Anda di halaman 1dari 115

MODUL BAHAN AJAR

DIKLAT PENINGKATAN KOMPETENSI GURU BAHASA SUNDA


JENJANG SMA/SMK

DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA BARAT


2018

1
DAFTAR ISI

Kurikulum 2013 Bahasa Sunda Edisi Revisi 2017 dan Pembelajaran Abad 21
Jenjang SMA/SMK/MA ...................................................................................... 1
Model Pangajaran Bahasa Sunda Inovatif di SMA/SMK/MA ............................ 45
Pengembangan Rencana Pembelajaran pada Jenjang SMA/SMK/MA ............... 72

2
KURIKULUM 2013 BAHASA SUNDA EDISI REVISI 2017
DAN PEMBELAJARAN ABAD 21
JENJANG SD/MI

Dr. Dingding Haerudin, M.Pd


Rina Heryani, S.Pd., M.Pd

3
A. Kurikulum Bahasa Sunda
Mengamati perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional
telah mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994,
2004, dan 2006. Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis dari terjadinya perubahan
sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan
bernegara. Sebab, kurikulum sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu dikembangkan
secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di masyarakat.
Berkaitan dengan terbitnya Kurikulum 2013, terdapat tiga jenis kurikulum, yakni
Kurikulum Tingkat Nasional, Kurikulum Tingkat Daerah, dan Kurikulum Tingkat Sekolah.
1. Kurikulum Tingkat Nasional disusun dan diberlakukan secara nasional.
2. Kurikulum Tingkat Daerah disusun dan diberlakukan di daerah berdasarkan Kurikulum
Tingkat Nasional sesuai dengan kebijakan daerah masing-masing.
3. Kurikulum Tingkat Sekolah disusun dan diberlakukan pada setiap jenjang sekolah.

1. Rasionalisasi Kurikulum 2013 Revisi 2017


Kurikulum Tingkat Nasional yang disebut Kurikulum 2013 telah mengalami revisi
sehingga disebut Kurikulum 2013 edisi revisi. Kurikulum Tingkat Daerah pun turut
mengalami perbaikan sehingga disebut Kurikulum Tingkat Daerah Muatan Lokal berbasis
Kurikulum 2013 revisi 2017. Revisi ini dilakukan berdasarkan Peraturan Mentri Pendidikan
dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 20, 21, 22, 23 Tahun 2016 sebagai berikut.
1) Permendikbud No. 20 Tahun 2016 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan
Dasar dan Menengah digunakan sebagai acuan utama pengembangan standar isi, standar
proses, standar penilaian pendidikan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar
sarana dan prasarana, standar pengelolaan, dan standar pembiayaan – menggantikan
Permendikbud Nomor 54 Tahun 2013.
2) Permendikbud No. 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah
memuat tentang Tingkat Kompetensi dan Kompetensi Inti sesuai dengan jenjang dan
jenis pendidikan tertentu. Kompetensi Inti meliputi sikap spiritual, sikap sosial,
pengetahuan dan ketrampilan. Ruang lingkup materi yang spesifik untuk setiap mata
pelajaran dirumuskan berdasarkan Tingkat Kompetensi dan Kompetensi Inti untuk

4
mencapai kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu –
menggantikan Permendikbud Nomor 64 Tahun 2013.
3) Permendikbud No. 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan
Menengah merupakan kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pada satuan
pendidikan dasar dan satuan pendidikan dasar menengah untuk mencapai kompetensi
lulusan – menggantikan Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013.
4) Permendikbud No. 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan yang
merupakan kriteria mengenai lingkup, tujuan, manfaat, prinsip, mekanisme, prosedur, dan
instrumen penilaian hasil belajar peserta didik yang digunakan sebagai dasar dalam
penilaian hasil belajar peserta didik pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah –
menggantikan Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian
Pendidikan dan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 104 Tahun 2014.

2. Struktur Kurikulum Daerah 2013


Dasar pendidikan muatan lokal adalah Permendikbud Nomor 79 tahun 2014 tentang
Muatan Lokal Kurikulum 2013. Dalam peraturan itu yang dimaksud dengan muatan lokal
adalah bahan kajian atau mata pelajaran pada satuan pendidikan yang berisi muatan dan
proses pembelajaran tentang potensi dan keunikan lokal untuk membentuk pemahaman
peserta didik terhadap keunggulan dan kearifan di daerah tempat tinggalnya. Muatan lokal
dikembangkan atas prinsip: (1) kesesuaian dengan perkembangan peserta didik; (2)
keutuhan kompetensi; (3) fleksibilitas jenis, bentuk, dan pengaturan waktu penyelenggaraan;
dan (4) kebermanfaatan untuk kepentingan nasional dan menghadapi tantangan global.
Pendidikan Muatan Lokal Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Daerah merupakan
kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas
dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat
dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Substansi muatan lokal ditentukan oleh
satuan pendidikan melalui pemerintah daerah, dalam hal ini Provinsi Jawa Barat melalui
Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.

5
Kewenangan pemerintah daerah untuk mengembangkan bahasa daerah diperkuat
oleh UU nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa dan Lambang Negara serta Lagu
Kebangsaan. Pasal 42 Ayat (1) dan Ayat (2) berbunyi sebagai berikut.
(1) Pemerintah daerah wajib mengembangkan, membina, dan melindungi bahasa dan sastra
daerah agar tetap memenuhi kedudukan dan fungsinya dalam kehidupan bermasyarakat
sesuai dengan perkembangan zaman dan agar tetap menjadi bagian dari kekayaan
budaya Indonesia.
(2) Pengembangan, pembinaan, dan pelindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan secara bertahap, sistematis, dan berkelanjutan oleh pemerintah daerah di
bawah koordinasi lembaga kebahasaan.
Mengingat kewenangan pemerintah daerah dalam mengembangkan dan membina
bahasa daerah, adanya kebijakan kurikulum tingkat daerah, dan keberagaman pemerintah
daerah dalam menetapkan konten muatan lokal maka untuk Kurikulum 2013 ditetapkan
pendidikan bahasa daerah tetap menjadi wewenang pemerintah daerah. Kurikulum 2013
menyediakan muatan lokal untuk pendidikan bahasa daerah dan pendidikan seni budaya.
Berkaitan dengan bunyi undang-undang tersebut, maka Mata Pelajaran Bahasa dan
Sastra Sunda termasuk mata pelajaran muatan lokal di wilayah Provinsi Jawa Barat.
Kedudukannya dalam proses pendidikan sama dengan kelompok mata pelajaran inti dan
pengembangan diri. Oleh karena itu, mata pelajaran Bahasa Sunda juga diujikan dan nilainya
wajib dicantumkan dalam buku rapor.
Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat mengeluarkan Surat Keputusan No.
423/2372/Set-disdik tanggal 26 Maret 2013 tentang Pembelajaran Muatan Lokal Bahasa
Daerah pada Jenjang SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA). Kedudukan Mata Pelajaran
Muatan Lokal Bahasa Daerah dalam Struktur Kurikulum Nasional adalah sebagai berikut.

Tabel 1: Struktur Kurikulum SMA/MA

KELAS
MATA PELAJARAN X XI XII
Kelompok A dan B (Wajib) 26 26 26
C. Kelompok Peminatan

6
I Peminatan Matematika dan Ilmu-ilmu Alam
1. Matematika 3 4 4
2. Biologi 3 4 4
3. Fisika 3 4 4
4. Kimia 3 4 4
II. Peminatan Ilmu-ilmu Sosial
1. Geografi 3 4 4
2. Sejarah 3 4 4
3. Sosiologi dan Antropologi 3 4 4
4. Ekonomi 3 4 4
III Peminatan Ilmu-ilmu Bahasa dan Budaya
1. Bahasa dan Sastra Indonesia 3 4 4
2. Bahasa dan Sastra Daerah 3 4 4
3. Bahasa dan Sastra Inggris 3 4 4
4. Bahasa dan Sastra Asing 3 4 4
Lainnya
5. Antropologi 3 4 4
Mata Pelajaran Pilihan Pendalaman
Pilihan Lintas Minat dan/atau Pendalaman Minat 6 4 4
Jumlah Pelajaran yang tersedia per minggu 71 82 82
Jumlah Jampel yang harus ditempuh per minggu 44 46 46

Tabel 2: Struktur Kurikulum SMK/MAK

ALOKASI WAKTU
MATA PELAJARAN PER MINGGU
X XI XII

Kelompok A (Wajib)
1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 3 3 3
2. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 2 2 2
3. Bahasa Indonesia 4 4 4
4. Matematika 4 4 4
5. Sejarah Indonesia 2 2 2
6. Bahasa Inggris 2 2 2
Kelompok B (Wajib)
7. Seni Budaya 2 2 2
8. Bahasa dan Sastra Daerah 2 2 2
9. Pendidikan Jasmani, Olah Raga, dan Kesehatan 3 3 3

7
10. Prakarya dan Kewirausahaan 2 2 2
Jumlah Jam Pelajaran Kelompok A dan B per minggu 26 26 26
Kelompok C (Peminatan)
Mata Pelajaran Peminatan Akademik dan Vokasi (SMK/MAK) 24 24 24
JUMLAH ALOKASI WAKTU PER MINGGU 50 50 50

3. Perbaikan Kurikulum Tingkat Daerah Berbasis Kurikulum 2013


Dengan adanya revisi Kurikulum 2013 pada tingkat nasional, Kurikulum Tingkat
Daerah Kurikulum Muatan Lokal pun mengalami perubahan. Nama kurikulum tidak
berubah menjadi kurikulum nasional, tapi tetap Kurikulum 2013 Edisi Revisi yang berlaku
secara Nasional. Perubahan tersebut didasarkan pada tiga Permendikbud, yakni
Permendikbud No. 20 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan
Menengah, Permendikbud No. 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi, Permendikbud No. 22
Tahun 2016 tentang Standar Proses, dan Permendikbud No. 23 Tahun 2016 tentang Standar
Penilaian.
Meskipun ada revisi, struktur mata pelajaran dan lama belajar di sekolah tidak
diubah. Poin utama revisi Kurikulum 2013 adalah meningkatkan hubungan atau keterkaitan
antara kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar (KD). Jika diintisarikan, terdapat lima poin
penting revisi Kurikulum 2013.
1. Peningkatan hubungan Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi
Inti 1 (Aspek Keagamaan) dan Kompetensi Inti 2 (Aspek Sosial) tidak lagi dijabarkan ke
dalam Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi Dasar hanya dijabarkan dari Kompetensi Inti
2 (Pengetahuan) dan Kompetensi Inti 4 (Keterampilan).
a. Penomoran KI dan KD tidak lagi ditandai dengan jenjang pendidikan (kelas), tetapi
sesuai dengan nomor urutan KI. Nomor KI sebanyak satu digit angka (KI 3),
sedangkan nomor KD sebanyak dua digit angka (KD 3.1).
b. Dalam rumusan KD lama yang awalnya hanya menggambarkan materi kesastraan saja,
pada rumusan KD baru ditambahkan unsur-unsur kebahasaan. Hal ini menunjukkan
bahwa belajar bahasa daerah dilaksanakan melalui sastra daerah.

8
c. Permusan KD yang awalnya terlalu spesifik dan operasioal, kemudian pada edisi revisi
diubah menjadi rumusan yang lebih umum agar tidak menyulitkan pendidik dalam
menyusun indikator.
d. Rumusan KD pada jenjang SD/MI disesuaikan dengan materi pokok dan tema
nasional. Untuk beberapa tema KD disesuaikan dengan tema kedaerahan.
e. Gradasi untuk dimensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan antar jenjang pendidikan
memperhatikan (1) perkembangan psikologis anak; (2) lingkup dan kedalaman; (3)
kesinambungan; (4) fungsi satuan pendidikan; dan (5) lingkungan. Dipertimbangkan
pula penguasaan pengetahuan dan keterampilan berbahasa dan bersastra secara gradual
daerah sesuai dengan jenjang pendidikan.
f. Pemetaan materi ajar bahasa daerah mempertimbangkan keragaman lokalitas dan
mewadahi fenomena kebahasaan dan pola komunikasi yang berkembang di lingkungan
masyarakat.
2. Proses berpikir siswa tidak lagi dibatasi. Pada kurikulum yang lama, berlaku sistem
pembatasan, yaitu anak SD sampai memahami, SMP menganalisis, dan SMA mencipta.
Pada kurikulum hasil revisi ini, anak SD boleh berpikir sampai tahap penciptaan.
Tentunya dengan kadar penciptaan yang sesuai dengan usianya.
3. Penggunaan metode pembelajaran aktif. Guru berperan menjadi fasilitator pembelajaran
yang membuat siswa menyenangi kegiatan belajar-mengajar. Adanya penerapan
Pendekatan 5M (Mengingat, Memahami, Menerapkan, Menganalisis, dan Mencipta).
Pendekatan Saintifik 5M bukanlah satu-satunya yang dapat diacu menjadi metode saat
mengajar. Apabila digunakan, maka susunan 5M itu tidak harus berurutan. Pemilihan
pendekatan tematik dan/atau tematik terpadu dan/atau saintifik dan/atau inkuiri (inquiry)
dan penyingkapan (discovery) dan/atau pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis
pemecahan masalah (project based learning) disesuaikan dengan karakteristik
kompetensi dan jenjang pendidikan.
4. Penyederhanaan aspek penilaian siswa oleh guru. Pada Kurikulum 2013 versi lawas,
seluruh guru wajib menilai aspek sosial dan spiritual (keagamaan) siswa. Sistem ini yang
lantas dikeluhkan banyak guru. Dalam skema yang baru, penilaian sosial dan keagamaan
siswa cukup dilakukan oleh guru PPKn dan guru Pendidikan Agama-Budi Pekerti.

9
Sementara guru fisika dan mata pelajaran lainnya hanya menilai aspek akademik sesuai
bidang yang diajarkan saja. Guru mata pelajaran lain boleh menilai aspek sosial
sewajarnya. seperti terkait kenakalan atau misalnya saat siswa ketahuan mencontek.
a. Penilaian sikap KI-1 dan KI-2 sudah ditiadakan di setiap mata pelajaran hanya
Matapelajaran Agama dan PPKn, namun KI tetap dicantumkankan dalam penulisan
RPP.
b. Jika ada 2 nilai praktik dalam satu KD, maka yang diambil adalah nilai yang tertinggi.
Penghitungan nilai keterampilan dalam satu KD ditotal (praktek, produk, portofolio)
dan diambil nilai rata-rata untuk pengetahuan, bobot penilaian harian, dan penilaian
akhir semester itu sama.
c. Perubahan terminologi ulangan harian menjadi penilaian harian, UAS menjadi
Penilaian Akhir Semester untuk Semester 1 dan Penilaian Akhir Tahun untuk Semester
2. Oleh karena itu, sudah tidak ada lagi UTS, langsung ke Penilaian Akhir Semester.
d. Skala penilaian menjadi 1-100. Sementara itu, penilaian sikap diberikan dalam bentuk
Predikat dan Deskripsi.
e. Remedial diberikan untuk nilai siswa yang kurang, namun sebelumnya siswa diberikan
pembelajaran ulang. Nilai Remedial adalah nilai yang dicantumkan dalam hasil.
f. Hasil evaluasi akhir diperoleh dari gabungan evaluasi proses dan evaluasi hasil
pembelajaran.
5. Perencanaan pembelajaran mencakup silabus dan Recana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP).
a. Silabus Kurikulum 2013 edisi revisi lebih ramping, hanya tiga kolom, yakni KD,
Materi Pembelajaran, dan Kegiatan Pembilajaran.
b. Di dalam RPP tidak perlu disebutkan nama metode pembelajaran yang digunakan dan
materi dibuat dalam bentuk lampiran berikut dengan rubrik penilaian (jika ada).

4. Kekhasan Kurikulum Tingkat Daerah


Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda di dalamnya
memuat materi yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik yang
mencakup perkembangan pengetahuan dan cara berpikir, emosional, dan sosial peserta

10
didik. Pembelajarannya diatur secara mandiri serta menopang peningkatan kemampuan
penguasaan kurikulum nasional.
Program pembelajaran bahasa dan sastra Sunda yang dikembangkan memperhatikan
rambu-rambu pengembangan muatan lokal yang tertuang dalam lampiran Permendikbud
Nomor 79 Tahun 2014 tentang Muatan Lokal Kurikulum 2013, Pasal 9 dan Pasal 10, bahwa
Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota dapat mengembangkan muatan lokal.
Permendikbud ini merupakan revisi dari Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013 tentang
Implementasi Kurikulum, di antaranya kedekatan secara fisik dan secara psikis. Dekat
secara fisik berarti bahwa terdapat dalam lingkungan tempat tinggal dan sekolah peserta
didik, sedangkan dekat secara psikis berarti bahwa bahan kajian tersebut mudah dipahami
oleh kemampuan berpikir dan mencerna informasi sesuai dengan usia peserta didik.
Mata pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda memiliki kekhasan tersendiri sesuai dengan
kaidah keilmuannya, yaitu bahasa, sastra, budaya Sunda sebagai kearifan lokal. Setiap
sekolah wajib melaksanakannya agar peserta didik memperoleh pengalaman berbahasa,
bersastra, dan berbudaya Sunda. Pendidik yang mengampu mata pelajaran ini diharapkan
mampu membangkitkan minat belajar, rasa keingintahuannya, menumbuhkembangkan
kesadaran, serta kemampuan apresiasi peserta didik terhadap budayanya masyarakatnya. Hal
ini merupakan wujud pembentukan karakter yang memungkinkan seseorang hidup secara
beradab dan toleran dalam masyarakat dan budaya yang majemuk.
Mata pelajaran bahasa dan sastra Sunda dikemas sedemikian rupa agar menarik bagi
perserta didik. Kemasan yang menarik dan perencanaan yang tepat akan mampu
mengembangkan beragam kompetensi peserta didik baik secara konsepsi (pengetahuan,
pemahaman, analisis, evaluasi), apresiasi, dan kreasi dengan cara memadukan secara
harmonis unsur etika, estetika, logika, dan kinestetika.

5. Keragaman Lokalitas dan Bahasa Pengantar Pembelajaran


Untuk mewadahi keragaman lokalitas perlu dipertimbangkan bahasa dan budaya
yang berkembang di lingkungan belajar peserta didik. Kenyataan menunjukkan bahwa selain
bahasa Sunda, di Jawa Barat terdapat pula bahasa-bahasa daerah lain yang wilayah
pemakaiannya tidak berdasarkan daerah administrasi pemerintah. Misalnya, sebagaimana

11
diatur dalam Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 5 Tahun 2003 tentang
Pemeliharaan Bahasa, Sastra, dan Aksara Daerah bahwa yang dimaksud dengan bahasa
daerah di Jawa Barat adalah bahasa Sunda, bahasa Cirebon, dan bahasa Melayu-Betawi.
Dalam hubungan itu, bagi daerah-daerah yang peserta didiknya berbahasa ibu bukan bahasa
Sunda, kompetensi dasar itu perlu disesuaikan dengan keadaan kebahasaan dan budaya
daerah setempat. Pembelajaran tidak berlangsung untuk semua kompetensi dasar, tetapi
dipilih mana yang mungkin bisa dilaksanakan.
Berkaitan dengan kategorisasi lokal, di Jawa Barat ada masyarakat yang berbahasa
ibu bahasa Sunda lulugu ada pula yang menggunakan bahasa Sunda wewengkon. Bahkan di
pesisir utara dan sebagian besar wilayah Cirebon mempunyai bahasa ibu yang bukan bahasa
Sunda. Masyarakat penuturnya menyebutnya sebagai bahasa Cirebon, yang awalnya
merupakan perpaduan antara bahasa Sunda dan bahasa Jawa.
Sehubungan dengan kenyataan seperti itu, bahan pembelajaran bahasa Sunda tentu
tidak akan seragam. Penentuan bahan pembelajaran diserahkan sepenuhnya kepada pendidik
di tempatnya masing-masing dengan mengadakan perembukan terpumpun dalam wadah
Pusat Kegiatan Guru (PKG). Lebih jauh lagi, penentuan yang lebih spesifik lagi diserahkan
kepada guru di sekolah yang bersangkutan.
Kategorisasi lokal dalam penentuan bahas pembelajaran dapat dibedakan atas empat
kategori A, B, C, dan D. Keempat kategori lokal tersebut masing-masing memiliki ciri
tersendiri.
1. Kategori A berlaku di tempat-tempat yang masyarakatnya menggunaan bahasa Sunda
lulugu, yakni bahasa yang kini dianggap baku dan resmi menurut ukuran umum di Jawa
Barat. Sebagi contoh yang termasuk kategori ini adalah daerah Bandung dan sekitarnya
dengan mengabaikan beberapa kosakata wewengkon yang memang hanya sedikit.
2. Kategori B berlaku di tempat-tempat yang masyarakatnya menggunakan bahasa Sunda
wewengkon, yakni bahasa yang sampai saat ini dianggap sebagai ragam bahasa yang
mempunyai perbedaan dengan bahasa lulugu, akan tetapi tetap dianggap sebagai bahasa
Sunda. Perbedaan tersebut berada pada tataran fonetik dan semantik, di samping
perbedaan onomasiologis (konsep yang sama dalam kosakata yang berbeda) dan

12
perbedaan semasiologis (konsep yang berbeda dengan kosakata yang sama). Sebagai
conto yang termasuk kategori B adalah bahasa Sunda di Kuningan dan Pandeglang.
3. Kategori C berlaku di tempat-tempat yang masyarakatnya kental menggunakan bahasa
wewengkon atau bahasa daerah khusus seperti bahasa Cirebon (bahasa Sunda Dialek
Cirebon atau bahasa Jawa Dialek Cirebon) dan bahasa Melayu Dialek Betawi. Misalnya,
di sebagian wilayah Kabupaten Indramatu, Kabupaten Cirebon, dan Kota Cirebon, selain
diajarkan bahasa Sunda sebagai muatan lokal wajib, juga diperkenankan untuk
mengajarkan bahasa Cirebon sebagai muatan lokal pilihan. Khusus di daerah ini, untuk
Kelas I-III SD, alokasi waktu untuk pelajaran bahasa Sunda dapat digunakan untuk
pelajaran bahasa daerah setempat. Keadaan yang sama dapat pula berlaku bagi sebagian
Kota dan Kabupaten Bekasi serta Kota Depok yang masyarakatnya menggunakan Bahasa
Melayu Dialek Betawi, meskipun sampai saat ini belum dapat diajarkan di sekolah-
sekolah.
Kategorisasi lokal tersebut dapat mengikuti perimbangan komponen kompetensi
bahasa (pemahaman dan penggunaan), ragam bahasa (lulugu dan wewengkon), dan bahasa
pengantar.
(a) Di wilayah kategori A, diutamakan pemahaman dan penggunaan bahasa, materi bahasa
Sunda baku, dan menggunakan pengantar bahasa Sunda baku.
(b) Di wilayah kategori B, diutamakan pemahaman dan penggunaan bahasa, materi bahasa
Sunda baku dan bahasa Sunda wewengkon seimbang, dan menggunakan pengantar
bahasa Sunda baku.
(c) Di wilayah kategori C, diutamakan pemahaman bahasa, materi bahasa Sunda baku dan
bahasa Sunda wewengkon atau bahasa setempat seimbang, dan dapat menggunakan
bahasa pengantar bahasa Sunda wewengkon (bahasa setempat) atau menggunakan
bahasa Indonesia.
Di sekolah-sekolah yang mempunyai kondisi khusus, seperti di sekolah-sekolah yang
peserta didiknya banyak yang berbahasa ibu bukan bahasa Sunda, walaupun sebenarnya
termasuk kategori A atau kategori B, dapat ditentukan kebijakan lain.
Pada prinsipnya bahasa pengantar yang digunakan dalam pembelajaran bahasa dan
sastra Sunda adalah bahasa Sunda. Di sekolah-sekolah atau daerah yang mengalami

13
kesulitan dengan pengantar bahasa Sunda dapat digunakan bahasa Indonesia atau bahasa
setempat, baik sebagian maupun sepenuhnya, atau menggunakan dwibahasa Sunda-
Indonesia. Akan tetapi, selalu disertai usaha untuk secara berangsur-angsur bisa memahami
petunjuk dalam bahasa Sunda. Di daerah-daerah yang memiliki basa Sunda wewengkon,
kata-kata dialek dapat difungsikan untuk mempercepat atau meningkatkan kualitas
pembelajaran.

6. Kurikulum Muatan Lokal Bahasa Sunda


Dalam rangka memenuhi Kurikulum Tingkat Daerah, Dinas Pendidikan Provinsi
Jawa Barat menyusun Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar (KIKD) Mata Pelajaran
Bahasa dan Sastra Daerah. Selain disesuaikan dan didasarkan pada struktur Kurikulum
Tingkat Nasional 2013, KIKD Mata Pelajaran Bahasa Sunda didasarkan pada Surat Edaran
Kepala Dinas Provinsi Jawa Barat Nomor 423/2372/Set-disdik tertanggal 26 Maret 2013
tentang Pembelajaran Muatan Lokal Bahasa Daerah pada Jenjang SD/MI, SMP/MTs,
SMA/SMK/MA.
Di samping itu, penyusunan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar (KIKD) Mata
Pelajaran Bahasa dan Sastra Daerah didasari pula oleh Peraturan Daerah Provinsi Jawa
Barat No. 5 Tahun 2003 tentang Pemeliharaan Bahasa, Sastra, dan Aksara Daerah, yang
menetapkan bahasa daerah, antara lain, bahasa Sunda, diajarkan pada pendidikan dasar di
Jawa Barat. Kebijakan tersebut sejalan dengan jiwa UU No. 22/1999 tentang Pemerintahan
Daerah dan UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang bersumber dari
UUD 1945 yang menyangkut Pendidikan dan Kebudayaan. Sejalan pula dengan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, Bab III Pasal 7 Ayat 3--8, yang menyatakan bahwa dari SD/MI/SDLB,
SMP/MTs./ SMPLB, SMA/MAN/SMALB, dan SMK/MAK diberikan pengajaran muatan
lokal yang relevan dan Rekomendasi UNESCO tahun 1999 tentang “pemeliharaan bahasa-
bahasa ibu di dunia”.
Hal di atas sejalan pula dengan Peraturan Menteri Pendidikan Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 67, 68, 69, dan 70 Tahun 2013 tentang Kerangka
Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah SD/MI, SMP/MTs,

14
SMA/SMK/MA, di antaranya menyatakan bahwa: Bahasa Daerah sebagai muatan lokal
dapat diajarkan secara terintegrasi dengan matapelajaran Seni Budaya dan Prakarya atau
diajarkan secara terpisah apabila daerah merasa perlu untuk memisahkannya. Satuan
pendidikan dapat menambah jam pelajaran per minggu sesuai dengan kebutuhan satuan
pendidikan tersebut. Hal ini diperkuat dengan Permendikbud Nomor 79 tahun 2014 tentang
Muatan Lokal Kurikulum 2013, Pasal 9 dan Pasal 10, bahwa Pemerintah Provinsi dan
Kabupaten/Kota dapat mengembangkan muatan lokal.
Bahasa Sunda, Bahasa Cirebon, dan Bahasa Melayu Betawi berkedudukan sebagai
bahasa daerah, yang juga merupakan bahasa ibu bagi masyarakat Jawa Barat di wilayah
tertentu. Bahasa daerah juga menjadi bahasa pengantar pembelajaran di kelas-kelas awal
SD/MI. Melalui pembelajaran bahasa daerah diperkenalkan kearifan lokal sebagai landasan
etnopedagogis.
Berdasarkan kenyataan tersebut, bahasa daerah sebagai salah satu khasanah dalam
kebhineka-tunggal-ikaan bahasa dan budaya Nusantara akan menjadi landasan bagi
pendidikan karakter dan moral bangsa. Oleh karena itu, bahasa daerah harus diperkenalkan
di Taman Kanak-kanak (TK)/Raudhatul Athfal (RA) dan diajarkan di sekolah-sekolah mulai
Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI), Sekolah Menengah Pertama
(SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs), sampai Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK)/Madrasah Aliah (MA). Untuk kepentingan itu, telah disusun
dan direvisi Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar sesuai dengan satuan pendidikan
tersebut.
Pembelajaran bahasa dan sastra daerah diharapkan membantu peserta didik
mengenal dirinya dan budaya Sunda, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi
dalam masyarakat Jawa Barat, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan
imajinatif yang ada dalam dirinya. Pembelajaran bahasa dan sastra daerah diarahkan untuk
meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam Bahasa Daerah dengan
baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap
budaya dan hasil karya sastra daerah.
Kompetensi inti mata pelajaran Bahasa dan Sastra Daerah yang memiliki kesamaan
dengan kompetensi inti mata pelajaran lainnya merupakan kualifikasi kemampuan minimal

15
peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan
sikap positif terhadap bahasa dan sastra daerah. Kompetensi Inti ini menjadi dasar bagi
peserta didik untuk memahami dan merespon situasi lokal, regional, dan nasional. Secara
substansial terdapat empat Kompetensi Inti yang sejalan dengan pembentukan kualitas insan
yang unggul, yakni (1) sikap keagamaan (beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa) untuk menghasilkan manusia yang pengkuh agamana (spiritual quotient), (2) sikap
kemasyarakatan (berakhlak mulia) untuk menghasilkan manusia yang jembar budayana
(emotional quotient), (3) menguasai pengetahuan, teknologi, dan seni (berilmu dan cakap)
untuk menghasilkan manusia yang luhung élmuna (intellectual quotient), dan (4) memiliki
keterampilan (kreatif dan mandiri) untuk menghasilkan manusia yang rancagé gawéna
(actional quotient).
Keempat Kompetensi Inti tersebut merupakan pengejawantahan dari tujuan
pendidikan nasional (Undang-undang No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Pasal 3), yakni “untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab”.
Dengan adanya pengembangan Kurikulum 2013 revisi 2017 diharapkan peserta
didik memiliki: (1) kemampuan berkomunikasi, (2) kemampuan berpikir jernih dan kritis,
(3) kemampuan mempertimbangkan segi moral suatu permasalahan, (4) kemampuan
menjadi warga negara yang bertanggung jawab; (5) kemampuan mencoba untuk mengerti
dan toleran terhadap pandangan yang berbeda; (6) kemampuan hidup dalam maysrakat yang
mengglobal; (7) minat yang luas dalam kehidupan; (8) kesiapan untuk bekerja; (9)
kecerdasan sesuai dengan bakat/minatnya; dan (10) rasa tanggung jawab terhadap
lingkungan.

