Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

POST PARTUM DENGAN PRE-EKLAMPSIA


A. POST PARTUM
1.

Pengertian
Post partum adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai
alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. Lama masa nifas ini yaitu 6 8
minggu. (Mochtar, 1998)
Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama
kira-kira 6 minggu.

2.

Nifas Dibagi dalam 3 Periode


a. Puerperium Dini
Kepulihan dimana ibu boleh berdiri dan berjalan-jalan.
b. Puerperium Intramedial
Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 68 minggu.
c. Puerperium Remote
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama
hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi waktu untuk sehat sempurna
bisa berminggu-minggu bulanan atau tahunan. (Mochtar, 1998).

3.

Perubahan Fisiologi dan Psikologi Post Partum


a. Perubahan Fisiologis

Uterus
Secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya kembali
seperti sebelum hamil. Pada waktu bayi lahir tinggi fundus uteri setinggi pusat
dan berat uterus 1000 gram, waktu uri lahir
tinggi fundus uteri 2 jari di bawah pusat dengan berat uterus 750 gram. 1 jam
setelah lahir tinggi fundus uteri setinggi umbilikus dengan konsistensi lembut

dan kontraski masih ada. Setelah 12 jam tinggi fundus uteri 1 cm di atas
umbilikus setelah 2 hari tinggi fundus uteri turun 1 cm. Satu minggu setelah
persalinan tinggi fundus uteri pertengahan pusat simfisis dengan berat uterus
500 gram, dua minggu setelah persalinan tinggi fundus uteri tidak teraba di
atas simfisis dengan berat uterus 350 gram. 6 minggu setelah persalinan tinggi
fundus uteri bertambah kecil dengan berat uterus 50 gram, dan 8 minggu
setelah persalinan tinggi fundus uteri kembali normal dengan berat 30 gram.
(Mochtar, 1998)

Lochea
Adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa
nifas.
Locea Rubra (Cruenta)
Berasal dari kavum uteri dan berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban,
sel-sel desidua, vernik kaseosa, lanugo dan mekonium, selama 2 hari pasca
persalinan.
Lochea Sanguinolenta
Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir. Hari ke 3 7 pasca pesalinan.
Lochea Serosa
Berwarna pink (merah muda) kecoklatan. Cairan tidak berdarah lagi. Pada
hari ke 7 14 pasca persalinan.
Lochea Alba
Berwarna kuning putih. Setelah 2 minggu. Tanda bahaya jika setelah lochea
rubra berhenti warna darah tidak muda, bau seperti menstruasi. Lochea
Purulenta jika terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk,
Locheostiasis Lochea tidak lancar keluarnya. Pengeluran rata-rata lochea 240
270 ml. (Mochtar, 1998).

Servik dan Vagina


Segera setelah melahirkan servik lunak dan dapat dilalui oleh 2 jari, sisinya
tidak rata karena robekan saat melahirkan. Bagaimanapun juga servik tidak
dapat kembali secara sempurna ke masa sebelum hamil. Osteum externum
akan menjadi lebih besar karena adanya. Dalam beberapa hari bentuk servik

mengalami distersi, struktur internal kembali dalam 2 minggu. Struktur


eksternal melebar dan tampak bercelah.

Sedangkan vagina akan menjadi

lebih lunak dengan sedikit rugae dan akan kembali mengecil tetapi akan
kembali ke ukuran semula seperti sebelum hamil dalam 6 8 minggu
meskipun bentuknya tidak akan sama persis hanya mendekati bentuk awalnya
saja.

Perineum
Selama persalinan Perinum mendapatkan tekanan yang besar, yang kemudian
setelah persalinan menjadi edema. Perawat perlu mengkaji tingkat
kenyamanan sehubungan dengan adanya luka episiotomi, laserasi dan
hemoroid. Perawat perlu melaporkan adanya edema, khimosis, kemerahan dan
pengeluaran (darah, pus, serosa). Dan apabila ada luka episiotomy kaji tandatanda infeksi dan luka episiotomy ini akan sembuh dalam 2 minggu. (Pillitteri,
1999).

