Bahan Ajar - PTM323 Teori Kelistrikan Otomotif PDF
Bahan Ajar - PTM323 Teori Kelistrikan Otomotif PDF
Kelistrikan Otomotif
Kelistrikan Engine
(Sistem Pengapian dan Pengisian)
Penulis
Ucap syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat sehingga buku ajar dapat terwujud meskipun dengan segala keterbatasan
dan kesederhanaannya. Mudah-mudahan buku ini bisa menjadi bahan untuk
menambah pengetahuan atau setidaknya dapat menjadi bahan diskusi di dalam
pelaksanaan perkuliahan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
mendukung penulisan buku ini. Mudah-mudahan isi buku ini dapat memenuhi
harapan semua pihak yang terkait untuk tercapainya kemajuan bersama.
Sumbang saran dan kritik membangun kami harapkan untuk
kesempurnaan isi buku ini demi kebaikan kita bersama. Mudah-mudahan buku ini
bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya.
Penulis
HALAMAN SAMPUL I
KATA PENGANTAR Ii
HALAMAN FRANCIS iii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR GAMBAR vi
PETA KOMPETENSI viii
BAB I PENDAHULUAN 9
A. Deskripsi 9
B. Prasyarat 9
C. Petunjuk Belajar 10
D. Kompetensi dan Indikator 10
BAB II SISTEM PENGAPIAN 12
A. Kompetensi dan Indikator 12
B. Sistem Pengapian 12
1. Pendahuluan 12
2. Skema dan cara kerja 16
3. perhitungan tegangan sekunder 17
C. Latihan 19
D. Lembar Kegiatan 19
E. Rangkuman 19
F. Tes Formatif 20
BAB III SISTEM PENGAPIAN ELEKTRONIK 22
A. Kompetensi dan Indikator 22
B. Sistem Pengapian Elektronik 23
1. Pendahuluan 23
2. Sistem Pengapian Elektronik 25
a. Sistem pengapian induktif 26
b. Sistem pengapian Hall Effect 29
c. Sistem pengapian iluminasi 30
d. Sistem pengapian CDI 32
Gambar Halaman
2.1 Komponen sistem pengapian 13
2.2 Detail komponen sistem pengapian 14
2.3 Diagram pembakaran pada motor bensin 15
2.4 Pemajuan saat pengapian 15
2.5 Skema sistem pengapian konvensional 16
2.6 Grafik arus primer koil 17
3.1 Perbandingan karakteristik sistem pengapian
konvensional dan transistor 24
3.2 Kerja transistor 25
3.3 Diagram blok sistem pengapian elektronik 26
3.4 Diagram sistem pengapian transistor 26
3.5 Pengapian transistor model induktif 28
3.6 Prinsip Hall effect 29
3.7 Pembangkit pulsa Hall effect 29
3.8 Diagram blok dan skema sistem pengapian Hall effect 30
3.9 Pembangkit pulsa dengan sensor cahaya 31
3.10 Pengapian sistem cahaya 31
3.11 Diagram blok sistem pengapian CDI 35
3.12 Pengapian CDI dengan kontak poin 35
3.13 Rangkaian sistem pengapian CDI 37
3.14 Pengapian CI dengan magnetic pulse generator 37
4.1 Diagram blok sistem pengapian ESA 43
4.2 Penyederhanaan sistem pengapian ESA 43
4.3 Bagian-bagian dalam igniter 44
4.4 Pemajuan sinyal IGT 45
4.5 Sistem pengapian ESA dengan distributor 46
4.6 Skema sistem pengapian DLI untuk 4 silinder 47
4.7 Skema sistem pengapian DLI untuk 6 silinder 48
Menguasai Sistem
Kelistrikan Otomotif
Menguasai Sistem
Starter
Menguasai Sistem
Pengapian
Menguasai Sistem
Pengisian
A. Deskripsi
Buku ini memuat materi sistem kelistrikan engine yang meliputi sistem
pengapian (ignition system) dan sistem pengisian baterai (charging system) yang
banyak mengalami kemajuan dan perkembangan yang sangat pesat. Sistem
pengapian yang dibahas dalam buku ini meliputi sistem pengapian konvensionnal
dan nonkonvensional (elektronik). Pembahasan sistem pengapian konvensional
tidak dibahas secara mendetil karena penekanannya di sistem pengapian
nonkonvensional. Sistem pengapian konvensional dibahas singkat untuk
menyegarkan kembali dan sebagai dasar mempelajari sistem pengapian
nonkonvensional. Sistem pengapian nonkonvensional yang dibahas dalam buku
ini adalah 1) sistem pengapian elektronik dengan penghasil pulsa model induktif,
Hall effect, dan iluminasi atau cahaya, 2) sistem pengapian CDI (capasitive
discharge ignition), dan sistem pengapian terkontrol computer / ESA (electronic
spark advance dengan distributor, tanpa distributor, dan sistem pengapian
langsung).
