Askep Partus Prematur
Askep Partus Prematur
2.1 Definisi
Partus prematurus, pada haid yang teratur, persalinan preterm dapat didefinisikan sebagai
persalinan yang terjadi antara usia kehamilan 20-37 minggu dihitung dari hari pertama haid
terakhir. (ACOG,1997).
Menurut Wibowo (1997) yang mengutip pendapat dari Herron,dkk. Persalinan prematur adalah
kontraksi uterus yang teratur setelah kehamilan 20 minggu dan sebelum 37 minggu, dengan
interval kontraksi 5 hingga 8 menit atau kurang dan disertai satu atau lebih tanda-tanda berikut :
1. Perubahan serviks yang progresif.
2. Dilatasi serviks 2 cm atau lebih.
3. Penipisan serviks 80%
Firmansyah (2006) mengatakan partus prematur adalah kelahiran bayi pada saat masa kehamilan
kurang dari 259 hari dihitung dari hari terakhir haid ibu.
Menurut Mochtar (1998) partus prematur adalah persalinan pada kehamilan 28 sampai 37
minggu, berat badan lahir 1000 sampai 2500 gram.
Partus prematur adalah persalinan paa umur kehamilan kurang dari 37 mingggu atau berat badan
lahir antara 500 sampai 2499 gram. (Sastrawinata, 2003).
Sedangkan Manuaba (1998) partus prematur adalah persalinan yang terjadi dibawah umur
kehamilan 37 minggu dengan perkiraan berat janin kurang dari 2500 gram.
Jadi, dapat diambil kesimpulan dari pernyataan diatas bahwa : Persalinan prematur adalah
persalinan yang terjadi pada usia kehamilan ibu 20 sampai 37 minggu dengan berat badan bayi
kurrang dari 2500 gram.
2.2 Etiologi
Penyebab sekitar 50% kelahiran premature tidak diketahui. Namun, sepertiga persalinan
premature terjadisetelah ketuban pecah dini (PROM). Komplikasi kehamilan lain, yang
berhubungan dengan persalinan premature, meliputi kehamilan multi janin,hidramnion, serviks
tidak kompeten, plasenta lepas secara premature dan infeksi tertentu (seperti, polinefritis dan
korioamnionitis) (Andersen, Merkatz, 1990).
Pada kebanyakan kasus, penyebab pasti partus prematurus tidak diketahui, namun menurut
Rompas (2004) ada beberapa resiko yang dapat menyebabkan partus prematur, yaitu :
a. Faktor resiko mayor
Kehamilan multiple, hidramnion, anomali uterus, serviks terbuka lebih dari 1 cm pada kehamilan
32 minggu, riwayat abortus pada trimester II lebih dari satu kali, riwayat persalinan prematur
sebelumnya, operasi abdominal pada kehamilan preterm, riwayat operasi konisasi dan iritabilitas
uterus.
b. Faktor resiko minor :
Penyakit yang disertai demam, perdarahan pervaginam setelah kehamilan 12 minggu, riwayat
pielonefitis, merokok lebih dari 10 batang perhari, riwayat abortus trimester II, riwayat abortus
pada trimester I lebih dari satu kali.
Menurut Manuaba (1998), faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya persalinan preterm
(prematur) atau berat badan lahir rendah adalah :
1. Faktor ibu :
Gizi saat hamil yang kurang
Umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun
Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat
Penyakit menahun ibu: hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah (perokok)
Faktor pekerja yang terlalu berat
2. Faktor kehamilan :
Hamil dengan hidramnion
Hamil ganda
Perdarahan antepartum
Komplikasi hamil: pre-eklamsia/eklamsia, ketuabn pecah dini.
3. Faktor janin:
Cacat bawaan
Infeksi dlam rahim.
2.4 Patofisiologi
Enzim sitokinin dan prostaglandin, ruptur membran, ketuban pecah, aliran darah ke plasenta
yang berkurang mengakibatkan nyeri dan intoleransi aktifitas yang menimbulkan kontraksi
uterus, sehingga menyebabkan persalinan prematur.
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
A. Sirkulasi
Hipertensi, Edema patologis (tanda hipertensi karena kehamilan (HKK)), penyakit sebelumnya.
B. Intregitas Ego
Adanya ansietas sedang.
C. Makanan / cairan
Ketidakadekuatan atau penambahan berat badan berlebihan.
D. Nyeri / Katidaknyamanan
Kontraksi intermiten sampai regular yang jaraknya kurang dari 10 menit selama paling sedikit 30
detik dalam 30-60 menit.
E. Pernafasan
Mungkin perokok berat (7-10 rokok perhari)
F. Keamanan
Infeksi mungkin ada (misalnya infeksi saluran kemih (ISK) dan atau infeksi vagina)
G. Seksualitas
Tulang servikal dilatasi
Perdarahan mungkin terlihat
Membran mungkin ruptur (KPD)
Perdarahan trimester ketiga
Riwayat aborsi, persalinan prematur, riwayat biopsi konus
Uterus mungkin distensi berlebihan, karena hidramnion, makrosomia atau getasi multiple.
