Anda di halaman 1dari 46

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keperawatan sebagai bagian integral pelayanan kesehatan merupakan suatu

bentuk pelayanan professional yang didasarkan pada ilmu keperawatan. Pada

perkembangannya ilmu keperawatan selalu mengikuti perkembangan ilmu lain,

mengingat ilmu keperawatan merupakan ilmu terapan yang selalu berubah

mengikuti perkembangan zaman.

Demikian juga dengan pelayanan keperawatan di Indonesia, kedepan

diharapkan harus mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat secara

profesional sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat serta teknologi bidang

kesehatan yang senantiasa berkembang. Pelaksanaan asuhan keperawatan di

sebagian besar rumah sakit Indonesia umumnya telah menerapkan pendekatan

ilmiah melalui proses keperawatan.

Rumah Sakit Umum Daerah Praya sebagai salah satu rumah sakit yang

dipergunakan sebagai lahan praktek dari berbagai institusi pendidikan khususnya

bidang keperawatan. Dari hasil pengamatan penulis selama melaksanakan tugas

keperawatan di RSUD Praya, bimbingan praktek klinik keperawatan telah

melaksanakan asuhan keperawatan yang kembangkan dengan mengacu pada

pedoman standar praktek pelaksanaan asuhan keperawatan yang ditetapkan oleh

PPNI. Dimana standar praktik tersebut mengacu pada tahapan dalam proses

keperawatan yang terdiri dari 5 standar : Pengkajian, Diagnosis keperawatan,


2

Perencanaan, Implementasi, dan Evaluasi. (Nursalam, 2001 hlm 7). Pelaksanaan

asuhan keperawatan tersebut merupakan aplikasi unsur dan konsep dari beberapa

teori dan model keperawatan yang di adopsi, digabung, dikembangkan serta

dilaksanakan. Kemungkinan diantaranya teori dan model yang mewarnai asuhan

keperawatan yaitu teori yang dikemukakan oleh Ida Jean Orlando yang dikenal

dengan teori proses keperawatan atau disiplin proses keperawatan.

Model konsep Orlando difokuskan pada perilaku klien menurut kebutuhan,

yang memandang pemenuhan kebutuhan klien adalah dalam rangka mengatasi

masalah stress, meningkatkan kepuasan atau mendorong pencapaian kesehatan

optimal. Tiga konsep penting menurut Orlando yang perlu diperhatikan adalah

perilaku klien, reaksi perawat dan tindakan keperawatan. Harapannya setelah

perawat melakukan pemenuhan maka klien akan mengalami dampak kebutuhan

pada tingkat kesehatan dan bertindak secara otomatis dalam memenuhi

kebutuhannya (Aziz Alimul Hiadyat, 2011 hal 54).

Dalam teorinya Orlando mengemukanan tentang beberapa konsep utama,

diantaranya adalah konsep disiplin proses keperawatan (nursing process

discipline) yang juga dikenal dengan sebutan proses disiplin atau proses

keperawatan. Disiplin proses keperawatan meliputi komunikasi perawat kepada

pasiennya yang sifatnya segera, mengidentifikasi permasalahan klien yang

disampaikan kepada perawat, menanyakan untuk validasi atau perbaikan.

Appendiks (Umbai cacing) mulai dari caecum ( Usus Buntu) dan lumen

appendiks ini bermuara ke dalam caecum dinding appendiks mengandung

banyak folikel getah bening biasanya appendiks terletak pada iliaca kanan di
3

belakang caecum dan merupakan salah satu bagian organ saluran pencernaan

(DENPOS).

Appendiks dapat mengalami peradangan pembentukan mukokel, tempat

parasit, tumor benigna atau maligna dapat mengalami trauma, pembentukan

pistula interna atau eksterna, kelainan kongenital korpus ileum dan kelaina

yang lain. Khusus untuk appendiks terdapat cara prevensi yang hanya

mengurangi morbilitas dan mortalitas sebelum menjadi perforasi atau gangrene.

Namun pada bayi apendiks berbentuk kerucut,lebar pada pangkalnya dan

menyempit kearah ujungnya. Apendiks berpangkal di sekum (perbatasan antara

usus halus dan usus besar). Apendik ini dapat diderita oleh pria atau wanita

(DENPOST)

Tindakan pengobatan terhadap appendiks dapat dilakukan dengan cara

operasi (pembedahan ). Pada operasi appendiks dikeluarkan dengan cara

appendiktomy yang merupakan suatu tindakan pembedahan membuang

appendiks dan pengangkatan apendiks terinflamasi yang dapat dilakukan pada

pasien rawat jalan (DOENGES).

Adapun permasalahan yang mungkin timbul setelah dilakukan tindakan

pembedahan antara lain : nyeri, keterbatasan aktivitas, gangguan

keseimbangan cairan dan elektrolit, kecemasan potensial terjadinya infeksi

(DOENGES).

Di Indonesia pada tahun 1983 tercatat 15,780 penderita apendisitis, dan

kasus apendisitis di NTB pada tahun 2005 – 2008 tercatat 703 kasus

Sedangkan jumlah kasus apendisitis 8 kasus dalam tiga bulan terakhir dari
4

bulan april – junil 2013 di ruang Flamboyan Rumah Sakit Umum Daerah

Praya.

Sumber: regester Flamboyan RSUD Praya.

Karena banyaknya kasus penyakit apendisitis maka penulis tertarik untuk

membuat Laporan Peminatan Aplikasi Teori Ida Jean Orlando “Nursing

Procces Theory” dalam Asuhan Keperawatan Pada Ny. S dengan Masalah

Utama Gangguan Rasa Nyaman Nyeri Pada Kasus Post Op Apendisitis Di

Ruang Flamboyan RSUD Praya.

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mampu menerapkan Aplikasi Teori Ida Jean Orlando “Nursing Procces

Theory” dalam Asuhan Keperawatan Pada Ny. S dengan Masalah Utama

Gangguan Rasa Nyaman Nyeri Pada Kasus Post Op Apendisitis Hari

Pertama Di Ruang Flamboyan RSUD Praya.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian dan menetapkan diagnose keperawatan

pada pasien Post Op Apendisitis hari pertama menurut Ida Jean

Orlando.

b. Mampu melakukan tindakan dan evaluasi keperawatan pasien Post Op

Apendisitis hari pertama menurut Ida Jean Orlando.

c. Mampu melakukan pendokumentasikan hasil keperawatan pasien Post

Op Apendisitis hari pertama menurut Ida Jean Orlando.


5

C. Manfaat Penelitian

Penulisan ini diharapkan dapat bermanfaat secara praktis sebagai berikut:

1. Bagi perkembangan keperawatan.

Agar karya tulis ilmiah ini dapat dijadikan sebagai bahan dalam

melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan apendisitis.

2. Bagi pembaca

Memberikan pengertian, pengetahuan dan pengambilan keputusan yang tepat

kepada pembaca.

3. Bagi Instansi Rumah Sakit Umum Daerah Praya

Sebagai bahan masukan dan menambah referensi untuk lebih meningkatkan

mutu pelayanan yang diberikan pada penderita apendisitis.