7. Tujuan Pembelajaran Bahasa Sunda


Pertimbangan itu berkonsekuensi pula pada tujuan pembelajaran bahasa dan sastra
Sunda yang secara umum agar Peserta didik mencapai tujuan-tujuan berikut.
1) Peserta didik beroleh pengalaman berbahasa dan bersastra Sunda.

16
2) Peserta didik menghargai dan membanggakan bahasa Sunda sebagai bahasa daerah di
Jawa Barat, yang juga merupakan bahasa ibu bagi sebagian besar masyarakatnya.
3) Peserta didik memahami bahasa Sunda dari segi bentuk, makna, dan fungsi, serta mampu
menggunakannya secara tepat dan kreatif untuk berbagai konteks (tujuan, keperluan,
dan keadaan).
4) Peserta didik mampu menggunakan bahasa Sunda untuk meningkatkan kemampuan
intelektual, kematangan emosional, dan kematangan sosial.
5) Peserta didik memiliki kemampuan dan kedisiplinan dalam berbahasa Sunda (berbicara,
menulis, dan berpikir).
6) Peserta didik mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra Sunda untuk
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa Sunda, mengembangkan
kepribadian, dan memperluas wawasan kehidupan.
7) Peserta didik menghargai dan membanggakan sastra Sunda sebagai khazanah budaya
dan intelektual manusia Sunda.

8. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Bahasa Sunda


Dalam Permendikbud Nomor 24 Tahun 2014 tentang KIKD Pelajaran pada
Kurikulum 2013 disebutkan bahwa kompetensi inti merupakan tingkat kemampuan untuk
mencapai standar kompetensi lulusan yang harus dimiliki seorang peserta didik pada setiap
tingkat kelas, sedangkan kompetensi dasar merupakan merupakan kemampuan dan materi
pembelajaran minimal yang harus dicapai peserta didik untuk suatu mata pelajaran pada
masing-masing satuan pendidikan yang mengacu pada kompetensi inti.
Kompetensi inti dan kompetensi dasar mata pelajaran Bahasa Sunda adalah program
untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap
bahasa dan sastra Sunda.
Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) kompetensi sikap spiritual,
(2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan. Kompetensi tersebut dicapai melalui
proses pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler.
Rumusan Kompetensi Sikap Spiritual, yaitu “Menerima, menjalankan, dan
menghargai ajaran agama yang dianutnya”. Adapun rumusan kompetensi sikap sosial, yaitu

17
“Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri
dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya serta cinta tanah air”.
Kedua kompetensi tersebut dicapai melalui pembelajaran tidak langsung (indirect teaching),
yaitu keteladanan, pembiasaan, dan budaya sekolah dengan memperhatikan karakteristik
mata pelajaran serta kebutuhan dan kondisi peserta didik.
Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan sepanjang proses
pembelajaran berlangsung dan dapat digunakan sebagai pertimbangan guru dalam
mengembangkan karakter peserta didik lebih lanjut.
Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan dirumuskan sebagai
berikut.
KELAS X
Tabel 3: Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan Kelas X

KOMPETENSI INTI 3 KOMPETENSI INTI 4


(PENGETAHUAN) (KETERAMPILAN)

3. Memahami, menerapkan, menganalisis 4. Menunjukkan keterampilan menalar,


dan mengevaluasi pengetahuan faktual, mengolah, dan menyaji secara (a) efektif,
konseptual, prosedural, dan etakognitif (b) kreatif, (c) produktif, (d) kritis, (e)
pada tingkat teknis, spesifik, detil, dan mandiri, (f) kolaboratif, (g) komunikatif,
kompleks berdasarkan rasa ingin tahunya dan (h) solutif, dalam ranah konkret dan
tentang (a) ilmu pengetahuan, (b) abstrak terkait dengan pengembangan dari
teknologi, (c) seni, (d) budaya, dan (e) yang dipelajarinya di sekolah, serta
humaniora dengan wawasan mampu menggunakan metode sesuai
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dengan kaidah keilmuan.
dan peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan bakat dan
minatnya untuk memecahkan masalah.

KOMPETENSI DASAR 3 KOMPETENSI DASAR 4

3.1. Menganalisis aspek kebahasaan dan rasa 4.1. Menerjemahkan teks ke dalam bahasa
bahasa teks terjemahan. Sunda atau sebaliknya dengan
memperhatikan aspek kebahasaan dan
rasa bahasa.
3.2. Membandingkan jenis dongeng, 4.2. Menampilkan berbagai jenis dongeng
berdasarkan isi, struktur, dan aspek dengan cara ngadongeng, monolog,
kebahasaan. atau dramatisasi.

18
3.3. Menganalisis isi, struktur dan aspek 4.3. Menulis laporan kegiatan dengan
kebahasaan laporan kegiatan. memperhatikan struktur dan aspek
kebahasaan.
3.4. Membandingkan bentuk, struktur dan 4.4. Melantunkan kawih Sunda klasik dan
aspek kebahasaan teks kawih Sunda pop dengan memperhatikan ekspresi,
klasik dan pop. danteknik vokal.
3.5. Menganalisis isi, struktur, dan aspek 4.5. Merancang, melakukan dan menyusun
kebahasaan teks wawancara. laporan wawancara dengan
memperhatikan kesantunan berbahasa.
3.6. Menganalisis isi, struktur, dan aspek 4.6. Menyajikan isi teks babad/sejarah
kebahasaan teks babad/ sejarah Sunda. Sunda dengan memperhatikan struktur
dan aspek kebahasaan.

3.7. Menganalisis bentuk dan tipe aksara 4.7. Mengkreasikan aksara Sunda sesuai
Sunda sesuai dengan kaidah-kaidahnya. dengan kaidah-kaidahnya.
3.8. Menganalisis isi, struktur, dan aspek 4.8. Menampilkan sajak dengan cara
kebahasaan sajak. membaca, mendeklamasikan,
musikalisasi atau dramatisasi.

KELAS XI

Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) kompetensi sikap spiritual, (2)
sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan. Kompetensi tersebut dicapai melalui
proses pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler, dan/atau ekstrakurikuler.

Rumusan Kompetensi Sikap Spiritual yaitu “1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama
yang dianutnya”. Adapun rumusan Kompetensi Sikap Sosial yaitu, “2. Menghayati dan
mengamalkan perilaku jujur, disiplin, santun, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran,
damai), bertanggung jawab, responsif, dan pro-aktif melalui keteladanan, pemberian
nasehat, penguatan, pembiasaan, dan pengkondisian secara berkesinambungan serta
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri
sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.” Kedua kompetensi tersebut dicapai
melalui pembelajaran tidak langsung (indirect teaching), yaitu keteladanan, pembiasaan, dan
budaya sekolah dengan memperhatikan karakteristik mata pelajaran serta kebutuhan dan
kondisi peserta didik.

Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan sepanjang proses


pembelajaran berlangsung, dan dapat digunakan sebagai pertimbangan guru dalam
mengembangkan karakter peserta didik lebih lanjut.

Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan dirumuskan sebagai berikut ini.

19
Tabel 4: Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan Kelas XI

KOMPETENSI INTI 4
KOMPETENSI INTI 3 (PENGETAHUAN)
(KETERAMPILAN)

3. Memahami, menerapkan, menganalisis dan 4. Menunjukkan keterampilan menalar,


mengevaluasi pengetahuan faktual, mengolah, dan menyaji secara (a) efektif,
konseptual, prosedural, dan metakognitif (b) kreatif, (c) produktif, (d) kritis, (e)
pada tingkat teknis, spesifik, detil, dan mandiri, (f) kolaboratif, (g) komunikatif,
kompleks berdasarkan rasa ingin tahunya dan (h) solutif, dalam ranah konkret dan
tentang (a) ilmu pengetahuan, (b) teknologi, abstrak terkait dengan pengembangan dari
(c) seni, (d) budaya, dan (e) humaniora yang dipelajarinya di sekolah, serta mampu
dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, menggunakan metode sesuai dengan kaidah
kenegaraan, dan peradaban terkait keilmuan.
penyebab fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan pada bidang
kajian yang spesifik sesuai dengan bakat
dan minatnya untuk memecahkan masalah.

KOMPETENSI DASAR 3 KOMPETENSI DASAR 4

3.1. Menganalisis isi, struktur, dan aspek 4.1. Mendemonstrasikan biantara dengan
kebahasaan teks biantara. memperhatikan kesantunan dan
penggunaan kaidah bahasa.

3.2. Menganalisis isi, struktur, dan aspek 4.2. Menyusun dan menampilkan sisindiran
kebahasaan sisindiran. secara lisan/tulisan sesuai dengan konteks
dan fungsi sosialnya.
3.3. Menganalisis isi, struktur dan aspek 4.3. Mendemonstrasikan panumbu catur dalam
kebahasaan teks panumbu catur dalam kegiatan diskusi, debat, dan sejenisnya
kegiatan diskusi, debat, dan sejenisnya. yang sesuai dengan konteks penggunaan
bahasa.
3.4. Menganalisis isi, struktur dan aspek 4.4. Menulis carita pondok sederhana dengan
kebahasaan carita pondok. memperhatikan struktur dan kaidah
kebahasaan.

3.5. Menganalisis isi, pola penyajian, dan 4.5. Menyusun teks berita berdasarkan
aspek kebahasaan teks berita dari media pengamatan atau hasil wawancara sesuai
massa cetak atau elektronik. dengan struktur dan kaidah kebahasaan.
3.6. Menganalisis isi, struktur, dan aspek 4.6. Menyajikan hasil analisis novel melalui
kebahasaan novel. berbagai media (seperti bagan, cerita
bergambar, animasi) dengan
memperhatikan struktur dan kaidah
kebahasaan.

20
3.7. Menganalisis isi, struktur dan aspek 4.7. Menulis teks biografi sederhana dengan
kebahasaan teks biografi. memperhatikan struktur dan penggunaan
kaidah bahasa.

3.8 Menganalisis isi, struktur, serta aspek 4.8. Mentransformasikan cerita wawacan ke
kebahasaan cerita wawacan. dalam prosa atau mengkreasikan ke dalam
bentuk pertunjukan (seperti beluk,
jemblungan, dramatisasi).

KELAS XII
Tabel 5: Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan Kelas XII

KOMPETENSI INTI 4
KOMPETENSI INTI 3 (PENGETAHUAN)
(KETERAMPILAN)

3. Memahami, menerapkan, menganalisis dan 4. Menunjukkan keterampilan menalar,


mengevaluasi pengetahuan faktual, mengolah, dan menyaji secara (a) efektif,
konseptual, prosedural, dan metakognitif (b) kreatif, (c) produktif, (d) kritis, (e)
pada tingkat teknis, spesifik, detil, dan mandiri, (f) kolaboratif, (g) komunikatif,
kompleks berdasarkan rasa ingin tahunya dan (h) solutif, dalam ranah konkret dan
tentang (a) ilmu pengetahuan, (b) abstrak terkait dengan pengembangan dari
teknologi, (c) seni, (d) budaya, dan (e) yang dipelajarinya di sekolah, serta
humaniora dengan wawasan mampu menggunakan metode sesuai
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dengan kaidah keilmuan.
dan peradaban terkait penyebab fenomena
dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan bakat dan
minatnya untuk memecahkan masalah.

KOMPETENSI DASAR 3 KOMPETENSI DASAR 4

3.1. Menganalisis isi, struktur dan aspek 4.1. Menyajikan bahasan tradisi setempat
kebahasaan teks bahasan tradisi Sunda. melalui berbagai media (seperti mading,
pameran fotografi, film dokumenter)
dengan memperhatikan kaidah bahasa
Sunda.
3.2. Menganalisis isi, struktur, dan aspek 4.2. Mengkreasikan petikan cerita wayang
kebahasaan petikan cerita wayang. secara lisan/tulisan ke dalam bentuk lain
(seperti drama, carita pondok, puisi)
dengan memperhatikan struktur dan
kaidah kebahasaan.

21
3.3. Menganalisis isi, struktur dan aspek 4.3. Menulis resensi (buku, film, musik,
kebahasaan teks resensi (buku, film, pertunjukan) dengan memperhatikan
musik, pertunjukan) struktur dan kaidah kebahasaan.

3.4. Menganalisis isi, struktur, dan aspek 4.4. Menampilkan drama berdasarkan
kebahasaan teks/naskah drama. teks/naskah dengan memperhatikan
intonasi dan ekspresi.
3.5. Menganalisis isi, struktur dan aspek 4.5. Menulis artikel sederhana berbahasa
kebahasaan teks artikel berbahasa Sunda. Sunda dengan memperhatikan struktur
dan penggunaan kaidah kebahasaan.
3.6. Menganalisis isi, struktur, dan aspek 4.6. Mengkreasikan cerita pantun secara
kebahasaan petikan cerita pantun. lisan/tulisan ke dalam bentuk lain (seperti
drama, carita pondok, puisi) dengan
memperhatikan struktur dan kaidah
kebahasaan.

B. Pembelajaran Abad 21

Pada Kurikulum 2013 diharapkan dapat diimplementasikan pembelajaran abad 21.


Hal ini untuk menyikapi tuntutan zaman yang semakin kompetitif. Adapun pembelajaran
abad 21 mencerminkan empat hal, a) kemampuan belajar dan berinovasi yang mencakup:
Critical Thinking and Problem Solving, Creativity and Innovation, Communication,
Collaboration. b) literasi digital yang mencakup literasi informasi, media, dan teknologi. c)
kecakapan hidup yang mencakup fleksibilitas dan adaptabilitas, inisiatif dan mandiri,
interaksi lintas social budaya, produktifitas dan akuntabilitas, kepemimpinan dan tanggung
jawab, d) karakter moral mencakup: cinta tanah air, nilai-nilai budi pekerti luhur: jujur, adil,
empati, penyayang, rasa hormat, kesederhanaan, pengampun, rendah hati, dll.

1. Kemampuan Belajar dan Berinovasi


a. Communication
Pada karakter ini, peserta didik dituntut untuk memahami, mengelola, dan
menciptakan komunikasi yang efektif dalam berbagai bentuk dan isi secara lisan, tulisan,
dan multimedia. Peserta didik diberikan kesempatan menggunakan kemampuannya untuk
mengutarakan ide-idenya, baik itu pada saat berdiskusi dengan teman-temannya maupun
ketika menyelesaikan masalah dari pendidiknya.

22
Abad 21 adalah abad digital. Komunikasi dilakukan melewati batas wilayah negara
dengan menggunakan perangkat teknologi yang semakin canggih. Internet sangat membantu
manusia dalam berkomunikasi. Saat ini begitu banyak media sosial yang digunakan sebagai
sarana untuk berkomunikasi. Melalui smartphone yang dimilikinya, dalam hitungan detik,
manusia dapat dengan mudah terhubung ke seluruh dunia.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian komunikasi adalah pengiriman
dan penerimaan pesan atau berita dari dua orang atau lebih agar pesan yang dimaksud dapat
dipahami. Sedangkan Wikipedia dinyatakan bahwa komunikasi adalah “suatu proses dimana
seseorang atau beberapa orang, kelompok, organisasi, dan masyarakat menciptakan, dan
menggunakan informasi agar terhubung dengan lingkungan dan orang lain”.
Komunikasi tidak lepas dari adanya interaksi antara dua pihak. Komunikasi
memerlukan seni, harus tahu dengan siapa berkomunikasi, kapan waktu yang tepat untuk
berkomunikasi, dan bagaimana cara berkomunikasi yang baik. Komunikasi bisa dilakukan
baik secara lisan, tulisan, atau melalui simbol yang dipahami oleh pihak-pihak yang
berkomunikasi. Komunikasi dilakukan pada lingkungan yang beragam, mulai di rumah,
sekolah, dan masyarakat. Komunikasi bisa menjadi sarana untuk semakin merekatkan
hubungan antarmanusia, tetapi sebaliknya bisa menjadi sumber masalah ketika terjadi
miskomunikasi atau komunikasi kurang berjalan dengan baik. Penguasaan bahasa menjadi
sangat penting dalam berkomunikasi. Komunikasi yang berjalan dengan baik tidak lepas dari
adanya penguasaan bahasa yang baik antara komunikator dan komunikan.
Kegiatan pembelajaran merupakan sarana yang sangat strategis untuk melatih dan
meningkatkan kemampuan komunikasi siswa, baik komunikasi antara siswa dengan guru,
maupun komunikasi antarsesama siswa. Ketika siswa merespon penjelasan guru, bertanya,
menjawab pertanyaan, atau menyampaikan pendapat, hal tersebut adalah merupakan sebuah
komunikasi.
b. Collaboration
Pada karakter ini, peserta didik menunjukkan kemampuannya dalam kerjasama
berkelompok dan kepemimpinan, beradaptasi dalam berbagai peran dan tanggungjawab,
bekerja secara produktif dengan yang lain, menempatkan empati pada tempatnya,
menghormati perspektif berbeda. Peserta didik juga menjalankan tanggung jawab pribadi

23
dan fleksibilitas secara pribadi, pada tempat kerja, dan hubungan masyarakat, menetapkan
dan mencapai standar dan tujuan yang tinggi untuk diri sendiri dan orang lain, memaklumi
kerancuan.
Pembelajaran secara berkelompok, kooperatif melatih siswa untuk berkolaborasi dan
bekerjasama. Hal ini juga untuk menanamkan kemampuan bersosialisasi dan mengendalikan
ego serta emosi. Dengan demikian, melalui kolaborasi akan tercipta kebersamaan, rasa
memiliki, tanggung jawab, dan kepedulian antaranggota.
Sukses bukan hanya dimaknai sebagai sukses individu, tetapi juga sukses bersama,
karena pada dasarnya manusia di samping sebagai seorang individu, juga makhluk sosial.
Saat ini banyak orang yang cerdas secara intelektual, tetapi kurang mampu bekerja dalam
tim, kurang mampu mengendalikan emosi, dan memiliki ego yang tinggi. Hal ini tentunya
akan menghambat jalan menuju kesuksesannya, karena menurut hasil penelitian Harvard
University, kesuksesan seseorang ditentukan oleh 20% hard skill dan 80% soft skiil.
Kolaborasi merupakan gambaran seseorang yang memiliki soft skill yang matang.
c. Critical Thinking and Problem Solving
Pada karakter ini, peserta didik berusaha untuk memberikan penalaran yang masuk
akal dalam memahami dan membuat pilihan yang rumit, memahami interkoneksi antara
sistem. Peserta didik juga menggunakan kemampuan yang dimilikinya untuk berusaha
menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya dengan mandiri, peserta didik juga memiliki
kemampuan untuk menyusun dan mengungkapkan, menganalisa, dan menyelesaikan
masalah.
Kegiatan pembelajaran dirancang untuk mewujudkan hal tersebut melalui penerapan
pendekatan saintifik (5M), pembelajaran berbasis masalah, penyelesaian masalah, dan
pembelajaran berbasis projek.
Guru jangan risih atau merasa terganggu ketika ada siswa yang kritis, banyak
bertanya, dan sering mengeluarkan pendapat. Hal tersebut sebagai wujud rasa ingin tahunya
yang tinggi. Hal yang perlu dilakukan guru adalah memberikan kesempatan secara bebas
dan bertanggung bertanggung jawab kepada setiap siswa untuk bertanya dan mengemukakan
pendapat. Guru mengajak siswa untuk menyimpulkan dan membuat refleksi bersama-sama.

24
Pertanyaan-pertanyaan pada level HOTS dan jawaban terbuka pun sebagai bentuk
mengakomodasi kemampuan berpikir kritis siswa.
d. Creativity and Innovation
Pada karakter ini, peserta didik memiliki kemampuan untuk mengembangkan,
melaksanakan, dan menyampaikan gagasan-gagasan baru kepada yang lain, bersikap
terbuka dan responsif terhadap perspektif baru dan berbeda.
Guru perlu membuka ruang kepada siswa untuk mengembangkan kreativitasnya.
Kembangkan budaya apresiasi terhadap sekecil apapun peran atau prestasi siswa. Hal ini
bertujuan untuk memotivasi siswa untuk terus meningkatkan prestasinya. Tentu kita ingat
dengan Pak Tino Sidin, yang mengisi acara menggambar atau melukis di TVRI sekian tahun
silam. Beliau selalu berkata “bagus” terhadap apapun kondisi hasil karya anak-anak
didiknya. Hal tersebut perlu dicontoh oleh guru-guru masa kini agar siswa merasa dihargai.
Peran guru hanya sebagai fasilitator dan membimbing setiap siswa dalam belajar,
karena pada dasarnya setiap siswa adalah unik. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh
Howard Gardner bahwa manusia memiliki kecerdasan majemuk. Ada delapan jenis
kecerdasan majemuk, yaitu; (1) kecerdasan matematika-logika, (2) kecerdasan bahasa, (3)
kecerdasan musikal, (4) kecerdasan kinestetis, (5) kecerdasan visual-spasial, (6) kecerdasan
intrapersonal, (7) kecerdasan interpersonal, dan (8) kecerdasan naturalis.

2. Literasi Digital
Istilah literasi digital mulai popular sekitar tahun 2005 (Davis & Shaw, 2011) Literasi
digital bermakna kemampuan untul berhubungan dengan informasi hipertekstual dalam arti
bacaan tak berurut berbantuan komputer.
Literasi digital mencakup pemahaman tentang Web dan mesin pencari. Pemakai
memahami bahwa tidak semua informasi yang tersedia di Web memiliki kualitas yang sama;
dengan demikian pemakai lambat laun dapat mengenali situs Web mana yang andal dan
sahih serta situas mana yang tidak dapat dipercayai. Dalam literasi digital ini pemakai dapat
memilih mesin pemakai yang baik untuk kebutuhan informasinya, mampu menggunakan
mesin pencara secara efektif (misalnya dengan “advanced search”).

25
Singkatnya literasi digital adalah himpunan sikap, pemahaman, keteramnpilan
menangani dan mengkomunikasikan informasi dan pengetahuan secara efektif dalam
berbagai media dan format. Ada definisi yang menyertakan istilah hubung, berhubungan
(coomunicating); mereka yang perspektisi manajemen rekod atau manajemen arsip dinamis
menyebutkan istilah penghapusan (deleting) dan pelestarian (preserving). Kadang-kadang
istilah penemuan (finding) dipecah-pecah lagi menjadi pemilihan sumber, penemuan
kembali dan pengakaksesan (accessing) (Davis & Shaw, 2011). Walaupun literasi digital
merupakan hal penting dalam abad tempat informasi berwujud bentuk digital, tidak boleh
dilupakan bagian penting lainnya dari literasi digital ialah mengetahui bila menggunakan
sumber non digital.
Literasi digital terdiri atas tiga bagian, yaitu 1) literasi informasi, 2) literasi media,
dan 3) literasi teknologi.