H. Interaksi sosial
Mungkin tergolong pada kelas sosial yang rendah.
I. Pemeriksaan diagnostik
Ultrasonografi : Pengkajian getasi (dengan berat badan janin 500 sampai 2500 gram)
Tes nitrazin : menentukan KPD
Jumlah sel darah putih : Jika mengalami peningkatan, maka itu menandakan adanya infeksi
amniosentesis yaitu radio lesitin terhadap sfingomielin (L/S) mendeteksi fofatidigliserol (PG)
untuk maturitas paru janin, atau infeksi amniotik.
Pemantauan elektronik : memfalidasi aktifitas uterus / status janin.
3.2 Diagnosa
1. Aktifitas inoleran berhubungan dengan hipersensitivitas otot / seluler.
2. Keracunan, resiko tinggi. Faktor resiko dapat meliputi toksik yang berhubungan dengan dosis /
efek samping tokolitik.
3. Cedera resiko tinggi terhadap janin, berhubungan dengan resiko melahirkan bayi preterm.
4. Ansietas, ketakutan berhubungan dengan krisis situasional, ancaman yng dirasakan atau aktual
pada diri dan janin.
5. Kurang pengetahuan mengenai persalinan preterm, kebutuhan tindakan dan prognosis
berhubungan dengan kesalahan interpretasi atau kurang informasi.
6. Nyeri akut atau ketidaknyamanan berhubungan dengan kontraksi otot dan efek obat-obatan.
3.3 Intervensi
1. Diagnosa : Aktifitas inoleran berhubungan dengan hipersensitivitas otot / seluler.
Tujuan :
Menurunkan tingkat aktifitas.
Intervensi Rasional
Jelaskan alasan perlunya tirah baring, penggunaan posisi rekumben kiri/miring dan penurunan
aktifitas. Tindakan ini ditujukan untuk mempertahankan janin jauh dari serviks dan
meningkatkan perfusi uterus, tirah baring dapat menurunkan peka rangsang uterus.
Berikan tindakan kenyamanan seperti gosokan punggung, perubahan posisi, atau penurunan
stimulus dalam ruangan (misalnya lampu redup) Menurunkan tegangan otot dan kelelahan serta
meningkatkan rasa nyaman.
Kelompokkan aktivitas sebanyak mungkin, seperti pemberian obat tanda vital dan pengkajian.
Meningkatkan kesempatan klien untuk beristirahat lebih lama diantara interupsi untuk tindakan
berikutnya.
Berikan periode tanpa interupsi untuk istirahat/tidur. Meningkatkan istirahat, mencegah
kelelahan, dan dapat meningkatkan relaksasi.
Berikan aktivitas pengalihan, seperti membaca, mendengarkan rasio dan menonton televisi atau
kunjungan dengan teman yang dipilih atau keluarga. Membantu klien dalam koping dengan
penurunan aktifitas .
2. Diagnosa : Keracunan, resiko tinggi. Faktor resiko dapat meliputi toksik yang berhubungan
dengan dosis / efek samping tokolitik
Tujuan :
Mencegah atau meminimalkan cedera materal
Mandiri
Intervensi Rasional
Tempatkan klien pada posisi lateral, tinggikan kepala selama pemberian infus obat IV
Menurunkan iribilitas uterin, meningkatkan perfusi plasenta dan mencegah hipotensi supine.
Pantau tanda vital, auskultasi paru, perhatikan iregularitas jantung dan laporkan dispnea / sesak
dada. Komplikasi, seperti edema pulmoner, disritmia jantung / takikardia, agitasi , dispnea, nyeri
dada dan peningkatan pada volume plasma mungkin terjadi pada pemberian agnosis reseptor
beta (ritrodin, isoxuprin) dan terbutalin sulfat, yang merangsang reseptor beta2 (khususnya pada
penggunaan steroid bersama).
Tibang klien setiap hari Memeriksa potensial perubahan fungsi perkemihan / retensi cairan.
Pantau adanya mengantuk, kemerahan karena panas, depresi pernafasan dan depresi refleks
tendon dalam dengan tepat. Tanda depresi neuromuskular, menandakan meningkatkan kadar
MgSO4 serum.
Sediakan antidot (Kalsium glukonat untuk MgSO4 propanol untuk ritrodin atau terbulatin sulfat).
Pemberian antidot mungkin perlu untuk membalik atau mengatasi efek agen tokoitik.
Kolaborasi
Intervensi Rasional
Bantu sesuai kebutuhan dengan pemeriksaan vagina steril Untuk mengkaji status servikal.
Pemerikasaan vaginal dipertahankan minimum, karena hal ini dapat menambah kepekaan uterus.
Keamanan tokolitik bila serviks berdilatasi lebih dari 4 cm atau menonjol 80% tidak di
dokumentasikan dan secara umum di kontraindikasikan.