4. Bagi perawat untuk dapat digunakan sebagai alat bantu mengevaluasi dalam

upaya meningkatkan mutu pelayanan bagi pasien apendisitis.

5. Bagi penulis

Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman yang lebih mendalam dan

upaya dalam memberikan asuhan keperawatan khususnya pada pasien dengan

apendisitis.
6

BAB II

LANDASAN TEORI

A. MODEL KONSEPTUAL TEORI IDA JEAN ORLANDO

1. Definisi Keperawatan Menurut Teori Ida Jean Orlando

Menurut Orlando, memperkenalkan keperawatan bersifat unik dan

independent karena berhubungan langsung dengan kebutuhan pasien yang

harus dibantu, nyata atau potensial serta pada situasi langsung. Teori Orlando

berfokus pada pasien sebagai individu, artinya masing – masing orang berada

pada situasi yang berbeda. Orlando mendefinisikan kebutuhan sebagai

permintaan/kebutuhan pasien dimana bila disuplai, dikurangi, atau

menurunkan distress secara langsung atau bahkan meningkatkan perasaan

tercukupi/wellbeing.

Teori keperawatan Orlando menekankan ada hubungan timbal balik

antara pasien dan perawat, apa yang mereka katakan dan kerjakan akan saling

mempengaruhi. Perawat sebagai orang pertama yang mengidentifikasi dan

menekankan elemen-elemen pada proses keperawatan serta hal-hal kritis

penting dari partisipasi pasien dalam proses keperawatan. Proses aktual

interaksi perawat-pasien sama halnya dengan interaksi antara dua orang .

Ketika perawat menggunakan proses ini untuk mengkomunikasikan reaksinya

dalam merawat pasien, orlando menyebutnya sebagai ”nursing procces

discipline”. Hal ini merupakan alat yang dapat perawat gunakan untuk

melaksanakan fungsinya dalam merawat pasien.


7

Orlando menggambarkan model teorinya dengan lima konsep utama

yaitu fungsi perawat profesional, mengenal perilaku pasien, respon internal

atau kesegeraan, disiplin proses keperawatan serta kemajuan.

a. Tanggung jawab perawat

Tanggung jawab perawat yaitu membantu apapun yang pasien

butuhkan untuk memenuhi kebutuhan tersebut (misalnya kenyamanan fisik

dan rasa aman ketika dalam mendapatkan pengobatan atau dalam

pemantauan. Perawat harus mengetahui kebutuhan pasien untuk

membantu memenuhinya. Perawat harus mengetahui benar peran

profesionalnya, aktivitas perawat profesional yaitu tindakan yang

dilakukan perawat secara bebas dan bertanggung jawab guna mencapai

tujuan dalam membantu pasien. Ada beberapa aktivitas spontan dan rutin

yang bukan aktivitas profesional perawat yang dapat dilakukan oleh

perawat, sebaiknya hal ini dikurangi agar perawat lebih terfokus pada

aktivitas-aktivitas yang benar-benar menjadi kewenangannya.

b. Mengenal perilaku pasien

Mengenal perilaku pasien yaitu dengan mengobservasi apa yang

dikatakan pasien maupun perilaku nonverbal yang ditunjukan pasien.

c. Reaksi segera

Reaksi segera meliputi persepsi, ide dan perasaan perawat dan pasien.

Reaksi segera adalah respon segera atau respon internal dari perawat dan

persepsi individu pasien , berfikir dan merasakan.


8

d. Disiplin proses keperawatan

Menurut George (1995 hlm 162) mengartikan disiplin proses

keperawatan sebagai interaksi total (totally interactive) yang dilakukan

tahap demi tahap, apa yang terjadi antara perawat dan pasien dalam

hubungan tertentu, perilaku pasien, reaksi perawat terhadap perilaku

tersebut dan tindakan yang harus dilakukan, mengidentifikasi kebutuhan

pasien untuk membantunya serta untuk melakukan tidakan yang tepat.

e. Kemajuan / peningkatan

Peningkatan berari tumbuh lebih, pasien menjadi lebih berguna dan

produktif.

2. Paradigma Keperawatan Teori Proses Keperawatan Orlando

Asumsi Orlando terhadap metaparadigma keperawatan hampir

seluruhnya terkandung dalam teorinya. Sama dengan teori-teori keperawatan

pendahulunya asumsinya tidak spesifik, namun demikian Schmieding (1993)

medapatkan dari tulisan Orlando mengenai empat area yang ditekuninya :

a. Perawat

Perawat adalah suatu profesi yang mempunyai fungsi autonomi yang

didefinisikan sebagai fungsi profesional keperawatan. Fungsi profesional

yaitu membantu mengenali dan menemukan kebutuhan pasien yang bersifat

segera. Itu merupakan tanggung jawab perawat untuk mengetahui

kebutuhan pasien dan membantu memenuhinya. Dalam teorinya tentang

disiplin proses keperawatan mengandung elemen dasar, yaitu perilaku


9

pasien, reaksi perawat dan tindakan perawatan yang dirancang untuk

kebaikan pasien.

b. Manusia

Manusia bertindak atau berperilaku secara verbal dan nonverbal,

kadang-kadang dalam situasi tertentu manusia dalam memenuhi

kebutuhannya membutuhkan pertolongan, dan akan mengalami distress jika

mereka tidak dapat melakukannya. Hal ini dijadikan dasar pernyataan

bahwa perawat profesional harus berhubungan dengan seseorang yang tidak

dapat menolong dirinya dalam memenuhi kebutuhannya.

c. Sehat

Orlando tidak medefinisikan tentang sehat, tetapi berasumsi bahwa

bebas dari ketidaknyamanan fisik dan mental dan merasa adekuat dan

sejahtera berkontribusi terhadap sehat. Perasaan adekuat dan sejahtera

dalam memenuhi kebutuhannya berkontribusi terhadap sehat.

d. Lingkungan

Orlando berasumsi bahwa lingkungan merupakan situasi keperawatan

yang terjadi ketika perawat dan pasien berinteraksi, dan keduanya

mempersepsikan, berfikit, dan merasakan dan bertindak dalam situasi yang

bersifat segera. Pasien dapat mengalami distress terhadap lingkungan

therapeutik dalam mencapai tujuannya, perawat perlu mengobservasi

perilaku pasien untuk mengetahui tanda-tanda distress.


10

3. Konsep Utama Dalam Teori Proses Keperawatan Orlando

Menurut Orlando, keperawatan bersifat unik dan independent karena

berhubungan langsung dengan kebutuhan pasien yang harus dibantu, nyata atau

potensial serta pada situasi langsung. Teori Orlando berfokus pada pasien

sebagai individu, artinya masing – masing orang berada pada situasi yang

berbeda. Orlando mendefinisikan kebutuhan sebagai permintaan/kebutuhan

pasien dimana bila disuplai, dikurangi, atau menurunkan distress secara

langsung atau bahkan meningkatkan perasaan tercukupi/wellbeing.