1) Literasi Informasi
Literasi informasi yang digunakan di sini merupakan terjemahan kata information
literacy. Sebelum ini istilah yang digunakan dalam Bahasa Indonesia adalah melek huruf,
kemelekan huruf (Glosarium, 2007) namun istilah yang diterima di kalangan pustakawan
adalah literasi walaupun hal tersebut menimbulkan kesulitan manakala ingin
menerjemahkan kata literate. Kata literacy itu sendiri mengalami kesulitan manakala
diterjemahkan ke bahasa lain sepertti bahasa Prancis, Jerman, Italia, Turki, dll.
Istilah “information literacy” pertama kali dikemukakan oleh Paul Zurkowski yang
mengatakan orang yang literat informasi adalah orang-orang yang terlatih dalam aplikasi
sumberdaya dalam pekerjaanna (Behrens,1994). Setelah ittu keluar definisi LI oleh ANZIL
(Australian and New Kesepakatan definisi LI baru tercapai tahun 2005 tatkala IFLA,
UNESCO dan National Forum for Information Literacy (NFIL) menaja pertemuan tingkat
tinggi di Bibliotheca Alexandriana di Alexandria, Mesir. Sebagai hasil pertemuan muncullah
definisi LI sebagai berikut :
Information literacy encompasses knowledge of one’s information concerns
and needs, and the ability to identify, locate, evaluate, organize, and effectively create, use
and communicate information to address issues or problems at hand; it is a prerequisite for

26
participating effectively in the Information Society,and is part of the basic human right of
life – long learning.
Definisi tersebut yang akan digunakan dalam makalah ini sebagai landasan literasi
informasi digital.
Keberadaan model memungkinkan untuk mengidentifikasi berbagai komponen serta
menunjukkan hubungan antarkomponen. Juga model dapat digunakan untuk menjelaskan
apa yang di maksud dengan literasi informasi. Dari situ kita dapat memusatkan pada bagian
tertentu ataupun keseluruhan model.
Model literasi informasi ada 4 yang terkenal yaitu The Big 6, Seven Pillars, dan
Empowering 8 serta satu lagi The Seven Faces of Information Literacy sebagaimana
diusulkan oleh Bruce. Model The Big 6 terdiri dari 6 tahap pemecahan masalah, pada
masing-masing tahap dikelompokkan dua sublangkah atau komponen.
a) Definisi tugas (Definisikan masalah informasi yang dihadapi dan Identifikasi informasi
yang diperlukan).
b) Strategi mencari informasi (Menentukan semua sumber yang mungkin dan Memilih
sumber terbaik)
c) Lokasi dan akses (Tentukan lokasi sumber secara intelektual maupun fisik dan
Menemukan informasi dalam sumber
d) Menggunakan informasi (Hadapi, misalnya membaca, mendengar, menyentuh,
mengalamati dan Ekstrak informasi yang relevan)
e) Sintesis (Mengorganisasikan dari banyak sumber dan Sajikan informasi)
f) Evaluasi (Nilai produk yang dihasilkan dari segi efektivitas dan Nilai proses, apakah
efisien)
Literasi lebih dari sekadar membaca dan menulis, namun mencakup keterampilan
berpikir menggunakan sumber-sumber pengetahuan dalam bentuk cetak, visual, digital,
dan auditori. Di abad 21 ini, kemampuan ini disebut sebagai literasi informasi, yang
komponen-komponennya sebagai berikut.
1) Literasi dini (early literacy), yaitu kemampuan untuk menyimak, memahami bahasa
lisan, dan berkomunikasi melalui gambar dan lisan yang dibentuk oleh
pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan sosialnya di rumah. Pengalaman

27
peserta didik dalam berkomunikasi dengan bahasa ibu menjadi fondasi
perkembangan literasi dasar.
2) Literasi dasar (basic literacy), yaitu kemampuan untuk mendengarkan, berbicara
membaca, menulis, dan menghitung (counting) berkaitan dengan kemampuan
analisis untuk memperhitungkan (calculating), mempersepsikan informasi
(perceiving), mengomunikasikan, serta menggambarkan informasi (drawing)
berdasarkan pemahaman dan pengambilan kesimpulan pribadi.
3) Literasi perpustakaan (library literacy), antara lain, memberikan pemahaman cara
membedakan bacaan fiksi dan nonfiksi, memanfaatkan koleksi referensi dan
periodikal, memahami Dewey Decimal System sebagai klasifikasi pengetahuan
yang memudahkan dalam menggunakan perpustakaan, memahami penggunaan
katalog dan pengindeksan, hingga memiliki pengetahuan dalam memahami
informasi ketika sedang menyelesaikan sebuah tulisan, penelitian, pekerjaan,
atau mengatasi masalah.
4) Literasi media (media literacy), yaitu kemampuan untuk mengetahui berbagai
bentuk media yang berbeda, seperti media cetak, media elektronik (media radio,
media televisi), media digital (media internet), dan memahami tujuan
penggunaannya.
5) Literasi teknologi (technology literacy), yaitu kemampuan memahami
kelengkapan yang mengikuti teknologi seperti peranti keras (hardware), peranti
lunak (software), serta etika dan etiket dalam memanfaatkan teknologi.
Berikutnya, kemampuan dalam memahami teknologi untuk mencetak,
mempresentasikan, dan mengakses internet. Dalam praktiknya, juga
pemahaman menggunakan komputer (computer literacy) yang di dalamnya
mencakup menghidupkan dan mematikan komputer, menyimpan dan mengelola
data, serta mengoperasikan program perangkat lunak. Sejalan dengan
membanjirnya informasi karena perkembangan teknologi saat ini, diperlukan
pemahaman yang baik dalam mengelola informasi yang dibutuhkan masyarakat.
6) Literasi visual (visual literacy), adalah pemahaman tingkat lanjut antara literasi
media dan literasi teknologi, yang mengembangkan kemampuan dan kebutuhan

28
belajar dengan memanfaatkan materi visual dan audiovisual secara kritis dan
bermartabat. Tafsir terhadap materi visual yang tidak terbendung, baik dalam bentuk
cetak, auditori, maupun digital (perpaduan ketiganya disebut teks multimodal), perlu
dikelola dengan baik. Bagaimanapun di dalamnya banyak manipulasi dan hiburan.
Gerakan Literasi Sekolah (GLS) merupakan suatu usaha atau kegiatan yang
bersifat partisipatif dengan melibatkan warga sekolah (peserta didik, guru, kepala
sekolah, tenaga kependidikan, pengawas sekolah, komite sekolah, orang tua/wali murid
peserta didik), akademisi, penerbit, media massa, masyarakat (tokoh masyarakat yang
dapat merepresentasikan keteladanan, dunia usaha, dll.), dan pemangku kepentingan di
bawah koordinasi Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
GLS adalah gerakan sosial dengan dukungan kolaboratif berbagai elemen. Upaya
yang ditempuh untuk mewujudkannya berupa pembiasaan membaca peserta didik.
Pembiasaan ini dilakukan dengan kegiatan 15 menit membaca (guru membacakan buku
dan warga sekolah membaca dalam hati, yang disesuaikan dengan konteks atau target
sekolah). Ketika pembiasaan membaca terbentuk, selanjutnya akan diarahkan ke tahap
pengembangan, dan pembelajaran. Variasi kegiatan dapat berupa perpaduan
pengembangan keterampilan reseptif maupun produktif.

2) Literasi Media
Literasi media ialah kemampuan seseorang untuk menggunakan berbagai media
guna mengakses, analisis serta menghasilkan informasi untuk berbagai keperluan Dalam
kehidupan sehari-hari seseorang akan dipengaruhi oleh media yang ada di sekitar kita berupa
televisi, film, radio, musik terekam, surat kabar dan majalah. Dari media itu masih ditambah
dengan internet bahkan kini pun melalui telepon seluler dapat diakses.
Istilah media mencakup semua media komunikasi, kadang-kadang digunakan istilah
media massa merujuk ke semua media yang dimaksudkan untuk mencapai audisi sangat
besar seperti televisi siaran dan bayar, radio, film, surat kabar dan majalah. Sering pula
istilah “dalam semua media dan format” mengacu pada komunikasi dan diseminasi

29
informasi dalam berbagai media berlainan serta berbagai format (teks, grafik, foto, tabel
statistik dll).
Media interaktif memungkinkan pemakai berinteraksi langsung dengan gawai
komunikasi atau telekomunikasi seperti model “layar sentuh”, kini mulai banyak digunakan
di restoran, hotel, pusat informasi wisata dll.
Literasi media mencakup semuanya dari memiliki pengetahuan yang dipelrukan
untuk menggunakan teknologi media lama dan baru sampai dengan memiliki hubungan
kritis ke konten medua. Tulisan seperti Buckingham (2005), Livingstone (2005) menyatakan
bahwa trikotomi untuk mendefinisikan literasi media adalah memiliki akses ke
media, memahami media dan menciptakan, mengekspresikan diri sendiri menggunakan
media. Liiterasi media mengakui pengaruh harian pada manusia yang berasal dari televisi,
film, radio, musik, surat kabar, dan majalah.

3) Literasi Teknologi
Bagian ini merupakan separuh bagian dari literasi teknologi informasi dan komputer,
separuh lainnya adalah Literasi media, terdiri dari: literasi perangkat keras dan perangkat
lunak. Literasi perangkat keras mengacu kepada operator dasar yang diperlukan untuk
menggunakan komputer seperti Personal Computer, Laptop, Notebook, Tablet Computer
serta gawai genggam semacam Blackberry. Ada pun literasi perangkat lunak mengacu pada
himpunan prosedur dan instruksi tujuan umum yang disyaratkan oleh perangkat keras
computer atau telekomunikasi untuk melaksanakan fungsinya. Dalam LI computer paling
utama adalah perangkat lunak pengoperasian dasar seperti Windows, lembar batang
(spreadsheet) untuk data numeric seperti Excell perangkat lunak penyajian presentasi seperti
Power Point dan perangkat lunak penyedia jasa infotmasi untuk menggunakan Internet
termasuk penelusuran WWW. Bagian ketiga adalah literasi aplikasi mengacu pada
pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menggunakan berbagai paket
perangkat lunak tujuan khusus.

30
3. Kecakapan Hidup
Menurut Depdiknas (2002), kecakapan hidup adalah kecakapan yang dimiliki
seseorang untuk mau dan berani menghadapi problema hidup dan kehidupan secara wajar
tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi
sehingga akhirnya mampu mengatasinya. Dalam pandangan Kendall dan Marzano (1997),
kecakapan hidup merupakan deskripsi seperangkat kategori pengetahuan yang bersifat lintas
isi atau kemampuan yang dipandang penting dan dapat digunakan untuk dunia kerja.
Sedangkan Brolin (1989) mengemukakan bahwa kecakapan hidup merupakan pengetahuan
dan kemampuan yang dibutuhkan oleh seseorang untuk berfungsi dan bertindak secara
mandiri dan otonom dalam kehidupan sehari-hari, tidak harus selalu meminta bantuan dan
petunjuk pihak lain. Maka dapat disimpulkan bahwa bentuk dari kecakapan hidup berupa
pengetahuan sebagai praksis dan kiat (praxis dan techne), bukan teori; pengetahuan
sebagai skills of doing sekaligus skills of being.
Salah satu karakteristik pembelajaran dalam Kurikulum 2013 adalah harus dapat
mengarahkan peserta didik untuk memahami potensi, minat dan bakatnya dalam rangka
pengembangan karir, baik di jenjang pendidikan yang lebih tinggi maupun karir di
masyarakat. Oleh sebab itu, maka peserta didik harus mempersiapkan untuk memilki
kecakapan-kecakapan yang sesuai dengan tuntutan pekerjaan di abad 21 antara lain sebagai
berikut.
a. Memiliki kemampuan untuk memimpin dan menjadi yang terdepan dalam berinisiatif
demi menghasilkan berbagai terobosan-terobosan (Leadershhip).
b. Memiliki sikap bertanggung jawab terhadap seluruh perbuatan yang dilakukan sebagai
seorang individu mandiri (Personal Responsibility).
c. Menghargai dan menjunjung tinggi pelaksanaan etika dalam menjalankan kehidupan
sosial bersama (Ethnics).
d. Memiliki sejumlah keahlian dasar yang diperlukan untuk menjalankan fungsi sebagai
makhluk individu dan makhluk sosial (People Skills).
e. Memilki kemampuan dalam beradaptasi dan beradoipsi dengan berbagai perubahan
yang terjadi sejalan dengan dinamika kehidupan (Adaptability).

31
f. Mampu meningkatkan kualitas dirinya melalui berbagai aktivitas dan pekerjaan yang
dilakukan sehari-hari (Personal Productivity)
g. Memiliki alasan dan dasar yang jelas dalam setiap langkah dan tindakan yang
dilakukan (Accountability);
h. Memiliki rasa tanggung jaewab terhadap lingkungan kehidupan maupun komunitas
yang ada di sekitarnya (Social Responsibility).

4. Penguatan Pendidikan Karakter (PPK)


Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) merupakan implementasi dari karakter
moral yang merupakan komponen Pendidikan Abad 21. Landasan hukumnya adalah
Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2017, tentang Penguatan Pendidikan Karakter.
Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) selain merupakan kelanjutan dan
kesinambungan dari Gerakan Nasional Pendidikan Karakter Bangsa Tahun 2010 juga
merupakan bagian integral Nawacita. Dalam hal ini butir 8 Nawacita: Revolusi Karakter
Bangsa dan Gerakan Revolusi Mental dalam pendidikan yang hendak mendorong seluruh
pemangku kepentingan untuk mengadakan perubahan paradigma, yaitu perubahan pola pikir
dan cara bertindak, dalam mengelola sekolah. Untuk itu, Gerakan PPK menempatkan nilai
karakter sebagai dimensi terdalam pendidikan yang membudayakan dan memberadabkan
para pelaku pendidikan.
Lima nilai utama karakter yang saling berkaitan membentuk jejaring nilai yang perlu
dikembangkan sebagai prioritas Gerakan PPK. Kelima nilai utama karakter bangsa yang
dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Religius
Nilai karakter religius mencerminkan keberimanan terhadap Tuhan yang Maha Esa
yang diwujudkan dalam perilaku melaksanakan ajaran agama dan kepercayaan yang dianut,
menghargai perbedaan agama,menjunjung tinggi sikap toleran terhadap pelaksanaan ibadah
agama dan kepercayaan lain, hidup rukun dan damai dengan pemeluk agama lain. Nilai
karakter religius ini meliputi tiga dimensi relasi sekaligus, yaitu hubungan individu dengan
Tuhan, individu dengan sesama, dan individu dengan alam semesta (lingkungan). Nilai
karakter religius ini ditunjukkan dalam perilaku mencintai dan menjaga keutuhan ciptaan.

32
Subnilai religius antara lain cinta damai, toleransi, menghargai perbedaan agama dan
kepercayaan, teguh pendirian, percaya diri, kerja sama antar pemeluk agama dan
kepercayaan, antibuli dan kekerasan,persahabatan, ketulusan, tidak memaksakan kehendak,
mencintai lingkungan, melindungi yang kecil dan tersisih.
2. Nasionalis
Nilai karakter nasionalis merupakan cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang
menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa,
lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi,dan politik bangsa, menempatkan kepentingan
bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.Subnilai nasionalis antara lain
apresiasi budaya bangsa sendiri, menjaga kekayaan budaya bangsa, rela berkorban, unggul,
dan berprestasi, cinta tanah air, menjaga lingkungan, taat hukum, disiplin, menghormati
keragaman budaya, suku, dan agama.
3. Mandiri
Nilai karakter mandiri merupakan sikap dan perilaku tidak bergantung pada orang
lain dan mempergunakan segala tenaga, pikiran,waktu untuk merealisasikan harapan, mimpi
dan cita-cita.Subnilai mandiri antara lain etos kerja (kerja keras), tangguh tahan banting,
daya juang, profesional, kreatif, keberanian, dan menjadi pembelajar sepanjang hayat.
4. Gotong Royong
Nilai karakter gotong royong mencerminkan tindakan menghargai semangat kerja
sama dan bahu membahu menyelesaikan persoalan bersama, menjalin komunikasi dan
persahabatan, memberi bantuan/pertolongan pada orang-orang yang membutuhkan. Subnilai
gotong royong antara lain menghargai, kerja sama, inklusif, komitmen atas keputusan
bersama, musyawarah mufakat, tolong menolong, solidaritas, empati, anti diskriminasi, anti
kekerasan, dan sikap kerelawanan.
5. Integritas
Nilai karakter integritas merupakan nilai yang mendasari perilaku yang didasarkan
pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan,
tindakan, dan pekerjaan,memiliki komitmen dan kesetiaan pada nilai-nilai kemanusiaan dan
moral (integritas moral). Karakter integritas meliputi sikap tanggung jawab sebagai warga
negara, aktif terlibat dalam kehidupan sosial, melalui konsistensi tindakan dan perkataan

33
yang berdasarkan kebenaran. Subnilai integritas antara lain kejujuran, cinta pada kebenaran,
setia, komitmen moral, anti korupsi, keadilan, tanggung jawab, keteladanan, dan menghargai
martabat individu (terutama penyandang disabilitas). Kelima nilai utama karakter bukanlah
nilai yang berdiri dan berkembang sendiri-sendiri melainkan nilai yang berinteraksi satu
sama lain, yang berkembang secara dinamis dan membentuk keutuhan pribadi. Dari nilai
utama manapun pendidikan karakter dimulai, individu dan sekolah pertlu mengembangkan
nilai-nilai utama lainnya baik secara kontekstual maupun universal. Nilai religius sebagai
cerminan dari iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa diwujudkan secara utuh dalam
bentuk ibadah sesuai dengan agama dan keyakinan masing-masing dan dalam bentuk
kehidupan antarmanusia sebagai kelompok, masyarakat,maupun bangsa. Dalam kehidupan
sebagai masyarakat dan bangsa nilai – nilai religius dimaksud melandasi dan melebur di
dalam nilai-nilai utama nasionalisme, kemandirian, gotong royong, dan integritas. Demikian
pula jika nilai utama nasionalis dipakai sebagai titik awal penanaman nilai-nilai karakter,
nilai ini harus dikembangkan berdasarkan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan yang tumbuh
bersama nilai-nilai lainnya.

Prinsip-Prinsip Pengembangan dan Implementasi PPK


Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) dikembangkan dan dilaksanakan
dengan menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut.

Prinsip 1 – Nilai-nilai Moral Universal


Gerakan PPK berfokus pada penguatan nilai-nilai moral universal yang prinsip-prinsipnya
dapat didukung oleh segenap individu dari berbagai macam latar belakang agama,
keyakinan, kepercayaan, sosial,dan budaya.

Prinsip 2 – Holistik
Gerakan PPK dilaksanakansecara holistik, dalam arti pengembangan fisik (olah raga),
intelektual (olah pikir), estetika (olah rasa), etika dan spiritual (olah hati) dilakukan secara
utuh-menyeluruh dan serentak, baik melalui proses pembelajaran intrakurikuler,

34
kokurikuler, dan ekstrakurikuler, berbasis pada pengembangan budaya sekolah maupun
melalui kolaborasi dengan komunitas-komunitas di luar lingkungan pendidikan.

Prinsip 3 – Terintegrasi
Gerakan PPK sebagai poros pelaksanaan pendidikan nasional terutama pendidikan dasar dan
menengah dikembangkan dan dilaksanakan dengan memadukan, menghubungkan, dan
mengutuhkan berbagai elemen pendidikan, bukan merupakan program tempelan dan
tambahan dalam proses pelaksanaan pendidikan.

Prinsip 4 – Partisipatif
Gerakan PPK dilakukan dengan mengikutsertakan dan melibatkan publik seluas-luasnya
sebagai pemangku kepentingan pendidikan sebagai pelaksana Gerakan PPK. Kepala
sekolah, pendidik, tenaga kependidikan, komite sekolah, dan pihak-pihak lain yang terkait
dapat menyepakati prioritas nilai-nilai utama karakter dan kekhasan sekolah yang
diperjuangkan dalam Gerakan PPK, menyepakati bentuk dan strategi pelaksanaan Gerakan
PPK, bahkan pembiayaan Gerakan PPK.

Prinsip 5 – Kearifan Lokal


Gerakan PPK bertumpu dan responsif pada kearifan lokal nusantara yang demikian beragam
dan majemuk agar kontekstual dan membumi. Gerakan PPK harus bisa mengembangkan
dan memperkuat kearifan lokal nusantara agar dapat berkembang dan berdaulat sehingga
dapat memberi indentitas dan jati diri peserta didik sebagai bangsa Indonesia.

Prinsip 6 – Kecakapan Abad XXI


Gerakan PPK mengembangkan kecakapan-kecakapan yang dibutuhkan oleh peserta didik
untuk hidup pada abad XXI, antara lain kecakapan berpikir kritis (critical thinking), berpikir
kreatif (creative thinking), kecakapan berkomunikasi (communication skill), termasuk
penguasaan bahasa internasional, dan kerja sama dalam pembelajaran (collaborative
learning).

35
Prinsip 7 – Adil dan Inklusif
Gerakan PPK dikembangkan dan dilaksanakan berdasarkan prinsip keadilan, non-
diskriminasi, non-sektarian, menghargai kebinekaan dan perbedaan (inklusif), dan
menjunjung harkat dan martabat manusia.

Prinsip 8 – Selaras dengan Perkembangan Peserta Didik


Gerakan PPK dikembangkan dan dilaksanakan selaras dengan perkembangan peserta didik
baik perkembangan biologis, psikologis,maupun sosial, agar tingkat kecocokan dan
keberterimaannya tinggi dan maksimal. Dalam hubungan ini kebutuhan-kebutuhan
perkembangan peserta didik perlu memperoleh perhatian intensif.

Prinsip 9 – Terukur
Gerakan PPK dikembangkan dan dilaksanakan berlandaskan prinsip keterukuran agar dapat
dimati dan diketahui proses dan hasilnya secara objektif. Dalam hubungan ini komunitas
sekolah mendeskripsikan nilai-nilai utama karakter yang menjadi prioritas pengembangan
di sekolah dalam sebuah sikap dan perilaku yang dapat diamati dan diukur secara objektif;
mengembangkan program-program penguatan nilai-nilai karakter bangsa yang mungkin
dilaksanakan dan dicapai oleh sekolah;dan mengerahkan sumber daya yang dapat disediakan
oleh sekolah dan pemangku kepentingan pendidikan.

Struktur Kurikulum Pelaksanaan PPK


Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) tidak mengubah kurikulum yang sudah ada,
melainkan optimalisasi kurikulum pada satuan pendidikan. Gerakan PPK perlu dilaksanakan
di satuan pendidikan melalui berbagai cara sesuai dengan kerangka kurikulum yaitu alokasi
waktu minimal yang ditetapkan dalam Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum, dan
kegiatan ekstrakurikuler yang dikelola oleh satuan pendidikan sesuai dengan peminatan dan
karakteristik peserta didik, kearifan lokal, daya dukung, dan kebijaksanaan satuan
pendidikan masing-masing. Pelaksanaan Gerakan PPK disesuaikan dengan kurikulum pada
satuan pendidikan masing-masing dan dapat dilakukan melalui tiga cara sebagai berikut.

36
1. Mengintegrasikan pada mata pelajaran yang ada di dalam struktur kurikulum dan mata
pelajaran Muatan Lokal (Mulok) melalui kegiatan intrakurikuler dan kokurikuler.
Sebagai kegiatan intrakurikuler dan kokurikuler, setiap guru menyusun dokumen
perencanaan pembelajaran berupa Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) sesuai mata pelajarannya masing-masing. Nilai-nilai utama PPK diintegrasikan
ke dalam mata pelajaran sesuai topik utama nilai PPK yang akan
dikembangkan/dikuatkan pada sesi pembelajaran tersebut dan sesuai dengan
karakteristik mata pelajaran masing-masing. Misalnya, mata pelajaran IPA untuk SMP
mengintegrasikan nilai nasionalisme dengan mendukung konservasi energi pada materi
tentang energi.
2. Mengimplementasikan PPK melalui kegiatan ekstrakurikuler yang ditetapkan oleh
satuan pendidikan. Pada kegiatan ekstrakurikuler, satuan pendidikan melakukan
penguatan kembali nilai-nilai karakter melalui berbagai kegiatan. Kegiatan ekskul dapat
dilakukan melalui kolaborasi dengan masyarakat dan pihak lain/lembaga yang relevan,
seperti PMI, Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas Perdagangan,museum, rumah budaya,
dan lain-lain, sesuai dengan kebutuhan dan kreativitas satuan pendidikan.
3. Kegiatan pembiasaan melalui budaya sekolah dibentuk dalam proses kegiatan rutin,
spontan, pengkondisian, dan keteladanan warga sekolah. Kegiatan-kegiatan dilakukan di
luar jam pembelajaran untuk memperkuat pembentukan karakter sesuai dengan situasi,
kondisi,ketersediaan sarana dan prasarana di setiap satuan pendidikan.

Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti.


Penumbuhan Budi Pekerti adalah kegiatan pembiasaan sikap dan perilaku positif
di sekolah yang dimulai berjenjang dari mulai sekolah dasar. Untuk jenjang SMP,
SMA/ SMK, dan sekolah pada jalur pendidikan khusus dimulai sejak dari masa
orientasi peserta didik baru sampai dengan kelulusan. Dasar pelaksanaan Penumbuhan
Budi Pekerti didasarkan pada pertimbangan bahwa masih terabaikannya implementasi
nilai-nilai dasar kemanusiaan yang berakar dari Pancasila yang masih terbatas pada
pemahaman nilai dalam tataran konseptual, belum sampai mewujud menjadi nilai
aktual dengan cara yang menyenangkan di lingkungan sekolah, keluarga, dan

37
masyarakat. PPK dan GLS dimaksudkan pula untuk membekali dan memperkuat
karakter peserta didik dalam mempersiapkan daya saing dengan kompetensi abad 21,
yaitu berpikir kritis, kreativitas, komunikasi, dan kolaborasi.
PPK adalah gerakan pendidikan di sekolah untuk memperkuat karakter siswa
melalui harmonisasi olah hati (etik) yang bertujuan membentuk individu yang
memiliki kerohanian mendalam, beriman dan bertakwa; olah rasa (estetik) yang
bertujuan membentuk individu yang memiliki integritas moral, rasa berkesenian dan
berkebudayaan; olah pikir (literasi) yang bertujuan membentuk individu yang
memiliki keunggulan akademis sebagai hasil pembelajaran dan pembelajar sepanjang
hayat; dan olah raga (kinestetik) yang bertujuan membentuk individu yang sehat dan
mampu berpartisipasi aktif sebagai warga negara. Kegiatan tersebut dilakukan dengan
dukungan pelibatan publik dan kerja sama antara sekolah, keluarga, dan masyarakat.
Terdapat nilai utama sebagai kristalisasi dari njilai-nilai karakter yang harus
dikembangkan, yakni religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, dan integritas
(kejujuran).
Implementasi PPK di sekolah diintegrasikan dalam kegiatan-kegiatan yang
berbasis kelas, berbasis budaya sekolah, dan berbasis lingkungan masyarakat.
Kegiatan pendidikan karakter berbasis kelas di antaranya dilakukan dengan
diiintegrasikan dalam mata pelajaran, optimalisasi muatan lokal, dan manajemen
kelas. Pendidikan karakter berbasis budaya sekolah di antaranya dilakukan melalui
pembiasaan nilai-nilai dalam keseharian sekolah, keteladanan pendidik, ekosistem
sekolah, serta norma, peraturan, dan tradisi sekolah. Sementara pendidikan karakter
berbasis masyarakat dapat dilakukan bersama-sama dengan orang tua, komite sekolah,
dunia usaha, akademisi, pegiat pendidikan, pelakus seni budaya, bahasa dan sastra,
serta pemerintah dan pemerintah daerah.

5. Penilaian Pembelajaran
Penilaian pada Abad 21 dikenal dengan Higher Order of Thinking Skill (HOTS),
yaitu penilaian yang menguji kemampuan berpikir kritis, logis, reflektif, metakognitif, dan
berpikir kreatif yang merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Karakteristik HOTS: a)

38
Evaluasi dengan kriteria b) Menunjukkan skeptisme, c) Keputusan yang menggantung, d)
Menggunakan analisa logis, e) Sistematis.
Pada Kurikulum 2013 juga menuntut materi pembelajarannya dalam aspek kognitif
meliputi faktual, konseptual, prosedural sampai metakognitif yang mensyaratkan peserta
didik mampu untuk memprediksi, mendesain, dan memperkirakan.
Berikut ini grafik Taksonomi Bloom dari Low Order of Thinking Skill (LOTS) ke
High Order of Thingking Skill (HOTS).

Gambar 1. Taksonomi Bloom LOTS ke HOTS.

39
Gambar 2. Proses Kognitif Bloom.

1) Ranah HOTS:
(a) analisis yang merupakan kemampuan berpikir dalam menspesifikasi aspek-
aspek/elemen dari sebuah konteks tertentu;
(b) evaluasi merupakan kemampuan berpikir dalam mengambil keputusan berdasarkan
fakta/informasi; dan
(c) mengkreasi merupakan kemampuan berpikir dalam membangun gagasan/ide-ide.
2) Kelompok HOTS
(a) berfikir kritis,
(b) berfikir kreatif,
(c) pemecahan masalah,
(d) membuat keputusan.
3) Pembelajaran HOTS
Peserta didik tidak hanya untuk menguasai sekumpulan pengetahuan yang
berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja. Peserta didik juga
memperoleh pengalaman dalam proses penemuan. Peserta didik harus selalu diajak
untuk belajar dengan menggunakan proses berpikir untuk menemukan konsep-konsep
tersebut.

40
(a) Teknik Penulisan Soal HOTS
Materi yang akan ditanyakan diukur dengan perilaku sesuai dengan ranah
kognitif Bloom pada level analisis, evaluasi dan mengkreasi. Setiap pertanyaan
diberikan dasar pertanyaan (stimulus). Soal mengukur kemampuan berpikir kritis.
(b) Soal HOTS
Soal selalu diberikan dasar pertanyaan (stimulus) yang berbentuk sumber/bahan
bacaan seperti: teks bacaan, paragrap, teks drama, penggalan novel/cerita/dongeng,
puisi, kasus, gambar, grafik, foto, rumus, tabel, daftar kata/simbol, contoh, peta, film,
atau suara yang direkam.
Soal HOTS selayaknya meminimalisir kemampuan mengingat kembali
informasi (recall), tetapi lebih mengukur kemampuan:
(a) transfer satu konsep ke konsep lainnya,
(b) memproses dan menerapkan informasi,
(c) mencari kaitan dari berbagai informasi yang berbeda-beda,
(d) menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah,
(e) menelaah ide dan informasi secara kritis.