Berika larutan IV atau lobus cairan sesuai indikasi. Hidrasi dapatmenurunkan aktifitas uterus.
Sebelum mulai terapi obat, hidrasi meningkatkan klirens ginjal dan meminamalkan hipotensi.
Berikan nifedipine (procardia) di telan dan dikunyah dengan makan dan minum. Nifedipine
dapat diganti dengan terbutalin sulfat. Nifedipin, penyekat saluran kalsium, digunakan secara
percobaan bila obat lain gagal untuk menekan aktifitas uterus.
Pasang kaos kaki antiembolik dan berikan latihan rentang gerka pasif pada kaki setiap 1-2jam.
Mencegah pengumpulan darah pada ekstremitas bawah, yang dapat terjadi karena relaksasi otot
halus.
Pasang kateter indwellng sesuai indikasi. Haluaran urin harus dipantaudan dipertahankan bila
memberikan MgSO4. Haluaran harus pada sedikitknya 30 ml/jam atau 100 ml pada periode 4
jam.
Atur untuk memindahkan klien ke fasilitas resiko tinggi atau pusat perawatan tarsier, bila
aktifitas uterus menetap bersamaan dengan pemberian tokolitik. Membantu menjamin
ketersediaan perawatan intensif yang tepat, yang mungkin diperlukan oleh bayi baru lahir
bersamaan dengan kelahiran preterm.
3. Diagnosa : Cedera resiko tinggi terhadap janin, berhubungan dengan resiko melahirkan bayi
preterm.
Tujuan :
Mempertahankan kehamilan sedikitnya sampai kondisi yang menunjukkan matutitas bayi.
Intervensi Rasional
Kaji kondisi ibu yang di kontraindikasikan terhadap terapi steroid untuk memudahkan maturitas
paru janin. Pada HKK dan korioamnionitis, terapi steroid dapat memperberat hipertensi dan
menutupi tanda infeksi. Steroid dapat meningkatkan glukosa darah pada pasien dengan diabetes.
Obat tidak akan efektif bila tidak mampu menunda kelahiran sedikitnya 48 jam.
Kaji DJJ ; perhatikan adanya aktifitas uterus atau perubahan sevikal. Siapkan terhadap
kemungkinan kelahiran preterm. Tokolitik dapat meningkatkan DJJ. Kelahiran dapat sangat
cepat pada bayi kecil bila kontraksi uterus menetap tidak responsif pada tokolitik, atau bila
perubahan servikal berlanjut.
Tekankan pentingnya perawatan tindak lanjut Jika janin tidak dilahirkan dalam 7 hari dari
pemberian ateroid, dosis harus diulang setiap minggu.
Berikan terapi tokolitik sesuai pesanan Membantu menurunkan aktifitas smiometrial untuk
mencegah / menunda kelahiran dini.
4. Diagnosa : Ansietas, ketakutan berhubungan dengan krisis situasional, ancaman yng dirasakan
atau aktual pada diri dan janin.
Tujuan :
Mengungkapkan pemahaman situasi individu dan kamungkinan hasil akhir.
Intervensi Rasional
Orientasikan klien dan pasangan pada lingkungan persalinan. Membantu klien dan orang
terdekat merasa mudah dan lebih nyaman pada sekitar mereka
Anjurkan penggunaan teknik relaksasi Memungkinkan klien mendapatka keuntungan maksimum
dari periode istirrahat, mencegah kelelahan otot dan memperbaiki aliran darah uterus.
Anjurkan pengungkapan rasa rasa takuk dan masalah. Dapat membantu menurunkan ansietas dan
merangsang identifikasi perilaku koping.
Berikan sedatif bila tindakan lain tidak berhasil Memberikan efek menenangkan dan traquiliser.
5. Diagnosa : Kurang pengetahuan mengenai persalinan preterm, kebutuhan tindakan dan
prognosis berhubungan dengan kesalahan interpretasi atau kurang informasi.
Tujuan :
Mengungkapkan kesadaran tentang implikasi dan kemungkinan hasil persalinan preterm.
Mandiri
Intervensi Rasional
Pastikan pengetahuan klien tentang persalinan preterm dan kemungkinan hasil Membuat data
dasar dan mengidentifikasi kebutuhan
Berikan informasi tentang perawatan tindak lanjut bila klien pulang Klien mungkin perlu
kembali untuk keteraturan pemantauan adan atau tindakan
Anjurkan klien mengosongkan kandung kemih setipa 2 jam saat terjaga. Mencegah tekanan
kandung kemih penuh pada uterus yang peka.
Tinjau ulang kebutuhan cairan setiap hari, misalnya 2 sampai 3 quart (1,9 – 2,81) cairan dan
menghindari kafein. Dehidrasi dap[at menimbulkan peningkatan kepekaan otot uterus.
