Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

Diastema adalah suatu ruang yang terdapat diantara dua buah gigi yang berdekatan.
Diastema ini merupakan suatu ketidaksesuaian antara lengkung gigi dengan lengkung rahang
(Proffit & Fields, 2000). Diastema sentral rahang atas merupakan suatu maloklusi yang sering
muncul dengan ciri khas yaitu berupa celah yang terdapat diantara insisif sentral rahang atas
(Moyers, 1988). Banyak faktor sebagai penyebab terjadinya suatu diastema sentral.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Campbell bahwa prevalensi terjadinya
diastema sentral berkisar antara 1,6% – 25,4% pada orang dewasa dan lebih sering lagi pada anak-
anak, mendekati 98% pada usia 6 tahun, 49% pada usia 11 tahun dan 7% pada usia 11-18 tahun.
Lebih sering terdapat pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan. Diastema sentral lebih

banyak terjadi pada orang kulit hitam dibandingkan dengan kulit putih, asia, dan hispanik
(Campbell & Kindelan, 2006).
Diastema sentral yang terjadi pada rahang atas dapat disebabkan oleh : (1) ukuran gigi
insisif lateral kecil, (2) rotasi dari gigi insisif, (3) perlekatan frenulum yang abnormal, (4) gigi
sepernumerari di median line, (5) kehilangan gigi insisif lateral secara kongenital, (6) diastema
pada saat pertumbuhan normal, dan (7) penutupan median line yang tidak sempurna (Moyers,
1988).
Terdapat beberapa pilihan perawatan untuk mengatasi diastema sentral. Dalam banyak
kasus, dengan perawatan ortodonti saja sudah dapat megatasi diastema sentral. Namun, pada
beberapa kasus perlu perawatan tambahan baik dari segi konservasi, prostodonti ataupun dari
bagian periodonti. Pada makalah ini hanya akan dibahas penutupan diastema sentral dari sisi ilmu
ortodonti. Secara umum, penatalaksanaan yang dapat dilakukan untuk kasus diastema sentral pada
bidang ortodonti ada 3 fase, yaitu : (1) menghilangkan etiologi, (2) perawatan aktif (seperti
penggunaan alat ortodonti lepasan ataupun cekat), (3) retensi (Bhalajhi S.I., 2003).

1
BAB II
PENATALAKSANAAN DIASTEMA SENTRAL RAHANG ATAS
DENGAN PENDEKATAN ORTODONTI

2.1 Definisi
Diastema adalah suatu ruang yang terdapat diantara dua buah gigi yang berdekatan.
Diastema ini merupakan suatu ketidaksesuaian antara lengkung gigi dengan lengkung rahang. Bisa
terletak di anterior ataupun di posterior, bahkan bisa mengenai seluruh rahang (Proffit & Fields,
2000).
Diastema sentral rahang atas adalah ruang yang terdapat diantara gigi insisif sentral rahang
atas. Diastema sentral rahang atas, merupakan suatu maloklusi yang sering muncul dengan ciri
khas yaitu berupa celah yang terdapat diantara insisif sentral rahang atas. Seringkali diastema pada
gigi anterior ini menyebabkan gangguan estetik bagi sebagian orang. Namun, sebagian orang
menganggap Diastema ini sebagai suatu ciri khas dari orang tersebut dan bukan merupakan
gangguan bagi penampilan estetiknya. Oleh karena bagi sebagian orang diastema sentral ini
merupakan suatu gangguan estetik terhadap penampilannya, maka banyak orang yang mencari dan
meminta pertolongan dokter gigi untuk mengkoreksi kelainan tersebut. Sehingga diharapkan akan
lebih menambah baik penampilannya dan akan meningkatkan rasa percaya dirinya (Moyers, 1988,
Bishara, 2001).

2.2 Etiologi
Banyak faktor sebagai penyebab terjadinya suatu diastema sentral. Berdasarkan beberapa
penelitian yang telah dilakukan bahwa prevalensi terjadinya diastema sentral berkisar antara 1,6%
- 25,4% pada orang dewasa dan lebih sering lagi pada anak-anak, mendekati 98% pada usia 6
tahun, 49% pada usia 11 tahun dan 7% pada usia 11-18 tahun. Lebih sering terdapat pada laki-laki
dibandingkan dengan perempuan. Berdasarkan pada ras lebih banyak pada orang kulit hitam
dibandingkan dengan kulit putih, asia dan hispanik (Moyers, 1988; Proffit & Fields, 2000;
Campbell & Kindelan, 2006).

