Laporan Uji Kekerasan
Laporan Uji Kekerasan
PENDAHULUAN
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Pengertian Kekerasan
Kekerasan (Hardness) adalah salah satu sifat mekanik (Mechanical
properties) dari suatu material. Kekerasan suatu material harus diketahui
khususnya untuk material yang dalam penggunaanya akan mangalami pergesekan
(frictional force), dalam hal ini bidang keilmuan yang berperan penting
mempelajarinya adalah Ilmu Bahan Teknik (Metallurgy Engineering). Kekerasan
didefinisikan sebagai kemampuan suatu material untuk menahan beban identasi
atau penetrasi (penekanan). Didunia teknik, umumnya pengujian kekerasan
menggunakan 4 macam metode pengujian kekerasan, yakni :
1. Brinnel (HB / BHN)
2. Rockwell (HR / RHN)
3. Vikers (HV / VHN)
4. Micro Hardness (Namun jarang sekali dipakai-red)
Pemilihan masing-masing skala (metode pengujian) tergantung pada :
a. Permukaan material
b. Jenis dan dimensi material
c. Jenis data yang diinginkan
d. Ketersedian alat uji
2.2 Pengujian Kekerasan
Terdapat tiga jenis umum mengenai ukuran kekerasan yang tergantung cara
melakukan pengujian yaitu:
2.2.1. Metode goresan (scratch hardness)
Metode goresan merupakan perhatian utama para ahli mineral. Pengukuran
kekerasan berbagai mineral dan bahan-bahan yang lain, disusun berdasarkan
kemampuan goresan satu sama yang lain. Ada beberapa metode dalam pengujian
kekerasan antara lain:
dimana :
BHN = nilai kekerasan brinell
P = beban yang diterapkan (kg)
D = diameter bola (mm)
d = diameter lekukan (mm)
Tabel Standar Uji Brinell (ASTM 10)
Diameter Bola Beban (kgf) Angka Kekerasan yang
(mm) Disarankan (HB)
10 3000 96-600
10 1500 48-300
10 500 16-100
2. Metode Rockwell
Metode pengujian kekerasan Rockwell merupakan metode yang paling
sering digunakan unutk mengukur kekerasan karena metode ini mudah
dipraktekkan dan tidak membutuhkan keahlian khusus. Beberapa skala yang
berbeda dapat digunakan unutk kombinasi yang mungkin dari bermacam – macam
indenter dan beban yang berbeda-beda. Indenter ( penekan) terdiri dari bola baja
yang dikeraskan mempunyai diameter antara 1/16, 1/8, ¼, dan ½ in (1.588, 3.175,
6.350, dan 12.70 mm), dan penekan intan yang berbentuk kerucut yang digunakan
untuk material yang sangat keras.
Dengan metode ini, angka kekerasan dapat ditentukan melalui perbedaan
kedalaman dari hasil penekanan dari penerapan beban awal minor dan diikuti oleh
beban mayor, penggunaan beban minor dapat mempertinggi akurasi dari
pengujian. Berdasarkan besar beban dari minor maupun mayor, ada dua tipe
pengujian yaitu Rockwell dan Superficial Rockwell. Untuk Rockwell, beban
minor adalah 10kgf, dimana beban mayor adalah 60, 100, dan 150 kgf. Masing –
masing skala diwakili oleh huruf –huruf alphabet yang ada di tabel. Untuk
Superficial Rockwell, beban minornya 3 kgf dan beban mayornya 15, 30, dan 45
kgf. Skala ini diidentifikasi dengan 15, 30, atau 45 (berdasarkan beban) diikuti
dengan N, T, W, X, atau Y, tergantung pada penekan. Pengujian Superficial
biasanya digunakan untuk spesimen tipis.
Ketika menentukan kekerasan Rockwell dan Superficial, angka kekerasan
dan skalanya harus ditunjukan. Skala ditunjukan dengan simbol HR diikuti
dengan penunjukan skala yang tepat. Contohnya 80 HRB menunjukan kekerasan
Rockwell 80 pada skala B dan 60HR30W menunjukan kekerasan Superficial
60pada skala 30W.
Untuk masing – masing skala kekerasannya dapat mencapai 130, namun nilai
kekerasan meningkat diatas 100 atau menurun dibawah 20 pada skala berapapun,
mereka menjadi tidak akurat. Ketidakakuratan juga dapat dialami jika spesimen
terlalu tipis. Ketebalan spesimen seharusnya paling tidak 10 kali dari kedalaman
penekanan.