Teori keperawatan Orlando menekankan ada hubungan timbal balik

antara pasien dan perawat, apa yang mereka katakan dan kerjakan akan saling

mempengaruhi. Perawat sebagai orang pertama yang mengidentifikasi dan

menekankan elemen-elemen pada proses keperawatan serta hal-hal kritis

penting dari partisipasi pasien dalam proses keperawatan. Proses aktual

interaksi perawat-pasien sama halnya dengan interaksi antara dua orang .

Ketika perawat menggunakan proses ini untuk mengkomunikasikan reaksinya

dalam merawat pasien, orlando menyebutnya sebagai ”nursing procces

discipline”. Hal ini merupakan alat yang dapat perawat gunakan untuk

melaksanakan fungsinya dalam merawat pasien.

Orlando menggambarkan model teorinya dengan lima konsep utama

yaitu fungsi perawat profesional, mengenal perilaku pasien, respon internal

atau kesegeraan, disiplin proses keperawatan serta kemajuan


11

a. Tanggung jawab perawat

Tanggung jawab perawat yaitu membantu apapun yang pasien butuhkan

untuk memenuhi kebutuhan tersebut (misalnya kenyamanan fisik dan rasa

aman ketika dalam mendapatkan pengobatan atau dalam pemantauan.

Perawat harus mengetahui kebutuhan pasien untuk membantu

memenuhinya. Perawat harus mengetahui benar peran profesionalnya,

aktivitas perawat profesional yaitu tindakan yang dilakukan perawat secara

bebas dan bertanggung jawab guna mencapai tujuan dalam membantu

pasien. Ada beberapa aktivitas spontan dan rutin yang bukan aktivitas

profesional perawat yang dapat dilakukan oleh perawat, sebaiknya hal ini

dikurangi agar perawat lebih terfokus pada aktivitas-aktivitas yang benar-

benar menjadi kewenangannya.

b. Mengenal perilaku pasien

Mengenal perilaku pasien yaitu dengan mengobservasi apa yang

dikatakan pasien maupun perilaku nonverbal yang ditunjukan pasien.

1. Reaksi segera

Reaksi segera meliputi persepsi, ide dan perasaan perawat dan

pasien. Reaksi segera adalah respon segera atau respon internal dari

perawat dan persepsi individu pasien , berfikir dan merasakan.

2. Disiplin proses keperawatan

Menurut George (1995 hlm 162) mengartikan disiplin proses

keperawatan sebagai interaksi total (totally interactive) yang dilakukan

tahap demi tahap, apa yang terjadi antara perawat dan pasien dalam
12

hubungan tertentu, perilaku pasien, reaksi perawat terhadap perilaku

tersebut dan tindakan yang harus dilakukan, mengidentifikasi

kebutuhan pasien untuk membantunya serta untuk melakukan tidakan

yang tepat.

3. Kemajuan / peningkatan

Peningkatan berari tumbuh lebih, pasien menjadi lebih berguna

dan produktif.

4. Disiplin Proses Keperawatan Dalam Teori Proses Keperawatan


Seperti yang telah diuraikan diatas bahwa disiplin proses keperawatan

dalam nursing procces theory dikenal dengan sebutan proses disiplin atau

proses keperawatan. Disiplin proses keperawatan meliputi komunikasi

perawat kepada pasiennya yang sifatnya segera, mengidentifikasi

permasalahan klien yang disampaikan kepada perawat, menanyakan untuk

validasi atau perbaikan. Disiplin proses keperawatan didasarkan pada ”

proses bagaimana seseorang bertindak”. Tujuan dari proses disiplin ketika

digunakan antara perawat dan pasien adalah untuk membantu pemenuhan

kebutuhan pasien. Peningkatan perilaku pasien merupakan indikasi dari

pemenuhan kebutuhan sebagai hasil yang diharapkan.

a. Perilaku Pasien

Disiplin proses keperawatan dilaksanakan sesuai dengan perilaku pasien.

Seluruh perilaku pasien yang tidak sesuai dengan permasalahan dapat

dianggap sebagai ekspresi yang membutuhkan pertolongan, ini sangat

berarti pada pasien tertentu dalam kondisi gawat harus dipahami. Orlando

menekankan hal ini pada prinsip pertamanya ”dengan diketahuinya


13

perilaku pasien, atau tidak diketahuinya yang seharusnya ada hal tersebut

menunjukan pasien membutuhkan suatu bantuan”.

Perilaku pasien dapat verbal dan non verbal. Inkonsistensi antara dua

perilaku ini dapat dijadikan faktor kesiapan perawat dalam memenuhi

kebutuhan pasien. Perilaku verbal yang menunjukan perlunya pertolongan

seperti keluhan, permintaan, pertanyaan, kebutuhan dan lain sebagainya.

Sedangkan perilaku nonverbal misalnya heart rate, edema, aktivitas

motorik: senyum, berjalan, menghindar kontak mata dan lain sebagainya.

Walaupun seluruh perilaku pasien dapat menjadi indikasi perlunya

bantuan tetapi jika hal itu tidak dikomunikasikan dapat menimbulkan

masalah dalam interaksi perawat-pasien. Tidak efektifnya perilaku pasien

merupakan indikasi dalam memelihara hubungan perawat-pasien,

ketidakakuratan dalam mengidentifikasi kebutuhan pasien yang

diperlukan perawat, atau reaksi negatif pasien terhadap tindakan perawat.

Penyelesaian masalah tidak efektifnya perilaku pasien layak

diprioritaskan. Reaksi dan tindakan perawat harus dirancang untuk

menyelesaikan perilaku seperti halnya memenuhi kebutuhan yang

emergenci.

b. Reaksi Perawat

Perilaku pasien menjadi stimulus bagi perawat, reaksi ini tertidiri dari

3 bagian yaitu pertama perawat merasakan melalui indranya, kedua yaitu

perawat berfikir secara otomatis, dan ketiga adanya hasil pemikiran

sebagai suatu yang dirasakan. Contoh perawat melihat pasien merintih,


14

perawat berfikir bahwa pasien mengalami nyeri kemudian memberikan

perhatian.

Persepsi, berfikir, dan merasakan terjadi secara otomatis dan hampir

simultan. Oleh karena itu perawat harus relajar mengidentifikasi setiap

bagian dari reaksinya. Hal ini akan membantu dalam menganalisis reaksi

yang menentukan mengana ia berespon demikian. Perawat harus dapat

menggunakan reaksinya untuk tujuan membantu pasien.

Disiplin proses keperawatan menentukan bagaimana perawat

membagi reaksinya dengan pasien. Orlando menawarkan prinsip untuk

menjelaskan penggunaan dalam hal berbagi “beberapa observasi

dilakukan dan dieksporasi dengan pasien adalah penting untuk

memastikan dan memenuhi kebutuhannya atau mengenal yang tidak

dapat dipenuhi oleh pasien pada waktu itu.

Orlando (1972) menyampaikan 3 kriteria untuk memastikan

keberhasilan perawat dalam mengeksplor dan bereaksi dengan pasien,

yaitu ;

1) Perawat harus menemuinya dan konsisten terhadap apa yang

dikatakannya dan mengatakan perilaku nonverbalnya kepada pasien

2) Perawat harus dapat mengkomunikasikannya dengan jelas terhadap

apa yang akan diekspresikannya

3) Perawat harus menanyakan kembali kepada pasien langsung untuk

perbaikan atau klarifikasi.