2
Diastema sentral yang terjadi pada rahang atas bisa disebabkan oleh (Moyers, 1988) :
1. Ukuran gigi insisif lateral kecil
Abnormalitas dari bentuk dan ukuran gigi merupakan akibat dari adanya gangguan saat
morfodifferensiasi pada periode pertumbuhan. Hampir 5% dari populasi mengalami variasi
dalam hal ukuran gigi. gigi yang paling sering mengalami variasi bentuk dan ukuran ialah
gigi insisif lateral. Diagnosa bisa secara langsung, karena biasanya ukuran dan bentuk yang
lebih kecil dan runcing ”peg shaped” , atau bisa juga dibandingkan dengan ukuran rata-rata
dari gigi insisif lateral, sehingga dapat disimpulkan bahwa gigi insisif lateral tersebut
abnormal.
.

Sumber: Willyanti S, Laskaris, 2000.

2. Rotasi dari gigi insisif


Pada beberapa kasus satu atau lebih gigi insisif mengalami rotasi dengan berbagai derajat,
rotasi yang mengakibatkan diastema sentral ialah rotasi yang mencapai perputaran sampai
90 derajat dari posisi normalnya terhadap lengkung gigi. Hal ini bisa disebabkan karena
pola pertumbuhan dan perkembangan gigi yang abnormal.

3. Perlekatan frenulum yang abnormal


Frenulum yang normal perlekatannya berada pada gusi cekat di atas gigi insisif sentral.
Diagnosa ditegakkan berdasarkan observasi dan atau dengan cara pemeriksaan secara
langsung yang disebut blanch test, caranya dengan mengangkat bibir atas kearah depan
atas dengan ibu jari dan telunjuk kedua tangan. Bila normal jaringan ikat frenulum tidak

3
mengalami peregangan sehingga tidak ada jaringan yang pucat, tetapi apabila perlekatan
frenulum rendah dan atau tempat insersi lebih lebar dari kondisi normal, maka jaringan ikat
frenulum yang tertarik akan meregang dan pucat. Hal ini terjadi karena perlekatannya
berada pada jaringan lunak diantara gigi insisif sentral dan bahkan sampai ke palatum.
Diangnosa akhir dari frenulum yang abnormal ditentukan berdasarkan gambaran
radiografi. Bila frenulum perlekatannnya sampai ke palatum, jaringan ikat frenulum
berjalan melintang. Gambaran tulang septum diantara gigi insisif berbentuk V. Dengan
gambaran radiografi, meskipun blanch test negatif dapat diketahui bahwa tedapat
perlekatan frenulum yang abnormal. Perlekatan frenulum yang abnormal ini terjadi karena
pada saat pertumbuhan dan perkembangan gigi dan rahang tidak ikuti migrasi perlekatan
frenulum kearah apikal (Jazaldi F, 2008).

Sumber: Jazaldi F, 2008. Singh, 2007

4. Gigi supernumerer di median line


Diagnosa pasti dari gigi supernumerer di median line yang disebut juga mesiodens
ditentukan berdasarkan dari gambaran radiografis, foto panoramic atau oklusal, terkecuali
apabila gigi supernumerer tersebut telah erupsi kedalam rongga mulut. Lebih sering terjadi
pada gigi rahang atas dibandingkan dengan gigi rahang bawah, dan lebih sering terjadi
pada laki-laki daripada perempuan (Welbury dkk, 2005). Mesiodens prevalensinya 0,15%-
1,19% dapat tunggal atau multiple dan berupa unilateral atau bilateral. Sekitar seperlima
dari yang mengalami mempunyai dua atau tiga mesiodens, 25% mesiodens dapat erupsi
spontan dan mempunyai arah erupsi yang normal, akan tetapi sebagian mempunyai arah
erupsi terbalik menuju ke rongga hidung (Koch dkk., 1991; Russel dan Folwarczna, 2003).
Hal ini terjadi akibat hipergenesis epitel dimana sisa lamina dental yang akif dirangsang

4
untuk berkembang menjadi benih gigi tambahan sehingga terbentuknya gigi mesiodens.
Mesiodens dapat diklasifikasikan berdasarkan terbentuknya yaitu pada gigi permanen
(mesiodens rudimenter) atau pada gigi sulung (mesiodens suplementer) dan menurut
morfologinya yaitu konus, tuberkel, molariform dan odontoma (Russel dan Folwarczna,
2003; Millet dan Welburry, 2005).

Sumber: Russel, K. A., 2003.

5. Kehilangan gigi insisif lateral secara kongenital


Kehilangan gigi secara kongenital ialah suatu keadaan dimana benih gigi yang tidak
berkembang untuk mengalami dan keluar ke dalam rongga mulut. Berdasarkan penelitian
bahwa 4% dari seluruh populasi mengalami kehilangan gigi secara kongenital Gigi insisif
lateral rahang atas berada pada urutan kedua. Diagnosa ditentukan berdasarkan gambaran
radiografis.