Gambar Mata Tekan Uji Kekerasan Rockwell dan Proses Pengujian Rockwell
3. Metode Vickers
Metode ini mirip dengan metode Brinell tetapi penetrator yang dipakai berupa
intan berbentuk piramida dengan dasar bujur sangkar dan sudut puncak 136 0.
Beban yang digunakan biasanya 1 s/d 120 kg [6].
d1 d 2
d
2
P
HV 1,854
L2
dimana:
P = Beban yang ditetapkan
L = Panjang diagonal rata-rata
5. Metode Meyer
Metode Meyer hampir sama dengan Metode Brinell, yang membedakan
adalah pada Meyer yang diperhatikan adalah projected area pada bekas indentasi
sedangkan pada Brinell adalah pada luas area permukaan. Rata – rata tekanan
antara permukaan indentor dan indentasinya sama dengan beban dibagi projected
area dari bekas indentasi.
P
P
r 2
Cara menghitung kekerasan dengan metode Meyer atau MHN V
4P
MHN
d 2
dimana
MHN = nilai kekerasan Meyer
P = Beban yang diberikan
d = diameter penekanan
Seperti uji kekerasan Brinell, uji kekerasan Meyer memiliki satuan kg/mm2.
Uji Meyer kurang sensitif dibandingkan dengan uji kekerasan Brinell. Untuk
pengerjaan pendinginan pengujian kekerasan Meyer lebih konstan dan valid
dibandingkan dengan uji kekerasan Brinell yang hasilnya berfluktuasi. Uji
kekerasan Meyer lebih fundamental dalam perhitungan kekerasan indentasi
namun secara prakteknya jarang digunakan untuk pengujian kekerasan
8. Metode Peluru
Pada dasarnya metode ini sama dengan metode kerucut, hanya pada metode
ini menggunakan penetrator sebuah peluru baja yang dikeraskan dengan diameter
1/16 inci menggunakan beban tertentu dalam bahannya. Skala yang dipakai adalah
30 s/d 130, dengan skala 30 dianggap beban yang lunak dan 130 adalah beban
yang paling keras.
Prinsip kerjanya mula-mula peluru ditekan pada bahan dengan beban awal
sebesar 10 kgf, kemudian ditambahkan beban utama sebesar 90 kgf. Setelah
beberapa lama beban utama diambil dan pengukur menunjukkan beberapa mm
peluru ke dalam bahan.
Pada metode ini kelebihan dan kekurangannya sama dengan metode kerucut,
karena ketelitiannya tidak akurat, maka metode ini hampir tidak dipakai.
a. b. c.
Gambar Penetrator a.) steel ball 1/8” b.) steel ball 1/16” c.) intan
Uji kekerasan dilakukan dengan menggunakan spesimen-spesimen dengan
syarat-syarat tertentu yang harus terpenuhi. Syarat spesimen untuk uji kekerasan,
yaitu:
1. Permukaan spesimen harus rata (sejajar).
2. Permukaan spesimen harus halus.
3. Permukaan spesimen harus bersih.
4. Jarak indentasi satu dengan yang lain minimal 3d (d = diameter bekas
indentasi).
5. Ketebalan spesimen minimal 10 d (d = diameter bekas indentasi).
Gambar Perbandingan
dari beberapa skala
kekerasan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
BAB IV
PEMBAHASAN
P D d Kekerasan
No. Bahan
Kg mm mm BHN
1. 4,1 268
2. 4,0 285
3. Baja 2000 10 4,0 286
4. 4,1 281
5. 4,0 272
Rata - Rata 278
4.2 Pertanyaan
4.2.1. Jelaskan metode pengukuran kekerasan menurut: Brinnel, Rockwell,
Vickers dan Knoop?
4.2.2. Bagaimanakah analisis hasil pengujian kekerasan yang telah saudara
lakukan?
4.2.3. Mengapa kekerasan suatu bahan munurun jika bahan tersebut dipanaskan?
4.2.4. Jelaskan hubungan antara kekerasan dengan kekuatan?
4.2.5. Jelaskan sumber-sumber kesalahan hasil pengujian kekerasan yang anda
lakukan?