15

Menurut George (1995), bahawa reaksi perawat dimana terjadi

berbagai reaksi perawat dan perilaku pasien dalam disiplin proses

keperawatan teori Orlando identik dengan fase pengkajian pada proses

keperawatan.

c. Tindakan Perawat / Fase Nursing Action

Setelah mevalidasi dan memperbaiki reaksi perawat terhadap perilaku

pasien, perawat dapat melengkapi proses disiplin dengan tindakan

keperawatan, Orlando menyatakan bahwa apa yang dikatakan dan

dilakukan oleh perawat dengan atau untuk kebaikan pasien adalah

merupakan suatu tidakan profesional perawatan. Perawat harus

menentukan tindakan yang sesuai untuk membantu memenuhi kebutuhan

pasien. Prinsip yang menjadi petunjuk tindakan menurut Orlando yaitu

perawat harus mengawali dengan mengekplorasi untuk memastikan

bagaimana mempengaruhi pasien melalui tindakan atau kata-katanya.

Perawat dapat bertindak dengan dua cara yaitu : tindakan otomatis

dan tindakan terencana. Hanya tindakan terencana yang memenuhi fungsi

profesional perawat. Sedangkan tindakan otomatis dilakukan bila

kebutuhan pasien yang mendesak, misalnya tindakan pemberian obat atas

intruksi medis. Dibawah ini merupakan kriteria tindakan keperawatan

yang direncanakan:

1) tindakan merupakan hasil dari indetifikasi kebutuhan pasien dengan

memvalidasi reaksi perawat terhadap perilaku pasien.


16

2) Perawat menjelaskan maksud tindakan kepada pasien dan sesuai

untuk memenuhi kebituhan pasien.

3) Perawat memvalidasi efektifitas tindakan, segera setelah dilakukan

secara lengkap

4) Perawat membebaskan stimulasi yang tidak berhubungan dengan

kebutuhan pasien ketika melakukan tindakan.

Tindakan otomatis tidak akan memenuhi kriteria tersebut. Beberapa

contoh tindakan otomatis tindakan rutinitas, melaksanakan instruksi

dokter, tindakan perlindungan kesehatan secara umum. Semua itu tidak

membutuhkan validasi reaksi perawat.

Fase perencanaan pada proses keperawatan, sesuai dengan fase

nursing action pada disipli proses keperawatan mencakup sharing

reaction (analisa data), diagnosa keperawatan, perencanaan dan tindakan

keperawatan atau implementasi. Tujuannya adalah selalu menguarangi

akan kebutuhan pasien terhadap bantuan serta berhubungan dengan

peningkatan perilaku pasien. Evaluasi pada fase tindakan proses disiplin

merupakan hal yang tidak dapat dipissahkan. Tindakan-tindakan yang

terencana, setelah tindakan dilaksanakan, perawat harus mengevaluasi

keberhawsilannya.

d. Fungsi profesional

Tindakan yang tidak profesional dapat menghambat perawat dalam

menyelesaikan fungsi profesionalnya, dan dapat menyebabkan tidak

adekuatnya perawatan pasien. Perawat harus tetap menyadari bahwa


17

aktivitas termasuk profesional jika aktivitas tersebut direncanakan untuk

mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan pasien.

Disiplin proses keperawatan adalah serangkaian tindakan dengan

suatu perilaku pasien yang membutuhkan bantuan. Perawat harus bereaksi

terhadap perilaku pasien dengan mempersepsikan, berfikir dan

merasakan. Perawat membagi aspek reaksinya dengan pasien,

meyakinkan bahwa tindakan verbal dan nonverbalnya adalah konsisten

dengan reaksinya, dan mengidentifikasi reaksi sebagai dirinya sendiri,

dan perawat mengunjungi pasien untuk memvalidasi reaksinya. Membagi

reaksinya oleh perawat membantu pasien untuk menggunakan proses

yang sama agar lebih efektif perlu komunikasinya. Selajutnya tindakan

yang sesuai untuk menyelesaikan kebutuhan adalah saling

menguntungkan antar pasien dan perawat. Setelah perawat bertindak,

perawat segera katakan kepada pasien jika tindakannya berhasil interaksi.

Secara keseluruhan interaksi , perawat meyakinkan bahwa perawat bebas

terhadap stimulasi tambahan yang bertentangan dengan reaksinya

terhadap pasien.

5. Perbandingan Disiplin Proses Keperawatan Orlando dengan Proses


Keperawatan
Sebenarnya pada umumnya kedua proses tersebut memiliki karakteristik

yang sama, sebagai contoh keduanya bersifat interpersonal dan membutuhkan

interaksi antara pasien dan perawat. Kedua proses tersebut juga melihat

pasien sebagai ”total person”/individu secara keseluruhan, termasuk proses

penyakit atau bagian – bagian tubuh. Orlando tidak menggunakan istilah


18

”holistic” namun dia mendeskripsikannya dengan menggunakan pendekatan

holistik.

Ada beberapa perbedaan antara disiplin proses keperawatan Orlando

dengan proses keperawatan, antara lain :

a. Assesment

1) Tahap pengkajian pada proses keperawatan sesuai dengan reaksi

perawat terhadap perilaku pasien pada disiplin proses Orlando.

Perilaku pasien merupakan inisiasi untuk melakukan pengkajian.

2) Pengumpulan data menurut Orlando hanya meliputi informasi yang

relevan untuk mengidentifikasi kebutuhan pasien yang perlu dibantu.

3) Orlando mendefinisikan observasi sebagai beberapa informasi yang

menyangkut pasien dimana perawat memperolehnya ketika dia

melakukan pekerjannya.

b. Diagnosis

1) Reaksi perawat dari disiplin proses Orlando merupakan beberapa

komponen untuk menganalisa proses keperawatan.

2) Produk dari analisis terhadap proses keperawatan disebut sebagai

diagnosa keperawatan. Eksplorasi reaksi perawat dengan pasien dari

disiplin proses Orlando mengarahkan pada proses identifikasi

kebutuhan perawat untuk membantu pasien.

3) Orlando sepakat dengan interaksi antara perawat – pasien secara

langsung ; hanya satu kebutuhan pada satu waktu.


19

4) Diagnosa keperawatan difokuskan terhadap masalah ketidakmampuan

pasien untuk memenuhi kebutuhannya sehingga perlu pertolongan

perawat.

c. Planning

1) Tahap planning/perencanaan pada proses keperawatan meliputi

penulisan tujuan dan sasaran serta memutuskan tindakan keperawatan

yang sesuai.

2) Tujuan perencanaan Orlando selalu berusaha untuk mengurangi atau

menurunkan kebutuhan pasien untuk minta bantuan : sasaran

berkaitan dengan usaha peningkatan perilaku pasien.