5
Sumber: Singh, 2007

6. Diastema pada saat pertumbuhan normal


Pada saat insisif sentral permanen rahang atas erupsi biasanya selalu terdapat ruangan
diantaranya. Ruangan ini biasanya berkisar antara 2 mm (berkisar antara usia 6–10 tahun)
dan akan berkurang pada saat erupsi gigi insisif lateral pemanen dan menutup dengan
sendirinya pada saat erupsi gigi kaninus permanen. Hal ini terjadi karena posisi dari
diastema kaninus permanen yang belum erupsi sering terletak di superior dan distal dari
akar gigi insisif lateral, yang kemudian menekan akar-akar gigi insisif sentral dan lateral
bergerak ke arah midline, sementara mahkotanya menyebar ke arah distal. Periode ini
merupakan periode yang tidak estetik dan disebut dengan istilah ugly duckling stage of
eruption. Diastema yg terjadi pada masa ugly duckling stage tidak perlu dikoreksi.

Sumber: Herlianti I.S, 2013

6
7. Penutupan median line yang tidak sempurna
Terjadinya kegagalan dalam penutupan median line karena adanya kegagalan pada saat
pertumbuhan dan perkembangan, dimana terdapat sisa dari jaringan epitelial yang
membatasi kedua tulang palatum. Berdasarkan pemeriksaan histologis terdapat jaringan
ikat dan jaringan epitelial diantara tulang palatum. Diagnosa ditentukan berdasarkan
gambaran radiografi, dimana septum tulang diantara gigi insisif sentral rahang atas
berbentuk W.

Sumber: Singh, 2007


Dari beberapa faktor penyebab terjadinya diastema seperti yang tercantum di atas faktor
yang paling sering adalah perlekatan frenulum yang abnormal. Sedangkan yang paling
jarang terjadi yaitu penutupan median line yang tidak sempurna.
Selain itu, faktor ras, herediter dan juga kebiasaan buruk juga dapat menjadi penyebab
terjadinya diastema sentral pada rahang atas seseorang. Diastema juga memiliki
predisposisi ras. Populasi negro menunjukkan insidensi tertinggi dari diastema. Diastema
juga dapat hadir karena keturunan (herediter). Satu atau kedua orang tua diastema maka
dapat terjadi diastema pada anak mereka. Kebiasaan menghisap ibu jari dan seringnya
mendorong-dorong lidah ke depan berperan dalam terjadinya diastema. Bernafas lewat
mulut kemungkinan dapat menyebabkan jarak pada insisivus sentralis. Kombinasi dari
penyebab yang telah disebutkan diatas juga dapat terjadi.

7
Sumber: Singh, 2007

2.3 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan terhadap diastema sentral secara umum dibagi menjadi 3 fase, yaitu (Bhalajhi
S.I., 2003) :
(1) menghilangkan etiologi
(2) perawatan aktif (seperti penggunaan alat ortodonti lepasan ataupun cekat)
(3) retensi

Dalam melakukan perawatan terhadap diastema sentral harus diketahui dahulu faktor
penyebab utamanya maka bisa dilakukan perawatan. Oleh karena itu perawatan yang diterangkan
disini dimulai dengan perawatan faktor penyebabnya dan dilanjutkan dengan perawatan diastema
sentralnya (Moyers, 1988).

1. Ukuran gigi insisif lateral kecil.


Diastema yang terjadi sebagai akibat dari gigi insisif lateral yang abnormal ukurannya ”peg
lateral”, penutupan dilakukan dengan menggeserkan gigi insisif sentral ke median line dengan
mempergunakan alat ortodonti cekat atau alat ortodonti lepasan menggunakan pegas koil. Bila
ruangan telah tertutup lalu kemudian gigi insisif lateral direkuntruksi dengan penambahan lebar
mesiodistalnya mempergunakan komposit resin atau bisa juga dengan pembuatan protesa jaket.

8
2. Rotasi dari gigi insisif.
Mengembalikan gigi tersebut ke posisi yang seharusnya sudah dapat menghilangkan
diastema yang terjadi. Hal ini dapat dilakukan dengan alat ortodonti lepasan dengan memakai
pegas terbuka (Z-spring) atau dengan alat cekat. Selain itu dilakukan juga pemutusan jaringan
periodontal supracrestal untuk hasil yang lebih baik supaya tidak terjadi relaps. Dapat juga
dilakukan dengan over koreksi untuk pencegahan relaps.

Jaringan
periodontal
suprakrestal

Sumber: Sri P.L., 2012

3. Perlekatan frenulum yang abnormal.


Perawatan dilakukan dengan menggerakkan gigi insisif sentral ke median line sampai
mencapai kontak yang benar, diharapkan dengan kontaknya gigi insisif sentral tersebut maka
jaringan ikat frenulum akan teresobsi oleh tekanan dari gigi insisif sentral, tetapi apabila alat
ortodonti baik yang lepasan ataupun yang cekat telah dilepas dan terjadi lagi relaps atau terdapat
celah kembali (Moyers, 1988). Prosedur penatalaksanaan pada kasus frenulum yang abnormal
sebaiknya setelah gigi pada keadaan stabil saat penggunaan ortodonti dilakukan frenektomi tanpa
melepas alat ortodonti, karena diharapkan proses penyembuhan luka dari frenektomi mengikuti
gigi-gigi yang telah stabil oleh alat ortodonti tersebut.