Pembahasan sistem pengisian meliputi sistem pengisian dengan regulator
konvensional, regulator IC, dan alternator model tanpa sikat (brushless
alternator). Kompetensi yang ingin dicapai setelah mempelajari buku ini adalah
peserta dapat menjelaskan, menganalisa, menentukan penyebab, mengatasi
masalah, dan mejelaskan perbedaannya pada sistem pengapian dan sistem
pengisian baik model konvensional maupun nonkonvensional.
B. Prasyarat
Kompetensi awal yang diperlukan untuk mempelajari buku ini adalah
sudah menguasai 1) dasar-dasar kelistrikan dan rangkaian listrik, 2) dasar-dasar
elektronika dan komponen elektronika, 3) alat-alat ukur kelistrikan dan
penggunaannya.
B. Sistem Pengapian
1. Pendahuluan
Pembakaran pada motor bensin diawali dengan pecikan bungan api pada
busi (titik 1) sekitar 100 menjelang titik mati atas (TMA = TDC) pada akhir langkah
kompresi. Pembakaran dimulai pada titik 2 dengan mulai terjadinya perambatan
Aliran arus primer koil pada saat kontak pemutus tertutup berbentuk
eksponensial. Hal ini disebabkan adanya efek counter electromotor force pada
saat arus mengalir pada kumparan primer koil yang menyebabkan terbentuknya
medan magnet di sekitar koil. Semakin tinggi putaran mesin, maka semakin
singkat kontak pemutus menutup sehingga arus primer koil juga menjadi semakin
kecil bila dibandingkan dengan rendah atau sedang. Hal ini akan menurunkan
kemampuan system pengapian.
Cs
1
⎡ 2E ⎤2
Va = ⎢ s ,max ⎥ Volt ............................... 4)
⎣ Cs ⎦
Cs adakah kapasitansi rangkaian sekunder (Farad). Berdasarkan persamaan 2,
jika energi yang tersimpan dalam rangkaian primer koil adalah ½ LpIp2, ditransfer
ke rangkaian sekunder, maka
1 1
⎡ 2(1 / 2) L p I p 2 ⎤ 2 ⎡ Lp ⎤ 2
Va = ⎢ ⎥ = Ip⎢ ⎥ Volt ................ 5)
⎣⎢ Cs ⎦⎥ ⎣ Cs ⎦
Energi yang dapat ditransfer ke kumparan sekunder akibat adanya kerugian-
kerugian adalah 85% (Obert, 1973 : 540). Koil mempunyai kumparan sekunder
sekitar 20000 lilit dan kumparan primer sebanyak 200 lilit, sehingga perbandingan
kumparan sekunder dan primernya adalah 100. Untuk koil dengan perbandingan
kumparan sekunder dan primer = 100, maka harga induktansinnya Lp = 5 mH,
dan kapasitansi Cs = 60 pF (Obert, 1973 : 540). Dengan menggunakan
persamaan 2 dan besarnya arus primer misalnya 2,7A, energi yang dapat
disalurkan ke kumparan sekunder sekitar 85% (Obert, 1973 : 540) adalah
C. Latihan
1. Gambar rangkaian sistem pengisian konvensional dan diskusikan dengan
teman cara kerjanya.