Proses Laktasi
Di awal kehamilan, peningkatan estrogen yang diproduksi oleh placenta
menstimulasi perkembangan kelenjar susu. Pada hari pertama post partum
terdapat perubahan pada mammae ibu post partum. Semenjak masa kehamilan
kolostrum telah disekresi. Pada 3 hari pertama post partum mammae terasa
penuh atau membesar oleh karena kelahiran plasenta diikuti dengan
meningkatnya kadar prolaktin menstimulasi produksi susu. (Pillitteri, 1999).

Tanda-tanda Vital
Jumlah denyut nadi normal antara 50 70 x/menit. Takikardi mengidentifikasi
perdarahan penyakit jantung infeksi dan kecemasan. Tekanan darah terus
selalu konsisten dengan keadaan sebelum melahirkan. Penurunan tekanan
darah secara drastis dicurigai adanya peradarahan. Kenaikan tekanan darah
sistole 30 mmHg dan distol 15 mmHg atau keduanya dicuriagi kehamilan
dengan hipertensi atau eklamsi. Kenaikan suhu tubuh hingga 38o C pada 24
jam pertama atau lebih diduga terjadi infeksi atau karena dehidrasi. Perawat
perlu

mengkaji

tanda-tanda

vital,

karena

sebagai

petunjuk adanya

peradarahan, infeksi atau komplikasi post partum lainnya. (Sherwen, 1999).

Sistem Pernafasan
Diafragma turun dan paru kembali ke tingkat sebelum melahirkan dalam 6 8
minggu post partum. Respiratory rate 16 24 kali per menit. Keseimbangan
asam basa akan kembali normal dalam 3 minggu post partum. Dan
metabolisme basal akan meningkat selama 14 hari post partum. Pada
umumnya tidak ada tanda-tanda infeksi pernafasan atau distress pernafasan
pada beberapa wanita mempunyai faktor predisposisi penyakit emboli paru.
Secara tiba-tiba terjadi dyspneu. Emboli paru dapat terjadi dengan gejala sesak
nafas disertai hemoptoe dan nyeri pleura. (Sherwen, 1999).

Sistem Muskuloskeletal
Pada kedua ekstremitas atas dan bawah dikaji apakah ada oedema atau
perubahan vaskular. Ekstermitas bawah harus diobservasi akan adanya udema
dan varises. Jika ada udema observasi apakah ada pitting udema, kanaikan
suhu, pelebaran pembuluh vena, kemerahan yang diduga sebagai tanda dari
tromboplebitis.

Ambulasi

harus

sesegera

mungkin

dilakukan

untuk

meningkatkan sirkulasi dan mencegah kemungkinan komplikasi. (Sherwen,


1999).

Sistem Persyarafan
Ibu post partum hiper refleksi mungkin terpapar kehamilan dengan hipertensi.
Jika terdapat tanda-tanda tersebut perawat harus mengkaji adanya peningkatan
tekanan darah, proteinuria, udema, nyeri epigastritik dan sakit kepala.
(Sherwen, 1999).

Sistem Perkemihan
Untuk mengkaji sistem perkemihan pada masa post partum secara akurat
harus meliputi riwayat : kebiasaan berkemih, infeksi saluran kemih, distensi
kandung kemih, retensi urine. Kemampuan untuk berkemih, frekuensi,
jumlah, warna, konsistensi, rasa lampias. Kemampuan untuk merasakan
penuhnya kandung kemih dan pengetahuan tentang personal hygiene. Pada
umumnya dalam 4 8 jam setelah melahirkan ibu post partum, mempunyai
dorongan untuk mengosongkan kandung kemih. Dalam waktu 48 jam

kemudian ibu post partum akan sering berkemih tiap 3 4 jam sekali untuk
menghidari distensi kandung kemih. (Pillitteri, 1999).

Sistem Pencernaan
Karakteristik dari fungsi normal usus adalah adanya bising usu 5 35 /menit.
Kurangnya pergerakan usus pada hari pertama post partum adalah hal yang
biasa terjadi. Sebagai akibat terjadinya udema saat kelahiran, kurang asupan
makan (puasa) sesaat sebelum melahirkan selanjutnya pada beberapa hari
pertama post partum. Khususnya saat berada di rumah sakit. Beberapa ibu
tidak mendapatkan kembali kebiasaan makannya. Jika terjadi konstipasi,
abdomen akan mengalami distensi, maka feses akan terpalpasi. (Sherwen,
1999).

b. Perubahan Psikologis

Taking in Phase
Timbul pada jam pertama kelahiran 1 2 hari selama masa ini ibu cenderung
pasif, ibu cenderung dilayani dalam memenuhi cenderung sendiri. Hal ini
disebabkan rasa tidak nyaman pada perineal, nyeri setelah melahirkan.

