1
3. SMA dengan atasan putih dan bawahan abu-abu.
Warna abu-abu menggambarkan masa peralihan dari hitam ke
putih. Abu-abu juga menggambarkan ketenangan dan kedewasaan,
seperti pelajar SMA yang merupakan peralihan dari masa remaja
untuk memasuki usia kedewasaannya.
1.2 Di Jepang
Penggunaan seragam di Jepang dimulai pada Era Meiji (1868-1912),
dimana Jepang mulai mengakulturasikan budaya mereka dengan budaya
Barat. Pada awalnya penggunaan seragam sekolah yang terinspirasi dari
seragam Angkatan Laut bergaya Eropa ini hanya diwajibkan untuk anak
laki-laki saja. Sedangkan perempuan masih mengenakan kimono.
Menurut keterangan resmi dari Tombow Co., perusahaan resmi yang
memproduksi seragam menyatakan bahwa seragam di Jepang sebenarnya
terinspirasi dari pakaian yang dikenakan oleh anak-anak kerajaan Inggris.
Seperti dalam lukisan ikonik Albert Edward, Pangeran dari Wales yang
dilukis oleh Winterhalter pada tahun 1864.
Tahun 1915, Elizabeth Lee, seorang kepala sekolah Fukuoka Jo Gakuin,
memperkenalkan seragam sekolah model sailor dan mendorong murid-
murid perempuan di Jepang untuk mengenakannya karena penggunaan
kimono dianggap sangat menganggu aktifitas dalam belajar. Lalu pada
tahun 1922, Ota’s Western Clothing Shop mulai memproduksi seragam
tersebut secara massal.
2
bagian sikut mereka. Seluruh celana dan rok harus dipasang ikat
pinggang diatas perut mereka. Tidak ada baju yang ‘gombrong-
gombrong’ dikeluarkan dari celana. Semua harus sopan, tertutup,
dan rapi.
2.1.2 Retro Era 80-an
Era 80-an kerap disebut sebagai era retro karena semua hal seakan
terlihat retro atau vintage. Para pelajar SMA tahun 80-an masih
mengikuti style senior mereka di tahun 70-an. Dimana kerapian
masih menjadi yang utama. Begitu juga dengan penggunaan ikat
pinggang.
2.1.3 Wajib Rapi Era 90-an
Indonesia mulai memberikan aturan baru dalam sekolah dimana
pelajar harus memakai atribut lengkap. Mulai wajib mengenakan
topi, aturan panjang rok pelajar SMA, ketentuan ikat pinggang
yang dipakai, tinggi kaus kaki, sampai penggunaan sepatu yang
hampir serupa.
2.1.4 Pengaruh AADC Era-2000
Era 2000an adalah masa reformasi dengan meledaknya film Ada
Apa Dengan Cinta, yang sedikit banyak memberikan pengaruh
bagi pelajar SMA di era 2000 awal. Para pelajar perempuan mulai
mengenakan rok yang sedikit dibuat ketat dengan mencapai
panjang diatas lutut dan menggunakan kaus kaki yang dipakai
semakin tinggi seperti bagaimana Cinta dan kawan-kawan
berseragam. Lalu penggunaan baju longgar pun mulai ditinggalkan.
Pelajar laki-laki membiarkan baju kemeja sekolahnya dikeluarkan
dari celana mereka seperti gaya cuek Rangga yang dinilai keren
pada masa ini.
2.1.5 Awal Era 2010
Di era 2010, seragam pelajar SMA mulai beragam. Ada yang
masih terpengaruh seragam gaul ala AADC, namun tidak sedikit
juga yang memilih tampil rapi. Tidak diwajibkan pakai kemeja
3
longgar namun tidak boleh terlalu ketat. Rok pelajar SMA juga
mulai beragam, ada rok pendek ada pula rok panjang untuk siswi
yang mengenakan hijab.