2. Diskusikan bersama teman pengaruh penyetelan celah kontak pemutus yang
terlalu besar atau terlalu kecil, buat ringkasan hasil diskusinya
3. Buat ulasan mengapa tegangan baterai 12 volt dapat berubah menjadi
tegangan tinggi lebih dari 10000volt.
4. Uraikan pendapat anda mengapa pada sistem pengapian konvensional harus
dipasang kondensor.
5. Tentukan berapa tegangan sekunder koil jika arus primer koil sebesar 3
amper.
D. Lembar Kegiatan
Kegiatan pembelajaran ini adalah kegiatan yang utamanya untuk
meningkatkan kemampuan akademik (tidak kemampuan praktik) peserta
sehingga kegiatan yang yang harus dilakukan sesuai dengan yang tertuang
dalam petunjuk belajar di BAB I bagian C.
E. Rangkuman
Sistem pengapian digunakan untuk menghasilkan percikan bungan api
yang kuat dan pada saat yang tepat untuk membakar campuran udara dan bahan
bakar. Sistem pengapian yang baik akan menghasilkan performa engine yang
baik sehingga kondisi sistem pengapian harus selalu dijaga. Penyetelan celah
kontak pemutus yang tidak tepat menyebabkan kurang optimumnya medan
magnet yang terbentuk pada koil sehingga dapat mempengaruhi besar kecilnya
api pada busi.
Soal essay:
1. Jelaskan fungsi vakum dan sentrifugal advancer
2. Apa efek dari celah kontak pemutus yang sudah aus?
3. Gambar dan jelaskan cara kerja rangkaian sistem pengapian
4. Bagaimana kondensor pada sistem pengapian bekerja?
5. Jelaskan fungsi resistor pada koil sistem pengapian
(a) (b)
Untuk transistor (a) jenis PNP, bila ada arus mengalir dari E ke B, maka transistor
akan on sehingga E dan C nya terhubung yang mengakibatkan arus (lebih besar)
juga dapat mengalir dari E ke C. Untuk transistor (b) jenis NPN, bila ada arus
mengalir dari B ke E, maka transistor akan on sehingga C dan E nya terhubung
Bagian-bagian sistem pengapian tersebut dapat dibagi menjadi lima bagian, yaitu
1) sistem pembangkit pulsa, 2) penstabil tegangan (voltage stabilizer), 3)
pembentuk pulsa (pulse shaping stage), 4) pengontrol sudut dwell, dan 5)
bagian driver dan Darlington output.
Model pengapian di atas adalah model induktif. Model lainnya adalah Hall
effect dan model iluminasi. Pembangkit pulsa untuk mengaktifkan power
transistor dengan model hall effect digambarkan sebagai berikut.
Apabila bahan semikonduktor dialiri arus listrik dari sisi kiri ke kanan dan
semikonduktor tersebut berada dalam suatu medan magnet, maka pada arah
tegak lurus terhadap aliran arus itu akan timbul tegangan yang disebut dengan
tegangan Hall Vh (Hall adalah nama ilmuwan yang meneliti fenomena tersebut).
Apabila medan magnet yang berada di sekitar semikonduktor tersebut
dihilangkan, maka tegangan yang tegak lurus terhadap aliran arus itu juga akan
hilang. Pada gambar di atas (a) medan magnet dihalangi oleh plat logam
sehingga tidak melewati semi konduktor, dalam hal ini Vh = 0. Bila bilah logam
dihilangkan (gambar b), maka medan magnet dapat melewati semikonduktor dan
Vh ≠ 0. Bila bilah logam itu secara teratur melintasi medan magnet maka pada
tegangan Hall akan muncul dan hilang membentuk pulsa tegangan kotak-kotak.