3) Pada Proses keperawatan, partisipasi terjadi paling banyak pada

penyusunan tujuan, sedangkan proses disiplin Orlando melihat pasien

sebagai partisipan aktif untuk menentukan tindakan keperawatan yang

aktual.

d. Implementation

1) Implementasi meliputi seleksi akhir dan melaksanakan rencana

tindakan. Merupakan tahap reaksi perawat dari disiplin proses

Orlando.

2) Proses keperawatan mengharapkan perawat untuk mempertimbangkan

semua dampak yang mungkin terjadi atas tindakan terhadap pasien,

sedangkan disiplin proses Orlando hanya berkaitan dengan efektifitas

suatu tindakan untuk mengurangi kebutuhan pertolongan secara

langsung.
20

e. Evaluation

1) Evaluasi pada kedua proses berdasar pada kriteria objective. Pada

proses keperawatan, evaluasi menanyakan apakah ditemukan

perubahan tingkah laku secara objective, namun pada disiplin proses

Orlando perawat mengobservasi perilaku pasien untuk melihat apakah

pasien tersebut butuh untuk dibantu.

2) Kegagalan didalam mengevaluasi dapat menyebabkan tindakan yang

inefektif seperti kegagalan dalam menemukan kebutuhan pasien dan

meningkatkan biaya serta bahan perawatan.

B. KONSEP UTAMA DAN DEFINISI APENDISITIS

1. Definisi

Dalam pengertian ini ada beberapa pendapat antara lain :

Apendiks dapat mengalami peradangan yang disebut apendisitis (radang usus

buntu). Apendisitis merupakan suatu peradangan apendiks yang mengenai

semua lapisan dinding organ tersebut. (Sylvia A. Price)

Appendiks akut adalah peradangan dari appendiks vermiformis yang

merupakan penyebab umum dari akut abdomen. (DENPOST)

Apendiks adalah ujung seperti jari yang kecil panjangnya kira-kira 10 cm (4

inci), yang melekat pada sekum tepat di bawah katup ileosekal,yang terjadi

karena adanya sumbatan pada saluran apendiks. (KALTIM POST)

Apendisitis adalah inflamasi apendiks vermiformis (kantong buntu di ujung

sekum), (Donna L. Wong).


21

Apendiksitis terjadi ketika membukanya usus besar yang masuk ke dalam

cecum yang berasal dari obstruksi. (Thompson’s)

2. ETIOLOGI

Beberapa factor penyebab terjadinya apendisitis adalah:

a. Infeksi bakteri

Bakteri dapat menginfeksi bagian apendiks yang menyebabkan

peradangan pada daerah tersebut.

b. Penyumbatan apendiks

Tumbuhnya jaringan limfe, fekolit (massa keras dari feses), tumor

apendiks dan cacing oxyuriasis vermicularis yang dapat menyebabkan

penyumbatan apendiks. Ruang dalam apendiks sangat sempit, sehingga

benda asing (biji-bijian) yang terperangkap di dalam apendiks dan

menyebabkan penyumbatan sehingga terjadi radang yang hebat dan dapat

menimbulkan infeksi.

c. Hambatan aliran lendir ke sekum

Apendiks menghasilkan lendir 1-2 ml per hari, lendir itu secara

normal dicurahkan ke dalam lubang apendiks dan selanjutnya mengalir ke

sekum. Terlambatnya aliran lendir dari apendiks tersebut akan membentuk

sumbatan pada apendiks yang menimbulkan peradangan pada daerah

apendiks dan infeksi pada apendiks.

Faktor-faktor timbulnya apendiks:

1. Adanya isi lumen

2. Sumbatan terus- menerus


22

3. Sekresi mucus terus- menerus

4. Sifat mukosa apendiks yang inelastic

3. Manifestasi Klinis

Gejala yang dirasakan pada apendiksitis cenderung mendadak, kadang

timbul dalam waktun satu atau dua hari. Gejala yang sering timbul pada

penyakit apendisitis adalah:

 Rasa nyeri yang dimulai dari bagian epigastrium/periumbilikus dan

setelah beberapa jam nyeri berpindah dan menetapdi fosa iliaka

kanan/kuadran kanan bawah (titik Mc.Burney).

 Gejala ini disusul dengan anoreksia, mual (disebabkan oleh rangsangan

apendiks yang meradang pada selaput lendir perut (peritoneum), dan

muntah.

 Suhu badan subfebril/demam ringan 37,5º C – 38,5º C sampai terjadi

demam tinggi dengan suhu 40º C.

 Nafsu makan hilang, sehingga badan terasa lemah.

 Rasa nyeri semakin meningkat dan terasa ada tekanan pada bagian kanan

bawah intra abdomen saat berjalan dan batuk.

Daerah nyeri tekan:

 Bila apendiks melingkar di belakang sekum maka nyeri tekan dapat

terasa di daerah lumbal.

 Bila ujungnya ada pada pelvis, tanda-tanda ini dapat diketahui hanya

dengan pemeriksaan rectal.

 Nyeri pada saat defekasi menunjukkan ujung apendiks berada dekat


23

rectum.

 Nyeri saat berkemih menunjukkan bahwa ujung apendiks dekat dengan

kandung kemih atau ureter.

Gejala rangsangan peritoneum dengan pusat di daerah titik Mc.Burney:

 Rovsing dapat timbul dengan melakukan palpasi kuadran bawah kiri

(daerah colon desenden/transvesum karena udara menekan sekum, yang

secara paradoksial menyebabkan nyeri yang terasa di kuadran kanan

bawah sekitar titik Mc.Burney.

 Rebound phenomen: bila menekan perut bagian kiri dan dilepas

mendadak maka akan dirasakan nyeri pada abdomen sebelah kanan

bawah.

 Psoas sign: bila mengangkat tungkai kanan dalam ekstensi maka akan

timbul nyeri abdomen kanan bawah.

 Obturator sign: bila melakukan fleksi dan endorotasi sendi panggul kanan

sehingga timbul nyeri abdomen kanan bawah.

 Lekositosis (<10.000/mm).

4. Patofisiologi

Penyebab utama appendisitis adalah obstruksi penyumbatan yang dapat

disebabkan oleh hiperplasia dari folikel limfoid merupakan penyebab

terbanyak,adanya fekalit dalam lumen appendiks. Adanya benda asing seperti

cacing, stiktura karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya, sebab lain

misalnya keganasan (karsinoma karsinoid).


24

Obsrtuksi apendiks itu menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa

terbendung, makin lama mukus yang terbendung makin banyak dan menekan

dinding appendiks oedem serta merangsang tunika serosa dan peritonium

viseral. Oleh karena itu persarafan appendiks sama dengan usus yaitu torakal

X maka rangsangan itu dirasakan sebagai rasa sakit disekitar umblikus.

Mukus yang terkumpul itu lalu terinfeksi oleh bakteri menjadi nanah,

kemudian timbul gangguan aliran vena, sedangkan arteri belum terganggu,

peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritomium parietal setempat,

sehingga menimbulkan rasa sakit dikanan bawah, keadaan ini disebut dengan

appendisitis supuratif akut.