4) Kata Kerja Operasional (KKO) Revisi Taksonomi Bloom

Ranah Kognitif
Tabel 6: KKO Revisi Taksonomi Bloom
Taksonomi Bloom Lamatesis)C6(Evaluasi)
Taksonomi C1 C2 C3 C4 C5 C6
Bloom Revisi (Mengingat) (Memahami) (Mengaplikasikan) (Menganalisis) (Mengevaluasi) (Mencipta)

1.) Ranah Kognitif


Tabel 7: Ranah Kognitif

Mengingat Memahami Mengaplikasikan Menganalisis Mengevaluasi Mencipta


(remember) (Understad) (Apply) (Analyze) (Evaluate) (Create)

Mengutip Memperkirakan Mengaskan Memecahkan Membandingkan Mengumpulkan

41
Menebitkan Menceritajan Menentukan Menegaskan Menilai Mengatur
Menjelaskan Merinci Menerapkan Meganalisis Mengarahkan Erancang
Memasagkan Megubah Memodifikasi Menimpulkan Mengukur Membuat
Membaca Memperluas Membangun Menjelajah Meangkum Merearasi
Menamai Menjabarkan Mencegah Mengaitkan Mendukung Memperjelas
Meninjau Mnconthkan Melatih Mentransfer Memilih Mengarang
Mentabulasi Mengemukakan Menyelidiki Mengedit Memproyeksikan Menyususn
Memberi kode Menggali Memproses Menemukan Mengkritik Mengode
Menulis Mengubah Memecahkan Menyeleksi Mengarahkan Mengkombinasik
Menytakan Menghitung Melakukan Mengoreksi Memutukan an
Menunjukkan Menguraikan Mensimulasikan Mendeteksi Memisahkan Memfasilitasi
Mendaftar Mempertahanka Mengurutkan Menelaah menimbang Mengkonstruksi
Menggambar n Membiasakan Mengukur Merumuskan
Membilang Mngartikan Mengklasifikasi Membangunkan Menghubungkan
Mengidentifikasi Menerangkan Menyesuaikan Merasionalkan Menciptakan
Menghafal Menafsirkan Menjalankan Mendiagnosis menampilkan
Mencatat Memprediksi Mengoperasikan Memfokuskan
Meniru Melaporkan Meramalkan Memadukan
Membedakan

2.) Ranah Afektif


Tabel 8: Ranah Afektif

A5
A1 A2 A3 A4
Karakterisasi
Menerima Merspon Menghargai Mngorganisaikan
Menurut Nilai
Mengikuti Menyenangi Mengsumsikan Mengubah Membiasakan
Menganut Menyambut Meykinkan Menata Mengubah perilaku
Mematuhi Mendukung Memperjelas Membangun Berakhlak mulia
Meminati Maporkan Menekankan Membentuk pendapat Melayani
Memilih Menyumbang Memadukan Membuktikan
Menampilkan Mengimani Mengelola Memecahkan
Menyetujui Merembuk
Mengatakan Menegoisasi

3.) Ranah Psikomotorik


Tabel 9: Ranah Psikomotorik

Psikomotor 1 Psikomotor 2 Psikomotor 3 Psikomotor 4 Psikomotor 5

42
Meniru Kembali membuat Menunjukkan Membangun Mendesain
Menyalin Membangun Melengapi Mengatasi Menentukan
Mengikuti Melakukan Menyempurnakan Menggabungkan Mengelola
Mereplikasi Melaksanakan Mengkalibrasi Beradaptasi
Mengulangi Menerapkan Mengendalikan Memodifikasi
Mematuhi Mengoreksi Mengalihkan Merumuskan
Mengaktifkan Mendemonstrasikan Menggantikan Mengalihkan
Menyesuaikan Merancang Memutar Mempertajam
Menggabungkan Memilah Mengirim Membentuk
Melamar Melatih Memindahkan Memadankan
Mengatur Memperbaiki Mendorong Menggunakan
Mengumpulkan Mengidentifikasikan Menarik Memulai
Menimbang Mengisi Memproduksi Menyetir
Memperkecil Menempatkan Mencampur Menjelaskan
Membangun Membuat Mengoperasikan Menempel
Mengubah Memanipulasi Mengemas Menskestsa
Membersihkan Mereparasi Membungkus Mendengarkan
Memposisikan Mencampur Menimbang
Mengkonstruksi

43
DAFTAR PUSTAKA

Daryanto, Drs. dan Drs. Syaiful Karim, M.T. 2017. Pembelajaran Abad 21. Yogyakarta:
Gava Media

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat. 2017. Kurikulum Tingkat Daerah: Muatan Lokal
Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda Berbasis Lokal Kurikulum 2013 Revisi
2017 Jenjang SMA/SMK

Indonesia. 2017. Peraturan Presiden Nomor 87 tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan
Karakter (PPK). Jakarta
Kemdikbud. 2016. Permendikbud Nomor 20 Tahun 2016 tentang Standar Kompetensi
Lulusan. Jakarta : Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Kemdikbud. 2016. Permendikbud Nomor 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi. Jakarta :
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

Kemdikbud. 2016. Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses. Jakarta:
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Kemdikbud. 2016. Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian. Jakarta
: Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Kemdikbud. 2016. Permendikbud Nomor 24 Tahun 2016 tentang KI dan KD. Jakarta :
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

44
MODEL PANGAJARAN BASA SUNDA INOVATIF DI SMA/SMK

Prof. Dr. H. Yayat Sudaryat, M.Hum.


Universitas Pendidikan Indonesia

45
1. Purwawacana
Pangajaran, kaasup pangajaran basa Sunda, mangrupa hiji sistim anu diwangun ku
komponen-komponen kayaning tujuan, kurikulum jeung bahan ajar, guru jeung murid,
metodologi, média jeung sumber diajar, sarta évaluasi pangajaran. Minangka hiji sistem, éta
komponen-komponen pangajaran téh silihdeudeul tur silihlengkepan pikeun ngahontal hiji
tujuan.
Dina métodologi pangajaran kalibat ayana modél, pamarekan, métodeu, téhnik,
jeung stratégi pangajaran. Hal-hal anu patali jeung métodologi pangajaran téh raket patula-
patalina, tapi kabéhanana aya bédana. Ieu tulisan téh nyoko kana modél pangajaran basa
Sunda, utamana modél pangajaran basa Sunda inovatif.

2. Pangajaran Basa
Diajar ébréh tina parobahan paripolah hiji jalma minangka hasil pangalam- anana.
Sakumaha nu ditétélakeun ku Cronbach (1954:47) bahwa “Learning is shown by a change
in behavior as a result of experience”. Ari robahna kamampuh paripolah minangka hasil
diajar téh rélatif permanén. “Learning is a relatively permanent change in the ability to
exhibit a behavior” (Klein, 1986:2). Pangalaman diajar kapanggih ku siswa ngaliwatan
interaksi jeung lingkunganana dina raraga nyumponan kabutuh hirupna (Surya & Amin,
1984:13).
Kimble & Garmezy (1963:133) ngawatesanan diajar téh minangka parobahan anu
rélatif angger dina paripolah tina hasil kakuatan praktek. Robahna paripolah diajar téh
lumangsung ngaliwatan prosés matalikeun informasi anyar kana struktur kognitif anu geus
aya, prosés nalar ku maké logika déduktif-induktif, hubungan logis, rasional atawa non-
arbitrér (David Ausubel, 1968). Ari robahna paripolah diajar téh mibanda genep ciri, nyaéta
(1) lumangsung kalawan sadar, (2) sipatna kontinu jeung fungsional, (3) sipatna positif jeung
aktif, (4) sipatna permanén, lain saheulaanan, (5) puguh tujuan atawa arahna, sarta (6)
ngawengku sakabéh aspék paripolah (Surya & Amin, 1984:13-15).
Diajar mangrupa prosés psikologis nu ngarobah paripolah hiji jalma. Ku kituna, Jean
Piaget (1972) nétélakeun yén diajar nyaéta proses kamekaran méntal-inteléktual hiji jalma
dina nyaluyukeun dirina kana lingkungan. Nurutkeun Sudjana & Rivai (2003:36), ciri-ciri

46
paripolah anu kapanggih tina hasil diajar téh mangrupa (1) kamampuh aktual jeung
kamampuh poténsial, (2) kamampuh anyar anu bisa dipaké dina waktu nu rélatif lila, jeung
(3) éta kamampuh anyar téh kapanggih ku cara sadar.
Brown (1994:7) ngawincik wangenan diajar minangka (1) beubeunangan; (2) réténsi
informasi atawa kaparigelan; (3) réténsi anu ngaimplikasikeun sistem nyimpen, mémori,
organisasi kognitif; (4) sipatna aktip tur dina kaayaan sadar bari museur kana paripolah
kajadian jeroeun atawa luareun organismeu; (5) rélatif permanén tapi bisa dicangking; (6)
rupining wangun jeung nguatan prakték; sarta (7) ngarobah paripolah.
Kagiatan siswa diajar disebut pangajaran, ari kagiatan guru ngajar disebut
pangajaran. Bahan anu diulik ku siswa atawa anu diajarkeun ku guru disebutna bahan ajar
atawa matéri pangajaran. Salah sahiji bahan ajar téh nyaéta basa. Pangajaran anu bahan
ajarna basa disebutna pangajaran basa. Hamied (1989:233) nétélakeun yén pangajaran basa
téh minangka prosés dina kaayaan sadar anu ngahasilkeun kaweruh ngeunaan basa.
Pangajaran basa kudu ngalibetkeun waruga basa lantaran nya éta pisan anu diajarkeun téh.
Palebah dieu, basa téh mangrupa sistem lambang sora nu arbitrér nu dipaké ku manusa
pikeun komunikasi. Jaba ti pikeun alat komunikasi, basa téh dipaké ku anggota masarakat
pikeun gawé bareng jeung ngébréhkeun jatidiri. Hakékat basa perlu dicangkem ku guru
saméméh ngajarkeun ka siswa. Tanpa neuleuman wangenan jeung ambahan wawasan
ngeunaan basa, guru basa hésé diharepkeun jadi guru nu profesional.
Dumasar kana katerangan di luhur bisa disebutkeun yén pangajaran basa téh
mangrupa kagiatan ngondisikeun siswa diajar basa. Palebah dieu, diajar basa nyaéta prosés
psikologis ngeunaan robahna paripolah hiji jalma ngeunaan basa, sikep basa, jeung
kaparigelan basa minangka hasil pangalaman interaksi jeung lingkunganana dina
nyumponan kabutuh hirupna.

3. Hasil Diajar Basa


Prosés pangajaran anu optimal bakal nyoko kana tilu ranah kompeténsi, nyaéta sikép
(affective domains), kaweruh (cognitive domains), jeung kaparigelan (psychomotor
domains). Ngaliwatan ranah sikep dipiharep siswa “nyaho naha”, ngaliwatan ranah kaweruh
dipiharep siswa “nyaho naon”, jeung ngaliwatan ranah kaparigelan dipiharep siswa “nyaho

47
kumaha”. Ngaliwatan nguatan sikep, kaparigelan, jeung kaweruh anu gumulung (integratif)
dipiharep beubeunangan hasil diajar téh ngawangun siswa anu produktif, kréatif, inovatif,
jeung aféktif. Prosés jeung hasil diajar téh bisa dibagankeun kieu.
Hasil ahir (output) pangajaran basa nyaéta kamampuh basa anu alus ajénna. Ari ajén-
inajén hasil diajar téh ditangtukeun ku rupa-rupa paktor, nyaéta paktor asupan (input) boh
prosés diajar-ngajar (learning-teaching process). Paktor asupan bisa mangrupa asupan dasar
(raw input), asupan lingkungan (enviromental input), jeung asupan alat (instrumental input)
(Suryabrata, 1983:6).
Hasil diajar basa téh raket patalina jeung kamampuh, profisiénsi, pérformansi, jeung
kompeténsi. Profisiénsi atawa kaparigelan basa mangrupa kabisa, kamampuh, kamahéran,
atawa kapinteran dina basa (Moeliono Eds., 1988:543). Kaparigelan basa mibanda opat
komponén, nyaéta ngaregepkeun, nyarita, maca, jeung nulis (Harris, 1977:9). Eta opat
kaparigelan basa téh mangrupa hiji gunggungan anu disebut catur-tunggal basa (Tarigan,
1994:1).
Pikeun nyangking profisiénsi basa diperlukeun ayana poténsi nu tangtu nu mangrupa
kompeténsi komunikatif, nyaéta kompetensi anu ngamungkinkeun urang bisa nepikeun
jeung napsirkeun pesen antarpribadi dina kontéks nu tangtu. Michael Canale (1984:6-11)
nétélakeun yén kompeténsi komunikatif téh nyoko kana dua komponén, nyaéta:
1) kompeténsi organisasional, anu mangrupa kamampuh dina ngawasa sakumna
kaédah jeung sistem anu nangtukeun naon-naon nu bisa dipilampah ku urang
ngeunaan wangun-wangun basa, anu nyoko kana kompeténsi gramatikal jeung
kompeténsi tékstual;
2) kompeténsi pragmatis, anu nyoko kana aspék-aspék fungsional basa (kompeténsi
ilokusionér, nu patali jeung kamampuh ngirim jeung narima pesan nu dipimaksud)
jeung aspék-aspék sosiolinguistik (anu medar tinimbangan aspék basa saperti
sopan santun, formalitas, métafora, régister, jeung aspék sosial budaya);
3) Kompeténsi stratégis mangrupa kamampuh dina komunikasi anu éféktif,
minangka stratégi komunikasi vérbal jeung nonvérbal anu bisa dipaké pikeun
ngalancarkeun komunikasi.

48
4. Modél Pangajaran
Modél pangajaran mangrupa padoman pikeun guru jeung budak dina
ngalaksanakeun kagiatan diajar-ngajar. Modél pangajaran nyoko kana rarancang nu dipaké
dina nyusun kurikulum, ngokolakeun matéri ajar, sarta méré pituduh ka guru di kelas. Joyce,
Weil, & Calhoun (2000:1) nétélakeun yén:

Models of teaching is plan or pattern that can be used to shape a curriculums


(long-term corses of studies), to design instructional materials, and to guide
instruction in the classroom and other settings.

Hal anu mirip ditepikeun ku Kemp (1977) yén modél pangajaran mangrupa
rarancang pangajaran (desain instructional) anu dipaké dina nangtukeun maksud jeung
tujuan tiap-tiap topik/jejer bahasan (goals topics and purposes), nganalisis karakteristik nu
diajar (learner characteristics), nyusun tujuan instruksional (learning objectives), milih eusi
pangajaran (subject content), ngayakeun pretés (pre-assesment), ngayakeun dukungan
layanan (support services), ngalaksanakeun évaluasi (evaluation), jeung nyieun révisi
(revise).
Modél ngajar dina dasarna mah modél diajar lantaran guru mantuan murid nyangking
informasi, gagasan, kaparigelan, ajén-inajén, cara mikir, katut nyangkem kedalingna. Kitu
deui, guru ngajar kumaha carana diajar. Murid leuwih babari tur éféktif dina nyangking
kaweruh jeung kaparigelan lantaran murid boga acuan dina prosés diajar. Hal ieu téh saluyu
jeung pamadegan Joyce, Weil, & Calhoun (2000:6) anu nétélakeun yén:

Models of teaching are really models of learning. As we help student acquire


information, ideas, skills, values, ways of thinking, and means of expressing
themselves, we are also teaching them how to learn. In fact, the most important long-
term outcome of instruction may be the students increased capabilities to learn mor
easily and effectively in the future, both because of the knowledge and skill they have
acquired and because they have mastered learning processes.

Joyce, Weil, & Calhoun (2000:13;45) nétélakeun yén modél ngajar nyaéta déskripsi
lingkungan diajar, anu bisa dipaké minangka rarancang kurikulum, kuliah, atawa pangajaran

49
pikeun milih bahan ajar, program multimédia, jeung nuyun tindakan guru di kelas. Model
ngajar ngaréplikasi pola negoisasi nu dipikabutuh ku masarakat.

“a model of teaching is a description of a learning environment, ... which can be


used to shape a curriculum or course to select instructional materials and to guide
teacher’s actions.” [...] “The model of teaching repiclates the negotiation pattern
needed by society”.

Dumasar kana sawata katerangan di luhur bisa disebutkeun yén modél pangajaran
nyaéta pola atawa rarancang pangajaran anu bisa nyukangan murid nyangking informasi,
gagasan, kaparigelan, ajén-inajén, jeung cara-cara mikir katut ngamotivasi murid ku cara
ngalarapkeun saruntuyan komponén stratégi anu gumulung. Modél pangajaran dirancang
bangun atawa didésain dumasar kana tilu hal utama, nyaéta bahan, struktur, jeung pungsina.
Aya opat ciri modél pangajaran, nyaéta:
a. Rasional tioritis anu logis anu disusun ku nu nyiptana atawa nu mekarkeunana;
b. Landasan pamikiran ngeunaan naon jeung kumaha murid diajar;
c. Paripolah ngajar anu dipikabutuh sangkan éta model bisa dilaksanakeun kalawan
hasilna mucekil; jeung
d. Lingkungan diajar anu dipikabutuh sangkan tujuan pangajaran bisa kahontal.
Aya sababaraha komponén modél pangajaran, nyaéta (1) oriéntasi modél (tujuan,
asumsi tioritis, jeung prinsip); (2) syntax atawa runtuyan léngkah kagiatan; (3) sistim sosial
kelas; (4) prinsip réaksi; (5) sistim pangdeudeul; jeung (6) dampak pangajaran jeung
tambahan.
Runtuyan léngkah kagiatan mangrupa tumpuan prosédur anu dieusi ku métodeu
pangajaran minangka runtuyan ngéntép seureuh tina téhnik minangka cara operasional
tahap-tahap kagiatan pangajaran.
Sistim sosial kelas raket patalina jeung peran katut hubungan guru—siswa jeung
siswa—siswa sarta prinsip réaksi anu raket patalina jeung sikep guru ka siswa dina modél
pangajaran mangrupa gambaran tina stratégi pangajaran.

50
Sistim pangdeudeul raket patalina jeung média katut sumber diajar. Média
pangajaran ngagambarkan ngaliwatan naon bahan ajar ditepikeun, ari sumber diajar
ngagambarkan ti mana éta bahan ajar téh dicokot.
Dampak atawa éfék pangajaran raketa patalina jeung évaluasi pangajaran. Dampak
pangajaran asalna ti jero atawa ti luareun lingkungan kagiatan diajar-ngajar anu bisa
langsung dirarancang pikeun dihasilkeun tina eusi jeung kaparigelan anu jadi landasan
lumangsungna kagiatan, atawa mungkin implisit dina lingkungan diajar.

5. Modél Pangajaran Kaparigelan Basa


Pangajaran basa ditujulkeun sangkan murid parigel maké basa. Ku parigel maké
basa, murid ogé dipiharep mibanda kaweruh ngeunaan basa jeung sikep positip kana basa
anu diulikna. Kaparigelan basa nyoko kana opat aspék nu mangrupa hiji gunggungan, anu
disebut “catur tunggal basa” (Tarigan, 1987:1). Eta opat aspék kaparigelan basa téh nyaéta
ngaregepkeun, nyarita, maca, jeung nulis. Tiap aspék kaparigelan basa téh raket patalina
jeung prosés mikir anu ngadadasaran basa. Basa hiji jalma ngeunteungkeun pikiranana.
Beuki parigel hiji jalma maké basa, beuki écés jalan pikiranana.
Disawang tina médium komunikasina, kaparigelan basa bisa dibédakeun jadi
kaparigelan basa lisan jeung kaparigelan basa tulis. Kaparigelan basa lisan ngawujud
ngaregepkeun jeung nyarita, ari kaparigelan basa tulis ngawujud maca jeung nulis.
Disawang tina aktivitasna, ngaregepkeun jeung maca kagolong kana kaparigelan réséptif,
ari nyarita jeung nulis kagolong kana kaparigelan produktif.
Pikeun parigel maké basa, urang mikabutuh unsur-unsur basa séjénna saperti
kaweruh basa nu nyoko kana kandaga kecap jeung kaédah basa. Kandaga kecap minangka
dagingna basa, ari kaédah basa minangka raragana basa. Jaba ti éta, kaparigelan basa téh
raket patalina jeung pragmatik, nyaéta kontéks situasi makéna basa.
Dina pangajaran basa, kaparigelan basa pakait jeung pangajaran sastra. Ari tujuan
pangajaran sastra téh nyaéta sangkan murid mibanda pangalaman sastra, anu ngawengku
pangalaman aprésiasi sastra jeung pangalaman éksprési sastra. Patalina jeung kaparigelan
basa, aprésiasi sastra dipilampah ngaliwatan kagiatan maca, ngaregepkeun, jeung lalajo; ari
éksprési sastra dipilampah ngaliwatan kagiatan nyarita jeung nulis.

51
a. Model Pangajaran Maca
Dina pangajaran maca bisa dipaké rupa-rupa modél, di antarana waé, modél Group
Mapping Activity (GMA), modél Directed Reading-Thinking Activity (DR-TA), modél
Vocabulary Self-Collection Strategy (VSS), Modél Maca Interpre- tatif (MMI), jeung modél
Reading Workshop (RW).

Model Group Mapping Activity (GMA)


Pangajaran maca amké modél GMA ditujukeun pikeun mekarkeun panyangkem
waktu murid ngagumulungkeun jeung nyindekkeun informasi, gagasan, jeung konsép
(Davidson, 1982).
Léngkah-léngkah kagiatanana kieu.
(1) Guru nataharkeun peta basajan nu ditémbongkeun ka siswa.
(2) Siswa maca téks, tuluy metakeun konsép jeung gagasan tina éta téks.
(3) Siswa dibéré nyaho yén éta peta téh bakal dipaké salila proses pangajaran.
(4) Siswa disina némbongkeun peta masing-masing ka babaturanana.
(5) Siswa dipapancénan sina ngécéskeun eusi peta nu geus dijieunna.
(6) Siswa dipapancénan sangkan gawé bareng jeung babaturanana pikeun nyusun peta
dumasar kana téks.
(7) Siswa dipapancénan maca deui téks pikeun ngécéskeun informasi atawa ngajawab
pertanyaan.

Model Directed Reading-Thinking Activity (DR-TA)


Pangajaran maca maké modél DR-TA dilaksanakeun dina dua fase (Tierney et al.,
1995:214-216).
Fase 1: Langsung maca—Prosés mikir
Siswa dikondisikeun pikeun ngayakeun kagiatan:
(1) Ngayakeun prédiksi (predicting)
(2) Maca téks (reading)
(3) Ngabuktikeun (proving)

52
Fase 2: Latihan Kaparigelan Dasar
Sanggeus réngsé maca, siswa dikondisikeun pikeun ngayakeun
kagiatan:
(1) Nguji deui carita (reexamining story)
(2) Nguji deui pilihan kecap jeung frasa (reexamining selected words
and phrases)
(3) Ngagunakeun gambar atawa diagram pikeun tujuan mekarkeun
kamampuh maca-mikir jeung kaparigelan matalikeun kana bacaan
séjén kalawan ngéntép seureuh tur babarengan.

Modél Vocabulary Self-Collection Strategy (VSS)


Pangajaran maca maké modél VSS boga tujuan pikeun ngadorong siswa ngawsa
jeung mekarkeun kandaga kecap dina dangka panjang (Haggard, 1982; Ruddell, 1993).
Pikeun nganhontal éta tujuan, siswa dikondisikeun pikeun milampah sababaraha kagiatan
saperti (a) ngalibatkeun (engaging), (b) ngawincik (describing), (c) nyangkem (conceiving),
(d) ngécéskeun (explaining), (e) matalikeun (connecting), (f) napsirkeun (interpreting),
jeung (g) meunteun (judging). Ari léngkah-léngkah kagiatanana kieu.

Fase 1:
(1) Siswa dipapancénan pikeun maca rupa-rupa téks.
(2) Siswa papasangan pikeun ngaidéntifikasi kecap jeung istilah anu bakal
diulikna.
Fase 2:
(1) Siswa dipapancénan pikeun manggihan kekecapan tina téks.
(2) Siswa nyebutan atawa ngalarapkeun éta kekecapan dina kalimah.
Fase 3:
Siswa disina ngadiskusikeun harti éta kekecapan.
Fase 4:
Siswa ngarumuskeun jeung nepikeun hasil diskusi ngeunaan harti kekecapan.
Fase 5:

53
Siswa ngulik hasil diskusi jeung maca deui téks pikeun ngajembaran kekecapan.

Modél Interprétatif (MMI)


Pangajaran maca maké modél interprétatif boga tujuan sangkan siswa mampuh
nyangkem jeung manggihan harti anu aya dina bacaan. Ari léngkah-léngkahna kieu.
(1) Siswa dikondisikeun pikeun manggihan pasualan dina téks nu keur dibacana.
(2) Siswa disungsi rupa-rupa interprétasina kana éta pasualan, hiji-hiji kalawan tuluy-
tumuluy.
(3) Siswa ngabandingkeun rupa-rupa interprétasi, hiji-hiji.
(4) Siswa nganalisis interprétasi katut arguméntasina.

Modél Invéstigasi Kelompok


Pangajaran maca maké modél invéstigasi kelompok boga tujuan sangkan siswa
mampuh nyungsi (inquiry), nyangking kaweruh, jeung ngayakeun dinamika kelompok. Ari
léngkah-léngkahna kieu.
(1) Siswa dikondisikeun pikeun manggihan situasi anu nimbulkeun masalah (boh
dirarancang boh henteu) anu ngahudang perhatian siswa.
(2) Siswa nyungsi réaksi kana perbédaan éta situasi.
(3) Siswa dikondisikeun pikeun ngarumuskeun jeung ngatur tugas diajar.
(4) Siswa ngarumuskeun masalah, boh mandiri boh kelompok.
(5) Siswa nganalisis kamajuan jeung prosés anu geus dipilampah.
(6) Siswa ngayakeun kagiatan jeung ngainvéstigasi sorangan masalah.

Modél Reading Workshop (RW)


Modél Reading Workshop mangrupa pangajaran maca ngaliwatan genep kagiatan,
nyaéta (1) maca bedas (reading aloud), (2) maca ngilo (Individualized/silent reading), (3)
maca bareng (shared reading), (4) ngarangkum bacaan (summarizing), (4) maca diaping
(guided reading), sasrta (5) diskusi guru jeung siswa (conference) (Harp,1993:98). Ari
léngkah-léngkahna kieu.
(1) Siswa ngabandungan conto guru dina maca bedas, tuluy siswa jeung guru maca
bedas téks nu dipilihna.

54
(2) Siswa ngabandungan katerangan guru ngeunaan cara maca ngilo (jero haté) luyu
jeung téks nu dipilihna, ngajawab pertanyaan, jeung tanya jawab.
(3) Siswa dibagi jadi lima kelompok. Tiap kelompok milih tilu judul bacaan, tuluy maca
bareng, tanya jawab, jeung tukeur pikiran.
(4) Siswa ngabandungan katerangan guru ngeunaan cara ngarangkum eusi bacaan.
(5) Siswa maca diaping tur ditalingakeun ku guru.
(6) Siswa jeung guru diskusi pikeun nyindekkeun esi bacaan.

b. Modél Pangajaran Nulis


Pangajaran nulis boga tujuan sangkan siswa mimbanda kamampuh pikeun
ngébréhkeun pesén (pikiran, rasa, jeung kahayang) maké basa tulis (lambang grafis). Nulis
téh henteu babari. Kaparigelan nulis leuwih hésé ti batan tilu kaparigelan basa séjénna. Ari
sababna, nulis henteu asal ngotrétkeun pulpén atawa ngetik, tapi kudu ngaruntuykeun
gagasan kalawan hadé tur ngéntép seureuh.
Aya sababaraha stratégi sangkan pangajaran nulis pikaresepeun, di antarana waé:
(1) Siswa langsung prakték nulis, tiori pandeuri;
(2) Siswa bisa mimiti nulis ti mana waé;
(3) Siswa bisa diajar nulis bari heureuy;
(4) Guru ngajarkeun nulis sacara non-liniér, teu kudu ngaruntuy ti a nepi ka z.
Dina pangajaran nulis aya sababarah modél nu bisa dipaké, di antarana waé, modél
konstruktivisme, modél TTW, jeung modél berbasis modéling.

Modél Konstruktivisme
Modél konstruktivisme boga tujuan sangkan siswa ngawangun sorangan kalawan
aktip panyangkemna kana kaweruh. Ari kaweruh téh sipatna non-obyéktif, témporér, jeung
barobah. Diajar dina dasarna ngama’naan kaweruh, lain meunang kaweruh. Diajar téh
ngejembaran skémata ngaliwatan prosés asimilasi jeung akomodasi. Tahap ahir tina hasil
diajar nyaéta kasaimbangan (equilibrium) (Nurhadi & Senduk, 2003:36-38). Skémata nyaéta
fungsi dina otak pikeun nafsirkeun, ngatur jeung nyindekkeun informasi. Singgetna, skémata
nyaéta raraga méntal.