Pulsa inilah yang digunakan untuk mentriger rangkaian transistor untuk memutus
dan mengalirkan arus primer koil.
Gambar 3.8. Diagram blok dan skema sistem penggapian Hall effect
A B
Secara umum, kerja dari rangkaian di atas sama dengan yang sudah
dijelaskan sebelumnya, namun arus pemicu kerja thyristor berasal dari pulsa
induktif yang diperkuat oleh rangkaian transistor untuk memperkuat dan
membentuk pulsa yang dihasilkan oleh pulse generator. Model lain rari rangkaian
pengapian CDI diperlihatkan pada gambar di bawah ini.
D. Lembar Kegiatan
Kegiatan pembelajaran ini adalah kegiatan yang utamanya untuk
meningkatkan kemampuan akademik (tidak kemampuan praktik) peserta
sehingga kegiatan yang yang harus dilakukan sesuai dengan yang tertuang
dalam petunjuk belajar di BAB I bagian C.
E. Rangkuman
Sistem pengapian elektronik memamfaatkan kerja transistor untuk
memutus dan mengalirkan arus primer koil. Kerja transistor ini dikontrol oleh pulsa
tegangan yang berasal dari pembangkit pulsa yang telah dikuatkan untuk
mentriger transistor. Sistem pengapian CDI bekerja dengan memanfaatkan kerja
pengisian dan pembuangan muatan kapasitor. Tegangan yang diisikan ke
kapasitor adalah tegangan tinggi (300 – 500 volt). Pada sistem pengapian ini
tegangan baterai dinaikan oleh rangkaian converter untuk mencapai tegangan
tinggi tersebut. Proses pembuangan muatan kapasitor terjadi pada saat terjadi
rangkaian tertutup kapasitor dan kumparan primer koil melalui thyristor.
F. Tes Formatif
1. Tegangan tinggi sekunder pada sistem pengapian CDI terjadi pada saat
Elemen
Kompetensi Indikator
Kompetensi
Menguasai system Menggambar dan • Dapat menggambar diagram blok system
pengapian menjelaskan pengapian terkontrol komputer
terkontrol computer diagram blok • Dapat menjelaskan diagram blok system
system pengapian pengapian terkontrol komputer
terkontrol computer
(ESA)
Menjelaskan • Dapat menjelaskan macam-macam sensor-
sensor-sensor pada sensor pada system pengapian terkontrol
system pengapian komputer
terkontrol komputer • Dapat menjelaskan efek masukan dari sensor
terhadap system pengapian
Menjelaskan sinyal • Dapat menjelaskan sinyal masukan IGT ke
yang masuk dan sistem pengapian
keluar dari sistem • Dapat menjelaskan sinyal keluaran IGF dari
pengapian sistem pengapian
• Dapat menjelaskan proses pemajuan dan
pemunduran saat pengapian
• Dapat menjelaskan proses pemutusan dan
pengaliran arus primer koil pada sistem
pengapian ESA
Menjelaskan sistem • Dapat menjelaskan prinsip kerja sistem
pengapian ESA pengapian ESA dengan distributor
dengan distributor • Dapat menjelaskan sinyal yang keluar dari
sistem pengapian ESA dengan distributor
Menjelaskan sistem • Dapat menjelaskan konstruksi sistem
pengapian ESA pengapian ESA tanpa distributor / DLI
tanpa distributor / • Dapat menjelaskan prinsip kerja sistem
DLI (distributorless pengapian ESA tanpa distributor distributor
igniton system) • Dapat menjelaskan prinsip pengaturan urutan
penyalaan sistem pengapian tanpa distributor
distributor
Menjelaskan sistem • Dapat menjelaskan konstruksi sistem
pengapian direct pengapian DIS
ignition system • Dapat menjelaskan prinsip kerja sistem
(DIS) pengapian DIS
• Dapat menjelaskan prinsip pengaturan urutan
penyalaan sistem pengapian tanpa distributor
Sinyal IGT digunakan untuk mengatur aliran arus primer koil melalui ECM
(electronic control module) atau ECU (electronik control unit). Sinyal IGT adalah
suatu tegangan untuk meng-on dan off –kan transistor utama (power transistor) di
dalam igniter. Bila sinyal IGT masuk ke ignitier, sinyal tersebut menyebabkan
power transistor menjadi ON sehingga arus dari baterai mengalir ke kumparan
Gambar di atas adalah sistem pengapian DLI model indutive storage. Pada
model pengapian CDI (gambar di bawah), DC to DC converter tetap berdiri
sendiri sebagai penghasil tegangan tinggi untuk mengisi kapasitor. Kapasitor
terletak setelah DC to DC converter dan terhubung langsung dengan salah satu
ujung kumparan primer koil. Thyristor terpasang pada ujung lain kumparan primer
koil. Kaki G dari thyristor terhubung dengan salah satu output microprocessor.