9
Sumber: Richard A, 2015

4. gigi sepernumerer di median line.


Perawatannya ialah dengan cara mencabut gigi supernumerary tersebut secepat mungkin
sejak saat diketahui, sebelum menimbulkan malposisi atau untuk meminimalisasi bila telah terjadi
malposisi dari gigi lainnya. Bila terdiagnosis secara radiografi, maka harus dilakukan operasi
untuk mengeluarkan gigi supernumerer tersebut.

5. Kehilangan gigi insisif lateral secara kongenital.


Perawatannya terdapat dua metode :
1. menggerakkan gigi kaninus ke mesial menempati ruang yang tersedia untuk gigi insisif
lateral.
2. membuka ruang untuk gigi insisif lateral, yang selanjutnya dilakukan pembuatan protesa
untuk gigi insisif lateral. Kesemuanya itu tergantung dari : usia pasien, bentuk gigi C, posisi
gigi C, keinginan pasien, kedalaman gigitan, keserasian hubungan gigi C dengan gigi
insisif sentral.

6. Diastem pada saat pertumbuhan normal.


Bila hal ini terjadi pada saat usia pertumbuhan dan perkembangan yaitu sekitar usia 8-11
tahun, hanya dilakukan observasi. Karena bila diastema berkisar antara 2mm atau kurang nanti
akan tertutup dengan sendirinya bila gigi kaninus telah tumbuh. Perawatan penutupan celah disini
hanya karena orang tua pasien yang merasa penampilan anaknya kurang baik.

10
7. Penutupan median line yang tidak sempurna
Perawatannya hampir sama dengan untuk perawatan frenektomi. Tetapi disini jaringan ikat
dan epitelial yang berada diantara celah dikeluarkan sampai bersih. Bila tidak dikeluarkan secara
bersih maka akan terjadi celah kembali.
Apabila semua faktor penyebabnya telah diketahui secara pasti, baru kemudian dilakukan
penutupan diastema sentral dengan menggerakkan gigi insisif sentral rahang atas ke median line
baik mempergunakan alat cekat berupa breket ataupun dengan mempergunakan alat lepasan
berupa pegas koil. Setelah itu baru dilanjutkan dengan perawatan lainnya bila memang diperlukan,
misalnya bedah, konservasi dan atau prostodonti. Diakhir dari seluruh perawatan pada diastema
sentral tersebut harus dibuatkan retensi agar mencegah terjadinya relaps. Retensi bisa berupa
retainer bonded lingual, retainer Hawley, dll.

A. Penutupan diastema sentral dapat dilakukan dengan alat ortodonti lepasan dengan finger spring yang
mendorong ke arah mesial, B. bulatan pegas finger spring 28 mil diaktifkan untuk memindahkan gigi seri
bersama-sama, C. Posisi akhir dapat dipertahankan dengan alat yang sama.

11
A. Kondisi klinis sebelum perawatan dengan diatema sentral rahang atas dan juga pada region I2 dan C
kanan rahang bawah, B. Penutupan diastema dilakukan dengan alat ortodonti cekat, C. Hasil akhir setelah
penggunaan alat ortodonti cekat.

A. Lingual bonded retainer, B. Hawley retainer

12
2.4 Jenis-Jenis Alat Ortodonti
Alat /Pesawat ortodontik dalam pemakaiannya di dalam mulut dibedakan menjadi 2 macam alat
yaitu (Shaw, F.G. and Edmonson, S., 1962):
A. Alat Cekat : Alat ortodontik yang hanya dapat dipasang dan dilepas oleh dokter gigi
Contoh: a. Alat cekat Teknik Begg
b. Alat cekat Teknik Edgewise
c. Alat cekat Teknik Bioprogresive
Konstruksi alat cekat lebih komplek dari alat lepasan. Terdriri dari 2 komponen :
1. Komponen pasif, berfungsi untuk mendukung komponen aktif :
a. Band, berupa cincin logam yang biasanya disemenkan pada gigi penjangkar.
b. Tube, berupa tabung logam yang biasanya dipatrikan pada band Molar.
c. Bracket, berupa tempat perlekatan komponen aktif yang sekarang pemasangannya pada
gigi dilakukan secara bonding.
2. Komponen aktif berfungsi untuk menggerakkan gigi :
a. Arch wire/kawat busur berupa lengkung kawat yang dipasang pada slot bracket dan
dimasukkan pada tube bukal.
b. Sectional wire merupakan bagian dari kawat busur untuk menggerakkan gigi-gigi
posterior seperti : Cuspid retractor.
c. Auxillaries merupakan perlengkapan tambahan untuk menggerakkan gigi-gigi,
seperti, pir-pir atau karet elastic