Kolaborasi
Intervensi Rasional
Tekankan untuk menghindari obat yang dijual bebas sementara agen tokolitik diberikan kecuali
dengan izin dokter. Penggunaan bersamaan dengan obat yang dijual bebas dapat menyebabkan
efek mengganggu, khususnya bila obat yang dijual bebas mempunyai efek samping serupa
dengan agen tokolitik (misalnya, antihistamin atau inhaler dengan efek bronkodilatasi seperti
spinefrin).
Berikan informasi tentang menggunkan tokolitik oral bersama makanan. Makanan memperbaiki
toleransi terhadap obat dan penurunan efek samping
6. Diagnosa : Nyeri akut atau ketidaknyamanan berhubungan dengan kontraksi otot dan efek
obat-obatan.
Tujuan :
Melaporkan ketidaknyamanan menjadi minimal dan terkontrol.
Intervensi Rasional
Percepat proses penerimaan dan lakukan tirah baring pada klien, dngan menggunakan posisi
miring kekiri. Posisi miring kekiri memperbaiki aliran darah uterus dan dapt menurunkan
kepekaan uterus.
Tinjau ulang teknik relaksasi Membantu menurunkan persepsi klien tentang ketidaknyamanan
dan meningkatkan rasa kontrol.
Berikan analgesik sesuai indikasi Analgesik ringan menurunkan tegangan dan ketidaknyamanan
otot.
3.4 Evaluasi
Klien akan menunjukkan kepatuhan terhadap batasan aktifitas yang diprogramkan, jadwal
pengobatan atau keduanya. Klien tidak akan mengalami komplikasi akibat penatalaksanaan obat
yang diprogramkan. Klien akan meneruskan persalinan sampai cukup bulan atau mendekati
aterm. Klien akan melahirkan bayi yang sehat dan matur.
Diposkan oleh RYRI LUMOET di 20:36
http://ryrilumoet.blogspot.com/2009/04/askep-partus-prematur.html
Asuhan Keperawatan Pasien Berat Badan Lahir Rendah
A. PENGERTIAN
Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada waktu
lahir.
Dalam hal ini dibedakan menjadi :
1. Prematuritas murni
Yaitu bayi pada kehamilan < 37 minggu dengan berat badan sesuai.
2. Retardasi pertumbuhan janin intra uterin (IUGR)
Yaitu bayi yang lahir dengan berat badan rendah dan tidak sesuai dengan usia kehamilan.
B. ETIOLOGI
Penyebab kelahiran prematur tidak diketahui, tapi ada beberapa faktor yang berhubungan, yaitu :
1. Faktor ibu
Gizi saat hamil yang kurang, umur kurang dari 20 tahun atau diaatas 35 tahun
Jarak hamil dan persalinan terlalu dekat, pekerjaan yang terlalu berat
Penyakit menahun ibu : hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah, perokok
2. Faktor kehamilan
Hamil dengan hidramnion, hamil ganda, perdarahan antepartum
Komplikasi kehamilan : preeklamsia/eklamsia, ketuban pecah dini
3. Faktor janin
Cacat bawaan, infeksi dalam rahim
4. Faktor yang masih belum diketahui
C. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Prematuritas murni
BB < 2500 gram, PB < 45 cm, LK < 33 cm, LD < 30 cm
Masa gestasi < 37 minggu
Kepala lebih besar dari pada badan, kulit tipis transparan, mengkilap dan licin
Lanugo (bulu-bulu halus) banyak terdapat terutama pada daerah dahi, pelipis, telinga dan
lengan, lemak subkutan kurang, ubun-ubun dan sutura lebar
Genetalia belum sempurna, pada wanita labia minora belum tertutup oleh labia mayora, pada
laki-laki testis belum turun.
Tulang rawan telinga belum sempurna, rajah tangan belum sempurna
Pembuluh darah kulit banyak terlihat, peristaltik usus dapat terlihat
Rambut tipis, halus, teranyam, puting susu belum terbentuk dengan baik
Bayi kecil, posisi masih posisi fetal, pergerakan kurang dan lemah
Banyak tidur, tangis lemah, pernafasan belum teratur dan sering mengalami apnea, otot masih
hipotonik
Reflek tonus leher lemah, reflek menghisap, menelan dan batuk belum sempurna
2. Dismaturitas
Kulit berselubung verniks kaseosa tipis/tak ada,
Kulit pucat bernoda mekonium, kering, keriput, tipis
Jaringan lemak di bawah kulit tipis, bayi tampak gesit, aktif dan kuat
Tali pusat berwarna kuning kehijauan
D. KOMPLIKASI
Sindrom aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum, sindrom distres respirasi, penyakit
membran hialin
Dismatur preterm terutama bila masa gestasinya kurang dari 35 minggu
Hiperbilirubinemia, patent ductus arteriosus, perdarahan ventrikel otak
Hipotermia, Hipoglikemia, Hipokalsemia, Anemi, gangguan pembekuan darah
Infeksi, retrolental fibroplasia, necrotizing enterocolitis (NEC)
Bronchopulmonary dysplasia, malformasi konginetal
E. PENATALAKSANAAN MEDIS
Resusitasi yang adekuat, pengaturan suhu, terapi oksigen
Pengawasan terhadap PDA (Patent Ductus Arteriosus)
Keseimbangan cairan dan elektrolit, pemberian nutrisi yang cukup
Pengelolaan hiperbilirubinemia, penanganan infeksi dengan antibiotik yang tepat
F. ASUHAN KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan Tujuan/Kriteria Rencana Tindakan
1.