Taking Hold Phase


Ibu post partum mulai berinisiatif untuk melakukan tindakan sendiri, telah
suka membuat keputusan sendiri. Ibu mulai mempunyai ketertarikan yang
kuat pada bayinya pada hari 4 7 hari post partum.

Letting Go Phase
Ibu post partum dapat menerima keadaan dirinya apa adanya. Proses ini perlu
menyesuaikan diri terjadi pada hari terakhir minggu pertama.

4.

Penatalaksanaan Post Partum (Novak, 1999).

Early Ambulation
Ibu post partum diharapkan sedini mungkin melakukan early ambulation, dimana
ibu 8 jam pertama istirahat tidur terlentang, setelah 8 jam diperbolehkan miring ke
kiri atau ke kanan untuk mencegah trombosis dan boleh bangun dari tempat tidur
setelah 24 jam sampai 48 jam post partum.

Perawatan Payudara
Perhatikan kebersihan mammae, putting bila ada luka segera obati, dan pada ibu
yang belum mampu mengeluarkan ASI dilakukan perawatan payudara post
partum.

Pemberian Nutrisi
Nutrisi ibu diberikan harus memenuhi gizi seimbang porsinya lebih banyak
daripada waktu hamil, disamping untuk mempercepat pulihnya kesehatan setelah
kelahiran juga untuk meningkatkan produksi ASI.

Aktivitas Seksual
Pasangan dianjurkan untuk menunggu sampai terdapat pengeluaran lochea akhir
minggu ke 4. Perhatikan posisi, sebaiknya wanita pada posisi atas untuk
menghindari adanya penetrasi yang telalu dalam.

B. PRE EKLAMSIA
1. DEFINISI
Pre eklamsia adalah suatu kelainan kehamilan yang ditandai dengan
timbulnya hypertensi, proteinuria, dan oedem pada seorang gravida yang terjadi
normal.
2. ETIOLOGI
Sebab pre eklamasi belum diketahui, tapi pada penderita yang meninggal
karena eklamsia terdapat perubahan yang khas pada berbagai alat. Tapi kelainan yang
menyertai penyakit ini adalah spasmus arteriole, retensi Na dan air dan coogulasi
intravaskulaer.
Walaupun vasospasmus mungkin bukan merupakan sebab primer penyakit ini,
akan tetapi vasospasmus ini yang menimbulkan berbagai gejala yang menyertai
eklamsi.
Vasospasmus menyebabkan :
1. Hypertensi
2. Pada otak

: sakit kepala

Kejang
3. Pada placenta : solution placentae
Kematian janin
4. Pada ginjal

: oliguri
Insuffisiensi

5. Pada hati

: icterus

6. Pada retina

: amourose

3. GEJALA GEJALA PRE EKLAMSIA


a. Hypertensi
Gejala

yang paling dulu timbul adalah hypertensi yang terjadi sekonyong-

konyong sebagai batas diambil tekanan darah 140 mm atau diastolis 15 mm di


atas tekanan yang biasa merupakan pertanda.
Tekanan darah dapat mencapai 180 mm systolis dan 110 mm diastolis tapi jarang
mencapai 200 mm.
Jika tekanan darah melebihi 200 mm maka sebabnya biasanya essentialis.
b. Oedema
Timbulnya oedema didahului oleh tambah berat badan yang berlebihan.
Penambahan berat kg pada seorang yang hamil dianggap normal, tapi kalau
mencapai 1 kgseminggu atau 3 kg dalam sebulan pre eklamasi harus dicurigai.
Tambah berat yang sekonyong-konyong ini diebab kan retensi air dalam jaringan
kemudian baru oedema nampak. Oedema ini tidak hilang dengan istirahat.
c. Proteinuria
Protinuria sering diketemukan pada preeklamasi rupa-rupanya kare na
vasospasmus pembuluh-pembuluh dan ginjal.
Proteinuria biasanya timbul lebih lambat dari hypertensi dan tambah berat.
d. Gejala-gejala subjektif
Perlu ditekankan bahwa

hypertensi, tambah berat daan proteinuria yang

merupakan gejala-gejala yang terpenting dari preeklamasi tidak diketahui oleh


penderita. Karena itu pernatal care sangat penting untuk diagnosa dan terapi
preeklamasi dengan cepat.