Bila kemudian aliran arteri terganggu maka timbul alergen dan ini

disebut dengan appendisitis gangrenosa. Bila dinding apendiks yang telah akut

itu pecah, dinamakan appendisitis perforasi. Bila omentum usus yang

berdekatan dapat mengelilingi apendiks yang meradang atau perforasi akan

timbul suatu masa lokal, keadaan ini disebut sebagai appendisitis abses. Pada

anak – anak karena omentum masih pendek dan tipis, apendiks yang relatif

lebih panjang , dinding apendiks yang lebih tipis dan daya tahan tubuh yang

masih kurang, demikian juga pada orang tua karena telah ada gangguan

pembuluh darah, maka perforasi terjadi lebih cepat. Bila appendisitis infiltrat

ini menyembuh dan kemudian gejalanya hilang timbul dikemudian hari maka

terjadi appendisitis kronis.


25

5. Pemeriksaan Diagnostik

1. Enema barium dengan pemotretan sinar X / sigmoidoskopi : hasilnya adalah

usus yang ireguler yang dipenuhi jaringan parut.

2. Foto polos abdomen : adanya udara di daerah sekum dan ileum distal.

6. Komplikasi

1. Pembentukan infiltrat yang menyebabkan abses.

2. Timbul perporasi menyebabkan peritonitis umum.

3. Megakolon toksika menyebabkan gangguan integritas saraf / vascular.

4. Obstruksi umum karena pembentukan jaringan parut.

7. Penatalaksanaan Medis

1. Pembedahan diindikasikan jika diagnosa apendisitis ditegakkan.

2. Pemberian antibiotic, analgetik, cairan IV diberikan sampai pembedahan

dilakukan.

3. Penatalaksanaan apendiktomi (pembedahan untuk mengangkat apendik).

4. Apendiktomi dengan menggunakan anestesi umum / spina dengan insisi

abdomen bawah / laparuskopi.

C.ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Observasi adanya manifestasi klinis dari apendisitis :

 Nyeri abdomen kuadran kanan bawah

 Demam

 Abdomen kaku

 Bising usus menurun


26

 Muntah (umumnya mengikuti awitan nyeri)

 Anoreksia

 Takikardi, pernafasan cepat dan dangkal

 Pucat

 Letargi

 Peka rangsangan

 Postur tubuh membungkuk

 Suhu badan subfebril 37,5º C – 38,5º C

2. Diagnosa Keperawatan

a. Pre operasi

1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan obstruksi dan

peradangan apendiks.

2. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan

peningkatan metabolisme tubuh.

3. Perubahan kenyamanan (Hipertermi) berhubungan dengan peradangan.

4. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

anoreksia.

b. Post operasi

1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan luka insisi bedah.

2. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan adanya organisme

infektif.

3. Resiko tinggi cidera berhubungan dengan prosedur bedah anastesi.

4. Cemas atau takut berhubungan dengan pembedahan, lingkungan asing,


27

perpisahan dengan sistem pendukung dan ketidaknyamanan.

3. Perencaanan Keperawatan

Pre Operasi

Diagnosa Tujuan Rencana Keperawatan


Keperawatan

Intervensi Rasional
Gangguan rasa  Anak tidak  Gunakan berbagai  Karena
nyaman (nyeri) mengalami stategi pengkajian srategi yang
berhubungan nyeri atau nyeri : berbeda
denagn nyeri menurun QUESTT : memberikan
obstruksi dan sampai tingkat -Question informasi
peradangan yang dapat (Pertanyaan) anak kualitatif dan
apendiks diterima anak -Use kuantitatif
(menggunakan) tenatng nyeri
KH: skala peringkat
Anak beristirahat nyeri
denagn tenang, -Evaluated
tidak melaporkan (mengevaluasi)
atau perilaku
menunjukkan -Secure
bukti-bukti (melindungi)
ketidaknyamanan. keterlibatan orang
Skala nyeri tua
menurun dan -Take
mengekspresikan (mendapatkan)
wajah gembira penyebab nyeri
dalam catatan
-Take
(mengambil)
tindakan

 Kaji nyeri dengan  Skala


menggunakan peringkat
skala peringkat nyeri
nyeri memberikan
pengukuran
yang subjektif
28

dan
kuantitatif
tentang
intensitas
nyeri pada
anak
 Minta anak untuk  Pada anak
melokalisasikan seusia toddler
nyeri denagn atau anak
menggunakan yang
tubuh pada mempunyai
gambar manusia, kesulitan
menunjuk area memahami
dengan satu jari skala nyeri
pada diri sendiri biasanya
atau boneka dapat
melokalisasi
nyeri pada
gambar atau
pada tubuh
mereka dan
pernyataan
verbal serta
diskripsi
nyeri dari
anak adalah
faktor
terpenting
 Anjurkan oaring  Orang tua
tua untuk adalah
berpartisipasi individu
dalam mengkaji paling
nyeri konsisten
dalam
merawat anak
dan ingin
terlibat dalam
menghilangka
n nyeri
 Lakukan strategi  Teknik
29

non-farmakologis seperti
untuk membantu relaksasi,
anak mengatasi pernapasan
nyeri berirama dan
distraksi
dapat
membuat
nyeri dapat
lebih
ditoleransi
 Beri posisi yang  Untuk
nyaman (biasanya mengurangi
denagn kaki peregangan
fleksi) abdomen
 Berikan analgesic  Untuk
denagn dosis yang megurangi
dianjurkan dan nyeri
sesuai dengan
usia, BB anak,
dan juga
memberitahukan
anak bhawa dia
akan menjadi
lebih baik (non
opioid termasuk
asetamiinofen,
Paracetamol) dan
obat anti
inflamasi non
steroid tersedia
untuk nyeri ringan
sampai sedang
dan opioid
diperlukan untuk
nyeri sedang
sampai berat
 Pertahanan puasa  Untuk
meminimalka
n kehilangan
cairan melalui
30

muntah dan
keringat serta
meminimalka
n distensi
abdomen
 Berikan cairan  Untuk
sesuai instruksi mempertahan
Resiko tinggi  Anak INTRAVENA kan volume
kekurangan mendapatkan -berikan cairan cairan yang
volume cairan cairan untuk sesuai ketentuan ada didalam
berhubungan hidrasi yang -Pertahankan laju tubuh
dengan adekuat tetesan sesuai
peningkata (volume yang diinginkan
metabolisme cairan dalam -tambahkan
tubuh keadaan elektrolit yang
normal) tepat dan sesuai
-pertahankan
integritas daerah
KH: infus
 Anak ORAL
mendapat -beri larutan  Untuk
cairan yang dehidrasi per oral mengkaji
cukup untuk sesuai ketentuan hidrasi
menggantikan
kehilangan  Pantau input dan  Untuk
cairan output serta mendeteksi
 Anak timbang BB penurunan
menunjukkan setiap hari dan
tanda hidrasi peningkatan
yang adekuat berat badan
misalnya : anak
membrane
mukosa
lembab, turgor
kulit baik dan
keluaran urine
adekuat
31