2.
Gangguan pertukaran gas b/d kurangnya ventilasi alveolar sekunder terhadap defisiensi surfaktan
Kriteria :
Kebutuhan oksigen
menurun
Nafas spontan, adekuat
Tidak sesak.
Tidak ada retraksi
Kriteria :
Tidak sianosis.
Analisa gas darah normal
Saturasi oksigen normal.
Berikan posisi kepala sedikit ekstensi
Berikan oksigen dengan metode yang sesuai
Observasi irama, kedalaman dan frekuensi pernafasan
3.
4.
Resiko tinggi gangguan keseimbangan keseimbangan cairan dan elektrolit b/d ketidakmampuan
ginjal mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adekuatnya persediaan
zat besi, kalsium, metabolisme yang tinggi dan intake yang kurang adekuat
Resiko tinggi hipotermi atau hipertermi b/d imaturitas fungsi termoregulasi atau perubahan suhu
lingkungan
Hidrasi baik
Kriteria:
Turgor kulit elastik
Tidak ada edema
Produksi urin 1-2 cc/kgbb/jam
Elektrolit darah dalam batas normal
Nutrisi adekuat
Kriteria :
Berat badan naik 10-30 gram / hari
Tidak ada edema
Protein dan albumin darah dalam batas normal
Suhu bayi stabil
Suhu 36,5 0C -37,2 0C
Akral hangat
6.
7.
8.
Resiko tinggi terjadi gangguan perfusi jaringan b/d imaturitas fungsi kardiovaskuler
Kriteria :
Kesadaran composmentis
Gerakan aktif dan terkoordinasi
Tidak ada kejang ataupun twitching
Tidak ada tangisan melengking
Hasil USG kepala dalam batas normal
Kriteria :
Suhu 36,5 0C -37,2 0C
Darah rutin normal
Hindari bayi dari orang-orang yang terinfeksi kalau perlu rawat dalam inkubator
Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi
Lakukan tehnik aseptik dan antiseptik bila melakukan prosedur invasif
9.
10.
11.
Koping keluarga tidak efektif b/d kondisi kritis pada bayinya, perawatan yang lama dan takut
untuk merawat bayinya setelah pulang dari RS
Integritas kulit baik
Kriteria :
Tidak ada rash
Tidak ada iritasi
Tidak plebitis
Kriteria :
Bayi berespon terhadap stimulus
Kaji kulit bayi dari tanda-tanda kemerahan, iritasi, rash, lesi dan lecet pada daerah yang
tertekan
Gunakan plester non alergi dan seminimal mungkin
Ubah posisi bayi dan pemasangan elektrode atau sensor
http://bared18.wordpress.com/2009/04/02/asuhan-keperawatan-bayi-premature/
Askep Bayi Lahir Prematur
Bayi baru lahir dengan umur kehamilan 37 minggu atau kurang saat kelahiran disebut dengan
bayi prematur. Walaupun kecil, bayi prematur ukurannya sesuai dengan masa kehamilan tetapi
perkembangan intrauterin yang belum sempurna dapat menimbulkan komplikasi pada saat post
natal. Bayi baru lahir yang mempunyai berat 2500 gram atau kurang dengan umur kehamilan
lebih dari 37 minggu disebut dengan kecil masa kehamilan, ini berbeda dengan prematur,
walaupun 75% dari neonatus yang mempunyai berat dibawah 2500 gram lahir prematur.
Problem klinis terjadi lebih sering pada bayi prematur dibandingkan dengan pada bayi lahir
normal. Prematuritas menimbulkan imaturitas perkembangan dan fungsi sistem, membatasi
kemampuan bayi untuk melakukan koping terhadap masalah penyakit.
Masalah yang umum terjadi diantaranya respiratory disstres syndrom (RDS), enterocolitis
nekrotik, hiperbilirubinemia, hypoglikemia, thermoregulation, patetnt duktus arteriosus (PDA),
edema paru, perdarahan intraventrikular. Stressor tambahan lain pada infant dan orangtua
meliputi hospitalisasi untuk penyakit pada bayi. Respon orangtua dan mekanisme koping mereka
dapat menimbulkan gangguan pada hubungan antar mereka. Diperlukan perencanaan dan
tindakan yang adekuat untuk permasalahn tersebut.
Bayi prematur dapat bertahan hidup tergantung pada berat badannya, umur kehamilan, dan
penyakit atau abnormalitas. Prematur menyumbangkan 75% - 80% angka kesakitan dan
kematian neonatus.