2.1.6 Imbas Sinetron masa Kini
Mulai pertengahan tahun 2010 hingga masa kini, seragam SMA
tidak lagi indentik dengan warna putih abu-abu. Dari sinetron yang
model kostumnya terinspirasi dari budaya luar, konsep seragam
SMA dibuat lebih modern, seperti penggunaan bawahan kotak-
kotak dan memakai cardigan. Lalu dari pengaruh sinetron juga,
tidak sedikit pelajar perempuan yang memakai seragam putih yang
terlalu ketat dan rok abu-abu mini. Karena terlalu ketat, bahkan ada
yang sampai memperlihatkan bentuk tubuh mereka.
2.2 Di Jepang
2.2.1 Tsume-eri dan Sailor-style Bloomers Awal Abad-19
Pengaruh yang dibawa Perancis dan Amerika Serikat di dunia
edukasi pada tahun 1872 mewajibkan sekolah menerapkan
peraturan khusus dalam berpakaian. Di akhir dekade, pelajar laki-
laki ditetapkan untuk mengenakan tsume-eri (kerah tinggi)
berwarna biru tua atau gakuran (segaram western). Model kerah
tinggi yang menutup seluruh bagian leher membuat murid terlihat
berpenampilan lebih tegas. Sementara pelajar perempuan
mengenakan atasan seragam sailor berlengan panjang dengan
celana model bloomers sebagai pengganti kimono.
2.2.2 Perang Dunia II Tahun 1930
Meskipun bahan-bahan untuk membuat seragam susah didapat
selama Perang Dunia II berlangsung, seragam model sailor masih
dikenakan oleh sebagian murid perempuan di Jepang. Hanya yang
menjadi pembeda, mereka menggunakan celana sebagai pengganti
bawahan rok dengan tujuan agar mudah menghindari serangan
bom Amerika. Lalu di masa ini, murid-murid juga memakai
4
pelindung kepala yang padat untuk melindungi kepala dari pecahan
peluru meriam.
2.2.3 Sukeban Style dan Shibu-kaji Era 70-an
Di masa ini, murid-murid mulai membangkang dari peraturan
sekolah karena dianggap menghalangi kebebasan berekspresi. Hal
ini ditandai dengan munculnya Sukeban Style yang sangat ikonik di
kalangan perempuan era-70an. Mereka memotong seragam atasan
sailor hingga memperlihatkan sebagian pinggang mereka dan
menggunakan rok panjang sebagai bawahannya. Di era ini pula
penggunaan sneakers mulai digemari meskipun melanggar aturan.
Sementara dikalangan laki-laki banyak terpengaruh oleh budaya
punk. Hingga awal era-80an, Shibuya dijadikan tempat nongkrong
favorit banyak grup remaja, termasuk pelajar SMA hingga berandal
muda. Model fashion yang pada saat ini terkenal adalah shibu-kaji,
dimana pelajar laki-laki yang membangkang membiarkan rambut
mereka gondrong dan memadukan seragam dengan jaket kulit,
jeans yang dibuat kendur, dan tak jarang juga mereka memakai
boots.
2.2.4 Blazer Era 80 hingga 90-an
Blazer yang awalnya hanya dipakai oleh murid sekolah swasta di
Jepang, pada era ini penggunaannya mulai merata di kalangan
pelajar dan sangat digemari. Di kota besar seperti Tokyo, ciri khas
blazer pelajarnya berwarna biru donker atau coklat karamel.
Terinspirasi dari jaket para Atlet Olimpiade Tokyo 1964, di masa
ini pula orang tua murid banyak yang menjahitkan lambang
sekolah pada blazer putra-putri mereka dengan tujuan agar terlihat
lebih elegan.
2.2.5 Akhir Era 90-an, Kaus Kaki Longgar dan Gyaru
Seperti kembali ke masa 70-an, pelanggaran aturan sekolah
kembali meningkat di tahun 1990. Bawahan perempuan dibuat
semakin mini dengan cara melipat bagian atas rok. Mereka juga
5
mengenakan kaus kaki longgar agar kaki pemakainya akan terlihat
lebih kecil. Yang paling ikonik di masa ini adalah munculnya
sebutan gyaru, yaitu sebutan untuk pelajar perempuan yang
menggunakan make-up menor, mewarnai rambutnya, bahkan
mencoklatkan kulit. Sedangkan para laki-laki mengenakan celana
mereka serendah pinggul.