Pulsa untuk mengaktifkan thyristor diperoleh dari crankshaft angle sensor yang
kemudian dikuatkan dan diolah di dalam microprocessor untuk selanjutkan sinyal
tersebut keluar melalui R1 atau R’1 untuk mengaktifkan thyristor.
Gambar 4.12. Perubahan saat penyalaan busi pada beberapa putaran engine
C. Latihan
1. Gambar dan diskusikan bersama teman diagram blok prinsip kerja sistem
pengapian ESA
2. Analisalah kaitan antara sensor-sensor yang ada pada engine dengan sistem
pengapian
3. Buat analisis jika sinyal IGF tidak keluar dari sistem pengapian.
4. Jelaskan proses penyalaan busi pada sistem pengapian i-DSI.
D. Lembar Kegiatan
Kegiatan pembelajaran ini adalah kegiatan yang utamanya untuk
meningkatkan kemampuan akademik (tidak kemampuan praktik) peserta
sehingga kegiatan yang yang harus dilakukan sesuai dengan yang tertuang
dalam petunjuk belajar di BAB I bagian C.
F. Tes Formatif
1. Output ECM yang diperlukan sebagai sinyal untuk system pengapian ESA
adalah
A. sinyal IGF B. sinyal GT
C. pulsa tegangan D. sinyal Ne
2. Jika ECM menerima sinyal Ne dengan frekuensi yang makin tinggi, maka
A. saat pengapian dimundurkan B. saat pengapian dimajukan
C. sinyal IGF terlambat D. sinyal IGF dipercepat
3. Fungsi igniter adalah………..., kecuali
A. pengontrol sudut dwell B. memutus/menghubungkan arus primer koil
C. lock prevention circuit D. memajukan/memundurkan saat pengapian
4. Jika sinyal IGF tidak muncul, maka
A. sinyal IGT diperkuat B. sinyal IGT dipercepat
C. pompa bensin berhenti D. injector menyemprot lebih lama
5. Berikut adalah peryataan yang benar tentang system pengapian DLI, kecuali
A. FO diatur oleh ECM B. satu koil melayani dua busi
C. distributor menghasilkan sinyal Ne dan G D. busi 1 berpasangan
dengan busi 4
6. Pada pengapian ESA, posisi langkah tiap silinder ditentukan berdasarkan
A. sinyal Ne dan G B. saat penyemprotan injektor
C. sinyal prosisi throttle D. sinyal knocking
7. Prinsip pemajuan saat pengapian pada system ESA dengan distributor, DLI,
dan DIS …..
Soal essay :
1. Jelaskan hubungan kerja antara sensor-sensor, ECM, dan system pengapian.
2. Mengapa sinyal IGF dari system pengapian sangat diperlukan oleh ECM?
3. Jelaskan fungsi distributor dalam system pengapian ESA model distributor.
4. Jika system pengapian ESA tidak menggunakan distributor, bagaimana
pengaturan penyalaan atau FO engine tersebut?