a. Buccal tube b. Molar Band c. Bracket d. Arch wire e. Auxilliary Spring

13
B. Alat Lepasan : Alat ortodontik ini dapat dipasang dan dilepas oleh pasien sendiri (Adams,
C.P. , 1970).
Contoh: a. Plat Dengan Pir-Pir Pembantu
b. Plat Dengan Peninggi Gigitan
c. Plat Ekspansi
d. Aktivator/Monoblock
Komponen alat lepasan terdiri dari :
A. Pelat Dasar /Baseplate
B. Komponen Retentif : 1. Klamer / Clasp
2. Kait / Hook
3. Busur Labial / Labial Arch / Labial Bow (dalam keadaan pasif)
C. Komponen Aktif : 1. Pir-pir Pembantu / Auxilliary Springs
2. Busur Labial / Labial Arch / Labial Bow
3. Skrup Ekspansi / Expansion Screw
4. Karet Elastik / Elastic Rubber

D. Komponen Pasif : 1. Busur Lingual / Lingual Arch / Mainwire


2. Peninggi Gigitan / Biteplane
E. Komponen Penjangkar : a. Verkeilung
b. Busur Labial dalam keadaan tidak aktif
c. Klamer-klamer. dan modifikasinya

A. Pelat Dasar /Baseplate B. Komponen Retentif C. Komponen Aktif


D. Komponen Pasif E. Komponen Penjangkar

14
2.5 Case Report
Pasien wanita, usia 24 tahun, karyawati, datang ke klinik spesialis ortodonti RSGM FKG-UI
dengan keluhan gigi geligi atas dan bawah jarang dengan bentuk gigi yang kecilkecil, dan tidak
rata. Pasien memiliki tinggi badan 162 cm dan berat badan 84 kg. Kedua orang tua berasal dari
suku Sunda.

Foto ekstraoral sebelum perawatan (12 Agustus 2004)

Gambaran Klinis Ekstra Oral dan Intra Oral Sebelum Perawatan

Pada pemeriksaan ekstra oral terlihat muka mesofasial, simetris dan seimbang. Dagu lurus dan
profil cembung. Pada pemeriksaan intra oral, kebersihan mulut sedang. Kesehatan gingiva sedang
serta terdapat kegoyangan gigi 63 dan 82 (geminasi) derajat 2. Terlihat palatum dalam, ukuran
lidah sedang, dan perlekatan frenulum labialis atas rendah dan tebal. Hubungan gigi molar tetap
pertama kanan klas I, hubungan molar kiri tidak bisa diidentifikasi karena gigi 26 missing.
Hubungan gigi kaninus tetap kanan dan kiri tidak bisa diidentifikasi karena gigi 53 dan 63
prolonged retention. Gigi 34, 44, 38, dan 48 tidak erupsi. Overjet + 2.5 mm, overbite +3 mm.
Kurva Spee normal. Garis tengah geligi atas dan bawah normal, serta bentuk lengkung gigi atas
dan bawah oval. Ukuran dan bentuk gigi geligi anterior atas dan bawah lebih kecil dari normal dan
terdapat diastema multipel di regio anterior atas dan bawah.

15
Foto intraoral sebelum perawatan (12 Agustus 2004)

Pemeriksaan Fungsional

Pada pemeriksaan fungsional, TMJ dan gerak buka tutup mulut tidak ada kelainan, pola penelanan
dan pengucapan normal. Pasien tidak punya kebiasaan buruk.

Analisis Sefalometri

Gambaran sefalometri menunjukkan pasien memiliki relasi rahang klas I (SNA 83°, SNB 81°,
ANB 2°). Profil skeletal dan jaringan lunak lurus. Pertumbuhan muka ke bawah dan depan lebih
dari normal, pertumbuhan mandibula ke posteroinferior lebih dari normal, kurva spee landai,
panjang mandibula lebih dari normal. Perbandingan muka tengah dan bawah normal.

16
17
Foto sefalometri sebelum perawatan

Foto dental regio anterior atas sebelum perawatan

Gambaran Foto Panoramik

Pada foto panoramik terlihat gigi 53, 63, dan 82 prolonged retention dengan akar yang telah
resorbsi dan agenesis gigi 13, 23, 34, 38, 42, 44, dan 48. Terdapat karies dentin yang lebar pada
gigi 46, gigi 26 missing dan gigi 18 erupsi parsial. Sutura intermaksilaris (sutura palatina mediana)
terlihat normal. Posisi kondil kanan dan kiri simetris. Sinus dan nasal airway tidak ada kelainan.