Baru pada preeklamasi yang sudah lanjut timbul gejala-gejala subjektif yang
membawa pasien ke dokter.
Gejala-gajala subjektif tersebut antara lain :
a. Sakit kepala yang keras karena vasospasmus atau oedema otak.
b. Sakit di ulu hati karena regangan selaput hati oleh hoemorragia atau oedema,
atau sakit karena perubahan pada lambung.
c. Gangguan penglihatan :
Penglihatan menjadi kabur malahan kadang-kadang pasien buta.
4.

PROGNOSA
Prognosa tergantung pada terjadinya eklampsi. Di negara-negara yang sudah
maju kemaatian karena preeklampsi kurang lebih 0.5%. tetapi jika eklampsi terjadi
maka prognosa menjadi kurang baik kematian pada eklampsi adalah 5%. Prognosa
untuk anak juga berkurang tetapi juga bergantung pada saatnya preeklampsi
menjelma dan pada beratnya preeklampsi. Kematian perinatal kurang lebih 20%.
Kematian perinatal ini sangat dipengaruhi oleh prematuritas.
Ada ahli yang berpendapat bahwa preeklampsi dapat menyebabkan hypertensi
yang tetap terutama kalau preeklampsi berlangsung lama atau denga perkataan lain
kalau gejala preeklampsi timbul dini.

5.

DASAR PENGOBATAN
a. Istirahat
b. Diit
c. Obat-obat antihypertensip
d. Sedatip
e. Induksi persalinan.
Pengobatan jalan hanya mempunyai tempat kalau preeklaampsi ringan sekali
misalnya kalau tensi kurang dari 140/90 dan oedema dan proteinuria tidak ada atau
ringan sekali.
Anjuran diberikan pada pasien semacam ini ialah :
a.

Istirahat sebanyak mungkin di rumah

b.

Penggunaan garam dikurangi

c.

Pemeriksaan kehamilan harus 2 kali seminggu

d.

Dapat pula diberikan sedativa dan obat-obatan antihypertensi.

FOKUS PENGKAJIAN
a.

Sirkulasi
Perhatikan riwayat masalah jantung, udema pulmonal, penyakit vaskuler perifer
atau statis vaskuler (peningkatan resiko pembentukan thrombus)

b.

Integritas Ego
Perasaan cemas, takut, marah, apatis, serta adanya faktor-faktor stress multiple
seperti financial, hubungan, gaya hidup. Dengan tanda-tanda tidak dapat
beristirahat, peningkatan ketegangan, dan stimulasi simpatis.

c.

Makanan/cairan
Kaji kondisi malnutrisi, membrane mukosa yang kering. Lakukan pembatasan pra
operasi insuisiensi pancreas atau DM karena merupakan predisposisi untuk terjadi
hipoglikemia/ketoasidosis.

d.

Pernafasan
Kaji adanya infeksi, kondisi yang kronik/batuk, merokok.

e.

Keamanan
Kaji adanya alergi atau sensitive terhadap obat, makanan, plester dan larutan,
defisiensi imun, munculnya kanker atau adanya terapi kanker, riwayat keluarga
tentang hipertermia malignan/reaksi anestesi, riwayat penyakit hepatic, riwayat
transfusi darah, dan tanda munculnya proses infeksi.

PRIORITAS KEPERAWATAN
Prioritas asuhan keperawatan ditujukan untuk: mengurangi ansietas dan
trauma emosional, menyediakan keamanan fisik, mencegah komplikasi, meredakan
rasa sakit, memberikan fasilitas untuk proses kesembuhan menyediakan informasi
mengenai proses penyakit