4.3 Jawaban
4.3.1. Metode Pengukuran Kekerasan Menurut: Brinnel, Rockwell, Vickers Dan
Knoop
a. Kekerasan Brinnel
Menurut Brinnel : Uji kekerasan Brinell berupa pembentukan lekukan pada
permukaan logam dengan memakai bola baja berdiameter 10 mm dan diberi
beban 3000 kg. Untuk logam lunak, beban dikurangi hingga tinggal 500 kg, untuk
menghindarkan jejak yang dalam, dan untuk bahan yang sangat keras, digunakan
paduan karbida tungsten, untuk memperkecil terjadinya distorsi indentor. Beban
diterapkan selama selang waktu tertentu, biasanya 30 detik, dan diameter lekukan
diukur dengan mikroskop daya rendah, setelah beban tersebut dihilangkan.
Kemudian dicari harga rata-rata dari 2 buah pengukuran diameter pada jejak yang
berarah tegak lurus, permukaan dimana lekukan akan dibuat harus relatif halus,
bebas dari debu atau kerak.Angka kekerasan Brinell (BHN) dinyatakan sebagai
beban P dibagi luas permukaan lekuakan. Rumus untuk angka kekerasan tersebut
adalah :
BHN = P = P
(πD/2) (D - √ D2 – d2) πDt
Jejak yang relatif besar dari pada kekerasan Brinell memberikan keuntungan
dalam membagikan secara pukul rata ketidakseragaman lokal, selain itu uji Brinell
tidak begitu dipengaruhi oleh goresan dan kekerasan permukaan dibandingkan
dengan uji kekerasan yang lain. Dilain pihak, jejak Brinell yang besar ukurannya,
dapat menghalangi pemakaian uji tersebut untuk benda uji yang kecil, atau pada
bagian yang kritis terhadap tegangan, dimana lekukan yang terjadi dapat
menyebabkan kegagalan (failure).
b. Kekerasan Rockwell
Menurut Rockwell : Metoda pengujian kekerasan Rockwell yaitu
mengindentasi material contoh dengan indentor kerucut intan atau bola baja.
indentor ditekan ke material dibawah beban minor/terkecil pada umumnya 10 kgf.
Ketika keseimbangan telah dicapai, suatu indikasi terlihat pada alat, yang
mengikuti pergerakan indentor dan demikian bereaksi terhadap perubahan
kedalaman penetrasi oleh indentor, ini merupakan angka posisi pertama. Beban
kedua atau beban utama ditambahkan tanpa menghilangkan beban awal, sehingga
akan meningkatkan kedalaman penetrasi. Saat keseimbangan kembali tercapai,
beban utama dihilangkan tetapi beban awal masih tetap diberikan. Dengan
hilangnya beban utama maka akan terjadi recovery parsial dan terjadi
pengurangan jejak kedalaman.Peningkatan kedalaman penetrasi akhir sebagai
hasil aplikasi ini dan kehilangan beban utama digunakan untuk menentukan nilai
kekerasan Rockwell
HR = E – e
c. Kekerasan Vickers
Menurut Vickers : Permukaan benda uji ditekan dengan penetrator intan
berbentuk piramida dasar piramida berbentuk bujur sangkar dan sudut antara dua
bidang miring yang berhadapan 136º. Sudut ini dipilih, karena nilai tersebut
mendekati sebagian besar nilai perbandingan yang diinginkan antara diameter
lekukan dan diameter bola penumbuk pada uji kekerasan Brinell. Karena bentuk
penumbuknya piramid, maka pengujian ini sering dinamakan uji kekerasan
piramidsa intan. Angka kekerasan piramida intan (DPH), atau angka kekerasan
Vickers (VHN atau VPH), didefinisikan sebagai beban dibagi luas permukaan
lekukan. Beban yang biasanya digunakan pada uji Vickers berkisar 1 hingga 120
kg, tergantung kepada kekerasan logam yang diuji. Hal-hal yang menghalangi
keuntungan pemakaian metode Vickers adalah: uji kekerasan Vickers tidak dapat
digunakan untuk pengujian rutin karena pengujian tersebut lamban; memerlukan
persiapan permukaan benda uji yang hati-hati; dan terdapat pengaruh kesalahan
manusia yang besar pada penentuan panjang diagonal. Ketelitian pengukuran
diagonal bekas penekanaan cara Vickers akan lebih tinggi dari pada pengukuran
diameter bekas penekanaan Brinell. Cara Vickers dapat digunakan untuk material
yang sangat keras.