Post Operasi

Diagnosa Tujuan Rencana Keperawatan


Keperawatan
Intervensi Rasional
Gangguan rasa Anak tidak  Jangan  mengintervensi
nyaman (nyeri) mengalami nyeri menunggu untuk
berhubungan atau penurunan sampai anak mencegah
dengan luka nyeri sampai mengalami nyeri terjadinya
insisi bedah tingkat yang dapat hebat nyeri
diterima anak  Hindari  Area operasi
mempalpasi area sangat peka
KH: operasi kecuali rangsang
Anak beristirahat jika diperlukan
tenang dan  Pasang selang  Untuk
menunjukkan rectal jika menghilangkan
bukti-bukti nyeri diindikasikan gas dalam
yang minimal atau abdomen
tidak ada (flatus)
 Anjurkan anak  Mencegah
untuk berkemih distensi
bila sesuai kandung
kondisi anak kemih
 Berikan  Menjaga agar
perawatan mulut mulut tetap
dengan sikat bersih dan
gigi atau meningkatkan
gunakan swab rasa nyaman
lembab atau
toothettles
 Berikan posisi  meningkatkan
yang nyaman kenyamanan
pada anak bila
tidak
dikontraindikasi
kan
 Berikan  Untuk
analgesic sesuai menurunkan
ketentuan nyeri
 Berikan anti  Untuk
32

emetic sesuai mengatsi mual


instruksi dan muntah
Resiko tinggi Anak  Lakukan  Meminimalkan
terhadap menunjukkan perwatan luka resiko infeksi
infeksi tanda-tanda dengan hati-hati:
berhubungan penyembuhan -Jaga agar
dengan adanya luka tanpa bukti luka bersih
organisme infeksi dan balutan
infektif utuh
KH: -Pasang
Anak tidak balutan yang
menunjukkan menigkatkan
bukti-bukti infeksi kelembaban
luka penyembuhan
luka (mis:
balutan
hidrokoloid)
-Ganti balutan
bila
diindikasikan,
jika kotor,
buang balutan
yang kotor
dengan hati-
hati
-Bersihkan
dengan
preparat yang
ditentukan
(bila
diinstruksikan)
-Berkan
larutan anti
microbial atau
salep sesuai
instruksi untuk
mencegah
infeksi.
-Laporkan
adanya tanda
33

tidak umum
atau drainase
untuk diteksi
dini adanya
infeksi.
 Tempatkan  Mencegah
popok atau kontaminasi
cekana dibawah
balutan
abdomen
 Bila anak mulai  Mempercepat
makan per oral, penyembuhan
berikan diet luka
bergizi sesuai
instruksi
34

BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Gambaran Umum RSUD Praya

1. Keadaan Umum

Rumah Sakit Umum Daerah Praya adalah milik Pemerintah Kabupaten

Lombok Tengah yang terletak di Ibu Kota Kabupaten Lombok Tengah yang

merupakan rumah sakit rujukan, dimana berfungsi sebagi unit pelayanan

kesehatan lanjutan bila di Puskesmas para pasien tidak bisa tertangani.

Rumah Sakit Umum Daerah Praya yang kegiatan operasionalnya sejak

tanggal 18 Agustus 1959, dengan nomor kode Rumah Sakit 5202011. Pada

tanggal 5 Juni 1996 dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor: 546/MENKES/SK/VI/ 1996 Rumah Sakit Umum Daerah

Praya telah berubah status kelas Rumah Sakit dari kelas D menjadi Kelas C

dengan kapasitas 75 tempat tidur dan sejak bulan April 2001 menjadi 112

tempat tidur, kemudian pada bulan Maret 2002 ditambah menjadi 124 tempat

tidur, seiring dengan kebutuhan pelayanan, maka pada bulan Juni 2004 di

buka ruang ICU dengan 4 ( empat ) tempat tidur, sehingga berjumlah 128

tempat tidur. Pada tanggal 1 Juni 2006 RSUD pindah lokasi dari Jalan Basuki

Rahmat Praya ke Jalan H. L. Hasyim Praya dengan nama rumah sakit sesuai

SK menkes nomor: HK.07.06/III-3/75/2007 Tangal 28 Juni 2007 dengan

nama RSUD Praya Baru dengan jumlah tempat tidur 138 buah mulai bulan

Mei 2007 dan pada tahun 2008 betambah menjadi 147.


35

Penetapan sebagai Badan Layanan Umum Daerah ( BLUD ) dalam

pengelolaan keuangan dengan Surat Keputusan Bupati Nomor 374 Tahun

2011 tanggal 1 Oktober 2011.

2. Visi dan Misi

Visi : RSUD Kabupaten L ombok Tengah adalah Rumah Sakit Pelayanan

Prima dengan mengutamakan budaya keselamatan

Misi : RSUD Kabupaten Lombok Tengah adalah Rumah Sakit

1. Memberikan pelayanan paripurna yang efektif, efisien dan

bermutu

2. Menyiapkan pelayanan yang terjangkau oleh seluruh lapisan

masyarakat

3. Mewujudkan RSUD Kabupaten Lombok Tengah menjadi RSUD

BLUD ( Badan Layanan Umum Daerah )

Motto: Beri Kepastian Raih Kepercayaan

3. Sarana dan Ketenagaan

Sarana pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah Praya adalah sebagai

berikut:

a. Fasilitas Umum

1) Luas Lahan/tanah : 4,5 Ha

2) Luas bangunan : 7801,75 m²

3) Fasilitas Air : PDAM, Sumur Bor

4) Fasilitas Listrik : PLN : 66 KVA

Generator : 100 KVA (aktif) dan 50 KVA (non aktif)


36

5) Fasilitas Pengolahan limbah:

- Limbah padat: incinerator dengan kapasitas 0,50m³/hari

- Limbah cair : IPAL 80 m³/hari

6) Kapasitas Tempat Tidur : 147

b. Fasilitas Pelayanan

1) Pelayanan Rawat Jalan

(1) Poliklinik Penyakit Dalam

(2) Poliklinik Kesehatan Anak

(3) Poliklinik Penyakit Kebidanan dan Kandungan dan KB

(4) Poliklinik Bedah

(5) Poliklinik Penyakit Kulit dan Kelamin

(6) Poliklinik Mata

(7) Pliklinik THT

(8) Poliklinik Rehabilitasi Medik/fisiotherapi

(9) Poliklinik Gigi

(10) Poliklinik Medical Cek Up

(11) Poliklinik VCT

(12) Poliklinik Psikologi

(13) Poliklinik PPT

(14) Poliklinik Saraf

2) Instalasi Gawat Darurat

3) One Day Care

4) Pelayanan Rawat Inap


37

(1) Ruang Perawatan

Ruan Rua Rua Ruan Rua Rua


Kelas Ruang
N g ng ng g ng ng Juml
Pelayan Flambo ICU
o Maw Dahl Mal Tunju Aso Seru ah
an yan
ar ia ati ng ka ni

1 VIP 8 - - - - - - - 8

2 Kelas I - 15 - - - 4 - - 19

3 Kelas II - - 9 6 8 2 - - 25

4 Kelas - - 21 19 28 8 8 - 84

III

5 Isolasi - - - - 4 - - - 4

6 ICU - - - - - - - 7 7

7 Total 8 15 30 25 40 14 8 7 147

Sumber : Profil RSUD Praya 2012

(2) Unit Pelayanan Kesehatan Rawat Inap

(a) Unit Pelayanan Penyakit Dalam

(b) Unit Pelayanan Penyakit Anak

(c) Unit Pelayanan Penyakit Bedah

(d) Unit Pelayanan Penyakit Obgin

(e) Unit Pelayanan Perinatologi ( NICU )