post partum

PATHWAYS

Letting go phase

Estrogen & Progesteron


menurun

Kehadiran anggota
baru

Involusi uterus
Oksitosin meningkat
Kontraksi
uterus lambat

Prolaktin
meningkat

Kontraksi uterus

Isapan bayi
adekuat

Laserasi jalan lahir


Atonia uteri
perdarahan
Vol. Cairan turun

Perub. Perfusi
jaringan

Pelepasan jaringan
endometrium
Servik & vagina

Vol. darah turun


Anemia akut
Hb O2 turun
hipoksia

Resiko syok
hipovolemik

Oksitosin meningkat

Lokhea
keluar
Kurang perawatan

Port of the entri

Kelemahan umum

efektif

Tidak efektif

ASI keluar

ASI tidak keluar

Kuman
mudah masuk

Intoleransi
aktivitas

Defisit
perawatan diri

cemas

perubahan
Pembendungan ASIpola peran

Payudara bengkak

Resiko infeksi

Invasi bakteri
Daya tahan
tubuh turun

Duktus & alveoli


kontraksi

Isapan bayi
tidak adekuat

Gang. Rasa
nyaman nyeri

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.

Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan sekunder terhadap


atonia uteri. (Doengoes, 2001)

2.

Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan trauma jaringan perineum


dan kontraksi uterus berlebih. (Doegoes, 2001: 417)

3.

Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan masuknya kuman pada luka


episiotomi (Doegoes, 2001: 427)

4.

Gangguan eliminasi berhubungan dengan obstruksi uretra sekunder terhadap


oedema uretra. (Doegoes, 2001: 434)

5.

Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelelahan setelah melahirkan


(Doegoes, 2001: 436)

6.

Perubahan pola peran berhubungan dengan penambahan anggota baru.


(Carpenito, 2000: 513)

7.

Konstipasi berhubungan dengan penurunan sensitivitas colon (Doegoes, 2001:


430)

8.

Gangguan pola istirahat tidur berhubungan dengan cemas, gelisah, factor


eksternal perubahan lingkungan.

9.

ketidakefektifan menyusui berhubungan dengan kurangnya manageman laktasi


sekunder terhadap pembengkakan payudara.(Carpenito, 2001: 513)

INTERVENSI KEPERAWATAN
1.

Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan sekunder


terhadap atonia uteri. (Doengoes, 2001)
Tujuan :
Syok hipovolemi tidak terjadi.
Kriteria hasil:
Tekanan darah siastole 110-120 mmHg, diastole 80-85 mmHg.
Nadi 60-80 kali permenit.
Akral hangat, tidak keluar keringat dingin
Perdarahan post partum kurang dari 100 cc
Intervensi :

Monitor vital sign

Kaji adanya tanda-tanda syok hipovelomik

Monitor pengeluaran pervagina.

Lakukan massage segera mungkin pada fundus uteri.

Susukan bayi sesegera mungkin.

2.

Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan trauma jaringan


perineum dan kontraksi uterus berlebih. (Doegoes, 2001: 417)
Tujuan :
Nyeri berkurang atau hilang
Kriteria hasil :
Ekspresi wajah klien tenang.
Klien mengatakan nyeri berkurang atau hilang.
Skala nyeri kurang dari 4.
Nadi antara 60-80 kali permenit.
Intervensi :

Kaji sebab-sebab nyeri pada klien.

Ajarkan pada klien tentang metode distraksi dan relaksasi.

Anjurkan pada klien untuk melakukan kompres dingin


pada daerah perineum.

3.

Kolaborasi pemberian analgesic sesuai advis dokter.


Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan masuknya kuman pada luka

episiotomi. (Doegoes, 2001: 427)


Tujuan :
Infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil :
Tidak ada tanda-tanda infeksi pada daerah sekitar luka episiotomi.
Tanda-tanda vital normal.
Jumlah sel darah putih normal.
Intervensi :

Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien.

Monitor tanda-tanda vital.

Monitor tanda-tanda infeksi pada daerah luka episiotomi.

Beri

perawatan

pada

luka

episiotomi

dengan

menggunakan teknik septic dan antiseptic.

Anjurkan pada klien agar menjaga kebersihan perineum.

4.

Gangguan eliminasi urin: inkonensia berhubungan dengan obstruksi uretra


sekunder terhadap oedema uretra. (Doegoes, 2001: 434)
Tujuan :
Kebutuhan eliminasi urin dapat terpenuhi.
Kriteria hasil :
Klien dapat mengosongkan kandung kemih 4-8 jam setelah melahirkan.
Klien tidak merasakan ketegangan pada kandung kemih.
Intervensi :

Kaji intake cairan klien mulai terakhir saat pengosongan


kandung kemih.