18
Foto panoramik sebelum perawatan

Analisa Kebutuhan Ruangan

Analisa Bolton 4, 6, 12 dan analisa Lundstrom tidak dapat dilakukan karena gigi 13, 23, 42
agenesis (gigi 53, 63, dan 82 prolonged retention) dan gigi 26 missing. Pada analisa Kesling
dengan rencana retraksi Lengkung gigi atas dan bawah sebesar 2 mm, akan terdapat kelebihan
ruang 0 mm di regio atas kanan, + 1.5 mm di regio atas kiri, + 1 mm di regio bawah kiri, dan + 1.5
di regio bawah kanan.

Diagnosis

Pasien wanita, usia 24 tahun dengan relasi rahang klas I (SNA 83°, SNB 81°, ANB 2°), profil
skeletal dan jaringan lunak lurus. Diastema multipel anterior dengan perlekatan frenulum labialis
anterior atas rendah. Agenesis gigi 13, 23, 34, 38, 42, 44, dan 48 dengan prolonged retention gigi
53, 63, dan 82. Profil skeletal dan jaringan lunak lurus. Pertumbuhan muka ke bawah dan depan
lebih dari normal, pertumbuhan mandibula ke posteroinferior lebih dari normal, kurva spee landai,
panjang mandibula lebih dari normal. Perbandingan muka tengah dan bawah normal. Overjet 2.5
mm dan overbite 3 mm. Hubungan gigi molar kanan klas I. Terdapat kelebihan ruang (Kesling) +
1.5 mm di regio atas kiri, + 1 mm di regio bawah kiri, dan + 1.5 di regio bawah kanan.

Sasaran Perawatan

Sasaran perawatan yang ingin dicapai pada kasus ini adalah mendapatkan lengkung gigi yang
berkesinambungan dengan titik kontak yang baik pada setiap lengkung gigi, mendapatkan
inklinasi dan angulasi gigi yang baik, serta oklusi yang bebas hambatan. Sasaran tersebut akan

19
akan dicapai melalui sasaran antara berupa memperbaiki perlekatan frenulum labialis anterior atas
yang rendah serta menghilangkan diastema multipel pada lengkung gigi atas dan bawah. Perbaikan
overjet dilakukan dari 2.5 mm menjadi 2 mm dengan overbite yang dipertahankan tetap 3 mm.
Restorasi onlay pada gigi 46 perlu dilakukan dalam mempersiapkan gigi tersebut sebagai unit
penjangkaran.. Gigi 53 yang prolonged retention tetap dipertahankan, sedangkan gigi 63 dan 82
yang telah mengalami kegoyangan direncanakan untuk dicabut dan ruang pencabutan tersebut
akan digantikan dengan gigi tiruan. Pada akhir perawatan setelah penutupan diastema, titik kontak
yang baik antar gigi perlu diperoleh kembali dengan membuat gigi tiruan pada regio 23 dan 42;
melakukan perbaikan tumpatan 12, 22; dan reshaping mahkota gigi 31, 32, dan 41.

Rencana Perawatan

Perawatan pada kasus ini adalah dengan non ekstraksi mengingat pada analisa kebutuhan ruang
(Kesling) akan terdapat kelebihan ruang. Pada tahap selanjutnya, pencabutan akan dilakukan pada
gigi 63 dan 82 yang prolonged retention yang mengalami kegoyangan derajat 2. Perawatan
ortodonti dilakukan dengan menggunakan sistem Edgwise standar dengan slot braket .022.
Rencana perawatan pada rahang atas adalah melakukan frenektomi pada frenulum labialis anterior
atas dan melakukan restorasi onlay pada gigi 46. Leveling dan aligning dilakukan pada rahang atas
dan bawah. Penutupan diastema multipel atas dan bawah dilakukan dengan mesialisasi gigi 12,
11, 21, dan 22 rahang atas; serta mesialisasi gigi 41, 31, dan 32 rahang bawah dan dilanjutkan
dengan retraksi anterior gigi geligi atas dan bawah. Penutupan diastema multipel ini disertai
dengan perbaikan midline lengkung gigi atas dan bawah. Ruang di distal 63 ditutup dengan
mesialisasi gigi posterior atas kiri dan ruang di distal 33 ditutup dengan mesialisasi gigi posterior
bawah kiri. Selanjutnya dilakukan artistic positioning pada rahang atas dan bawah, dilanjutkan
dengan pencabutan gigi 63, 82. Setelah dilakukan debonding dan pemasangan retainer, dilakukan
perbaikan tumpatan 12, 22; reshaping gigi 31, 32, 41 dengan tumpatan plastis (komposit). Retainer
yang direncanakan adalah Hawley Retainer dengan penambahan elemen gigi protesa di regio 42
(dua elemen) dan regio 23 (satu elemen).

