PERCOBAAN VIII.B
PENENTUAN KELARUTAN GARAM SECARA
KONDUKTOMETRI
Pendahuluan
Penentuan kelarutan zat-zat garum yang sulit larut dalam air, didasarkan
atas persamaan :
A = 1000 kq
c
atau,
c = 1000 ko ... .. . . .. (1)
dengan A ialah daya hantar ekivalen larutan jenuh, kg adalah.daya hantar jenis dari
garam yang bersangkutan, dan c ialah konsentrasi dalam grek/ L.
Untuk suatu zat garam yang mudah larut dalam air, misalnya KCl, Kg dapat
disamakan dengan K, yaitu daya hantar jenis dari larutan, karena dalam hai ini
praktis seluruh arus listrik dihantar oleh ion-ion K. dan Cl-, dan hantaran oleh ion-ion
H* dan OH- yang berasal dari disosiasi air, H2O = H'+ OH-, dapat diabaikan karena
konsenhasinya sangat kecil (misalnya dalam larutan KCI 0.1 M, konsentrasi ion-ion
K. dan Cl- adalah masing-masing 0.1 M, sedangkan konsentrasi ion-ion H* dan OH-
hanya kurang lebih 10-' M).
Bagi garam yang sulit larut dalam air konsentrasi ion-ionnya, sekali pun dalam
larutan jenuh, kecil sekali, sehingga hantaran dari pelarut air tidak dapat diabaikan.
Oleh karena yang diukur adalah daya hantar jenis dari garam itu sendiri, Kg, adalah
dengan Ka adalah daya hantar dari air yang dipakai sebagai pelarut.
Oleh karena konsentrasi ion-ion garam dalam larutan sangat kecil, maka dalam
persamaan ('1) A dapat diganti dengan Ao, yaitu daya hantar ekivalen pada
pengenceran tak terhingga :
tetapan (r adalah kurang lebih 0.02 bagi kebanyakan zal-zat garam ; untuk ion H*, d,
= 0,014 dan untuk ion OH-, o = 0.016. Pengukuran daya hantar jenis larutan
dilakukan dengan menggunakan sebuah sel daya hantar yang terdiri atas dua buah
elektroda platina, masing-masing dengan luas permukaan A, pada jarak l, yang
tetap.
Bila tahanan dari larutan diantara kedua elektroda itu adalah R O (ohm), maka
R=r1.......... .........(6)
A
K='1 1
RA
K ialah daya hantar jenis larutan. Karena untuk sel tertentu harga-harga dari I dan A
adalah tetap, maka persamaan (7) diberikan sebagai
K= 1......... ................(B)
AR
Dari persamaan (7) atau (8) dapat dilihat bahwa daya hantar jenis dapat
ditentukan dari pengukuran tahan R. Pengukuran R dapat dilakukan dengan prinsip
jembatan Wheatstone, tetapi dalam percobaan ini akan diukur daya hantar larutan
secara langsung.
Tujuan percobaan
Menerapkan konsep daya hantar larutan untuk menentukan kelarutan
garam-garam yang sulil larut pada suatu suhu tertentu.
Prosedur Percobaan
l. Penentuan Tetapan Sel
a. Sediakan larutan KCI 0.1 000 N. Larutan ini mempunyai daya hantar jenis
sebagai berikut :
t'C Kohm-lcm-1 t.C K ohm-1cm-1
21 0.0'1 'tg't 26 0.01313
22 0.01215 27 0.01337
24 0.01264 29 0.01387
25 0.01288
'daya
30 0.01412
b. Bersihkan sel hantar berulang kali dengan akuades, kemudian bilas
dua kali dengan larutan KCI 0.1000 N.
c. Ukur daya hantar dari larutan KCI 0.1000 N dengan Conductivity meter, catat
suhu larutan. Perhatikan petunjuk penggunaan alat yang dipakai.
Perhitungan
r. Dari data yang diperoleh pada 1, tentukan tetapan sel (tetapan alat) dengan
membandingkannya terhadap data daya hantar jenisvdari literatur.