d. Kekerasan Knoop
Menurut Knoop : Metode yang dikembangkan di Amerika Serikat ini
menggunakan indenter intan piramida yang didesain untuk memberikan
penekanan tipis dan panjang, panjangnya adalah tujuh kali lebih besar dari
lebarnya, dan sekitar 30 kali lebih besar dari kedalamannya . Bentuk ini
memberikan keuntungan lebih daripada metode Vickers, karena dapat
memberikan keakuratan yang lebih tinggi dalam perhitungan nilai kekerasan.
Nilai kekerasan Knoop, HK adalah sebagai berikut:
dimana
HK = nilai kekerasan Knoop
L = beban yang diberikan
d = panjang dari diagonal pada micrometer.
4.3.2. Analisis Hasil Pengujian Kekerasan Yang Telah Saudara Lakukan
a. Perhitungan
b. Tabel Data Hasil Perhitungan
P D d Kekerasan
No. Bahan
Kg Mm mm BHN
1. 3,4 53,078
2. 2,6 90,991
3. Alumunium 500 10 2,4 106,157
4. 3,0 67,760
5. 2,2 127,388
Rata – Rata 89,0748
P D d Kekerasan
No. Bahan
Kg Mm mm BHN
1. 4,1 144,760
2. 4,0 151,653
3. Baja 2000 10 4,0 151,653
4. 4,1 144,760
5. 4,0 151,653
Rata – Rata 148,8958
c. Analisa Perhitungan
Dari table pengolahan data hasil perhitungan percobaan brinell dapat dilihat
bahwa:
Alumunium :53,078-127,388 BHN
Baja :144,760-151,653 BHN
Data pengujian kekerasan menggunakan metode pantulan HB di dapat:
Baja : 278 BHN
Dapat dilihat, Angka brinell pada Baja = 278 BHN, sedangan angka brinell
Baja pada perhitungan = 144,760-151,653 BHN. Hal ini menunjukkan bahwa
data yang diperoleh berbeda (lebih besar) dengan data perhitungan.
Sedangkan perhitungan data Alumunium =53,078-127,388 BHN. Data hasil
perhitungan Alumunium tidak dapat dibandingkan dengan data hasil
pengujian. Hal ini dikarenakan pada saat pengujian dilakukan dengan
menggunakan alat yang memakai metode pantulan HL(Lickers) bukan
HB(Brinell).
Dari data perhitungan Brinell didapatkan angka brinell yang tertinggi
terdapat pada baja, hal ini menunjukkan bahwa material baja mempunyai nilai
yang paling besar dibanding yang lain, hal ini menunjukkan material tersebut
memiliki kekerasan yang lebih keras.
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Uji kekerasan Brinell berupa pembentukan lekukan pada permukaan logam
dengan memakai bola baja
5.1.2 Metoda pengujian kekerasan Rockwell yaitu mengindentasi material contoh
dengan indentor kerucut intan atau bola baja.
5.1.3 Metoda pengujian kekerasan Vickers adalah metode pengujian yang
permukaan benda ujinya ditekan dengan penetrator intan berbentuk piramida
dasar piramida berbentuk bujur sangkar dan sudut antara dua bidang miring yang
berhadapan 136º.
5.1.4 Metoda pengujian kekerasan Knoop menggunakan indenter intan piramida
yang didesain untuk memberikan penekanan tipis dan panjang serta memberikan
keuntungan lebih daripada metode Vickers, karena dapat memberikan keakuratan
yang lebih tinggi dalam perhitungan nilai kekerasan.
5.1.5 Pada perhitungan Brinell didapatkan angka brinell yang tertinggi terdapat
pada baja, hal ini menunjukkan bahwa material baja mempunyai nilai yang paling
besar dibanding yang lain, hal ini menunjukkan material tersebut memiliki
kekerasan yang lebih keras.
5.1.6 Semakin keras material maka akan semakin kuat pula material tersebut.
5.1.7 Faktor – factor yang menyebabkan terjadinya kesalahan saat melakukan
pengujian kekerasan:
Permukaannya specimen yang terlalu kecil
Permukaaan benda uji yang berkarat
5.2 Saran