Etiologi dan faktor presipitasi:
Pengkajian
Riwayat kehamilan
Umur ibu dibawah 16 tahun dengan latar belakang pendidikan rendah
Kehamilan kembar
Status sosial ekonomi, prenatal care tidak adekuat, nutrisi buruk
Kemungkinan penyakit genetik
Riwayat melahirkan prematur
Infeksi seperti TORCH, penyakit menular seksual dan lain sebagainya
Kondisi seperti toksemia, prematur rupture membran, abruptio placenta dan prolaps
umbilikus
Penyalahgunaaan obat, merokok, konsumsi kafeine dan alkohol
Golongan darah, faktor Rh, amniocentesis.
Status bayi baru lahir
Umur kehamilan antara 24 – 37 minggu, berat badan lahir rendah atau besar masa
kehamilan
Berat badan dibawah 2500 gram
Kurus, lemak subkutan minimal
Adanya kelainan fisik yang terlihat
APGAR skore 1 – 5 menit : 0 – 3 mengindikasikan distress berat, 4 – 6 menunjukkan
disstres sedang dan 7 – 10 merupakan nilai normal.
Kardiovaskular
Denyut jantung 120 – 160 x per menit pada sisi apikal dengan irama teratur
Saat kelahiran, terdengar murmur
Gastrointestinal
Protruding abdomen
Keluaran mekonium setelah 12 jam
Kelemahan menghisap dan penurunan refleks
Pastikan anus tanpa/dengan abnormalitas kongenital
Integumen
Cyanosis, jaundice, mottling, kemerahan, atau kulit berwarna kuning
Verniks caseosa sedikit dengan rambut lanugo di seluruh tubuh
Kurus
Edema general atau lokal
Kuku pendek
Kadang-kadang terdapat petechie atau ekimosis
Muskuloskeletal
Cartilago pada telinga belum sempurna
Tengkorak lunak
Keadaan rileks, inaktive atau lethargi
Neurologik
Refleks dan pergerakan pada test neurologik tanpa resistansi
Reflek menghisap, swalowing, gag reflek serta reflek batuk lemah atau tidak efektif
Tidak ada atau minimalnya tanda neurologik
Mata masih tertutup pada bayi dengan umur kehamilan 25 – 26 minggu
Suhu tubuh yang tidak stabil : biasanya hipotermik
Pulmonary
Respiratory rate antara 40 – 60 x/menit dengan periode apnea
Respirasi irreguler dengan nasal flaring, grunting dan retraksi (interkostal, suprasternal,
substrenal)
Terdengar crakles pada auskultasi
Renal
Berkemih terjadi 8 jam setelah lahir
Kemungkinan ketidakmampuan mengekresikan sulution dalam urine
Reproduksi
Perempuan : labia mayora belum menutupi klitoris sehingga tampak menonjol
Laki-laki : testis belum turun secara sempurna ke kantong skrotum, mungkin terdapat
inguinal hernia.
Data penunjang
X-ray pada dada dan organ lain untuk menentukan adanya abnormalitas
Ultrasonografi untuk mendeteksi kelainan organ
Stick glukosa untuk menentukan penurunan kadar glukosa
Kadar kalsium serum, penurunan kadar berarti terjadi hipokalsemia
Kadar bilirubin untuk mengidentifikasi peningkatan (karena pada prematur lebih peka
terhadap hiperbilirubinemia)
Kadar elektrolit, analisa gas darah, golongan darah, kultur darah, urinalisis, analisis feses
dan lain sebagainya.
Diagnosa keperawatan
Dx. 1. Resiko tinggi distress pernafasan berhubungan dengan immaturitas paru dengan
penurunan produksi surfactan yang menyebabkan hipoksemia dan acidosis
Tujuan : Mempertahankan dan memaksimalkan fungsi paru
Tindakan :
Kaji data fokus pada kemungkinan disstres pernafasan yaitu :
Riwayat penyalahgunaan obat pada ibu atau kondisi abnormal selama kehamilan dan
persalinan
Kondisi bayi baru lahir : APGAR score, kebutuhan resusitasi
Respiratory rate, kedalaman, takipnea
Pernafasan grunting, nasal flaring, retraksi dengan penggunaan otot bantu pernafasan
(intercostal, suprasternal, atau substernal)
Cyanosis, penurunan suara nafas
Kaji episode apneu yang terjadi lebih dari 20 detik, kaji keadaan berikut :
Bradykardi
Lethargy, posisi dan aktivitas sebelum, selama dan setelah episode apnea (sebagai
contoh saat tidur atau minum ASI)
Distensi abdomen
Suhu tubuh dan mottling
Kebutuhan stimulasi
Episode dan durasi apnea
Penyebab apnea, seperti stress karena dingin, sepsis, kegagalan pernafasan.
Berikan dan monitor support respiratory sebagai berikut :
Berikan oksigen sesuai indikasi
Lakukan suction secara hati-hati dan tidak lebih dari 5 detik
Pertahankan suhu lingkungan yang normal
Monitor hasil pemeriksaan analisa gas darah untuk mengetahui terjadinya acidosis
metabolik
Berikan oabt-obat sesuai permintaan dokter seperti theophylin IV. Monitor kadar gula
darah setiap 1 – 2 hari.