55
Léngkah-léngkah modél konstruktivisme téh kieu.

Fase Oriéntasi
(1) Siswa disungsi ideuna saméméh nulis.
(2) Siswa dihudang motivasina pikeun nulis.
Fase Eksplorasi
(1) Siswa néangan gagasan (ideu).
(2) Siswa milih topik tulisan.
(3) Siswa nuliskeun judul tulisan.
Fase Manggihan Konsép
(1) Siswa mekarkeun topik tulisan.
(2) Siswa nyusun rangkay karangan.
Fase Aplikasi
(1) Siswa nuliskeun gagasan kalawan winci tur écés.
(2) Siswa mekarkeun rangkay karangan jadi alinéa.
(3) Siswa nyusun draft karangan.
(4) Siswa nyunting karangan.

Model TTW
Model TTW (Think-Talk-Write) boga tujuan sangkan siswa bisa mikir, nyarita, jeung
nulis kalawan gumulung. Ari léngkah-léngkahna kieu.
Fase 1: Mikir (Think)
(1) Siswa mikir ku maca téks.
(2) Siswa nyieun catetan séwang-séwangan.
Fase 2: Nyarita (Talk)
(1) Siswa ngelompok nu anggotana 3—5 urang kalawan hétérogen.
(2) Siswa nepikeun hasil mikirna ka anggota kelompokna.
Fase 3: Nulis (Write)
(1) Siswa nepikeun hasil diskusina dina wangun tulisan.
(2) Siswa silih sunting hasil tulisanana.

56
Modél Nulis Basisna Modeling
Modél nulis basinas modeling boga tujuan sangkan siswa mibanda kemampuh nulis
dumasar kana conto tulisan atawa nulis niru model (copy the master). Ieu modél téh
mikabutuh rupa-rupa tulisan anu bisa dijadikeun modél (master) minangka calecer
(Agustrijatno, 2001). Modél basisna modeling kungsi dimekarkeun ku Sudaryat (2008) jadi
Stratégi Modeling Berbasis Téks (SMBT). Ari léngkah-léngkahna kieu.
Fase 1: Oriéntasi Modél
(1) Siswa maca téks babarengan dina kelompokna.
(2) Siswa ngadiskusikeun ciri, wangun, jeung eusi téks.
(3) Siswa nepikeun hasil diskusi kelompok.
Fase 2: Imitasi Modél
(1) Siswa ngalakukeun pratulis (milih topik, ngawatesanan topik jadi téma,
nyusun rangkay karangan).
(2) Siswa prakték nulis (mekarkeun rangkay karangan jadi alinéa, nulis draft
karangan)
(3) Siswa ngalakukeun pascatulis (mariksa jeung nyunting sorangan karangan)
Fase 3: Nyangking Konsékwénsi Modél
(1) Siswa kolaborasi pikeun silih pariksa jeung silih sunting karangan.
(2) Siswa ngarévisi jeung nulis balik karangan.

c. Modél Pangajaran Nyarita


Pangajaran nyarita boga tujuan sangkan siswa bisa nyarita dina basa Sunda kalawan
bener tur merenah. Pikeun ngahonmtal éta tujuan, guru kudu ngamangpaatkeun bahan ajar
maca atawa nulis, kandaga kecap, jeung sastra minangka sumber bahan ajar nyarita.
Upamana waé, nyaritakeun deui eusi téks anu kungsi dibaca atawa diregepkeun, nyaritakeun
pangalaman anu pikatajieun, nyaritakeun pangalaman pribadi, ngaragakeun (merankeun),
jeung biantara.
Réa cara anu bisa dipaké dina ngalaksanakeun pangajaran nyarita, di antarana waé,
(1) siswa ngaréspons ku lisan kana gambar nu ditémbingkeun ku guru, (2) tatarucingan, (3)
nyaritakeun eusi bacaan, (4) tanya jawab, (5) ngadiskusikeun bagian carita nu pikatajieun,

57
(6) macakeun puisi, (7) déklamasi, (8) nyaritakeun kaéndahan puisi, (9) nuluykeun carita
guru, (10) cacarita, (11) paguneman, jeung (12) ngaragakeun (merankeun).
Modél pangajaran anu bisa dipaké dina pangajaran nyarita, di antarana waé, (1)
modél TTW, (2) modél SBT jeung SBK, (3) modél basisna genre, (4) modél tatarucingan,
jeung (5) modél Think-Pair-Share.

Modél Basisna Genre


Modél basisna genre atawa Genre Based Approach (GBA) mibanda dua siklus jeung
opat tahap (Agustien, 2006). Siklus kahiji mekarkeun kamampuh basa lisan, ari siklus kadua
mekarkeun kamampuh basa tulis.
Tahap 1: Ngawangun Kaweruh Médan
Guru jeung siswa ngawangun kontéks budaya, tukeur
pangalaman, ngontrol rélevansi kandaga kecap jeung pola
gramatikal.
Tahap 2: Ngamodél Téks
(1) Siswa ngaregepkeun atawa maca téks pondok, paguneman, atawa
monolog.
(2) Siswa nyusun téks prosédural, fungsional, paguneman, jeung monolog.
Tahap 3: Konstruksi téks Babarengan
Eusina kaweruh, struktur skématis, jeung fitur linguistik.
(1) Siswa mekarkeun téks lisan.
(2) Siswa ngadémonstrasikeun paguneman, monolog, béwara.
Tahap 4: Konstruksi Téks Indepénden
(1) Siswa nyarita spontan, boh monolog boh dialog.
(2) Siswa ngagumulungkeun kemampuh nyarita jeung ngaregepkeun.

Modél SBT dan SBK


Model Satuan Berdasar Téks (SBT) jeung Modél Satuan Berdasar Kegiatan (SBK)
kaasup kana dua modél nu dimekarkeun ku Penuntasan Bahasa Terpusat (PBT) atawa
Concentrated Language Encounter (CLE). Ieu kagiatan dilaksanakeun ku Proyék

58
Keaksaraan di Thailand, The Broad of Rotary International and The Trustees ti The Rotary
Foundation nu dipingpin ku Richard Walker (Australia), Saowalak Rattanavich jeung
Noraseth Pathamanand (Thailand) (Taroepratjeka, 2002:1-3).
Eta dua modél téh aya sasaruaan jeung aya bédana. Sasaruaanana aya dina fase 3
nepi ka fase 5, ari bédana aya dina fase 1 jeung fase 2. Léngkah-léngkah Modél SBT jeung
SBK dina pangajaran téh kieu.

Tabel 7.: Model SBT dan SBK

Satuan Berdasar Teks (SBT) Satuan Berdasar Kegiatan (SBK)


Fase 1: Maca Babarengan Téks Fase 1: Ngaragakeun Kagiatan
(1) Ngawanohkeun téks Nyetruktur
(2) Maca téks (1) Medar masalah
(2) Nuduhkeun conto
(3) Ngaragakeun léngkah-léngkah
Fase 2: Medar balik (Review) Fase 2: Nata Balik Pangalaman
(1) Nginget-nginget deui eusi téks (1) Nginget-nginget deui kagiatan
(2) Nyaritakeun deui (2) Niru kagiatan
(3) Madungdengkeun eusi téks (3) Merankeun
(4) Merankeun
Fase 3: Negoisasi Tulisan Babarengan (Group Text)
(1) Mimiti nyaritakeun deui
(2) Guru—Siswa madungdengkeun jeung mutuskeun téks babarengan.
(3) Ngailustrasian naskah.
Fase 4: Nulis Babarengan Téks Panjang
(1) Ngamimitian nulis téks panjang
(2) Nangtukeun jumlah kaca
(3) Nangtukeun format tulisan
(4) Ngaorganisasikeun tim penulis
(5) Ngarakit (assembling) tulisan panjang.
Fase 5: Maca jeung neuleuman Karangan
(1) Maca balik tulisan
(2) Neuleuman atawa ngulik tulisan
(3) Ngarévisi tulisan

Modél Tarucing
Modél Tarucing museur kana kekecapan anu papasangan jeung jawaban kana
pananya anu diajukeun. Ieu modél téh maké dua rupa kartu, nyaéta (1) kartu ukuran 10 x 10

59
cm, anu eusina pertélaan tebakan, dan (2) kartu ukuran 5 x 5 cm, anu eusina kecap nu kudu
ditebak. Lengkah-léngkahna kieu.
a. Guru ngajelaskeun tujuan jeung matéri ajar ± 45 menit.
b. Siswa disina nangtung di hareupeun kelas tur papasangan.
c. Hiji siswa dibéré kartu anu ukuranana 10 x10 cm, anu engkéna dibacakeun ka siswa
papasanganana.
d. Siswa séjénna dibéré kartu anu ukuranana 5 x 5 cm, anu eusina teu meunang dibaca,
tuluy ditapelkeun dina tarang atawa diselapkeun dina ceuli.

Model Think-Pair-Share
Model Mikir, Papasangan, jeungan Babagi (Think-Pair-Share) digunakeun sangkan
siswa bisa mikir jeung ngaréspon sarta silih bantuan. Ari léngkah-léngkahna kieu.
a. Guru nepikeun inti matéri jeung kompeténsi nu hayang dihontal.
b. Mikir (Thinking): Guru ngajukeun pananya patali jeung bahan ajar. Siswa disina
mikir ngeunaan masalah nu ditepikeun ku guru.
c. Papasangan (Pairing): Siswa disina papasangan jeung batur sabangkuna sarta
nepikeun hasil mikirna séwang-séwangan.
d. Babagi (sharing): Guru mingpin pléno leuleutikan dina diskusi. Tiap kelompok
nepikeun atawa babagi hasil diskusina.
e. Tina éta kagiatan, padungdengan dipuseurkeun kana jejer pasualan tur namabhan
matéri anu can katepikeun ka siswa.
f. Guru jeung siswa nyieun kacindekan.

c. Modél Pangajaran Ngaregepkeun


Pangajaran ngaregepkeun boga tujuan sangkan siswa nyangkem basa lisan. Ieu téh
nuduhkeun yén bahan ajar ngaregepkeun nyaéta omongan, téks nu dibacakeun, atawa
rékaman omongan. Bahan ajar ngaregepkeun nu pangbasajanna nyaéta kalimah pananya
jeung kalimah paréntah. Ku dibéré pananya atawa paréntah, siswa dipiharep bisa ngaréspons
ku jawaban atawa tindakan.

60
Dina pangajaran ngaregepkeun bisa digunakeun sababaraha téhnik, di antarana waé,
téhnik dikté, guru macakeun wacana, tuluy siswa ngaregepkeun jeung nuliskeun naon-naon
nu diregepkeunana.

d. Model Pangajaran Sastra


Pangajaran sastra boga tujuan sangkan siswa meunang pangalaman sastra, nyaéta
pangalaman aprésiasi jeung pangalaman éksprési sastra sarta kaweruh sastra. Pangalaman
aprésiasi sastra kapanggih ku cara maca, ngaregepkeun, jeung nongton pagelaran sastra. Ari
pangalaman éksprési sastra kapanggih tina kagiatan ngalisankeun jeung nulis karya sastra.
Pancén guru nyaéta méré kasempetan ka siswa pikeun mekarkeun kamampuhna dina
kagiatan aprésiasi jeung éksprési sastra.
Apresiasi sastra bisa numuwuhkeun sikep positif jeung peka kana hasil seni jeung
budaya, kaasup karya sastra. Ieu téh nuduhkeun yén aprésiasi sastra perlu diajarkan,
dilatihkeun, jeung dimekarkeun ka siswa. Guru kudu nyiptakeun iklim nu kondusif sangkan
siswa bisa ngamalirkeun kamampuh nu dipimilikna dina wangun karya sastra. Pikeun
ngahontal éta hal, pangajaran sastra di sakola kudu ngaliwatan lima tahap saperti kieu.
1. Tahap Ngararasakeun
Siswa diajak ngararasakeun rupa-rupa karya sastra ku cara ngaregepkeun carita,
ngaregepkeun puisi, maca karya sastra, jeung nongton drama.
2. Tahap Ngajén
Sanggeus siswa ngararasakeun karya sastra, dipiharep muncul sikep ngajénan, nyaéta
mikaresep buku-buku carita, kumpulan sajak, naskah drama, jsté.
3. Tahap Nyangkem
Siswa dipiharep bisa ngabédakeun wangun karya sastra saperti puisi, carpon,
dongéng, drama, jsté.
4. Tahap Neuleuman
Siswa dipiharep ngarti kana naon waé nu aya dina karya sastra saperti unsur intrinsik
jeung unsur ékstrinsik.
5. Tahap Ngalarapkeun

61
Siswa dipiharep bisa ngamalirkeun kagiatan sastra luyu jeung minatna saperti maca
puisi, nulis puisi, maca carita, nulis carita, jeung ngaragakeun drama.
Dina ngajarkeun karya sastra aya sawatara téhnik nu bisa dipaké, di antarana waé,
(1) siswa ngaregepkeun carita, (2) siswa maca karya sastra, (3) siswa nongton pagelaran
drama, (4) siswa tukeur pangalaman, (5) siswa ngadongéng jeung déklamasi, (6) siswa maca
bedas, (7) siswa ngarang, jeung (8) siswa ngaragakeun (Rusyana,1982:17-24).
Gurat badagna mah, pangajaran sastra téh bisa dilaksanakeun ku opat kelompok
kagiatan, (1) kagiatan aprésiasi langsung, (2) kagiatan aprésiasi teu langsung, (3)
ngadokuméntasikeun, jeung (4) kagiatan kréatif.

a) Kagiatan Aprésiasi Langsung


Kagiatan aprésiasi langsung dilaksanakeun pikeun nyangking ajén kani’matan tina
karya sastra. Ajén kani’matan karya sastra bisa méré atikan, naséhat, jeung amanat ngeunaan
kahirupan. Kagiatan aprésiasi langsung bisa dilaksanakeun ku sababaraha cara, di antarana
waé:
1) Siswa ngaregepkeun sastra anu dibacakeun atawa didéklamasikeun, saperti:
(a) ngaregepkeun nu maca puisi (ku guru atawa siswa);
(b) ngaregepkeun déklamasi; jeung
(c) ngaregepkeun carita atawa naskah lakon anu dibacakeun.
2) Siswa maca jero haté karya sastra, saperti:
(a) maca puisi;
(b) maca carita; jeung
(c) maca naskah drama.
3) Siswa nongton pagelaran sastra, saperti:
(a) nongton nu maca puisi;
(b) nongton musikalisasi puisi;
(c) nongton nu maca carpon; jeung
(d) nongton pagelaran drama.

62
b) Kagiatan Aprésiasi teu Langsung
Kagiatan aprésiasi teu langsung bisa dilaksanakeun pikeun ngadeudeul panyangkem
kana karya sastra. Aya tilu cara aprésiasi teu langsung, nyaéta (1) ngulik tiori sastra, (2)
ngulik keritik jeung éséy sastra, sarta (3) ngulik sajarah sastra.
Kagiatan aprésiasi teu langsung boga tujuan pikeun ngajembaran élmu kaweruh
ngeunaan sastra, nyaéta tiori sastra, sajarah sastra, jeung kritik sastra. Cara ngajembaran
élmu sastra téh dilaksanakeun ku jalan maca buku jeung majalah anu eusina pedaran
ngeunaan élmu sastra, ngaregepkeun ceramah, jeung milu diskusi ngeunaan sastra (Rusyana,
1982:16).

c) Kagiatan Ngadokuméntasikeun
Ngadokuméntasikeun karya sastra kaasup kana wangun aprésiasi sastra anu milu
ngamumulé ayana karya sastra. Kagiatanana bisa ngumpulkeun jeung nyusun data karya
sastra, artikel atawa karangan dina koran, majalah, makalah, karya ilmiah, jeung buku sastra.
Téhnik nu bisa dipaké dina ngadokuméntasikeun karya sastra, di antarana waé:
1) Siswa nyieun kliping ngeunaan karya sastra tina majalah atawa koran;
2) Siswa nyieun kliping ngeunaan pedaran sastra tina majalah atawa koran;
3) Siswa ngumpulkeun jeung nyatet carita rayat ti kolotna atawa masarakat.

d) Kagiatan Kréatif
Kagiatan kréatif kaasup kana salasahiji kagiatan aprésiasi sastra jeung éksprési
sastra. Dina ieu kagiatan kaasup diajar nyipta karya sastra saperti nulis puisi atawa nulis
carpon. Hasil nyipta siswa bisa dikirimkeun jeung dimuat dina majalah dinding, buletin
sakola, majalah sakola, koran, atawa majalah sastra. Jaba ti éta, bisa ogé diayakeun kagiatan
ré-kréatif, nyaéta nyaritakeun deui karya sastra anu dibaca, anu diregepkeun, atawa anu
ditongton. Kagiatan kréatif jeung ré-kréatif gedé gunana pikeun ngadeudeul panyangkem
jeung pangajén kana karya sastra, nyaéta ngajak siswa nu aya minat pikeun gaul jeung
micinta karya sastra.
Kagiatan kréatif sastra bisa dilaksanakeun ku sababaraha téhnik, di antarana waé:
1) Siswa déklamasi;

63
2) Siswa ngadongéng;
3) Siswa maca bedas puisi;
4) Siswa maca bedas carita;
5) Siswa ngaragakeun;
6) Siswa tukeur pangalaman ngeunaan sastra; jeung
7) Siswa ngarang karya sastra.
Kagiatan kréatif sastra teu leupas tina kagiatan aprésiasi sastra (ngaregepkeun, maca,
jeung nongton pagelaran). Siswa bisa nulis laporan anu patali jeung éta kagiatan. Siswa bisa
ngalaporkeun hasil kagiatan apresiasi puisi, prosa fiksi, jeung pagelaran drama.
Tumali jeung kagiatan aprésiasi jeung kréatif prosa fiksi, siswa bisa nuliskeun
sawatara hal, di antarana waé:
1) Siswa nyaritakeun watek palaku nu pagdipikaresepna atawa pangdipikangéwana;
2) Siswa ngagambarkeun tempat kajadian carita, kumaha katempona jeung kumaha
suasanana;
3) Siswa nyusun tungtung carita nurutkeun kahayangna atawa ngagambarkeun tokoh-
tokoh carita;
4) Siswa nyusun paguneman hiji adegan drama dumasar kana kajadian dina carita;
5) Siswa nulis surat ka salasaurang palaku carita anu eusina medar hiji kajadian dina
éta carita; jeung
6) Siswa nulis buku poéan salasaurang palaku dina éta carita (Rusyana, 1982:24).
Tumali jeung pangajaran puisi, bisa dilaksanakeun ku sababaraha téhnik di antara
waé:
1) Maca puisi ku guru;
2) Maca bedas ku siswa, anu bisa mangrupa:
(a) maca nyorangan,
(b) Rampak baca; jeung
(c) Maca bedas binarung dramatisasi (déklamasi);
3) Padungdengan ngeunaan puisi; sarta
4) Ngarang puisi (Rusyana, 1982: 46-47).

64
Téhnik pangajaran puisi (1) mangrupa kagiatan aprésiasi puisi, ari téhnik pangajaran
puisi (2)--(4) mangrupa kagiatan éksprési puisi.
Aprésiasi puisi dilaksanakeun sangkan siswa bisa nyangkem eusi puisi. Nyangkem
eusi puisi raket patalina jeung sambilan hal, nyaéta:
1) Peristiwa anu dibayangkeun (imaji) aya di satukangeun karya puisi;
2) Jejer masalah (téma) anu débréhkeun dina éta puisi;
3) Tangtungan panyajak kana jejer masalah;
4) Rasa panyajak kana jejer éta masalah;
5) Sikep panyajak ka nu maca atawa nada omongan panyajak dina puisi;
6) Amanat panyajak nu dikandung ku éta puisi;
7) Makéna sora basa (purwakanti), anu patali jeung sasaruaan sora (guru lagu), jumlah
engang dina sapadalisan (guru wilangan), jeung jumlah jajaran dina sapada (guru
gatra);
8) Milih jeung larapna kecap (diksi, kecap konkrit) dina puisi, kaasup ma’na dénotatif
jeung konotatif;
9) Larapna wirahma (ritme) dina puisi, kaasup cara maca (gancang—anca, bedas—
alon, lancar—rundag-randeg) (Rusyana, 1982:48-49).

é) Téknik Akrostik Tématis


Dina pangajaran nulis puisi bisa digunakan téknik akrostik tématis. Konsép akrostik
tématik nyaéta nuluykeun aksara awal tina kecap anu saluyu jeung téma. Ari léngkah-
léngkahna kieu.
1. Tahap nyungsi ide
Kaulinan word square atawa tabél aksara anu kudu dieusi ku siswa.
2. Tahap nangtukeun ide
Siswa didorong pikeun milih pangalaman anu pikatajieun pikeun dijadikeun téma
puisi. Upamana waé, “sobat”.
SOBAT

Sakur jalma nu deukeut jeung urang


Olahan jiwa binarung raga nu harmonis

65
Babarengan hirup sakanyeri sakabungah
Ayana dina kahirupan ngahualkeun sumanget
Tatali batin teu weleh nganteng

3. Tahap nulis
Siswa mimiti nulis sajak ku cara manjangkeun aksara tina kecap anu dipilih luyu
jeung téma.
4. Tahap nyunting
Siswa silih baca puisi nu ditulisna, tuluy disunting ku cara ngaganti, mupus, atawa
nambahkeun kekecapan anu dianggap keuna.

f. Téknik Visual-Audio-Taktil
Téknik visual-auditif-taktil (VAT) nyaéta téknik pangajaran sastra nu patali jeung
masalah citraan atawa imaji. Citraan dihartikeun minangka makéna kekecapan nu bisa
ngébréhkeun pangalaman sénsoris, saperti panempo (visual), pangdéngé (audio), jeung
pangrasa atawa pangrampa (taktil). Ari léngkah-léngkahna kieu.
1. Tahap nyungsi ide
Siswa diajak ka luar kelas pikeun nempo, ngadéngé, jeung ngararasakeun alam
sabudeureun.
2. Tahap nangtukeun ide
Siswa didorong pikeun nyatet naon-naon nu diindra (ktempo, kadéngé, jeung
karasa).
3. Tahap nulis
Siswa mimiti ngaruntuykeun kekecapan indrawi anu geus dicatetna jadi hiji puisi.
4. Tahap nyunting
Siswa silih baca puisi nu ditulisna, tuluy disunting ku cara ngaganti, mupus, atawa
nambahkeun kekecapan anu dianggap keuna.

d. Modél Pangajaran Berbasis Kurikulum 2013


Modél pangajaran berbasis Kurikulum 2013 dina dasarna mangrupa Modél
Panalungtikan Ilmiah (Scientific Inquiry), nyaéta modél pangajaran anu didadasaran ku

66
prosés paélmuan. Mimitina, siswa diancrubkeun kana prosés ilmiah sarta dibantuan pikeun
niténan, tumanya, nyoba, nalar, jeung ngomunikasikeun.
Aya rupa-rupa modél pangajaran nu dasarna panalungtikan ilmiah, di antarana waé,
(1) modél inkuiri, (2) modél diskopéri, (3) modél berbasis masalah, jeung (4) model berbasis
proyék.

Modél Inkuri
Inkuiri nyoko kana kagiatan siswa nyungsi jeung manggihan hiji hal. Modél inkuiri
mibanda léngkah-léngkah saperti ieu di handap.
Tahap 1: Nyanghareupan masalah
Siswa ngarumuskeun masalah
Tahap 2: Ngumpulkeun data pikeun vérifikasi
Siswa ngajukeun hipotésis dumasar kana rumusan masalah
Tahap 3: Nganalisis Data
Siswa ngayakeun ékspérimén atawa nyungsi data.
Tahap 4: Ngarumuskeun pedaran
Siswa nganalisis patalina data hasil obsérvasi/nyungsi.
Siswa nuliskeun rupa-rupa hal anu ngadeudeul hasil nyungsi.
Tahap 5: Nganalisis prosés inkuiri
Siswa nyieun kacindekan dumasar kana hasil nyungsi.
Siswa nepikeun hasil nyungsi ku cara lisan atawa tulisan.

Modél Diskopéri
Diskopéri nyaéta siswa nyingkabkeun hal-hal nu perlu disusun sorangan. Modél
dikopéri atawa ngungkab mibanda léngkah-léngkah ieu di handap.
a) Tahap Stimulation (méré rangsangan)
Siswa dibéré masalah anu kudu diungkulan.
b) Tahap Problem statement (idéntifikasi masalah)
Siswa dibéré kasempatan pikeun ngaidéntifikasi masalah.
c) Tahap Data collection (ngumpulkeun Data)

67
Siswa dibéré kasempatan pikeun ngumpulkeun informasi saloba-lobana pikeun
ngajawab masalah.
d) Tahap Data Processing (Pengolahan Data)
Siswa ngolah data jeung informasi anu kapanggih, tuluy ditapsirkeun.
e) Tahap Verification (Pembuktian)
Siswa dibéré kasempetan pikeun ngbuktikeun hipotésis nepi ka meunang konsép,
aturan, atawa panyangkem.
f) Tahap Generalization (Nyusun Kacindekan)
Siswa dibéré kasempetan pikeun nyindekkeun prinsip umum tina jejer anu dipedar.

Modél Berbasis Masalah


Ieu modél pangajaran téh ngadorong siswa pikeun gawé babarengan dina
kelompokna pikeun ngungkulan masalah di dunya nyata. Ari léngkah-léngkahna kieu.
a. Konsep Dasar (Basic Concept)
Siswa dibéré pituduh, azuan, jeung konsé dasar nu dipikabutuh dina pangajaran.
b. Pendefinisian Masalah (Defining the Problem)
Guru nepikeun skenario atau pasualan, tuluy ku siswa dibadamikeun dina keeompona.
Tiap anggota kelompok nepikeun gagasan atawa pamadegan kana sekenario nepi ka
muncul rupining pamadegan.
c. Pembelajaran Mandiri (Self Learning)
Siswa néangan sumber nu bisa ngajelaskeun isu nu keur diulikna.
d. Tukeur Kaweruh (Exchange knowledge)
Sanggeus meunang sumber acuan, siswa sawala dina kelompokna pikeun manggihan
rumusan solusi tina pasualan kelompok.
e. Peniléyan (Assessment)
Peniléyan dilaksanakeun ku cara ngahijikeun aspék kaweruh, kaparigelan, jeung
sikep.