2. Hitung daya hantar jenis air yang sebenarnya, gunakan faktor tetapan sel.
3. Hitung daya hantar jenis larutan jenuh garam dengan menggunakan persamaan
(2)
Peftanyaan
r. Persamaan (4) dikemukakan oleh Kohlrausch dengan asumsi tertentu, sebutkan
asumsi yang dimaksud?
2. Berikan penjelasan menurut kalimat Anda sendiri,mengapa day hantar larutan
sangat dipengaruhi oleh suhu?
3. Jelaskan dengan singkat bagaimana metoda konduktivitas larutan dapat
dimanfaatkan untuk menentukan tetapan disosiasi elektrolit lemah?
4. Konduktivitas molar larutan KCl, NaCl, dan lz KzSO+ adalah 149,9; 126,5; 153,3;
-2
cm2 ohm-l mol . Tentukan konduktivitasmolar larutan /, NazSOo
PERCOBAAN D(.B
ENTALPI DAN ENTBOPI PELEBURAN
Pendahuluan
Pada titik beku, bentuk cair suatu larutan atau pelarut murni berada dalam
keseimbangan dengan bentuk padatnya. Untuk naftalena, keseimbangan ini dapat
ditulis sebagai berikut :
X ooxs adalah fraksi mol naftalena, bila naftalena itu berada dalam bentuk
larutan. Bila naftalena berada dalam bentuk murni, maka X = 1.
_ Bila cairan didinginkan, maka suhunya akan turun sampai titik beku dicapai.
Setelah titik beku dicapai, suhu tidak turun lagi sebelum semua cairan berubah
menjadi padatan. Setelah seluruh cairan menjadi padatan, baru suhu akan turun lagi.
Pada sekitar titik beku cairan murni, kadang-kadang terjadi peristiwa.lewat titik
beku'. Pada peristiwa ini, cairan tersebut tidak membeku walaupun suhunya sudah
di bawah titik beku. Kondisi ini secara termodinamika tidak stabil. peristiwa "lewat titik
beku' timbul karena beberapa pelarut atau larutan sulit untuk membentuk kristal.
Kedua jenis kurva pendinginan "lewat beku" dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Pada larutan, selain titik bekunya lebih rendah dari pada pelarut mumi, juga
pada saat larutan membeku, suhunya tidak tetap tetapi menurun. Dengan demi*iin
bagian horisontal pada kurva pendinginan larutan tidak lagi horisontal. Hal ini
disebabkan pada saat pelarut mulai membeku, sisa larutan akan semakin pekat dan
dengan semakin pekatnya larutan, titik bekunya juga semakin rendah. pengaruh zat
terlarut pada kurva pendinginan dapat dilihat pada Gambar 3.2.
Tb=Titik Beku
Lewat
Beku
Waklu
Jika larutan (dalam percobaan ini larutan tersebut terdiri dari difenilamina sebagai
zat telarut dan naftalena sebagai pelarut) adalah ideal, maka konstaita
keseimbangan untuk perubahan fase tersebut dapat ditulis sebagai berikut:
K = X croxs (2)
-AH' + _AS'
InK = _ (3)
RTR
Bila persamaan (2) dimasukkan ke dalam persamaan (3), maka untuk peristiwa
.
peleburan naftalena akan diperoleh :
AH'(peleburan)
ln X CroHs = - AS'(peleburan)
(4)
Jadi, plot ln X croxs sebagai fungsi 1/T akan berbentuk garis lurus dengan gradien -
AH"(peleburan)/R dan garis tersebut memotong sumbu ln
i",oru pada
As'(peleburan)/R. Dengan demikian, baik AH'(peleburan) maupun as"(pereouran
)
dapat dihitung.
Pendekatan secara termodinamika untuk proses ini dapat dilihat pada lampiran.
Tujuan Percobaan :
1. Memperkenalkan perbedaan kurva pendinginan cairan murni dan larutan.
2. Memperlihatkan peristiwa penurunan titik beku yang disebabkan penambahan zat
terlarut.