Dx. 2. Resiko hipotermia atau hipertermia berhubungan dengan prematuritas atau perubahan
suhu lingkungan
Tujuan : Mempertahankan suhu lingkungan normal
Tindakan :
Pertahankan suhu ruang perawatan pada 25 C
Kaji suhu rectal bayi dan suhu aksila setiap 2 jam atau bila perlu
Tempatkan bayi di bawah pemanas atau inkubator sesuai indikasi
Hindarkan meletakkan bayi dekat dengan sumber panas atau dingin
Kaji status infant yang menunjukkan stress dingin
Dx. 3. Defisiensi nutrisi berhubungan dengan tidak adekuatnya cadangan glikogen, zat besi,
dan kalsium dan kehilangan cadangan glikogen karena metabolisme rate yang tinggi, tidak
adekuatnya intake kalori, serta kehilangan kalori.
Tujuan : meningkatkan dan mempertahankan intake kalori yang adekuat pada bayi
Tindakan :
Kaji refleks hisap dan reflek gag pada bayi. Mulai oral feeding saat kondisi bayi stabil
dan respirasi terkontrol
Kaji dan kalkulasikan kebutuhan kalori bayi
Mulai breast feeding atau bottle feeding 2 – 6 jam setelah lahir. Mulai dengan 3 – 5 ml
setiap kali setiap 3 jam. Tingkatkan asupan bila memungkinkan.
Timbang berat badan bayi setiap hari, bandingkan berat badan dengan intake kalori untuk
menentukan pemabatasan atau peningkatan intake
Berikan infus dextrose 10% jika bayi tidak mampu minum secara oral
Berikan TPN dan intralipid jika dibutuhkan
Monitor kadar gula darah
Dx. 4. Ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan imaturitas, radiasi lingkungan, efek
fototherapy atau kehilangan melalui kulit atau paru.
Tujuan : Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
Tindakan :
Kaji dan hitung kebutuhan cairan bayi
Berikan cairan 150 – 180 ml/kg berat badan dan 200 ml/kg berat badan jika dibutuhkan.
Timbang berat badan bayi setiap hari
Monitor dan catat intake dan output setiap hari, bandingkan jumlahnya untuk menentukan
status ketidakseimbangan.
Test urine : spesifik gravity dan glikosuria
Pertahankan suhu lingkungan normal
Kaji tanda-tanda peningkatan kebutuhan cairan :
Peningkatan suhu tubuh
Hipovolemik shock dengan penurunan tejanan darah dan peningkatan denut jantung,
melemahnya denyut nadi, tangan teraba dingin serta motling pada kulit.
Sepsis
Aspiksia dan hipoksia
Monitor potassium, sodium dan kadar chloride. Ganti cairan dan elektrolit dengan
dextrose 10% bila perlu.
Dx. 5. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imaturitas imunologik bayi dan
kemungkinan infeksi dari ibu atau tenaga medis/perawat
Tujuan : Infeksi dapat dicegah
Tindakan :
Kaji fluktuasi suhu tubuh, lethargy, apnea, iritabilitas dan jaundice
Review riwayat ibu, kondisi bayi saat lahir, dan epidemi infeksi di ruang perawatan
Amati sampel darah dan drainase
Lakukan pemeriksaan CBC dengan hitung leukosit, platelets, dan imunoglubolin
Berikan lingkungan yang melindungi bayi dari infekasi :
Lakukan cuci tangan sebelum menyentuh bayi
Ikuti protokol isolasi bayi
Lakukan tehnik steril saat melakukan prosedur pada bayi
Dx. 6. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan rapuh dan imaturitas kulit
Tujuan : Mempertahankan integritas kulit
Tindakan :
Kaji kulit bayi terhadap kemerahan, iritasi, rashes, dan lesi serta keadaan pada area kulit
yang tertekan.
Kaji tempat-tempat prosedur invasif pada bayi
Berikan perawatan kulit setiap hari. Lindungi kulit bayi dari kontak dengan agen
pembersih atau plester.
Dx. 7. Gangguan sensori persepsi : visual, auditory, kinestehetik, gustatory, taktil dan
olfaktory berhubungan dengan stimulasi yang kurang atau berlebihan pada lingkungan intensive
care
Tujuan : Mempertahankan stimulasi sensori yang optimal tanpa berlebihan
Tindakan :
Kaji kemampuan bayi memberikan respon terhadap stimulus. Observasi :
Deficit neurologik
Kurangnya perhatian bayi terhadap stimulus
Tidak ada respon terhadap suara, kontak mata atau tidak adanya refleks normal
Efek obat terhadap perkembangan bayi
Berikan stimulasi visual :
Arahkan cahaya lampu pada bayi
Ayunkan benda didepan mata bayi
Letakkan bayi pada posisi yang memungkinkan untuk kontak mata : tegakkan bayi
Berikan stimulasi auditory :
Bicara pada bayi, lakukan dengan tekanan suara rendah dan jelas
Panggil bayi dengan namanya, bicara pada bayi saat memberikan perawatan
Bernyanyi, mainkan musik tape recorder atau hidupkan radio
Hindari suara bising di sekitar bayi
Berikan stimulasi tactile :
Peluk bayi dengan penuh kasih sayang
Berikan kesempatan pada bayi untuk menghisap
Sentuh bayi dengan benda lembut seperti saputangan atau kapas
Berikan perubahan posisi secara teratur
Berikan stimulasi gustatory dengan mendekatkan hidung bayi ke payudara ibu atau ASI
yang ditampung.