68
Modél Berbasis Proyék
Ieu modél pangajaran téh ngagunakeun proyék ayawa kagiatan minangka mediana.
Siswa ngayakeun éksplorasi, peniléyan, interprétasi, sintésis, jeung informasi pikeun
ngahasilkeun rupining wangun hasil diajar. Ari léngkah-léngkahna kieu.
a. Nangtukeun pananya nu ésénsi (Start with the essential question)
b. Ngadésain rarancang proyék (To design the planning of project)
c. Nyusun jadwal (Create a schedule)
d. Nalingakeun siswa jeung kamajuan proyék (Monitor the studnent and the progress
of the project)
e. Nguji hasil (Assess the outcome)
f. Évaluasi pangalaman (Evaluate the experience)

é. Modél Pangajaran Gumulung


Modél pangajaran gumulung (integratif) mangrupa modél pangajaran anu
ngagumulungkeun rupa-rupa métodeu jeung téhnik sarta bahan ajar dina hiji prosés. Hal-hal
anu digumulungkeun téh bisa aspék kaparigelan basa jeung kaweruh basa katut kaweruh
sastra. Léngkah-léngkah kagiatanana kieu.
I. Tahap Oriéntasi
a. Bubuka
b. Apersépsi
c. Ngondisikeun siswa
II. Tahap Éksplorasi
a. Kagiatan manggihan
1. Maca (ngaregepkeun) wacana
2. Nyangkem harti kecap
3. Ngadiskusikeun wacana
b. Kaweruh basa atawa sastra
III. Tahap Imitasi (Éksprési)
a. Nulis(keun)
b. Nyarita(keun)

69
c. Ngaragakeun
IV. Tahap Nyangking Konsékwénsi
a. Nyindekkeun bahan
b. Réfléksi
c. Évaluasi

70
Daptar Acuan
Ausubel, David. 1968. Educational Psychology: A Cognitive View. New York:
Holt, Rinehart, and Winston.
Brown, H.D. 1994. Teaching by Principles: An Interactive Approch to Language
Pedagogy. Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall.
Cronbach, L.E. 1954. Educational Psychology. New York: Harcourt, Brace
Jovanovich.
Hamied, F.A. 1989. “Keterpelajar(i)an dalam Konteks Pemerolehan
Bahasa” Dalam PELLBA 2. Jakarta: Lembaga Bahasa UNIKA Atmajaya.
Harris, David P. 1977. Testing Engish as a Second Language.
New Delhi: Tata Mc. Graw Hill.
Joyce, B., Weil, M., & Calhoun. 2002. Models of Teaching. Boston: Allyn and
Bacon.
Kemp, Jerrold E. 1977. Intructional Design: Plan for Unit and Course
Development.
Kimble, G. & Garmezy, N. 1963. Principles of General Psychology.
New York: The Roland Press.
Klein, W. 1986. Second Language Acquisitiion. Cambridge: Cambridge
University Press.
Nurhadi & Senduk, Gerad. 2003. Pengajaran Kontekstual. Malang: UNM Press.
Piaget, Jean. 1972. The Principle of Genetic Epistemology. New York: Basci
Books.
Rusyana, Yus. 1982. Metode Pengajaran Sastra. Bandung: Gunung Larang.
Sudaryat, Yayat. 2008. “Startegi Modeling Berbasis Teks dalam Pembelajaran
Menulis di SMA”. Disertasi SPs UPI Bandung.
Sudaryat, Yayat. 2015. Metodologi Pembelajaran Bahasa dan Sastra). Bandung:
UPI Press.
Sudjana, Nana & Rivai, A. 2003. Teknologi Pengajaran. Bandung: Sinar Baru.
Sumardi, Muljanto. 1992. Berbagai Pendekatan dalam Pengajaran Bahasa dan
Sastra. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Surya, M & Amin, M.1984. Pengajaran Remedial. Jakarta. Depdikbuk.
Suryabrata, Sumadi. 1983. Proses Belajar Mengajar di Perguruan Tinggi.
Yogyakarta: Andi Offset.
Tarigan, H.G. 1987. Menulis. Bandung: Angkasa.
Tarigan, H.G. 1994. Membaca. Bandung: Angkasa.

71
Pengembangan Rencana Pembelajaran
Pada Jenjang SMA/SMK

Oleh:

Sri Asdianwati, S.Pd., M.Pd.


Risnawati, S.Pd., M.Pd.
Darpan, S.Pd., M.Pd.

72
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan pembelajaran
tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan dari silabus untuk
mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar
(KD). Setiap pendidik pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap
dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, efisien, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan
ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat,
dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. RPP disusun berdasarkan KD atau
subtema yang dilaksanakan satu kali pertemuan atau lebih.

A. Komponen RPP
Menurut Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses, komponen RPP
terdiri atas:
1. Identitas sekolah yaitu nama satuan pendidikan;
2. Identitas mata pelajaran atau tema/subtema;
3. Kelas/semester;
4. Materi pokok;
5. Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban
belajar dengan mempertimbangkan jumlah jam pelajaran yang tersedia dalam silabus
dan KD yang harus dicapai;
6. Tujuan pembelajaran yang dirumuskan berdasarkan KD dengan menggunakan kata
kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan;
7. Kompetensi dasar (KD) dan indikator pencapaian kompetensi;
8. Materi pembelajaran, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan
ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator ketercapaian
kompetensi;
9. Metode pembelajaran, digunakan oleh pendidik untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai KD yang disesuaikan dengan
karakteristik peserta didik dan KD yang akan dicapai;

73
10. Media pembelajaran, berupa alat bantu proses pembelajaran untuk menyampaikan
materi pelajaran;
11. Sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar, atau
sumber belajar lain yang relevan;
12. Langkah-langkah pembelajaran dilakukan melalui tahapan pendahuluan, inti, dan
penutup; dan
13. Penilaian hasil pembelajaran.

B. Prinsip Penyusunan RPP


Dalam menyusun RPP hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut.
1. Perbedaan individual peserta didik antara lain kemampuan awal, tingkat intelektual,
bakat, potensi, minat, motivasi belajar, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar,
kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau
lingkungan peserta didik.
2. Mendorong partisipasi aktif peserta didik.
3. Berpusat pada peserta didik untuk mendorong semangat belajar, motivasi, minat,
kreativitas, inisiatif, inspirasi, inovasi dan kemandirian.
4. Pengembangan budaya membaca dan menulis yang dirancang untuk
mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan, dan
berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan.
5. Pemberian umpan balik dan tindak lanjut RPP memuat rancangan program
pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedi.
6. Penekanan pada keterkaitan dan keterpaduan antara KD, materi pembelajaran,
kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, dan sumber
belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar.
7. Mengakomodasi pembelajaran tematik-terpadu, keterpaduan lintas mata pelajaran,
lintas aspek belajar, dan keragaman budaya.
8. Penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan
efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.

74
C. Langkah Penyusunan RPP
RPP merupakan panduan yang akan diimplementasikan dalam pelaksanaan pembelajaran.
Inti dalam RPP adalah rencana kegiatan pembelajaran.
1. Penetapan Identitas RPP
Identitas RPP mencakup komponen:
a. Identitas sekolah
b. Identitas matapelajaran
c. Tema (khusus untuk SD/MI)
d. Materi pokok
e. Alokasi waktu
2. Penyusunan Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran dirumuskan berdasarkan KD dengan menggunakan kata kerja
operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup sikap, pengetahuan, dan
keterampilan. Sebaiknya, tujuan disusun secara integratif sehingga rumusannya tidak
harus mengulang atau sama dengan rumusan indikator. Penempatannya bisa sebelum
KD dan Indikator.
3. Penetapan KD dan penyusunan indikator pencapaian kompetensi KD dipilih dan
ditetapkan berdasarkan KI-KD, kemudian dijabarkan menjadi indikator pencapaian
kompetensi. Rumusan indikator disusun menggunakan kata kerja operasional sesuai
dengan ranah kompetensi pengetahuan (kognitif) dan ranah kompetensi keterampilan
(psikomotor).
4. Penyusunan materi pembelajaran
Materi pembelajaran disusun dengan memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur
yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator
ketercapaian kompetensi.
a. Materi fakta berupa segala hal yang bewujud kenyataan dan kebenaran,
meliputi nama-nama obyek, peristiwa sejarah, lambang, nama tempat, nama
orang, nama bagian atau komponen suatu
b. benda, contoh karya, dan sebagainya

75
c. Materi konsep berupa segala yang berwujud pengertian-pengertian baru yang
bisa timbul sebagai hasil pemikiran, meliputi definisi, pengertian, ciri khusus,
hakekat, inti /isi dan sebagainya.
d. Materi prinsip berupa hal-hal utama, pokok, dan memiliki posisi terpenting,
meliputi dalil, rumus, adagium, postulat, paradigma, teorema, serta hubungan
antar konsep yang menggambarkan
e. implikasi sebab akibat.
f. Materi Prosedur meliputi langkah-langkah secara sistematis atau berurutan
dalam mengerjakan suatu aktivitas dan kronologi suatu sistem.
5. Pemilihan dan penetapan metode pembelajaran Metode pembelajaran digunakan
oleh pendidik untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik mencapai KD yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan
KD yang akan dicapai. Pendidik boléh memilih model, metode, dan teknik sendiri
sesuai dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran.
6. Pemilihan dan penetapan media pembelajaran Media pembelajaran berupa alat bantu
proses pembelajaran untuk menyampaikan materi pelajaran. Media pembelajaran
dipilih dan ditetapkan sesuai dengan materi pembelajaran dan situasi pembelajaran.
7. Pemilihan dan penetapan sumber belajar Sumber belajar dapat berupa buku, media
cetak dan elektronik, alam sekitar, atau sumber belajar lain yang relevan. Sumber
belajar yang digunakan dicantumkan dalam RPP.
8. Penyusunan langkah pembelajaran
Langkah pembelajaran disusun dalam tiga tahap kegiatan, yakni kegiatan
pendahuluan, inti dan penutup.
a. Kegiatan Pendahuluan
Dalam kegiatan pendahuluan, guru wajib menyusun:
1) Orientasi, untuk menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk
mengikuti proses pembelajaran dan memusatkan perhatian peserta didik pada
materi yang akan diajarkan;
2) Motivasi belajar peserta didik secara kontekstual dengan merumuskan
manfaat dan aplikasi materi ajar dalam kehidupan sehari-hari, dengan

76
memberikan contoh dan perbandingan lokal, nasional dan internasional, serta
disesuaikan dengan arakteristik dan jenjang peserta didik;
3) Apersepsi, dengan merumuskan kaaitan pengetahuan sebelumnya dengan
materi yang akan dipelajari;
4) Pemberian acuan, menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar
yang akan dicapai dan cakupan materi.
b. Kegiatan Inti
1) Menggunakan model pembelajaran, metode pembelajaran, media
pembelajaran, dan sumber belajar yang disesuaikan dengan karakteristik
peserta didik dan mata pelajaran.
2) Dalam memperkuat pendekatan saintifik, tematik, dan tematik terpadu,
sangat disarankan untuk menerapkan belajar berbasis
penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning). Untuk mendorong
peserta didik menghasilkan karya kreatif dan kontekstual, baik individual
maupun kelompok, disarankan yang menghasilkan karya berbasis pemecahan
masalah (project based learning).
3) Memuat pengembangan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang
terintegrasi pada pembelajaran. Sikap dimiliki melalui proses afeksi mulai
dari menerima, menjalankan, menghargai,
4) menghayati, hingga mengamalkan. Pengetahuan dimiliki melalui aktivitas
mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, hingga
mencipta. Keterampilan diperoleh melalui
5) kegiatan mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta.
c. Kegiatan Penutup
1) Menyusun refleksi untuk mengevaluasi seluruh rangkaian aktivitas
pembelajaran dan hasil-hasil yang diperoleh untuk selanjutnya secara
bersama menemukan manfaat langsung maupun tidak langsung dari hasil
pembelajaran yang telah berlangsung; serta memberikan umpan balik
terhadap proses dan hasil pembelajaran;

77
2) Merumuskan rencana kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pemberian tugas,
baik tugas individual maupun kelompok;
3) Menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan
berikutnya.
9. Penyusunan penilaian hasil pembelajaran Penilaian proses pembelajaran
menggunakan pendekatan penilaian otentik (authentic assesment) yang menilai
kesiapan peserta didik, proses, dan hasil belajar secara utuh. Keterpaduan penilaian
ketiga komponen tersebut akan menggambarkan kapasitas, gaya, dan perolehan
belajar peserta didik yang mampu menghasilkan dampak instruksional (instructional
effect) pada aspek pengetahuan dan dampak pengiring (nurturant effect) pada aspek
sikap.
a. Hasil penilaian otentik digunakan guru untuk merencanakan program perbaikan
(remedial) pembelajaran, pengayaan (enrichment), atau pelayanan konseling.
Selain itu, hasil penilaian otentik digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki
proses pembelajaran sesuai dengan Standar Penilaian Pendidikan.
b. Penilaian proses pembelajaran dilakukan saat proses pembelajaran dengan
menggunakan alat: (1) lembar pengamatan, (2) angket sebaya, (3) rekaman, (4)
catatan anekdot, dan (5) refleksi.
c. Penilaian hasil pembelajaran dilakukan saat proses pembelajaran dan di akhir
satuan pelajaran dengan menggunakan metode dan alat: (1) tes lisan/perbuatan
dan (2) tes tulis. Tes tulis berbentuk uraian atau esai.

D. Model RPP Pembelajaran Abad ke-21


Pada Kurikulum 2013 diharapkan dapat diimplementasikan pembelajaran abad ke-
21. Hal ini untuk menyikapi tuntutan zaman yang semakin kompetitif. Adapun pembelajaran
abad 21 mencerminkan empat hal, a) kemampuan belajar dan berinovasi yang mencakup:
Critical Thinking and Problem Solving, Creativity and Innovation, Communication,
Collaboration; b) literasi digital yang mencakup literasi informasi, media, dan teknologi; c)
kecakapan hidup yang mencakup fleksibilitas dan adaptabilitas, inisiatif dan mandiri,
interaksi lintas social budaya, produktifitas dan akuntabilitas, kepemimpinan dan tanggung

78
jawab, d) karakter moral mencakup: cinta tanah air, nilai-nilai budi pekerti luhur: jujur, adil,
empati, penyayang, rasa hormat, kesederhanaan, pengampun, rendah hati, dll.
Model RPP pembelajaran abad ke-21 merupakan model RPP yang didalamnya
mencerminkan berbagai elemen yang berkaitan dengan kemampuan belajar inovatif,
kecakapan hidup serta pembentukan karakter. Model RPP ini dijabarkan berdasarkan syntax
model pembelajaran yang dianjurkan dalam Kurikulum 13, yakni discovery learning,
inquiry learning, atau project based learning.

79
E. Contoh RPP SMA/SMK

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)


Sekolah : SMA/SMK ...
Mata Pelajaran : Bahasa Sunda
Kelas/Semester : X / Ganjil
Materi Pokok : Tarjamahan
Alokasi Waktu : 2 jam pelajaran @45 Menit x 4
pertemuan

A. Kompetensi Inti
• KI1 dan KI2: Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang
dianutnya, serta menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, santun,
peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan
tetangganya serta cinta tanah air.
• KI3: Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif pada tingkat teknis, spesifik, detil, dan
kompleks berdasarkan rasa ingin tahunya tentang (a) ilmu pengetahuan, (b)
teknologi, (c) seni, (d) budaya, dan (e), humaniora dengan wawasan, kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait, penyebab fenomena dan kejadian,
serta menerapkan pengetahuan, pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat
dan minatnya untuk memecahkan masalah.
• KI4: Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara (a) efektif,
(b) kreatif, (c) produktif, (d) kritis, (e) mandiri, (f) kolaboratif, (g) komunikatif, dan
(h) solutif, dalam ranah konkret dan abstrak terkait dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah, serta mampu menggunakan metode sesuai dengan kaidah
keilmuan.

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi


Kompetensi Dasar Indikator
3.1 Menganalisis aspek kebahasaan • Membandingkan kata-kata yang digunakan
dan rasa bahasa teks Tarjamahan. dalam teks Tarjamahan bahasa Sunda.
• Membandingkan struktur kalimat teks asli
dan teks Tarjamahan dalam bahasa Sunda.
• Menunjukkan unsur-unsur khas bahasa
Sunda dalam teks Tarjamahan sebagai
wujud rasa bahasa.
• Mendiskusikan ketepatan dan kesalahan
penggunaan kata dalam teks Tarjamahan.
4.1 Menerjemahkan teks ke dalam • Menerjemahkan sebuah teks bahasa Sunda
bahasa Sunda atau sebaliknya ke dalam bahasa lain atau sebaliknya

80
dengan memperhatikan aspek dengan penggunaan kata dan struktur yang
kebahasaan dan rasa bahasa. tepat.
• Mengedit hasil Tarjamahan sendiri
sehingga memenuhi unsur rasa bahasa.
• Menyajikan hasil Tarjamahan sendiri
melalui berbagai media secara santun dan
penuh tanggungjawab.

C. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta didik diharapkan dapat:
• Membandingkan kata-kata yang digunakan dalam teks Tarjamahan bahasa Sunda.
• Membandingkan struktur kalimat teks asli dan teks Tarjamahan dalam bahasa
Sunda.
• Menunjukkan unsur-unsur khas bahasa Sunda dalam teks Tarjamahan sebagai
wujud rasa bahasa.
• Mendiskusikan ketepatan dan kesalahan penggunaan kata dalam teks Tarjamahan.
• Menerjemahkan sebuah teks bahasa Sunda ke dalam bahasa lain atau sebaliknya
dengan penggunaan kata dan struktur yang tepat.
• Mengedit hasil Tarjamahan sendiri sehingga memenuhi unsur rasa bahasa.
• Menyajikan hasil Tarjamahan sendiri melalui berbagai media secara santun dan
penuh tanggungjawab.

D. Materi Pembelajaran
Terjemahan
• Pengertian dan Contoh Terjemahan dari bahasa lain ke dalam bahasa Sunda atau
sebaliknya.
• Analisis Kata, Struktur Kalimat, dan Rasa Bahasa Teks Terjemahan dalam bahasa
Sunda.
• Menerjemahkan Teks ke Dalam Bahasa Sunda atau sebaliknya.
• Variasi Pola Penyajian Teks Terjemahan.

E. Metode Pembelajaran
Model Pembelajaran : Discovery Learning
Metode : Diskusi jeung Tanya jawab

F. Media Pembelajaran
Media :
• Worksheet atau lembar kerja (siswa)
• Lembar penilaian
• LCD Proyektor

Alat/Bahan :
• Penggaris, spidol, papan tulis

81
• Laptop & infocus

G. Sumber Belajar
• Buku Basa Sunda Urang Kelas X, Gegesunten, Tahun 2017
• Buku refensi yang relevan.
• Lingkungan setempat.

H. Langkah-Langkah Pembelajaran
1. Pertemuan Ke-1 (2 x 45 Menit)
Kegiatan Pendahuluan (15 Menit)
Guru :
Orientasi
● Melakukan pembukaan dengan salam pembuka, memanjatkan syukur kepada Tuhan
YME dan berdoa untuk memulai pembelajaran
● Memeriksa kehadiran peserta didik sebagai sikap disiplin
● Menyiapkan fisik dan psikis peserta didik dalam mengawali kegiatan pembelajaran.
Aperpepsi
● Mengaitkan materi/tema/kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan dengan
pengalaman peserta didik dengan materi/tema/kegiatan sebelumnya
● Mengingatkan kembali materi prasyarat dengan bertanya.
● Mengajukan pertanyaan yang ada keterkaitannya dengan pelajaran yang akan
dilakukan.
Motivasi
● Memberikan gambaran tentang manfaat mempelajari pelajaran yang akan dipelajari
dalam kehidupan sehari-hari.
● Apabila materitema/projek ini kerjakan dengan baik dan sungguh-sungguh ini
dikuasai dengan baik, maka peserta didik diharapkan dapat menjelaskan tentang
materi :
Pengertian dan Contoh Terjemahan.
● Menyampaikan tujuan pembelajaran pada pertemuan yang berlangsung
● Mengajukan pertanyaan
Pemberian Acuan
● Memberitahukan materi pelajaran yang akan dibahas pada pertemuan saat itu.
● Memberitahukan tentang kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator, dan KKM
pada pertemuan yang berlangsung
● Pembagian kelompok belajar
● Menjelaskan mekanisme pelaksanaan pengalaman belajar sesuai dengan langkah-
langkah pembelajaran.
Kegiatan Inti ( 60 Menit )
Sintak Model
Kegiatan Pembelajaran
Pembelajaran
KEGIATAN LITERASI

82
Peserta didik diberi motivasi atau rangsangan untuk memusatkan perhatian
pada contoh beberapa teks hasil terjemahan dalam bahasa Sunda dengan
cara :
→ Melihat (tanpa atau dengan Alat)
Menayangkan gambar/foto/video yang relevan.
→ Mengamati
● Contoh hasil terjemaha bahasa Sunda dan teks aslinya dalam bahasa
lain.
● Penggunaan kata dan struktur kalimat yang digunakan dalam teks
terjemahan.
→ Membaca.
Stimulation
Kegiatan literasi ini dilakukan di rumah dan di sekolah dengan
(stimullasi/
membaca materi dari buku paket atau buku-buku penunjang lain, dari
pemberian
internet/materi yang berhubungan dengan penerjemahan ke dalam
rangsangan)
bahasa Sunda atau sebaliknya.
→ Menulis
Menulis resume dari hasil pengamatan dan bacaan terkait materi
penerjemahan dalam bahasa Sunda.
→ Mendengar
Penjelasan guru berkaitan dengan materi penerjemahan.
→ Menyimak
Penjelasan pengantar kegiatan secara garis besar/global tentang materi
pelajaran mengenai materi Pengertian dan Contoh Terjemahan.
untuk melatih rasa syukur, kesungguhan dan kedisiplinan, ketelitian,
mencari informasi.
Problem CRITICAL THINKING (BERPIKIR KRITIK)
statemen Guru memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengidentifikasi
(pertanyaan/ sebanyak mungkin pertanyaan yang berkaitan dengan contoh yang disajikan
identifikasi dan akan dijawab melalui kegiatan belajar, contohnya :
masalah) → Mengajukan pertanyaan tentang materi : Pengertian dan Contoh
Terjemahan
yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk
mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari
pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik) untuk
mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan
pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas
dan belajar sepanjang hayat.
Data KEGIATAN LITERASI
collection Peserta didik mengumpulkan informasi yang relevan untuk menjawab
(pengumpulan pertanyan yang telah diidentifikasi melalui kegiatan:
data) → Mengamati obyek/kejadian

83
Mengamati dengan seksama materi Pengertian dan Contoh
Terjemahan yang sedang dipelajari dalam bentuk gambar/video/slide
presentasi yang disajikan dan mencoba menginterprestasikannya.
→ Membaca sumber lain selain buku teks
Secara disiplin melakukan kegiatan literasi dengan mencari dan
membaca berbagai referensi dari berbagai sumber guna menambah
pengetahuan dan pemahaman tentang materi Pengertian dan Contoh
Terjemahan yang sedang dipelajari.
→ Aktivitas
Menyusun daftar pertanyaan atas hal-hal yang belum dapat dipahami
dari kegiatan mengmati dan membaca yang akan diajukan kepada guru
berkaitan dengan materi Pengertian dan Contoh Terjemahan yang
sedang dipelajari.
→ Wawancara/tanya jawab dengan nara sumber
Mengajukan pertanyaan berkaiatan dengan materi Pengertian dan
Contoh Terjemahan yang telah disusun dalam daftar pertanyaan
kepada guru.

COLLABORATION (KERJASAMA)
Peserta didik dibentuk dalam beberapa kelompok untuk:
→ Mendiskusikan
Peserta didik dan guru secara bersama-sama membahas contoh dalam
buku paket mengenai materi Pengertian dan Contoh Terjemahan.
→ Mengumpulkan informasi
Mencatat semua informasi tentang materi Pengertian dan Contoh
Terjemahan yang telah diperoleh pada buku catatan dengan tulisan
yang rapi dan menggunakan bahasa Sunda yang baik dan benar.
→ Mempresentasikan ulang
Peserta didik mengkomunikasikan secara lisan atau mempresentasikan
materi Pengertian dan Contoh Terjemahan dengan rasa percaya diri
sesuai dengan pemahamannya.
→ Saling tukar informasi tentang materi: Pengertian dan Contoh
Terjemahan
dengan ditanggapi aktif oleh peserta didik dari kelompok lainnya sehingga
diperoleh sebuah pengetahuan baru yang dapat dijadikan sebagai bahan
diskusi kelompok kemudian, dengan menggunakan metode ilmiah yang
terdapat pada buku pegangan peserta didik atau pada lembar kerja yang
disediakan dengan cermat untuk mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan,
menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan
kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang
dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat.

84
Data COLLABORATION (KERJASAMA) dan CRITICAL THINKING
processing (BERPIKIR KRITIK)
(pengolahan Peserta didik dalam kelompoknya berdiskusi mengolah data hasil
Data) pengamatan dengan cara :
→ Berdiskusi tentang data dari Materi Pengertian dan Contoh
Terjemahan.
→ Mengolah informasi dari materi Pengertian dan Contoh
Terjemahanyang sudah dikumpulkan dari hasil kegiatan sebelumnya
mau pun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan
informasi yang sedang berlangsung dengan bantuan pertanyaan-
pertanyaan pada lembar kerja.
→ Peserta didik mengerjakan beberapa soal mengenai materi Pengertian
dan Contoh Terjemahan.
Verification CRITICAL THINKING (BERPIKIR KRITIK)
(pembuktian) Peserta didik mendiskusikan hasil pengamatannya dan memverifikasi hasil
pengamatannya dengan data-data atau teori pada buku sumber melalui
kegiata:
→ Menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan
informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang
memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan
untuk mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja
keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir
induktif serta deduktif dalam membuktikan tentang materi Pengertian
dan Contoh Terjemahan.
antara lain dengan : Peserta didik dan guru secara bersama-sama
membahas jawaban soal-soal yang telah dikerjakan oleh peserta didik.
Generalization COMMUNICATION (BERKOMUNIKASI)
(menarik Peserta didik berdiskusi untuk menyimpulkan
kesimpulan) → Menyampaikan hasil diskusi tentang materi Pengertian dan Contoh
Terjemahan berupa kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan,
tertulis, atau media lainnya untuk mengembangkan sikap jujur, teliti,
toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat
dengan sopan.
→ Mempresentasikan hasil diskusi kelompok secara klasikal tentang
materi Pengertian dan Contoh Terjemahan.
→ Mengemukakan pendapat atas presentasi yang dilakukan tentanag
materi Pengertian dan Contoh Terjemahan dan ditanggapi oleh
kelompok yang mempresentasikan.
→ Bertanya atas presentasi tentang materi Pengertian dan Contoh
Terjemahan yang dilakukan dan peserta didik lain diberi kesempatan
untuk menjawabnya.

CREATIVITY (KREATIVITAS)

85
→ Menyimpulkan tentang point-point penting yang muncul dalam
kegiatan pembelajaran yang baru dilakukan berupa :
Laporan hasil pengamatan secara tertulis tentang materi Pengertian
dan Contoh Terjemahan.
→ Menjawab pertanyaan tentang materi Pengertian dan Contoh
Terjemahan yang terdapat pada buku pegangan peserta didik atau
lembar kerja yang telah disediakan.
→ Bertanya tentang hal yang belum dipahami, atau guru melemparkan
beberapa pertanyaan kepada siswa berkaitan dengan materi
Pengertian dan Contoh Terjemahan yang akan selesai dipelajari
→ Menyelesaikan uji kompetensi untuk materi Pengertian dan Contoh
Terjemahan yang terdapat pada buku pegangan peserta didik atau pada
lembar lerja yang telah disediakan secara individu untuk mengecek
penguasaan siswa terhadap materi pelajaran.
Catatan : Selama pembelajaran Pengertian dan Contoh Terjemahan berlangsung, guru
mengamati sikap siswa dalam pembelajaran yang meliputi sikap: nasionalisme, disiplin,
rasa percaya diri, berperilaku jujur, tangguh menghadapi masalah tanggungjawab, rasa
ingin tahu, peduli lingkungan
Kegiatan Penutup (15 Menit)
Peserta didik :
● Membuat resume (CREATIVITY) dengan bimbingan guru tentang point-point
penting yang muncul dalam kegiatan pembelajaran tentang materi Pengertian dan
Contoh Terjemahan yang baru dilakukan.
● Mengagendakan pekerjaan rumah untuk materi pelajaran Pengertian dan Contoh
Terjemahan yang baru diselesaikan.
● Mengagendakan materi atau tugas projek/produk/portofolio/unjuk kerja yang harus
mempelajarai pada pertemuan berikutnya di luar jam sekolah atau dirumah.
Guru :
● Memeriksa pekerjaan siswa yang selesai langsung diperiksa untuk materi pelajaran
Pengertian dan Contoh Terjemahan.
● Peserta didik yang selesai mengerjakan tugas projek/produk/portofolio/unjuk kerja
dengan benar diberi paraf serta diberi nomor urut peringkat, untuk penilaian tugas.
● Memberikan penghargaan untuk materi pelajaran Pengertian dan Contoh
Terjemahan kepada kelompok yang memiliki kinerja dan kerjasama yang baik.