5. Jika koil terpasang pada busi seperti pada system pengapian DIS, bagaimana
proses pemutusan dan pengaliran arus primer koilnya?
a. Pada saat kunci kontak on, mesin mati. Fenomena yang terjadi pada kondisi
ini adalah lampu pengisian menyala dan terjadi medan magnet pada rotor coil.
b. Mesin berputar lambat. N mengalirkan arus, lampu indikator pengisian mati.
Kontak Pl0 menempel pada Pl1 karena medan magnet pada kumparan voltage
regulator lemah, arus besar mengalir ke rotor coil, medan magnet kuat.
Output alternator cukup untuk mengisi baterai.
3. Regulator Tipe IC
Dibandingkan dengan alternator yang memakai regulator tipe kontak point,
alternator dengan IC regulator mempunyai keuntungan: tahan terhadap getaran
dan tahan lama, tegangan output lebih stabil, tahanan kumparan rotor lebih kecil
sehingga arus dapat diperbesar. Komponen aktif dalam regulator IC adalah
transistor dan dioda zener. Secara sederhana sistem pengisian non konvensional
dapat digambarkan dengan skema berikut.
Efek dropnya medan magnet ini menyebabkan output dari stator coil
menjadi drop juga. Apabila tegangan pada terminal B alternator drop dan
harganya kurang dari 14 V, maka ZD menjadi posisi blocking karena tegangan
yang ada kurang dari tegangan kerjanya. Hal ini menyebabkan Tr1 menjadi off,
dan arus dari R1 kembali mengalir ke Tr1 sehingga Tr1 on lagi. Tr1 on
mengakibatkan arus mengalir lagi ke rotor coil dan medan magnet pada rotor coil
akan menguat lagi, sehingga tegangan output alternator akan naik lagi. Bila
tegangan tersebut melebihi 14 V maka proses akan kembali ke (1)*. Proses (1)*
dan (2)* akan terjadi secara terus menerus sehingga tegangan output alternator
akan stabil sekitar 14 V.
(b)
(a)
Proses (c) dan (d) terjadi secara berulang-ulang sehingga output alternator
akan berada pada besaran yang stabil (±14 V). Model lain rangkaian sistem
pengisian IC digambarkan pada gambar 5.7 dan 5.8.
4. Brushless Alternator
Kelemahan alternator tipe konvensional maupun alternator dengan
regulator IC salah satunya adalah brush atau sikat cepat aus karena selalu
bergesekan dengan slip ring saat alternator bekerja. Untuk itu, maka alternator
tipe tanpa sikat (brushless alternator) dibuat. Pada alternator tipe ini tidak
Maka arus minimum yang diperlukan adalah IN = 55A. Jadi alternator yang
digunakan adalah alternator dengan kemampuan mengeluarkan arus 55 A
atau di atasnya.
d. Pengecekan selanjutnya dapat dilakukan menggunakan arus alternator IL pada
saat idle. IL dapat ditentukan dari kurva karakteristik alternator pada putaran nL
pada putaran engine idle, dalam hal ini contoh kecepatan alternator adalah
2000 rpm. Berdasarkan pengalaman praktis, untuk kendaraan penumpang
pada kecepatan engine idle IL harus melebihi arus Iw1 dengan faktor
keamanan 1,3. Iw1 diperoleh dari daya input Pw1 untuk semua beban tetap .
Hal ini untuk menjamin pengisian baterai yang efisien meskipun engine pada
kondisi idle dan dalam menempuh perjalanan pendek. Misalnya, saat idle
alternator menghasilkan arus IL = 36A. Arus Iw1 dihitung dari Pw1 Î Iw1 =
C. Latihan
Kerjakanlah soal-soal berikut secara madiri sampai tuntas, kemudian
diskusikan hasilnya dengan teman lainnya agar jawaban bisa lebih sempurna.