Tahapan Perawatan

Pada bulan September 2004 dilakukan pembuatan restorasi onlay metal pada gigi 46 kemudian
dilanjutkan dengan tindakan frenektomi frenulum labialis anterior atas pada tanggal 6 Oktober

20
2004. Pada bulan November 2004 mulai dilakukan Leveling dan aligning anterior atas dan bawah
dengan menggunakan kawat stainless steel (SS) diameter .014 multipel loops yang dilanjutkan
dengan penggunaan kawat SS diameter .016 dan kemudian dengan kawat SS rectangular .016 x
.016. Derotasi gigi 24 dan 25 dilakukan dengan penggunaan elastic chain dari button di palatal gigi
ke gigi 47 secara bergantian. Pada bulan Januari 2005, mulai dilakukan penutupan diastema
multipel anterior atas dan bawah secara bertahap dengan menggunakan elastic chain. Pada evaluasi
bulan Maret 2005 terlihat penentuan garis tengah tidak tepat, sehingga dilakukan koreksi garis
tengah. Pada bulan Agustus 2005 dilakukan retraksi anterior geligi atas dan bawah, disertai koreksi
garis tengah kembali dan dilanjutkan dengan mesialisasi gigi geligi posterior atas kiri (25, 26) serta
gigi geligi posterior bawah kiri dan kanan (46, 45, 43, 33, 35, 36). Pada bulan kesebelas (Oktober
2005) mulai dilakukan artistic positioning pada kawat SS rectangular .016 x .016 yaitu 1st order
bend pada rahang atas dan bawah, dilanjutkan dengan 2nd order bend pada rahang atas untuk
menegakkan gigi 14, 15, 24, 25. Pada rahang bawah dilakukan torque mahkota ke anterior pada
regio 41, 31, 32, 33 dan torque mahkota ke bukal pada regio 36 yang dilakukan dari kawat SS
rectangular .016 x .016 sampai ideal arch SS rectangular .017 x .025 pada bulan Januari 2006.
Debonding dilakukan pada bulan Februari 2006 yang segera dilanjutkan dengan insersi Hawley
retainer atas dan bawah.

Hasil Perawatan

Hasil yang telah dicapai selama perawatan ortodonti 16 bulan ini adalah diastema multipel pada
regio anterior atas dan bawah telah dapat dihilangkan (kecuali pada regio 42 dan 23 yang akan
digantikan oleh elemen gigi tiruan) dan rotasi gigi 24, 25 telah berhasil dilakukan sehingga titik
kontak di regio posterior atas kiri telah dapat diperbaiki. Hubungan oklusi pada sisi kiri dan kanan
cusp to embrasure. Hubungan overjet terlihat +2 mm dan overbite +2.5 mm. Lengkung gigi atas
dan bawah oval. Analisis sefalometri yang dilakukan pada bulan Januari 2006 menunjukkan
beberapa perubahan dibandingkan dengan analisis sefalometri pada awal perawatan. Terjadi
pengurangan sudut SNA, SNB, dan ANB sebesar 1°. Y - axis berkurang 2°. Sudut interinsisal, I -
SN, dan I - MP berkurang 1°.

21
Foto ekstraoral setelah debonding, 16 bulan perawatan (24 Februari 2006)

Foto intraoral setelah debonding, 16 bulan perawatan (24 Februari 2006)

22
Sudut bidang oklusal - SN berkurang 2°. Perbandingan muka tengah dan bawah mendekati normal
menjadi 44 : 56, serta persentase panjang S - Go terhadap N - Me menjadi 65 %. Secara linear,
kedudukan I atas dan bawah terhadap profil menjadi lebih baik (mundur 1- 2 006mm). Posisi dagu
terhadap profil tidak berubah.

23
Foto sefalometri dalam masa perawatan (3 Januari 2006)

Superimposed (Hitam: sebelum perawatan, Merah: masa perawatan)

24
2.6 Pandangan Islam tentang Perawatan Celah Gigi Anterior
Manusia sebagai mahluk ciptaan Allah juga telah diciptakan dengan sebaik-baik bentuk.
Allah SWT berfirman dalam Q.S At-Tin ayat 4:
"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya."

Maka kita sebagai mahluk haruslah bersyukur terhadap apa-apa yang telah Allah ciptakan
terhadap diri kita. Salah satu bentuk rasa syukur tersebut adalah dengan menjaga dan
memelihara setiap organ tubuh yang kita miliki dan menjaga kesehatan gigi merupakan bagian
dari bentuk rasa syukur kita kepada Allah SWT.

Allah SWT menyebutkan gigi dalam Al Qur’an dalam surat Al Maidah ayat 45: "Dan kami
telah menetapkan terhadap mereka di dalamnya (Taurat) bahwasanya jiwa (dibalas) dengan
jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, gigi dengan gigi, dan luka (pun) ada
qishashnya."