2. Pertemuan Ke-2 (2 x 45 Menit)


Kegiatan Pendahuluan (15 Menit)
Guru :
Orientasi
● Melakukan pembukaan dengan salam pembuka, memanjatkan syukur kepada Tuhan
YME dan berdoa untuk memulai pembelajaran
● Memeriksa kehadiran peserta didik sebagai sikap disiplin

86
● Menyiapkan fisik dan psikis peserta didik dalam mengawali kegiatan pembelajaran.
Aperpepsi
● Mengaitkan materi/tema/kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan dengan
pengalaman peserta didik dengan materi/tema/kegiatan sebelumnya
● Mengingatkan kembali materi prasyarat dengan bertanya.
● Mengajukan pertanyaan yang ada keterkaitannya dengan pelajaran yang akan
dilakukan.
Motivasi
● Memberikan gambaran tentang manfaat mempelajari pelajaran yang akan dipelajari
dalam kehidupan sehari-hari.
● Apabila materitema/projek ini kerjakan dengan baik dan sungguh-sungguh ini
dikuasai dengan baik, maka peserta didik diharapkan dapat menjelaskan tentang
materi :
Analisis Kata, Struktur Kalimat, dan Rasa Bahasa Teks Terjemahan.
● Menyampaikan tujuan pembelajaran pada pertemuan yang berlangsung
● Mengajukan pertanyaan
Pemberian Acuan
● Memberitahukan materi pelajaran yang akan dibahas pada pertemuan saat itu.
● Memberitahukan tentang kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator, dan KKM
pada pertemuan yang berlangsung
● Pembagian kelompok belajar
● Menjelaskan mekanisme pelaksanaan pengalaman belajar sesuai dengan langkah-
langkah pembelajaran.
Kegiatan Inti ( 60 Menit )
Sintak Model
Kegiatan Pembelajaran
Pembelajaran
Stimulation KEGIATAN LITERASI
(stimullasi/ Peserta didik diberi motivasi atau rangsangan untuk memusatkan perhatian
pemberian pada topik materi Analisis Kata, Struktur Kalimat, dan Rasa Bahasa Teks
rangsangan) Terjemahan dengan cara :
→ Melihat (tanpa atau dengan Alat)
Menayangkan gambar/foto/video yang relevan.
→ Mengamati
● Lembar kerja materi Analisis Kata, Struktur Kalimat, dan Rasa Bahasa
Teks Terjemahan.
● Pemberian contoh-contoh materi Analisis Kata, Struktur Kalimat, dan
Rasa Bahasa Teks Terjemahan untuk dapat dikembangkan peserta
didik, dari media interaktif, dsb
→ Membaca.
Kegiatan literasi ini dilakukan di rumah dan di sekolah dengan
membaca materi dari buku paket atau buku-buku penunjang lain, dari

87
internet/materi yang berhubungan dengan Analisis Kata, Struktur
Kalimat, dan Rasa Bahasa Teks Terjemahan.
→ Menulis
Menulis resume dari hasil pengamatan dan bacaan terkait Analisis
Kata, Struktur Kalimat, dan Rasa Bahasa Teks Terjemahan.
→ Mendengar
Pemberian materi Analisis Kata, Struktur Kalimat, dan Rasa Bahasa
Teks Terjemahan oleh guru.
→ Menyimak
Penjelasan pengantar kegiatan secara garis besar/global tentang materi
pelajaran mengenai materi Analisis Kata, Struktur Kalimat, dan Rasa
Bahasa Teks Terjemahan
untuk melatih rasa syukur, kesungguhan dan kedisiplinan, ketelitian,
mencari informasi.
Problem CRITICAL THINKING (BERPIKIR KRITIK)
statemen Guru memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengidentifikasi
(pertanyaan/ sebanyak mungkin pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang disajikan
identifikasi dan akan dijawab melalui kegiatan belajar, contohnya :
masalah) → Mengajukan pertanyaan tentang materi : Analisis Kata, Struktur
Kalimat, dan Rasa Bahasa Teks Terjemahan
yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk
mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari
pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik) untuk
mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan
pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas
dan belajar sepanjang hayat.
Data KEGIATAN LITERASI
collection Peserta didik mengumpulkan informasi yang relevan untuk menjawab
(pengumpulan pertanyan yang telah diidentifikasi melalui kegiatan:
data) → Mengamati obyek/kejadian
Mengamati dengan seksama materi Analisis Kata, Struktur Kalimat,
dan Rasa Bahasa Teks Terjemahan yang sedang dipelajari dalam
bentuk gambar/video/slide presentasi yang disajikan dan mencoba
menginterprestasikannya.
→ Membaca sumber lain selain buku teks
Secara disiplin melakukan kegiatan literasi dengan mencari dan
membaca berbagai referensi dari berbagai sumber guna menambah
pengetahuan dan pemahaman tentang materi Analisis Kata, Struktur
Kalimat, dan Rasa Bahasa Teks Terjemahan yang sedang dipelajari.
→ Aktivitas

88
Menyusun daftar pertanyaan atas hal-hal yang belum dapat dipahami
dari kegiatan mengmati dan membaca yang akan diajukan kepada guru
berkaitan dengan materi Analisis Kata, Struktur Kalimat, dan Rasa
Bahasa Teks Terjemahan yang sedang dipelajari.
→ Wawancara/tanya jawab dengan nara sumber
Mengajukan pertanyaan berkaiatan dengan materi Analisis Kata,
Struktur Kalimat, dan Rasa Bahasa Teks Terjemahan yang telah
disusun dalam daftar pertanyaan kepada guru.

COLLABORATION (KERJASAMA)
Peserta didik dibentuk dalam beberapa kelompok untuk:
→ Mendiskusikan
Peserta didik dan guru secara bersama-sama membahas contoh dalam
buku paket mengenai materi Analisis Kata, Struktur Kalimat, dan Rasa
Bahasa Teks Terjemahan.
→ Mengumpulkan informasi
Mencatat semua informasi tentang materi Analisis Kata, Struktur
Kalimat, dan Rasa Bahasa Teks Terjemahan yang telah diperoleh pada
buku catatan dengan tulisan yang rapi dan menggunakan bahasa
Indonesia yang baik dan benar.
→ Mempresentasikan ulang
Peserta didik mengkomunikasikan secara lisan atau mempresentasikan
materi dengan rasa percaya diri Analisis Kata, Struktur Kalimat, dan
Rasa Bahasa Teks Terjemahan sesuai dengan pemahamannya.
→ Saling tukar informasi tentang materi Analisis Kata, Struktur
Kalimat, dan Rasa Bahasa Teks Terjemahan
dengan ditanggapi aktif oleh peserta didik dari kelompok lainnya
sehingga diperoleh sebuah pengetahuan baru yang dapat dijadikan
sebagai bahan diskusi kelompok kemudian, dengan menggunakan
metode ilmiah yang terdapat pada buku pegangan peserta didik atau
pada lembar kerja yang disediakan dengan cermat untuk
mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat orang
lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan
mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari,
mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat.
Data COLLABORATION (KERJASAMA) dan CRITICAL THINKING
processing (BERPIKIR KRITIK)
(pengolahan Peserta didik dalam kelompoknya berdiskusi mengolah data hasil
Data) pengamatan dengan cara :
→ Berdiskusi tentang data dari Materi Analisis Kata, Struktur Kalimat,
dan Rasa Bahasa Teks Terjemahan.

89
→ Mengolah informasi dari materi Analisis Kata, Struktur Kalimat, dan
Rasa Bahasa Teks Terjemahan yang sudah dikumpulkan dari hasil
kegiatan/pertemuan sebelumnya mau pun hasil dari kegiatan
mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi yang sedang
berlangsung dengan bantuan pertanyaan-pertanyaan pada lembar kerja.
→ Peserta didik mengerjakan beberapa soal mengenai materi Analisis
Kata, Struktur Kalimat, dan Rasa Bahasa Teks Terjemahan.
Verification CRITICAL THINKING (BERPIKIR KRITIK)
(pembuktian) Peserta didik mendiskusikan hasil pengamatannya dan memverifikasi hasil
pengamatannya dengan data-data atau teori pada buku sumber melalui
kegiatan :
→ Menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan
informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang
memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan
untuk mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja
keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir
induktif serta deduktif dalam membuktikan tentang materi Analisis
Kata, Struktur Kalimat, dan Rasa Bahasa Teks Terjemahan.
antara lain dengan : Peserta didik dan guru secara bersama-sama
membahas jawaban soal-soal yang telah dikerjakan oleh peserta didik.
Generalization COMMUNICATION (BERKOMUNIKASI)
(menarik Peserta didik berdiskusi untuk menyimpulkan
kesimpulan) → Menyampaikan hasil diskusi tentang materi Analisis Kata, Struktur
Kalimat, dan Rasa Bahasa Teks Terjemahan berupa kesimpulan
berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya
untuk mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan
berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan sopan.
→ Mempresentasikan hasil diskusi kelompok secara klasikal tentang
materi Analisis Kata, Struktur Kalimat, dan Rasa Bahasa Teks
Terjemahan.
→ Mengemukakan pendapat atas presentasi yang dilakukan tentanag
materi Analisis Kata, Struktur Kalimat, dan Rasa Bahasa Teks
Terjemahan dan ditanggapi oleh kelompok yang mempresentasikan.
→ Bertanya atas presentasi tentang materi Analisis Kata, Struktur
Kalimat, dan Rasa Bahasa Teks Terjemahan yang dilakukan dan
peserta didik lain diberi kesempatan untuk menjawabnya.

CREATIVITY (KREATIVITAS)
→ Menyimpulkan tentang point-point penting yang muncul dalam
kegiatan pembelajaran yang baru dilakukan berupa :
Laporan hasil pengamatan secara tertulis tentang materi Analisis Kata,
Struktur Kalimat, dan Rasa Bahasa Teks Terjemahan.

90
→ Menjawab pertanyaan tentang materi Analisis Kata, Struktur Kalimat,
dan Rasa Bahasa Teks Terjemahan yang terdapat pada buku pegangan
peserta didik atau lembar kerja yang telah disediakan.
→ Bertanya tentang hal yang belum dipahami, atau guru melemparkan
beberapa pertanyaan kepada siswa berkaitan dengan materi Analisis
Kata, Struktur Kalimat, dan Rasa Bahasa Teks Terjemahan yang akan
selesai dipelajari.
→ Menyelesaikan uji kompetensi untuk materi Analisis Kata, Struktur
Kalimat, dan Rasa Bahasa Teks Terjemahan yang terdapat pada buku
pegangan peserta didik atau pada lembar lerja yang telah disediakan
secara individu untuk mengecek penguasaan siswa terhadap materi
pelajaran.
Catatan : Selama pembelajaran Analisis Kata, Struktur Kalimat, dan Rasa Bahasa Teks
Terjemahan berlangsung, guru mengamati sikap siswa dalam pembelajaran yang meliputi
sikap: nasionalisme, disiplin, rasa percaya diri, berperilaku jujur, tangguh menghadapi
masalah tanggungjawab, rasa ingin tahu, peduli lingkungan
Kegiatan Penutup (15 Menit)
Peserta didik :
● Membuat resume (CREATIVITY) dengan bimbingan guru tentang point-point
penting yang muncul dalam kegiatan pembelajaran tentang materi Analisis Kata,
Struktur Kalimat, dan Rasa Bahasa Teks Terjemahan yang baru dilakukan.
● Mengagendakan pekerjaan rumah untuk materi pelajaran Analisis Kata, Struktur
Kalimat, dan Rasa Bahasa Teks Terjemahan yang baru diselesaikan.
● Mengagendakan materi atau tugas projek/produk/portofolio/unjuk kerja yang harus
mempelajarai pada pertemuan berikutnya di luar jam sekolah atau dirumah.
Guru :
● Memeriksa pekerjaan siswa yang selesai langsung diperiksa untuk materi pelajaran
Analisis Kata, Struktur Kalimat, dan Rasa Bahasa Teks Terjemahan.
● Peserta didik yang selesai mengerjakan tugas projek/produk/portofolio/unjuk kerja
dengan benar diberi paraf serta diberi nomor urut peringkat, untuk penilaian tugas
● Memberikan penghargaan untuk materi pelajaran Analisis Kata, Struktur Kalimat,
dan Rasa Bahasa Teks Terjemahan kepada kelompok yang memiliki kinerja dan
kerjasama yang baik.

3. Pertemuan Ke-3 (2 x 45 Menit)


Kegiatan Pendahuluan (15 Menit)
Guru :
Orientasi
● Melakukan pembukaan dengan salam pembuka, memanjatkan syukur kepada Tuhan
YME dan berdoa untuk memulai pembelajaran.
● Memeriksa kehadiran peserta didik sebagai sikap disiplin.
● Menyiapkan fisik dan psikis peserta didik dalam mengawali kegiatan pembelajaran.

91
Aperpepsi
● Mengaitkan materi/tema/kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan dengan
pengalaman peserta didik dengan materi/tema/kegiatan sebelumnya.
● Mengingatkan kembali materi prasyarat dengan bertanya.
● Mengajukan pertanyaan yang ada keterkaitannya dengan pelajaran yang akan
dilakukan.
Motivasi
● Memberikan gambaran tentang manfaat mempelajari pelajaran yang akan dipelajari
dalam kehidupan sehari-hari.
● Apabila materitema/projek ini kerjakan dengan baik dan sungguh-sungguh ini
dikuasai dengan baik, maka peserta didik diharapkan dapat menjelaskan tentang
materi Menerjemahkan Teks ke Dalam Bahasa Sunda atau sebaliknya.
● Menyampaikan tujuan pembelajaran pada pertemuan yang berlangsung.
● Mengajukan pertanyaan.
Pemberian Acuan
● Memberitahukan materi pelajaran yang akan dibahas pada pertemuan saat itu.
● Memberitahukan tentang kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator, dan KKM
pada pertemuan yang berlangsung.
● Pembagian kelompok belajar.
● Menjelaskan mekanisme pelaksanaan pengalaman belajar sesuai dengan langkah-
langkah pembelajaran.
Kegiatan Inti ( 60 Menit )
Sintak Model
Kegiatan Pembelajaran
Pembelajaran
Stimulation KEGIATAN LITERASI
(stimullasi/ Peserta didik diberi motivasi atau rangsangan untuk memusatkan perhatian
pemberian pada topik materi Menerjemahkan Teks ke Dalam Bahasa Sunda atau
rangsangan) Sebaliknya dengan cara :
→ Melihat (tanpa atau dengan Alat).
Menayangkan gambar/foto/video yang relevan.
→ Mengamati
● Lembar kerja Menerjemahkan Teks ke Dalam Bahasa Sunda atau
Sebaliknya.
● Pemberian contoh-contoh Penerjemahan Teks ke Dalam Bahasa Sunda
atau Sebaliknya untuk dapat dikembangkan peserta didik, dari media
interaktif, dsb.
→ Membaca.
Kegiatan literasi ini dilakukan di rumah dan di sekolah dengan
membaca materi dari buku paket atau buku-buku penunjang lain, dari
internet/materi yang berhubungan dengan Menerjemahkan Teks ke
Dalam Bahasa Sunda atau Sebaliknya.
→ Menulis

92
Menerjemahkan Teks ke Dalam Bahasa Sunda atau Sebaliknya
berdasarkan pengamatan dan bacaan terkait.
→ Mendengar
Pemberian materi Menerjemahkan Teks ke Dalam Bahasa Sunda atau
Sebaliknya oleh guru.
→ Menyimak
Penjelasan pengantar kegiatan secara garis besar/global tentang materi
pelajaran mengenai materi Menerjemahkan Teks ke Dalam Bahasa
Sunda atau Sebaliknya

untuk melatih rasa syukur, kesungguhan dan kedisiplinan, ketelitian,


mencari informasi.
Problem CRITICAL THINKING (BERPIKIR KRITIK)
statemen Guru memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengidentifikasi
(pertanyaan/ sebanyak mungkin pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang disajikan
identifikasi dan akan dijawab melalui kegiatan belajar, contohnya :
masalah) → Mengajukan pertanyaan tentang cara Menerjemahkan Teks ke
Dalam Bahasa Sunda atau Sebaliknya
yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk
mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai
dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik)
untuk mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan
merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu
untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat.
Data KEGIATAN LITERASI
collection Peserta didik mengumpulkan informasi yang relevan untuk menjawab
(pengumpulan pertanyan yang telah diidentifikasi melalui kegiatan:
data) → Mengamati obyek/kejadian
Mengamati dengan seksama teks hasil terjemahan yang sedang
dipelajari dalam bentuk gambar/video/slide presentasi yang disajikan
dan mencoba menginterprestasikannya.
→ Membaca sumber lain selain buku teks
Secara disiplin melakukan kegiatan literasi dengan mencari dan
membaca berbagai referensi dari berbagai sumber guna menambah
pengetahuan dan pemahaman tentang materi menerjemahkan teks.
→ Aktivitas
Menyusun daftar pertanyaan atas hal-hal yang belum dapat dipahami
dari kegiatan mengmati dan membaca yang akan diajukan kepada guru
berkaitan dengan materi Menerjemahkan Teks ke Dalam Bahasa
Sunda atau Sebaliknya.
→ Wawancara/tanya jawab dengan nara sumber

93
Mengajukan pertanyaan berkaiatan dengan materi Menerjemahkan
Teks ke Dalam Bahasa Sunda atau Sebaliknya yang telah disusun
dalam daftar pertanyaan kepada guru.

COLLABORATION (KERJASAMA)
Peserta didik dibentuk dalam beberapa kelompok untuk:
→ Mendiskusikan
Peserta didik dan guru secara bersama-sama membahas tugas
Menerjemahkan Teks ke Dalam Bahasa Sunda atau Sebaliknya.
→ Mengumpulkan informasi
Mencatat semua informasi berkaitan dengan tugas Menerjemahkan
Teks ke Dalam Bahasa Sunda atau Sebaliknya yang diperoleh pada
buku catatan dengan tulisan yang rapi dan menggunakan bahasa
Indonesia yang baik dan benar.
→ Mempresentasikan ulang
Peserta didik mengkomunikasikan secara lisan atau mempresentasikan
hasil Menerjemahkan Teks ke Dalam Bahasa Sunda atau Sebaliknya
dengan rasa percaya diri sesuai dengan pemahamannya.
→ Saling tukar informasi tentang materi : Menerjemahkan Teks ke
Dalam Bahasa Sunda atau Sebaliknya
dengan ditanggapi aktif oleh peserta didik dari kelompok lainnya
sehingga diperoleh sebuah pengetahuan baru yang dapat dijadikan
sebagai bahan diskusi kelompok kemudian, dengan menggunakan
metode ilmiah yang terdapat pada buku pegangan peserta didik atau
pada lembar kerja yang disediakan dengan cermat untuk
mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat orang
lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan
mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari,
mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat.
Data COLLABORATION (KERJASAMA) dan CRITICAL THINKING
processing (BERPIKIR KRITIK)
(pengolahan Peserta didik dalam kelompoknya berdiskusi mengolah data hasil
Data) pengamatan dengan cara :
→ Berdiskusi tentang hasil Menerjemahkan Teks ke Dalam Bahasa
Sunda atau Sebaliknya.
Penggunaan bahasa dalam laporan hasil observasi
→ Mengolah informasi berkaitan dengan tugas Menerjemahkan Teks ke
Dalam Bahasa Sunda atau Sebaliknya yang sudah dikumpulkan dari
hasil kegiatan/pertemuan sebelumnya mau pun hasil dari kegiatan
mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi yang sedang
berlangsung dengan bantuan pertanyaan-pertanyaan pada lembar kerja.

94
→ Peserta didik mengerjakan tugas Menerjemahkan Teks ke Dalam
Bahasa Sunda atau Sebaliknya.
Verification CRITICAL THINKING (BERPIKIR KRITIK)
(pembuktian) Peserta didik mendiskusikan hasil pekerjaan dan memverifikasi hasil
pekerjaan dengan data-data atau teori pada buku sumber melalui kegiatan :
→ Menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan
informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang
memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan
untuk mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja
keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir
induktif serta deduktif dalam membuktikan tentang materi
Menerjemahkan Teks ke Dalam Bahasa Sunda atau Sebaliknya.
antara lain dengan : Peserta didik dan guru secara bersama-sama
membahas hasil terjemahan yang dikerjakan oleh peserta didik.
Generalization COMMUNICATION (BERKOMUNIKASI)
(menarik Peserta didik berdiskusi untuk menyimpulkan
kesimpulan) → Menyampaikan hasil Menerjemahkan Teks ke Dalam Bahasa Sunda
atau Sebaliknya berupa kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara
lisan, tertulis, atau media lainnya untuk mengembangkan sikap jujur,
teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan
pendapat dengan sopan.
→ Mempresentasikan hasil diskusi kelompok secara klasikal tentang
materi :
Menerjemahkan Teks ke Dalam Bahasa Sunda atau Sebaliknya
→ Mengemukakan pendapat atas presentasi yang dilakukan tentanag
materi Penggunaan bahasa dalam laporan hasil observasi dan
ditanggapi oleh kelompok yang mempresentasikan.
→ Bertanya atas presentasi tentang materi Menerjemahkan Teks ke
Dalam Bahasa Sunda atau Sebaliknya yang dilakukan dan peserta
didik lain diberi kesempatan untuk menjawabnya.

CREATIVITY (KREATIVITAS)
→ Menyimpulkan tentang point-point penting yang muncul dalam
kegiatan pembelajaran yang baru dilakukan berupa :
Laporan penugasan Menerjemahkan Teks ke Dalam Bahasa Sunda
atau Sebaliknya secara tertulis.
→ Menjawab pertanyaan tentang problematika Menerjemahkan Teks ke
Dalam Bahasa Sunda atau Sebaliknya yang terdapat pada buku
pegangan peserta didik atau lembar kerja yang telah disediakan.
→ Bertanya tentang hal yang belum dipahami, atau guru melemparkan
beberapa pertanyaan kepada siswa berkaitan dengan materi

95
Menerjemahkan Teks ke Dalam Bahasa Sunda atau Sebaliknya yang
akan selesai dipelajari
→ Menyelesaikan uji kompetensi untuk materi Menerjemahkan Teks ke
Dalam Bahasa Sunda atau Sebaliknya yang terdapat pada buku
pegangan peserta didik atau pada lembar lerja yang telah disediakan
secara individu untuk mengecek penguasaan siswa terhadap materi
pelajaran.
Catatan : Selama pembelajaran Penggunaan bahasa dalam laporan hasil observasi
berlangsung, guru mengamati sikap siswa dalam pembelajaran yang meliputi sikap:
nasionalisme, disiplin, rasa percaya diri, berperilaku jujur, tangguh menghadapi masalah
tanggungjawab, rasa ingin tahu, peduli lingkungan
Kegiatan Penutup (15 Menit)
Peserta didik :
● Membuat resume (CREATIVITY) dengan bimbingan guru tentang point-point
penting yang muncul dalam kegiatan pembelajaran Menerjemahkan Teks ke Dalam
Bahasa Sunda atau Sebaliknya yang baru dilakukan.
● Mengagendakan pekerjaan rumah untuk Menerjemahkan Teks ke Dalam Bahasa
Sunda atau Sebaliknya yang baru diselesaikan.
● Mengagendakan materi atau tugas projek/produk/portofolio/unjuk kerja yang harus
mempelajarai pada pertemuan berikutnya di luar jam sekolah atau dirumah.
Guru :
● Memeriksa pekerjaan siswa yang selesai langsung diperiksa untuk materi
Menerjemahkan Teks ke Dalam Bahasa Sunda atau Sebaliknya.
● Peserta didik yang selesai mengerjakan tugas projek/produk/portofolio/unjuk kerja
dengan benar diberi paraf serta diberi nomor urut peringkat, untuk penilaian tugas
● Memberikan penghargaan untuk materi Menerjemahkan Teks ke Dalam Bahasa
Sunda atau Sebaliknya kepada kelompok yang memiliki kinerja dan kerjasama yang
baik.

4. Pertemuan Ke-4 (2 x 45 Menit)


Kegiatan Pendahuluan (15 Menit)
Guru :
Orientasi
● Melakukan pembukaan dengan salam pembuka, memanjatkan syukur kepada Tuhan
YME dan berdoa untuk memulai pembelajaran
● Memeriksa kehadiran peserta didik sebagai sikap disiplin
● Menyiapkan fisik dan psikis peserta didik dalam mengawali kegiatan pembelajaran.
Aperpepsi
● Mengaitkan materi/tema/kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan dengan
pengalaman peserta didik dengan materi/tema/kegiatan sebelumnya
● Mengingatkan kembali materi prasyarat dengan bertanya.

96
● Mengajukan pertanyaan yang ada keterkaitannya dengan pelajaran yang akan
dilakukan.
Motivasi
● Memberikan gambaran tentang manfaat mempelajari pelajaran yang akan dipelajari
dalam kehidupan sehari-hari.
● Apabila materitema/projek ini kerjakan dengan baik dan sungguh-sungguh ini
dikuasai dengan baik, maka peserta didik diharapkan dapat menjelaskan tentang
materi :
Variasi Pola Penyajian Teks Terjemahan
● Menyampaikan tujuan pembelajaran pada pertemuan yang berlangsung
● Mengajukan pertanyaan
Pemberian Acuan
● Memberitahukan materi pelajaran yang akan dibahas pada pertemuan saat itu.
● Memberitahukan tentang kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator, dan KKM
pada pertemuan yang berlangsung
● Pembagian kelompok belajar
● Menjelaskan mekanisme pelaksanaan pengalaman belajar sesuai dengan langkah-
langkah pembelajaran.
Kegiatan Inti ( 60 Menit )
Sintak Model
Kegiatan Pembelajaran
Pembelajaran
Stimulation KEGIATAN LITERASI
(stimullasi/ Peserta didik diberi motivasi atau rangsangan untuk memusatkan perhatian
pemberian pada topik materi Variasi Pola Penyajian Teks Terjemahan dengan cara :
rangsangan) → Melihat (tanpa atau dengan Alat)
Menayangkan gambar/foto/video yang relevan.
→ Mengamati
● Lembar kerja materi Variasi Pola Penyajian Teks Terjemahan
● Pemberian contoh-contoh materi Variasi Pola Penyajian Teks
Terjemahan untuk dapat dikembangkan peserta didik, dari media
interaktif, dsb
→ Membaca.
Kegiatan literasi ini dilakukan di rumah dan di sekolah dengan
membaca materi dari buku paket atau buku-buku penunjang lain, dari
internet/materi yang berhubungan dengan Variasi Pola Penyajian Teks
Terjemahan
→ Menulis
Menulis resume dari hasil pengamatan dan bacaan terkait Variasi Pola
Penyajian Teks Terjemahan
→ Mendengar
Pemberian materi Variasi Pola Penyajian Teks Terjemahan oleh guru.
→ Menyimak

97
Penjelasan pengantar kegiatan secara garis besar/global tentang materi
pelajaran mengenai materi :
Variasi Pola Penyajian Teks Terjemahan
untuk melatih rasa syukur, kesungguhan dan kedisiplinan, ketelitian,
mencari informasi.
Problem CRITICAL THINKING (BERPIKIR KRITIK)
statemen Guru memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengidentifikasi
(pertanyaan/ sebanyak mungkin pertanyaan yang berkaitan dengan gambar yang
identifikasi disajikan dan akan dijawab melalui kegiatan belajar, contohnya :
masalah) → Mengajukan pertanyaan tentang materi :
Variasi Pola Penyajian Teks Terjemahan
yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk
mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari
pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik) untuk
mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan
pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas
dan belajar sepanjang hayat.
Data KEGIATAN LITERASI
collection Peserta didik mengumpulkan informasi yang relevan untuk menjawab
(pengumpulan pertanyan yang telah diidentifikasi melalui kegiatan:
data) → Mengamati obyek/kejadian
Mengamati dengan seksama materi Variasi Pola Penyajian Teks
Terjemahan yang sedang dipelajari dalam bentuk gambar/video/slide
presentasi yang disajikan dan mencoba menginterprestasikannya.
→ Membaca sumber lain selain buku teks
Secara disiplin melakukan kegiatan literasi dengan mencari dan
membaca berbagai referensi dari berbagai sumber guna menambah
pengetahuan dan pemahaman tentang materi Variasi Pola Penyajian
Teks Terjemahan yang sedang dipelajari.
→ Aktivitas
Menyusun daftar pertanyaan atas hal-hal yang belum dapat dipahami
dari kegiatan mengmati dan membaca yang akan diajukan kepada guru
berkaitan dengan materi Variasi Pola Penyajian Teks Terjemahan
yang sedang dipelajari.
→ Wawancara/tanya jawab dengan nara sumber
Mengajukan pertanyaan berkaiatan dengan materi Variasi Pola
Penyajian Teks Terjemahan yang telah disusun dalam daftar
pertanyaan kepada guru.

