tahapan pelaksanaan
penelitiannya seperti di bawah ini.
17

Dalam menentukan sampel, digunakan teknik cluster random sampling.


Instrumen yang digunakan dalam penelitian tersebut yaitu tes, perangkat
pembelajaran, angket, dan lembar observasi.
Pada pelaksanaan analisis data, data kuantitatif diperoleh melalui pekerjaan
mahasiswa pada tes akhir. Data kualitatif diperoleh dari hasil observasi terhadap
aktivitas dosen dengan mahasiswa dalam kegiatan pembelajaran, serta angket
yang disebarkan ke mahasiswa serta hasil wawancara antar dosen dan mahasiswa
yang terpilih. Analisis data kuantitatif diarahkan untuk mengalisis kemampuan
mahasiswa dalam tiga aspek yang diukur yakni kemampuan konstruksi bukti,
pemahaman bukti dan berpikir kritis matematis. Data kuantitatif yang telah
dikelompokkan berdasarkan model pembelajaran dan jenjang kemampuan awal
mahasiswa, dilakukan pengujian persyaratan analisis statistik parametrik sebagai
dasar dalam penggunaan jenis uji hipotesis. Bagian akhir dari analisis data
kuantitatif diarahkan untuk mengetahui pengaruh interaksi secara bersama-sama
antara model pembelajaran dan kemampuan awal mahasiswa.
Penelitian tahap kedua menggunakan metode kualitatif yang merupakan tindak
lanjut dari penelitian tahap pertama. Kajian pendalaman (pemadatan) dilakukan
melalui wawancara peneliti dengan sampel (partisipan) yang dipilih secara teoritis
(theoretical sampling), yakni pengambilan sampel bertujuan, berdasarkan
kebutuhan data pendukung terhadap teori yang dikembangkan. Hasil penelitian
kuantitatif dituliskan terlebih dahulu dilanjutkan pembahasan dari penelitian
kuantitatif, kemudian menunjukkan hasil penelitian kualitatif serta
pembahasannya. Karena penelitian ini menggunakan desain sequential
explanatory.

2. “Efektivitas Metode Problem Posing terhadap Self-Regulated Learning dan


Pemahaman Konsep Matematika Siswa SMP”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pembelajaran matematika
dengan metode problem posing dengan materi relasi dan fungsi efektif. Populasi
penelitian ini adalah peserta didik di SMK Teknika Cisaat. Sampel diambil
dengan teknik purposif, yaitu kelas X Otomotif -7 sebagai kelas eksperimen dan
18

kelas X Mesin -3 sebagai kelas kontrol. Variabel penelitian ini adalah aktivitas
metode problem posing, pemahaman konsep dan Self-regulated learning. Metode
penelitian yang diguanakan adalah mixed method dengan desain penelitiannya
adalah tipe penyisip (The Embedded Design). Instrumen penelitiannya terdiri dari
instrumen tes, yaitu tes pemahaman konsep dan non tes yaitu observasi,
wawancara, Skala Likert Self-Regulated Learning. Data diolah dengan bantuan
software SPSS 16.0 dan Excel 2007. Analisis data menggunakan ANOVA dua
jalur dan uji regresi. Hasil penelitian aktivitas belajar dengan metode problem
posing menunjukkan kriteria baik. Pemahaman konsep matematika peserta didik
yang menggunakan metode problem posing lebih baik daripada metode
ekspositori. Self-Regulated Learning peserta didik yang menggunakan metode
problem posing lebih baik dari metode ekspositori. Begitu pula dengan uji regresi
menunjukan adanya pengaruh positif antara metode problem posing terhadap
pemahaman konsep begitu pula ada pengaruh positif antara SLR dengan
pemahaman konsep. Berdasarkan hasil analisis disimpulkan pembelajaran
matematika dengan metode problem posing terhadap self-regulated learning dan
pemahaman konsep merupakan pembelajaran yang efektif.

Anda mungkin juga menyukai