Dari surat Al Maidah ayat 45 di atas menunjukkan bahwasanya Allah SWT menjadikan
gigi sebagai sesuatu yang penting dan harus dijaga. Karena tidak mungkin ketika Allah SWT
menyebutkan sesuatu dalam Al Qur'an bukanlah sesuatu yang tidak penting. Maka sudah
seharusnyalah kita sebagai hamba-Nya harus bisa memelihara gigi sebagai sesuatu amanah
yang dititipkan kepada kita.

Gigi dimana mulut sebagai rumahnya memiliki fungsi yang besar dalam kehidupan
manusia. Salah satunya adalah untuk membantu proses pengunyahan. Bayangkan apabila
orang yang tidak memiliki gigi di mulutnya maka makan akan terasa tidak enak walaupun
makanan tersebut adalah makanan yang lezat dan nikmat.

Gigi juga berfungsi sebagai organ estetika. Coba bandingkan senyum orang yang memiliki
gigi yang sehat dengan orang yang giginya hitam atau kecoklatan karena ada karies/lubang
gigi atau bahkan orang yang tidak memiliki gigi. Tentunya orang yang memiliki gigi pasti
memiliki senyum yang lebih enak dipandang dan dilihat.

25
Sebuah hadis yang diriwayatkan oleh `Abdi Llah bin `Abbas, yang lebih dikenali sebagai
Ibni `Abbas. Dalam hadis ini, Ibnu `Abbas menggambarkan sifat Nabi yang ada pada wajahnya,
yaitu pada bagian mulutnya. Dia menyebut gigi Nabi jarang pada antara dua gigi depan. Gigi
depan ialah dua gigi seri di paling depan mulut. Ibnu `Abbas mensifatkan gigi depan Nabi
jarang, yaitu memiliki jarak atau celah antara kedua-dua gigi depannya. Ini adalah sifat yang
mulia dalam kalangan orang Arab karena merupakan suatu kesempurnaan atau fasahah dalam
bertutur karena luasnya gigi saat berbicara. Seterusnya Ibnu `Abbas menyebutkan bahwa apabila
Nabi berkata-kata, seolah-olah kata-kata Nabi itu kelihatan seperti ada cahaya yang keluar dari
antara gigi-gigi depannya. Ini menunjukkan kemuliaan kata-kata Nabi sama ada Al-Qur’an atau
hadisnya, yang fasih dan berisi hidayah petunjuk. (HR. Tirmidzi)

26
BAB III
KESIMPULAN

Diastema sentral rahang atas merupakan suatu maloklusi yang sering muncul dengan ciri
khas yaitu berupa celah yang terdapat diantara insisif sentral rahang atas. Diastema ini
menyebabkan gangguan estetik bagi sebagian orang, terutama diastema yang terdapat di anterior.
Oleh karena itu, perawatan ortodonti dibutuhkan dalam hal ini karena sangat berpengaruh terhadap
individu yang mengalaminya. Perawatan dilakukan dengan penghilangan etiologi dan dilanjutkan
dengan alat aktif ortodonti baik cekat maupun lepasan. Pada akhir perawatan setelah posisi gigi
kembali normal juga digunakan retainer untuk retensi agar mencegah terjadinya relaps.

27
DAFTAR PUSTAKA

Adams, C.P. , 1970 The design and Construction of Removable Orthodontic Appliances, 4th. Ed.,
John Wright & Sons Ltd., Bristol.

Bhalajhi S. I., 2003. Textbook of Orthodontics: The Art and Science 3rd Edition. Arya (MEDI).
New Delhi.

Bishara, S. E. 2001. Textbook of Orthodontics. W. B. Saunders Company. Philadelphia

Campbell A, Kindelan J. 2006. Maxillary Midline Diastema: a Case Report involving a Combined
Orthodontic/Maxillofacial Approach. J Orthod, Department of Maxillofacial Surgery, York, UK,
33(1): 22-7.

Jazaldi F, Purbiati M. 2008. Perawatan Kasus Diastema Multipel. Indonesian Journal of Dentistry
2008; 15 (3): 212-225.

Koch, G. dkk. 1991. Pedodontic. Munksgaard. Copenhagen.

Moyers, R. E. 1988. Handbook of Orthodontics 4th ed. Year Book Medical Publisher. Chicago

Proffit, W. R., Fields, H. W. 2000. Contemporary Orthodontics 3rd ed. Mosby. Missouri.

Russel, K. A., Folwarezna, M. A. 2003. Mesiodens – Diagnosis and Management of a Common


Supernumerary Tooth. J Can Dent Assoc. 69(6):362-36

Shaw, F.G. and Edmonson, S., 1962, Practical Exercises in Orthodontic, Henry Kimpton, London.

Welbury, R. R. dkk, 2005. Paediatric Dentistry. Oxford. New York.

28

Anda mungkin juga menyukai