COLLABORATION (KERJASAMA)
Peserta didik dibentuk dalam beberapa kelompok untuk:
→ Mendiskusikan

98
Peserta didik dan guru secara bersama-sama membahas contoh dalam
buku paket mengenai materi Variasi Pola Penyajian Teks Terjemahan
→ Mengumpulkan informasi
Mencatat semua informasi tentang materi Variasi Pola Penyajian Teks
Terjemahan yang telah diperoleh pada buku catatan dengan tulisan
yang rapi dan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
→ Mempresentasikan ulang
Peserta didik mengkomunikasikan secara lisan atau mempresentasikan
materi dengan rasa percaya diri Variasi Pola Penyajian Teks
Terjemahan sesuai dengan pemahamannya.
→ Saling tukar informasi tentang materi :
Variasi Pola Penyajian Teks Terjemahan
dengan ditanggapi aktif oleh peserta didik dari kelompok lainnya sehingga
diperoleh sebuah pengetahuan baru yang dapat dijadikan sebagai bahan
diskusi kelompok kemudian, dengan menggunakan metode ilmiah yang
terdapat pada buku pegangan peserta didik atau pada lembar kerja yang
disediakan dengan cermat untuk mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan,
menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan
kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang
dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat.
Data COLLABORATION (KERJASAMA) dan CRITICAL THINKING
processing (BERPIKIR KRITIK)
(pengolahan Peserta didik dalam kelompoknya berdiskusi mengolah data hasil
Data) pengamatan dengan cara :
→ Berdiskusi tentang data dari Materi :
Variasi Pola Penyajian Teks Terjemahan
→ Mengolah informasi dari materi Variasi Pola Penyajian Teks
Terjemahan yang sudah dikumpulkan dari hasil kegiatan/pertemuan
sebelumnya mau pun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan
mengumpulkan informasi yang sedang berlangsung dengan bantuan
pertanyaan-pertanyaan pada lembar kerja.
→ Peserta didik mengerjakan beberapa soal mengenai materi Variasi
Pola Penyajian Teks Terjemahan
Verification CRITICAL THINKING (BERPIKIR KRITIK)
(pembuktian) Peserta didik mendiskusikan hasil pengamatannya dan memverifikasi hasil
pengamatannya dengan data-data atau teori pada buku sumber melalui
kegiatan:
→ Menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan
informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang
memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan
untuk mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja

99
keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir
induktif serta deduktif dalam membuktikan tentang materi :

Variasi Pola Penyajian Teks Terjemahan


antara lain dengan : Peserta didik dan guru secara bersama-sama
membahas jawaban soal-soal yang telah dikerjakan oleh peserta didik.
Generalization COMMUNICATION (BERKOMUNIKASI)
(menarik Peserta didik berdiskusi untuk menyimpulkan
kesimpulan) → Menyampaikan hasil diskusi tentang materi Variasi Pola Penyajian
Teks Terjemahan berupa kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara
lisan, tertulis, atau media lainnya untuk mengembangkan sikap jujur,
teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan
pendapat dengan sopan.
→ Mempresentasikan hasil diskusi kelompok secara klasikal tentang
materi :
Variasi Pola Penyajian Teks Terjemahan
→ Mengemukakan pendapat atas presentasi yang dilakukan tentanag
materi Variasi Pola Penyajian Teks Terjemahan dan ditanggapi oleh
kelompok yang mempresentasikan.
→ Bertanya atas presentasi tentang materi Variasi Pola Penyajian Teks
Terjemahan yang dilakukan dan peserta didik lain diberi kesempatan
untuk menjawabnya.

CREATIVITY (KREATIVITAS)
→ Menyimpulkan tentang point-point penting yang muncul dalam
kegiatan pembelajaran yang baru dilakukan berupa :
Laporan hasil pengamatan secara tertulis tentang materi :
Variasi Pola Penyajian Teks Terjemahan
→ Menjawab pertanyaan tentang materi Variasi Pola Penyajian Teks
Terjemahan yang terdapat pada buku pegangan peserta didik atau
lembar kerja yang telah disediakan.
→ Bertanya tentang hal yang belum dipahami, atau guru melemparkan
beberapa pertanyaan kepada siswa berkaitan dengan materi Variasi
Pola Penyajian Teks Terjemahan yang akan selesai dipelajari
→ Menyelesaikan uji kompetensi untuk materi Variasi Pola Penyajian
Teks Terjemahan yang terdapat pada buku pegangan peserta didik atau
pada lembar lerja yang telah disediakan secara individu untuk
mengecek penguasaan siswa terhadap materi pelajaran.
Catatan : Selama pembelajaran Variasi Pola Penyajian Teks Terjemahan berlangsung,
guru mengamati sikap siswa dalam pembelajaran yang meliputi sikap: nasionalisme,
disiplin, rasa percaya diri, berperilaku jujur, tangguh menghadapi masalah
tanggungjawab, rasa ingin tahu, peduli lingkungan

100
Kegiatan Penutup (15 Menit)
Peserta didik :
● Membuat resume (CREATIVITY) dengan bimbingan guru tentang point-point
penting yang muncul dalam kegiatan pembelajaran tentang materi Variasi Pola
Penyajian Teks Terjemahan yang baru dilakukan.
● Mengagendakan pekerjaan rumah untuk materi pelajaran Variasi Pola Penyajian
Teks Terjemahan yang baru diselesaikan.
● Mengagendakan materi atau tugas projek/produk/portofolio/unjuk kerja yang harus
mempelajarai pada pertemuan berikutnya di luar jam sekolah atau dirumah.
Guru :
● Memeriksa pekerjaan siswa yang selesai langsung diperiksa untuk materi pelajaran
Variasi Pola Penyajian Teks Terjemahan
● Peserta didik yang selesai mengerjakan tugas projek/produk/portofolio/unjuk kerja
dengan benar diberi paraf serta diberi nomor urut peringkat, untuk penilaian tugas
● Memberikan penghargaan untuk materi pelajaran Variasi Pola Penyajian Teks
Terjemahan kepada kelompok yang memiliki kinerja dan kerjasama yang baik.

I. Penilaian Hasil Pembelajaran


1. Sikap
- Penilaian Observasi
Penilaian observasi berdasarkan pengamatan sikap dan perilaku peserta didik
sehari-hari, baik terkait dalam proses pembelajaran maupun secara umum.
Pengamatan langsung dilakukan oleh guru. Berikut contoh instrumen penilaian
sikap
Aspek Perilaku yang
N Jumla Skor Kode
Nama Siswa Dinilai
o h Skor Sikap Nilai
BS JJ TJ DS
1 … 75 75 50 75 275 68,75 C
2 … ... ... ... ... ... ... ...

Keterangan :
• BS : Bekerja Sama
• JJ : Jujur
• TJ : Tanggun Jawab
• DS : Disiplin

Catatan :
1. Aspek perilaku dinilai dengan kriteria:
100 = Sangat Baik
75 = Baik
50 = Cukup
25 = Kurang

101
2. Skor maksimal = jumlah sikap yang dinilai dikalikan jumlah kriteria = 100 x 4
= 400
3. Skor sikap = jumlah skor dibagi jumlah sikap yang dinilai = 275 : 4 = 68,75
4. Kode nilai / predikat :
75,01 – 100,00 = Sangat Baik (SB)
50,01 – 75,00 = Baik (B)
25,01 – 50,00 = Cukup (C)
00,00 – 25,00 = Kurang (K)
5. Format di atas dapat diubah sesuai dengan aspek perilaku yang ingin dinilai

- Penilaian Diri
Seiring dengan bergesernya pusat pembelajaran dari guru kepada peserta didik,
maka peserta didik diberikan kesempatan untuk menilai kemampuan dirinya
sendiri. Namun agar penilaian tetap bersifat objektif, maka guru hendaknya
menjelaskan terlebih dahulu tujuan dari penilaian diri ini, menentukan kompetensi
yang akan dinilai, kemudian menentukan kriteria penilaian yang akan digunakan,
dan merumuskan format penilaiannya Jadi, singkatnya format penilaiannya
disiapkan oleh guru terlebih dahulu. Berikut Contoh format penilaian :
Jumlah Skor Kode
No Pernyataan Ya Tidak
Skor Sikap Nilai
Selama diskusi, saya ikut
1 serta mengusulkan 50
ide/gagasan.
Ketika kami berdiskusi,
setiap anggota mendapatkan
2 50
kesempatan untuk 250 62,50 C
berbicara.
Saya ikut serta dalam
3 membuat kesimpulan hasil 50
diskusi kelompok.
4 ... 100

Catatan :
1. Skor penilaian Ya = 100 dan Tidak = 50
2. Skor maksimal = jumlah pernyataan dikalikan jumlah kriteria = 4 x 100 = 400
3. Skor sikap = (jumlah skor dibagi skor maksimal dikali 100) = (250 : 400) x 100
= 62,50
4. Kode nilai / predikat :
75,01 – 100,00 = Sangat Baik (SB)
50,01 – 75,00 = Baik (B)
25,01 – 50,00 = Cukup (C)
00,00 – 25,00 = Kurang (K)
5. Format di atas dapat juga digunakan untuk menilai kompetensi pengetahuan
dan keterampilan

102
- Penilaian Teman Sebaya
Penilaian ini dilakukan dengan meminta peserta didik untuk menilai temannya
sendiri. Sama halnya dengan penilaian hendaknya guru telah menjelaskan maksud
dan tujuan penilaian, membuat kriteria penilaian, dan juga menentukan format
penilaiannya. Berikut Contoh format penilaian teman sebaya :

Nama yang diamati : ...


Pengamat : ...

Jumlah Skor Kode


No Pernyataan Ya Tidak
Skor Sikap Nilai
Mau menerima pendapat
1 100
teman.
Memberikan solusi
2 100
terhadap permasalahan.
Memaksakan pendapat 450 90,00 SB
3 sendiri kepada anggota 100
kelompok.
4 Marah saat diberi kritik. 100
5 ... 50

Catatan :
1. Skor penilaian Ya = 100 dan Tidak = 50 untuk pernyataan yang positif,
sedangkan untuk pernyataan yang negatif, Ya = 50 dan Tidak = 100
2. Skor maksimal = jumlah pernyataan dikalikan jumlah kriteria = 5 x 100 = 500
3. Skor sikap = (jumlah skor dibagi skor maksimal dikali 100) = (450 : 500) x 100
= 90,00
4. Kode nilai / predikat :
75,01 – 100,00 = Sangat Baik (SB)
50,01 – 75,00 = Baik (B)
25,01 – 50,00 = Cukup (C)
00,00 – 25,00 = Kurang (K)

- Penilaian Jurnal (Lihat lampiran)

2. Pengetahuan
- Tertulis Pilihan Ganda
- Tertulis Uraian
Tes tertulis bentuk uraian mengenai penyelesaian persamaan dan pertidaksamaan
linier dalam tanda mutlak, dan penerapannya dalam penyelesaian masalah nyata
yang sederhana
- Tes Lisan / Observasi terhadap Diskusi Tanya Jawab dan Percakapan
- Penugasan

103
Membaca mengenai pengertian nilai mutlak, ekspresiekspresi, penyelesaian, dan
masalah nyata yang terkait dengan persamaan dan pertidaksamaan linier dalam
tanda mutlak.
Tugas Rumah
a) Peserta didik menjawab pertanyaan yang terdapat pada buku peserta didik
b) Peserta didik memnta tanda tangan orangtua sebagai bukti bahwa mereka
telah mengerjakan tugas rumah dengan baik
c) Peserta didik mengumpulkan jawaban dari tugas rumah yang telah dikerjakan
untuk mendapatkan penilaian

3. Keterampilan
- Penilaian Unjuk Kerja
Mengerjakan latihan soal-soal terkait materi yang diajarkan.
- Penilaian Proyek
- Penilaian Produk
- Penilaian Portofolio
Menyusun dan membuat rangkuman dari tugas-tugas yang sudah diselesaikan,
kemudian membuat refleksi diri.

LEMBAR PENILAIAN PENGETAHUAN TERTULIS


(Bentuk Uraian)
Soal Tes Uraian
1. (contoh soal)
2. (contoh soal)
3. (contoh soal)
4. (contoh soal)
5. (contoh soal)

Kunci Jawaban Soal Uraian dan Pedoman Penskoran


Alternatif
Penyelesaian Skor
jawaban
1 2
2 2
3 2
4 2
5 2
Jumlah 10

𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐬𝐤𝐨𝐫 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐢𝐩𝐞𝐫𝐨𝐥𝐞𝐡


Nilai = × 𝟏𝟎
𝟓

Penilaian Pengetahuan - Tes Tulis Uraian


Topik : ………………….

104
Indikator : …………………..
Soal : ………………….
a. ………………….
b. ………………….
Jawaban :
a. …………………
b. …………………

Pedoman Penskoran
No Jawaban Skor
a.
b.
Skor maksimal

LEMBAR PENILAIAN PENGETAHUAN -TERTULIS


(Pilihan Ganda)

Pilih Satu Jawaban yang paling tepat !


1.
a.
b.
c.
d.
e.
dst.

Kunci Jawaban Piliahan Ganda dan Pedoman Penskoran


Alternatif
Penyelesaian Skor
Jawaban
1 1
2 1
3 1
4 1
.... 1
20 1
Jumlah 20

Jumlah skor yang diperoleh


Nilai = × 10
20

Penilaian Pengetahuan - Tes Tulis Pilihan Ganda


Topik : ………………….

105
Indikator : …………………..
Soal : ………………….
Jawaban :
a. …………………
b. …………………
c. …………………
d. …………………
e. …………………

LEMBAR PENILAIAN PENGETAHUAN (ANALISIS)- TES TERTULIS

SK N
N PILIHAN GANDA ESSAY
OR I
N A
L
O M 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 0 0 0 0 0 P
A
A 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 G E
I
1
2

LEMBAR PENILAIAN PENGETAHUAN


Observasi terhadap Diskusi Tanya Jawab dan Percakapan

KELAS : .……………..
Pernyataan
Pengungkapan Ketepatan
Kebenaran Dan lain
gagasan yang penggunaan
N orisinil
Konsep
istilah
sebaginya
Nama Peserta Didik
o
Tida

Tida

Tida

Tida
Ya

Ya

Ya

Ya
k

k
1
2

Penilaian pengetahuan - Observasi Terhadap Diskusi, Tanya Jawab dan


Percakapan

Nama Pernyataan
Peserta Pengungkapan Kebenaran Ketepatan
Jumlah
Didik gagasan yang konsep penggunaan
orisinil istilah
YA TIDAK YA TIDAK YA TIDAK YA TIDAK
Fitria
Gina

106
....

LEMBAR PENILAIAN PENGETAHUAN


PENILAIAN PENUGASAN

Penilaian Pengetahuan - Penugasan


Mengidentifikasi …………………….
Tugas : Menerjemahkan sebuah teks ke dalam bahasa Sunda atau sebaliknya.
Indikator : ........................................

Langkah Tugas :
1. Carilah teks dalam bahasa Indonesia atau asing untuk diterjemahkan ke dalam
bahasa Sunda.
2. Tentukan kata padanan yang tepat atau struktur terjemahan bahasa Sunda yang
dianggap tepat.
3. Diskusikan hasil terjemahan yang kamu buat bersama teman-temanmu untuk
menjawab pertanyaan berikut:
a. Apakah kata terjemahan yang kalian gunakan sudah tepat?
b. Apakah struktur terjemahan bahasa Sunda kaian sudah dianggap benar?
c. Bagaimana rasa bahasa hasil terjemahan yang kalian buat?
4. Tuliskan hasil kegiatannmu dalam bentuk laporan dan dikumpulkan serta
dipresentasikan pada kegiatan pembelajaran berikutnya!

Rubrik Penilaian
Kelompok
No. Kriteria
9 8 7 6 5 4 3 2 1
Kesesuaian dengan konsep dan prinsip bidang
1
studi
2 Ketepatan memilih bahan
3 Kreativitas
4 Ketepatan waktu pengumpulan tugas
5 Kerapihan hasil
Jumlah skor

Keterangan: 100 = sangat baik, 75 = baik, 50 = cukup baik,


25 = kurang baik
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑆𝑘𝑜𝑟
NilaiPerolehan = 20

LEMBAR PENILAIAN KETERAMPILAN - UNJUK KERJA

107
Pekerjaan :
• .............................................................................................................................
• .............................................................................................................................
• .............................................................................................................................
• .............................................................................................................................

Tabel : Rubrik Penilaian Unjuk Kerja


Tingkat Kriteria
4 Jawaban menunjukkan penerapan konsep mendasar yang berhubungandengan
tugas ini. Ciri-ciri:
Semua jawaban benar,sesuai dengan prosedur operasi dan penerapan konsep
yang berhubungandengan tugas ini
3 Jawaban menunjukkan penerapan konsep mendasar yang berhubungandengan
tugas ini. Ciri-ciri:
Semua jawaban benar tetapi ada cara yang tidak sesuai atau ada satu jawaban
salah. Sedikitkesalahanperhitungandapatditerima
2 Jawaban menunjukkan keterbatasan atau kurang memahami masalah yang
berhubungan dengan tugas ini. Ciri-ciri: Ada jawaban yang benar dan sesuai
dengan prosedur, dan ada jawaban tidak sesuai dengan permasalahan yang
ditanyakan.
1 Jawaban hanya menunjukkan sedikit atau sama sekali tidak ada
pengetahuanbahasa Inggris yang berhubungan dengan masalah ini. Ciri-ciri:
Semua jawaban salah, atau Jawaban benar tetapi tidak diperoleh melalui
prosedur yangbenar.
0 Tidak ada jawaban atau lembar kerja kosong

LEMBAR PENILAIAN KETERAMPILAN- UNJUK KERJA

KELAS : .…………..

Tingkat
No Nama Siswa Nilai Ket.
4 3 2 1
1.
2.
3.

Lembar Pengamatan
Penilaian Keterampilan - Unjuk Kerja/Kinerja/Praktik
Topik : ………………………..
KI : ………………………..
KD : ………………………..
Indikator : ………………………..

108
Persiapan Pelaksanaan Kegiatan Akhir Jumlah
No Nama
Percobaan Percobaan Percobaan Skor
1
2
….
….

LEMBAR PENILAIAN KETERAMPILAN - PROYEK

Proyek :
• .............................................................................................................................
• .............................................................................................................................
• .............................................................................................................................
• .............................................................................................................................
• .............................................................................................................................

Orientasi Masalah:
Bentuklah tim kelompokmu, kemudian carilah teks bahasa Indonesia atau bahasa .........
untuk kaliah terjemahkan ke dalam bahasa Sunda dengan memperhatikan penggunaan
kata padanan yang tepat, penyusunan struktur kalimat terjemahan yang benar, serta rasa
bahasa Sunda yang dianggap tepat!
Langkah-langkah Pengerjaan:
1. Kerjakan tugas ini secara kelompok. Anggota tiap kelompok paling banyak 4 orang.
2. Carilah teks yang dianggap bagus untuk diterjemahkan.
3. Tentukan teknik penerjemahan yang akan dilakukan sesuai tiori yang kamu perloleh
dalam buku teks pelajaran.
4. ..................................................
5. ..................................................
6. ..................................................
7. ..................................................
8. ..................................................
9. ..................................................
10. Tugas dikumpulkan paling lambat …………… minggu setelah tugas ini diberikan

Rubrik Penilaian Proyek:


Kriteria Skor
• Jawaban benar sesuai dengan kerangka berpikir ilmiah 4
• Laporan memuat perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan
• Bagian perencanaan memuat tujuan kegiatan yang jelas dan persiapan/strategi
pemecahan masalah yang benar dan tepat

109
Kriteria Skor
• Bagian pelaksanaan memuat proses pengumpulan data yang baik, pemecahan
masalah yang masuk akal (nalar) dan penyajian data berbasis bukti
• Bagian pelaporan memuat kesimpulan akhir yang sesuai dengan data, terdapat
pengembangan hasil pada masalah lain
• Kerjasama kelompok sangat baik
• Jawaban benar sesuai dengan kerangka berpikir ilmiah 3
• Laporan memuat perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan
• Bagian perencanaan memuat tujuan kegiatan yang jelas dan persiapan/strategi
pemecahan masalah yang benar dan tepat
• Bagian pelaksanaan memuat proses pengumpulan data yang baik, pemecahan
masalah yang masuk akal (nalar) dan penyajian data berbasis bukti
• Bagian pelaporan memuat kesimpulan akhir yang sesuai dengan data, tidak
terdapat pengembangan hasil pada masalah lain
• Kerjasama kelompok sangat baik
• Jawaban benar tetapi kurang sesuai dengan kerangka berpikir ilmiah 2
• Laporan memuat perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan
• Bagian perencanaan memuat tujuan kegiatan yang kurang jelas dan
persiapan/strategi pemecahan masalah yang kurang benar dan tepat
• Bagian pelaksanaan memuat proses pengumpulan data yang kurang baik,
pemecahan masalah yang kurang masuk akal (nalar) dan penyajian data kurang
berbasis bukti
• Bagian pelaporan memuat kesimpulan akhir yang kurang sesuai dengan data,
tidak terdapat pengembangan hasil pada masalah lain
• Kerjasama kelompok baik
• Jawaban tidak benar 1
• Laporan memuat perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan
• Bagian perencanaan memuat tujuan kegiatan yang tidak jelas dan
persiapan/strategi pemecahan masalah yang kurang benar dan tepat
• Bagian pelaksanaan memuat proses pengumpulan data yang kurang baik,
pemecahan masalah yang kurang masuk akal (nalar) dan penyajian data tidak
berbasis bukti
• Bagian pelaporan memuat kesimpulan akhir yang tidak sesuai dengan data,
tidak terdapat pengembangan hasil pada masalah lain
• Kerjasama kelompok kurang baik
Tidak melakukan tugas proyek 0

Penilaian Keterampilan – Proyek


Mata Pelajaran : …………… Guru Pembimbing :
……………
Nama Proyek : …………… Nama :
……………

110
Alokasi Waktu : …………… Kelas :
……………

Skor
No Aspek
(0 – 100)
PERENCANAAN :
a. ........................
1
b. ........................
c. ......................... dst
PELAKSANAAN :
a. ........................
2
b. ........................
c. ......................... dst
LAPORAN PROYEK :
a. ........................
3
b. ........................
c. ......................... dst
Total Skor

LEMBAR PENILAIAN KETERAMPILAN


PENILAIAN PRODUK

Nama Produk : ………………………………..


Nama Peserta Didik : ………………………………..
No Aspek Skor
1 Perencanaan 25 50 75 100
2 Proses Pembuatan
3 Hasil Produk
Total
Skor
➢ Aspek yang dinilai disesuaikan dengan jenis produk yang dibuat
➢ Skor diberikan tergantung dari ketepatan dan kelengkapan jawaban yang diberikan.
Semakin lengkap dan tepat jawaban, semakin tinggi perolehan skor.

LEMBAR PENILAIAN KETERAMPILAN


PENILAIAN PORTOFOLIO
Tugas
• .............................................................................................................................
• .............................................................................................................................
• .............................................................................................................................
• .............................................................................................................................

Rubrik Penilaian
Nama siswa : ………………….

111
Kelas : ………………….
No Kategori Skor Alasan
1 1. Apakah portofolio lengkap dan sesuai dengan rencana?
2 2. Apakah lembar isian dan lembar kuesioner yang dibuat sesuai?
3 3. Apakah terdapat uraian tentang prosedur pengukuran/pengamatan
yang dilakukan?
4 Apakah isian hasil pengukuran/pengamatan dilakukan secara
benar?
5. Apakah data dan fakta yang disajikan akurat?
6. Apakah interpretasi dan kesimpulan yang dibuat logis?
7. Apakah tulisan dan diagram disajikan secara menarik?
8. Apakah bahasa yang digunakan untuk menginterpretasikan lugas,
sederhana, runtut dan sesuai dengan kaidah EYD?
Jumlah
Kriteria: 100 = sangat baik, 80 = baik, 60 =
cukup, 40 = kurang, dan 20 =
sangat kurang

Skor Perolehan
Nilai Perolehan =
40

Penilaian Keterampilan – Produk


Mata Pelajaran : …………… Nama Peserta Didik :
……………
Nama Produk : …………… Kelas :
……………
Alokasi Waktu : ……………
Skor
No Aspek
(0 – 100)
1 Tahap Perencanaan
2 Tahap Proses Pembuatan
3 Tahap Akhir (Hasil Produk)
Total Skor

Penilaian Keterampilan - Portofolio


Mata Pelajaran : …………………………..
Kelas/Semester : …………………………..
Peminatan : …………………………..
Tahun Ajaran : 2017/2018
Judul portofolio : ..........................................
Tujuan : ..........................................

Ruang lingkup :

112
Karya portofolio yang dikumpulkan adalah laporan seluruh hasil rancangan dan laporan
penugasan matapelajaran semester 1
Uraian tugas portofolio
1. Buatlah laporan kegiatan merancang dan melaksanakan tugas penerjemahan sebagai
tulisan ilmiah.
2. Setiap laporan dikumpulkan selambat-lambatnya seminggu setelah peserta didik
melaksanakan tugas
Penilaian Portofolio Penyusunan Laporan Perancangan Percobaan dan Laporan
Praktik
Mata Pelajaran : …………………
Alokasi Waktu : 1 Semester
Sampel yang dikumpulkan : Laporan
Nama Peserta didik : …………………
Kelas : …………………
Aspek yang dinilai
Catata
N Indikato Period Tata
Kebenara Kelengkap Sistemati n/
o r e Bahas
n Konsep an gagasan ka Nilai
a
1 …. ….
2 .....
3 .....
4 …. ….

Rubrik Penilaian portofolio Laporan Praktikum


No Komponen Skor
1 Kebenaran Skor 25 jika seluruh konsep bidang studi pada laporan
Konsep benar
Skor 15 jika sebagian konsep bidang studi pada laporan
benar
Skor 5 jika semua konsep bidang studi pada laporan salah
2 Kelengkapan Skor 25 jika kelengkapan gagasan sesuai konsep
gagasan Skor 15 jika kelengkapan gagasan kurang sesuai konsep
Skor 5 jika kelengkapan gagasan tidak sesuai konsep
3 Sistematika Skor 25 jika sistematika laporan sesuai aturan yang
disepakati
Skor 15 jika sistematika laporan kuang sesuai aturan yang
disepakati
Skor 5 jika sistematika laporan tidak sesuai aturan yang
disepakati
4 Tatabahasa Skor 25 jika tatabahasa laporan sesuai aturan
Skor 15 jika tatabahasa laporan kuang sesuai aturan
Skor 5 jika tatabahasa laporan tidak sesuai aturan
Keterangan:
Skor maksimal = jumlah komponen yang dinilai x 25 = 4 x 25 = 100

113
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑘𝑜𝑟
Nilai portofolio = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖= 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 x 4

Penilaian Keterampilan – Tertulis (menulis karangan, menulis laporan dan menulis surat.)
Penilaian Keterampilan – Tertulis (Menerjemahkan teks ke dalam bahasa Sunda
atau sebaliknya)

JUDUL

.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................

4. Pengayaan
Bagi peserta didik yang telah mencapai target pembelajaran sebelum waktu yang
telah dialokasikan berakhir, perlu diberikan kegiatan pengayaan.

5. Pengayaan
Bagi peserta didik yang belum mencapai target pembelajaran pada waktu yang telah
dialokasikan, perlu diberikan kegiatan remedial

.........……..,... Juli 20...

Mengetahui
Kepala Sekolah …………. Guru Mata Pelajaran

……………………………………
……………………………
……….
NIP NIP

114
Catatan Kepala Sekolah
.................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................

115

Anda mungkin juga menyukai