Berikan periode istirahat dan tidur yang cukup.
Dx. 8. Defisit pengetahuan (keluarga) tentang perawatan infant yang sakit di rumah
Tujuan :Keluarga mengetahui cara merawat anak yang sakit di rumah
Tindakan :
Informasikan orangtua dan keluarga tentang :
Proses penyakit
Prosedur perawatan
Tanda dan gejala problem respirasi
Perawatan lanjutan dan therapy
Ajarkan orangtua dan keluarga tentang treatment pada anak :
Therapy home oksigen
Ventilasi mekanik
Fisiotherapi dada
Therapy obat
Therapy cairan dan nutrisi
Berikan kesempatan pada keluarga mendemontrasikan perawatan pada bayinya
Anjurkan keluarga terlibat pada perawatan bayi
Ajarkan keluarga dan orangtua bagaimana menyeimbangkan istirahat dan tidur dan
bagaimana menilai toleransi bayi terhadap aktivitas.
ASFIKSIA
Penilaian bayi pada kelahiran adalah untuk mengetahui derajat vitalitas fungsi tubuh. Derajat
vitalitas adalah kemampuan sejumlah fungsi tubuh yang bersifat essensial dan kompleks untuk
kelangsungan hidup bayi seperti pernafasan, denyut jantung, sirkulasi darah dan reflek-reflek
primitif seperti menghisap dan mencari puting susu. Bila tidak ditangani secara tepat, cepat dan
benar keadaan umum bayi akan menurun dengan cepat dan bahkan mungkin meninggal. Pada
beberapa bayi mungkin dapat pulih kembali dengan spontan dalam 10 – 30 menit sesudah lahir
namun bayi tetap mempunyai resiko tinggi untuk cacat.
Umumnya penilaian pada bayi baru lahir dipakai nilai APGAR (APGAR Score). Pertemuan
SAREC di Swedia tahun 1985 menganjurkan penggunaan parameter penilaian bayi baru lahir
dengan cara sederhana yang disebut nilai SIGTUNA (SIGTUNA Score) sesuai dengan nama
tempat terjadinya konsensus. Penilaian cara ini terutama untuk tingkat pelayanan kesehatan dasar
karena hanya menilai dua parameter yang essensial.
Selama ini umumnya untuk menilai derajat vitalitas bayi baru lahir digunakan penilaian secara
APGAR. Pelaksanaanya cukup kompleks karena pada saat bersamaan penolong persalinan harus
menilai lima parameter yaitu denyut jantung, usaha nafas, tonus otot, gerakan dan warna kulit.
dari hasil penelitian di AS nilai APGAR sangat bermanfaat untuk mengenal bayi resiko tinggi
yang potensial untuk kematian dan kecacatan neurologis jangka panjang seperti cerebral palsy.
Dari lima variabel nilai APGAR hanya pernafasan dan denyut jantung yang berkaitan erat
dengan terjadinya hipoksia dan anoksia. Ketiga variabel lain lebih merupakan indikator maturitas
tumbuh kembang bayi.
Penanganan asfiksia pada bayi baru lahir bertujuan untuk menjaga jalan nafas tetap bebas,
merangsang pernafasan, menjaga curah jantung, mempertahankan suhu, dan memberikan obat
penunjang resusitasi. Akibat yang mungkin muncul pada bayi asfiksia secara keseluruhan
mengalami kematian 10 – 20 %, sedangkan 20 – 45 % dari yang hidup mengalami kelainan
neurologi. Kira-kira 60 % nya dengan gejala sisa berat. Sisanya normal. Gejala sisa neurologik
berupa cerebral palsy, mental retardasi, epilepsi, mikrocefalus, hidrocefalus dan lain-lain.
Diagnosa Keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilyn E., Maternal/Newborn Care Plans : Guidelines for Client Care, F.A. Davis
Company, Philadelphia, 1988
Markum, A.H., Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Jilid I, Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 1991
Melson, Kathryn A & Marie S. Jaffe, Maternal Infant Health Care Planning, Second Edition,
Springhouse Corporation, Springhouse Pennsylvania, 1994
Wong, Donna L., Wong & Whaley’s Clinical Manual of Pediatric Nursing, Fourth Edition,
Mosby-Year Book Inc., St. Louis Missouri, 1990