1. Bandingkanlah nama dan fungsi komponen sistem pengisian konvensional
dan IC. Berikan komentar anda.
2. Jelaskan perbedaan atau persamaan rangkaian dan cara kerja rangkaian
sistem pengisian konvensional dan IC. Apa yang bisa anda simpulkan?
3. Analisalah apa yang terjadi apabila kumparan voltage relay putus?
Bagaimana pula jika dioda zener pada regulator IC putus? Apa pendapat
anda?
4. Jika output sistem pengisian berlebihan (overcharge), bagaian mana yang
rusak pada regulator konvensional? Bagian mana juga yang rusak pada
regulator IC jika kasusnya sama? Jelaskan alasan anda.
5. Apa yang dilakukan jika terjadi pengisian rendah pada regulator konvensional
dan IC?
6. Berdasarkan konstruksi dan cara kerjanya, jelaskan keuntungan dan kerugian
penggunaan sistem pengisian konvensional dan IC.
7. Jelaskan bagaimana alternator tanpa sikat dapat bekerja, padahal pada tipe
konvensional fungsi sikat sangat diperlukan untuk mengalirkan arus ke rotor
koil untuk menghasilkan medan magnet. Apakah pada alternator tanpa sikat
tidak memerlukan medan magnet?
8. Jika total power input pada sistem kelistrikan sebesar 500 watt, berapa amper
alternator yang harus dipakai? Apakah aman hasil perhitungan anda itu?
D. Lembar Kegiatan
Kegiatan pembelajaran ini adalah kegiatan yang utamanya untuk
meningkatkan kemampuan akademik (tidak kemampuan praktik) peserta
E. Rangkuman
Sistem pengisian konvensional menggunakan regulator yang bekerja
secara elektromagnetik untuk mengatur arus yang masuk ke rotor coil untuk
menstabilkan output alternator, sedangkan regulator IC bekerja secara elektronik
untuk mengatur arus yang masuk ke rotor koil. Kerusakan komponen sistem
pengisian dapat menyebabkan gangguan berupa tidak ada pengisian, pengisian
rendah, dan pengisian terlalu tinggi. Menentukan bagian mana yang rusak pada
sistem pengisian jika terjadi masalah, harus didasarkan pada bagaimana kerja
dan fungsi tiap komponen sistem pengisian. Salah satu masalah yang sering
terjadi pada sistem pengisian konvensional adalah sikat (brush) yang cepat habis,
sehingga sekarang muncul alternator yang tidak menggunakan sikat sehingga
kerja dari alternator bisa lebih baik karena arus untuk menghasilkan medan
magnet tidak melalui sikat.
F. Tes Formatif
Soal pilihan ganda :
1. Alternator berfungsi untuk ........
A. menghasilkan arus listrik B. mengubah energi mekanik menjadi listrik
C. menghasilkan arus yang stabil D. menghasilkan tegangan yg stabil
2. Regulator IC berfungsi untuk ........
A. mendeteksi tegangan ke baterai B. mematikan lampu CHG
C. mengatur arus ke rotor coil D. Semua betul
3. Jika kumparan voltage regulator putus yang terjadi adalah ........
A. tidak ada pengisian B. pengisian berlebihan
C. pengisian rendah D. pengisian normal
4. Overcharge pada pengisian konvensional dapat disebabkan oleh, kecuali
A. resistor putus B. voltage relay putus
Soal essay :
1. Jika dalam perjalanan pengisian yang tadinya normal, tiba-tiba lampu
pengisian menyala merah, jelaskan apa yang harus dilakukan
2. Jika kasus pada soal no 1 juga terjadi pada alternator model IC, jelaskan apa
yang harus dilakukan.
3. Jelaskan cara mengatasi masalah jika terjadi undercharge pada sistem
pengisian konvensional.
Sharma, R.P. dan Mathur, M.L., 1980, A Course in Internal Combustion Engine,
Hanpat Rai & Sons, Delhi.