Anjurkan

klien

untuk

merangsang

BAK

dengan

menggunakan air hangat.

Kaji jumlah urin yang dikeluarkan.

Jika klien tidak bisa mengeluarkan sendiri secara spontan,


kolaborasi untuk pemasangan kateter.

5.

Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelelahan setelah melahirkan.


(Doegoes, 2001: 436)
Tujuan :
Kebersihan diri klien terpenuhi.
Kriteria hasil :
Klien dapat melakukan perawatan diri secara bertahap.
Intervensi :

Kaji factor-faktor penyebab yang berperan.

Tingkatan partisipasi klien secara bertahap dan optimal.

Beri dorongan untuk mengungkapkan persaan tentang


perawatan diri.

6.

Perubahan pola peran berhubungan dengan penambahan anggota baru.


(Carpenito, 2000: 513)
Tujuan :
Orang tua dapat menerima peran baru dalam keluarganya.
Kriteria hasil :
Orang tua dapat menerima keberadaan bayinya.
Orang tua dapat mendemonstrasikan perilaku peran barunya.
Orang tua mulai mengungkapkan perasaan positif mengenai bayinya.
Intervensi :

Beri kesempatan untuk membina proses ikatan dengan


bayinya.

Anjurkan ayah atau ibu untuk menggendong bayinya.

Dengarkan cerita tentang pengalamannya selama hamil


hingga melahirkan.

Berikan dukungan social yang diperlukan ibu.

7.

Konstipasi berhubungan dengan penurunan sensitivitas colon. (Doegoes,


2001: 430)
Tujuan :
Pasien dapat defekasi dengan lancar.
Intervensi :

Kaji pola defekasi klien.

Auskultasi bising usus.

Ajarkan pentingnya diit seimbang.

Dorong masukan harian sedikitnya 2 liter cairan.8 sampai


10 gelas kecuali dikontraindikasikan.

Anjurkan untuk ambulasi dini sesuai toleransi.

Anjurkan makan makanan tinggi serat.

Berikan laksatif jika diperlukan.

8.

Gangguan pola istirahat tidur berhubungan dengan cemas, gelisah, faktor


eksternal perubahan lingkungan.
Tujuan :
Pasien tidak mengalami gangguan pola tidur.
Kriteria hasil :
Pasien dapat mengungkapkan pemahaman tentang faktor gangguan tidur.
Meningkatkan peningkatan kemampuan untuk tidur.
Wajah klien rileks.
Intervensi :

Kaji tingkat kelelahan dan kebutuhan istirahat pasien.

Kaji factor-faktor penyebab gangguan pola tidur.

Berikan lingkungan yang nyaman.

Beri kesempatan ibu mengungkapkan perasaannya, batasi


kunjungan selama periode istirahat.

9.

Ketidakefektifan menyusui berhubungan dengan kurangnya managemen


laktasi sekunder terhadap pembengkakan payudara. (Carpenito, 2001: 513)
Tujuan :
Ibu dapt menyusui bayinya secara efektif.
Kriteria hasil :
Ibu membuat keputusan menyusui bayinya.
Ibu mengidentifikasi aktivitas yang menghalangi untuk menyusui.
Intervensi :

Kaji factor-faktor penyebab ketidakefektifan menyusui.

Dorong ibu untuk mengungkapkan masalah secara


terbuka.

Kaji keadaan ibu dan bayi.

Ajarkan penatalaksaan perawatan payudara yang baik.

Ajarkan cara menyusui yang baik, bila ada gejal mastitis


atau abses payudara (ditandai bengkak dan nyeri). Anjurkan untuk menghubungi
perawat dan dokter.

DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marillyn, E. 2000. Rencana Perawatan Maternal dan Bayi. Alih


Bahasa : Yasmin Asih. Jakarta : EGC

Carpenito, Lynda Juall, 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8.


Jakarta : EGC

Rostam Mochtar. 1998. Sinopsis Obstetri Fisiologi Obstetri Patologi. Jakarta :


EGC.

Gulardi Hanifa Wiknjosastro. 2000. Ilmu Kebidanan. Edisi 6. Jakarta :


Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo

Anda mungkin juga menyukai