3. Menghitung entropi dan entarpi pembekuan suatu zat dengan menggunakan
persamaan Van't Hoff.
Daftar Simbol :
X = Fraksi mol (tak ada satuan )
K = konstanta keseimbangan (tak ada satuan )
AH. = Perubahan entalpi (J moll)
As. = Perubahan entropi (J K1 mol-1)
T = Suhu (K)
R = Tetapan gas (JK'lmol'l)
L, = Energi bebas (J mol'1)
tl 4 = Jumlah mol komponen A (mol)
lla = Potensial kimia komponen A (J mol-1)
o Metode
1. Buat selongsong dari kertas dengan jalan melilitkan kertas sekeliling tabung
reaksi. Kemudian tabung reaksi yang masih diselimuti selongsong tadi
ditempatkan di tengah-tengah gelas piala 400 ml, (bisa juga digunakan wadah
lain) dan ruang kosong sekeliling tabung reaksi diisi dengan zaf isolator seperti
katun wol.
2. Kemudian tabung reaksi diangkat, sehingga selongsong beserta zat isolator tetap
berada pada gelas piala. Lalu ke dalam tabung reaksi tadi dimasukkan naftalena
yang beratnya telah diketahui dengan tepat. Banyaknya naftalena yang
dimasukkan sedemikian rupa, sehinggga apabila berada dalam bentuk cair
banyaknya cukup untuk menutupi wadah tempat air raksa pada termometer
(sekitar 6 gram, dan harus ditimbang dengan ketelitian sampai 10.01 gram).
3. Sementara itu, panaskan air dalam labu erlenmeyer sehingga suhunya mencapai
90'C dan kemudian panaskan tabung reaksi yang berisi naftalena tadi dengan
jalan merendam tabung reaksi pada air panas tadi. Suhu air panas lebih tinggi
dari pada titik beku naftalena sehinggga naftalena akan mencair.
4. Setelah Naftalena mencair, periksa apakah jumlahnya cukup untuk menutupi
wadah air raksa pada termometer yang dicelupkan ke dalamnya. Kemudian
tempatkan tabung reaksi kembali ke dalam gelas piala dengan bahan isolasi tadi
dan mulai menghitung waktu dengan stopwatch serta mengukur suhu dengan
termometer.
5. Aduk cairan naftalena secara hati-hati dengan menggunakan termometer, dan
setiap 30 detik suhu dicatat sampai 0.1.C terdekat. Akan sangat membantu bila di
sini secara bersamaan dibuat kurva pendinginan dari data yang diperoleh agar titik
beku dapat segera diketahui. Pembacaan dilanjutkan sampai beberapa menit
setelah titik beku dicapai.
6. Timbang secara tepat (t 0.001 gram ) sekitar 1.5 gram difenilamina, tambahkan
ke dalam tabung reaksi yang berisi naftalena tadi. panaskan kembali tabung
reaksi pada air panas, sampai semua naftalena mencair, kemudian ulangi
pencatatan suhu dan waktu seperti pada langkah 4.
7. Ulangi langkah 5 dengan menambahkan lagi difenilamina. penambahan
difenilamina diulang sebanyak kira-kira 4 kali, masing-masing dengan berat sekitar
1.5 gram. Setiap kali sesudah penambahan, dilakukan pencatatan suhu dan waktu
seperti pada langkah 4. Jaga agar Xs16H5 tidak melebihi 0.S5 gram (untuk
menghindarkan pembentukan eutetik).
Perhitungan :
1. Dari kurva suhu terhadap waktu yang telah dibuat, tentukan titik beku naftalena
murni dan titik beku keempat larutan! (ubah satuan titik beku tersebut ke dalam
Kelvin).
2. lsikanlah pada tabel di bagian laporan.
3. Buat kurva ln Xcrors sebagai fungsi 1lT (.Kl) dan hitung AH. (peleburan) dan
AS'(peleburan).
Pertanyaan :
1. Apakah yang dimaksud dengan sifat koligatif dan larutan ideal?.
2. Bila yang hendak ditentukan berat molekul naftalena dengan menggunakan
metode penurunan . titik beku, bagaimana percobaan ini harus dimodifikasi?