(f) ICU

5) Pelayanan Penunjang Medis

(1) Laboratorium (7) Gizi


38

(2) Transfusi Darah (8) EKG

(3) Farmasi (9) USG

(4) Radiologi (10) Gas Medik

(5) Anastesiologi (11) Endoscopy

(6) Rehabilitasi Medik

6) Pelayanan lain-lain

(1) Pelayanan Mobil Ambulance

(2) Pelayanan Mobil Jenazah

7) Instalasi Pendukung Pelayanan

(3) IPSRS ( Instalasi Pengelolaan Sarana Rumah Sakit )

(4) IKL ( Instalasi Kesehatan Lingkungan )

4. Sumber Daya Manusia

Sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku tenaga RSUD

Praya dikelompokkan menurut jenis pendidikan dan status kepegawaian,

sebagaimana terlihat dalam tabel berikut ini:


39

Tabel I

KEADAAN TENAGA MENURUT

JENIS PENDIDIKAN DAN STATUS KETENAGAAN TAHUN 2012

STATUS KETENAGAAN

No JENIS PENDIDIKAN CPN NON TOTA


PNS
S PNS L

Dokter Spesialis 11 11

1 MEDIS Dokter Umum 21 6 27

Dokter Gigi 3 3

Sarj. Keperawatan 42 21 63

Akper + D3 Anestesi 78 68 146

KEPERAWA SPR/SPK 7 10 17
2
TAN D1 Bidan 2 2

D3 Bidan 16 36 52

D4 Bidan 2 2

Apoteker 2 1 3
KEFARMAS
3 D 3 Farmasi 4 2 6
IAN
SMF 5 2 7

S2 Kes. Masy./M.Kes 5 5
KES.
S1 Kes. Masy/SKM 6 6
4 MASYARAK
S1 Kes. Lingkungan - 1 1
AT
DIII Kes. Lingkungan 2 5 7
40

DI Kesling ( SPPH ) 1 - 1

D4 Gizi 1 - 1

5 GIZI AKZI 8 5 13

SPAG 1 1

KETERAPIA D3 Fisioteraphi 4 4
6
N FISIK D3 Refraksionis Optisi 0 1 1

ATEM 2 2

AKPRO 5 5

AKNES/PAMPERNES - - -

KETEKNISA SPRG/TEKNIK GIGI 1 1


7
N MEDIS S1 MIPA 1 1

D3 Analisa Kes. 12 3 15

D1 Tranfusi Darah 1 1

SMAK 4 1 5

STATUS KETENAGAAN

No JENIS PENDIDIKAN CPN NON TOTA


PNS
S PNS L

D3 Rekam Medis 3 8 11

ADMIN. D3 Manajemen RS - - -
8
KES. SMTA 1 1

Pekarya Kesehatan Atas 5 5

9 SARJANA S1 Kedokteran Gigi - 1 1


41

KES. D3 Lainnya - - -

LAINNYA

S2 MMRS - - -

S2 Hukum Kesehatan - - -

S2 Kes. Masyarakat - 1 1

S1 Ekonom 3 2 5

S1 Administrasi 1 - 1

Pemerintah

S1 Teknik Kimia - 1 1

S1 Teknik Informatika 2 - 2

S1 Teknik Elektro 1 - 1
NON
S1 Psikologis - 2 2
10 KESEHATA
S1 Ilmu Pemerintahan - 1 1
N
S1 Sosial 7 - 7

S1 Hukum - 1 1

D3 Ekonomi Akuntansi 1 - 1

D3 M.Informatika 1 2 3

Komp.

D3 Perpajakan - 1 1

D1 Pajak - 1 1

D1 Informatika - 1 1

D1 Perkantoran - 1 1
42

D1 MPRS - 1 1

D1 Pariwisata - - -

SLTA 48 139 187

SLTP 7 9 16

SD 1 9 10

JUMLAH 0 328 343 671

Penempatan tenaga disesuaikan dengan profesinya terlihat pada tabel

berikut ini:

Tabel II

TENAGA DOKTER SPESIALIS

STATUS KETENAGAAN
NO KEAHLIAN
PNS PTT PP31 Sukarela

1 Spesialis Dalam 2

2 Spesialis Anak 1

3 Spesialis Bedah 2

4 Spesialis Obgin 2

5 Spesialis Kulit dan Kelamin 1

6 Spesialis Radiologi 1

7 Spesialis Anastesi 1
43

8 Spesialis Patologi Klinik 1

Total 11 0 0 0

TABEL III

TENAGA DOKTER UMUM DAN DOKTER GIGI

STATUS KETENAGAAN
NO UNIT KERJA
PNS PTT PP31 Sukarela

1 Instalasi Gawat Darurat 2 6

2 UPF Dalam -

3 UPF Anak 1

4 UPF Bedah 1

5 UPF Obgin 1

6 UPF Gigi 2

7 ICU 2

TOTAL 9 6 0 0
44

TABEL IV

TENAGA KEPERAWATAN

STATUS KETENAGAAN
No UNIT KERJA
PNS PTT PP31 Sukarela

Kelas VIP (Ruang Mawar ) 9 6

Kelas I ( Ruang Dahlia ) 12 7

Kls III DaLam (R. Tanjung) 11 17


Ruan
Kls II & III Bdh
g 10 14
1 (R.Plamboyan)
Rawa
Kls. II&III Anak (R.Melati) 8 11
t Inap
Kls III Obgin ( R. Anggrek ) 13 11

Kls III Pydiatrik ( R.seruni ) 10 8

ICU 11 10

2 Ruang Operasi 23 3

Poli Dalam 5

Poli Bedah 3

Poli Poli Anak 2


3
klinik Poli Obgin, KIA dan KB 2 1

Poli Kulit dan Kelamin 1

Poli Mata 1 1

Poli Gigi 1

Poli THT 1
45

Poli Medical Cek Up 1

Poi rehab medik/fisioterphi 4

4 Instalasi Gawat Darurat + Day car 11 15

TOTAL 148 120 0 0


46

TABEL V

TENAGA KESEHATAN LAIN DAN TENAGA ADMINISTRASI

N STATUS KETENAGAAN
UNIT KERJA
O PNS PTT PP31 Sukarela

1 Instalasi Farmasi 15 8

2 Instalasi laboratorium 15 5

3 Instalasi Radiologi 6 1

4 Instalasi Gizi 13 21

5 IPSRS dan Sanitasi Lingkungan 8 18

6 Instalasi Londrey 1 13

7 Direksi 1 -

8 Bagian Tata Usaha 22 4

9 Bidang P2 Mutu 10 26

10 Bidang Pelayanan 5 4

11 Bidang Keperawatan 10 2

TOTAL 106 102 0 0

Sumber : Profil RSUD Praya Tahun 2012.

Anda mungkin juga menyukai