(Diketahui konstanta krioskopik untuk naftalena adalah K = 6.8 K (kg pelarut).(mol
zat terlarut)-1.
3. Apakah sumber utama kesalahan pada pengukuran percobaan anda? berikan
komentar tentang ketetapan relatif dari pengukuran yang berbeda yang telah anda
lakukan!
4. Apa yang dimaksud dengan eutetik?.
Lampiran ::
Hubunqan antara Fraksi Mol dan Suhu
Potensial kimia (p) adalah perubahan energi bebas sistem (pada suhu,
tekanan, dan jumlah mol zat lain tetap), yang disebabkan oleh perubahan jumlah mol
suatu komponen tertentu yang terdapat pada sistem. Jadi potensial merupakan
ukuran kebergantungan energi bebas sistem pada perubahan komposisi iistem
tertentu.
Potensial kimia dapat ditulis sebagai berikut :
. = t6cl
uA l-l
L6nAlT.p.nB
Agar C16H5 murni padat berada dalam keseimbangan dengan larutan yang
-
mengandung CroHs, maka potensial kimia CroHs dalam kedua fasiharus sama,
Hubungan potensial kimia CroHs (dalam larutan), pc1oHs (daram tarutanl, dengan potensial
kimia CroHs dalam bentuk cairan mumi adalah :
J.adi dengan menggabungkan persamaan (S) dan (6) pada keseimbangan akan
diperoleh :
Ir c1oH5 (padatan) = F" clons lcairan mumil + RT ln X crons (7)
Pada titik beku larutan, tekanan udara adalah satu atmosfer, jadi :
p'CroHs adalah potensial kimia naftalena murni pada tekanan satu atmosfer,
sehingga
atau :
GocroHs (paaatan), G"croHs (""i,"n rr-n adalah energi bebas molar potensial.
Energi bebas molar parsial ini berhubungan dengan entalpi , menurut
persamaan :
[*[f]1, T2
(10)
AG.= AH"
__ So
Apabila persamaan ini diturunkan terhadap T pada tekanan tetap, maka akan
diperoleh persamaan 10.
Kembali pada persamaan (9), persamaan ini dapat ditulis sebagai berikut :
-[Gos.r6H5(cairan murni) - G.croxs(padatan)] = nf ln Xcross
atau - Ac"(peleburan) = RT ln X61e1.15
atau - Ac.(peleburan) = R ln Xcroxs (1 i )
.T
Bila persamaan (11) diturunkan terhadap T pada tekanan tetap akan diperoleh :
- -,
R dlnXCtoHs AH'(peleburan)
dT T,--
d lnXCroHs _ * AH.(peleburan)
atau
dr Ri- (13)
Karena pada titik beku naftalena murni, baik padatan maupun cairan berada
dalam keseimbangan, maka AGolpereuuran) = 0. Jadi berdasarkan persamaan Gibbs-
Helmholtz,
AGolpeteuuran) =T ASolpeteouran).
- _
Xcrops =
Juga apabila naftalena berada dalam keadaan murni, maka Xcross = 1, jadi ln
0. Dengan demikian, konstanta pada persamaan (14) adalahlima O6ngan
_
AH"(peleburan) TAS"(peteburan) _ AS.(peteburan)
RTRTR
Jadi persamaan (14) dapat ditulis sebagai :
Hasil Percobaan'.
Berat (g)
Tabung reaksi + naftalena
Tabung reaksi kosong
Naftalena
Penambahan difenilamin ke-1
Penambahan difenilamin ke-2
Penambahan difenila'min ke-3
Penambahan difenilamin ke-4
Naftalena Larutan
murni
ke-1 ke-2 ke-3 ke-4
Berat Naftalena (g)
Jumlah Naftalena (mol)
Berat Difenilamin (g)*
Jumlah Difenilamin
(mol)
Total mol
Fraksi mol CroHs 1
lD Xcrons 0
Tb (K)
1/Tb (K)
*Jangan lupa,
ini merupak@ terah ditambahkan.