6
Atribut sekolah berlogo, seperti topi, ikat pinggang, kaus kaki,
dan logo bordir sekolah sekitar Rp100,000,00
Jadi total biaya yang harus dikeluarkan para orang tua demi
mendapatkan satu set seragam SMA di Indonesia umumnya yaitu
sekitar Rp700,000,00
3.2 Di Jepang
Sementara di Jepang pada umumnya, seragam sekolah selalu berupa
kemeja putih polos, dasi sekolah, dan bawahan yang corak warnanya
mengikuti ketentuan sekolah. Dan salah satu aspek penting dalam
seragam sekolah di Jepang adalah modelnya yang berubah sesuai dengan
musim. Para murid memiliki seragam sekolah versi musim panas dan
musim dingin untuk mengatasi perubahan cuaca yang sering terjadi di
Jepang. Dan banyak murid memilih untuk menambahkan sweater pada
seragam musim panas pada saat cuaca dingin.
Dikutip dari postingan personal blog seorang Ibu bernama Joanne
Tomooka di tahun 2013, biaya yang harus dikeluarkan orang tua untuk
mendapatkan set seragam sekolah anak perempuannya kurang lebih
perinciannya seperti dibawah ini:
Set seragam SMA, sudah termasuk blazer, seragam musim
panas dan seragam musim dingin sekitar ¥43,785
Sepatu sekitar ¥2,835
Set seragam Olahraga, termasuk t-shirt, celana pendek, celana
training, dan atasan lengan panjang sekitar ¥13,700
Sepatu sneakers yang dipakai saat olahraga sekitar ¥3,970
Tas sekolah khusus, yang umumnya berwarna gelap sekitar
¥6,200
Slippers yang dipakai sepanjang hari selama didalam sekolah
sekitar ¥945
7
Kaus kaki berwarna putih dan beremblem sekolah sekitar
¥1810
Apabila dijumlahkan, total semuanya adalah ¥73,245
8
4.2 Di Jepang
Ketentuan penggunaan seragam di Jepang umumnya terikat pada
perubahan musim. Tidak hanya model, perbedaan bahan yang dipakai
untuk pembuatan seragamnya menjadi faktor kenapa seragam di Jepang
terbilang sangat mahal.
- Musim semi : Di musim ini, semua jenis seragam cocok
dipergunakan karena sekolah tidak menetapkan aturan berpakaian. Hal
ini dikarenakan musim semi merupakan musim yang sangat cocok dan
menyenangkan bagi masyarakat jepang. Namun biasanya para murid
laki-laki lebih suka mengenakan seragam lengan panjang.
- Musim panas : Di musim panas, baik laki-laki ataupun perempuan,
jenis seragam yang digunakan berlengan pendek, berbahan tipis, tanpa
dasi. Bagi murid perempuan, penggunaan rok pendek di musim panas
menjadi favorit setiap tahunnya.
- Musim gugur : Karena di musim gugur suhu di Jepang mulai
turun, hawa mulai dingin dan sudah banyak angin, jenis seragam yang
digunakan para siswa adalah model lengan panjang. Lalu banyak juga
siswa yang memakai sweater, rompi, atau blazernya ke sekolah.
- Musim dingin : suhu musim dingin di Jepang sangat rendah,
sehingga penggunaan seragam juga sangat tertutup. Dengan bahan
blazer khusus yang lebih tebal terkadang para siswa-siswi juga
menambahkan scarf yang dililitkan di sekitar bagian leher untuk
menjaga tubuh tetap hangat.
9
5 Kesimpulan
Menurut perkembangan sejarah, negara yang pertama kali
memperkenalkan budaya berseragam adalah Inggris. Hanya saja yang
langsung merasakan pengaruhnya adalah Jepang. Sedangkan
Indonesia mendapat pengaruh untuk disiplin berseragam dari Jepang
pada masa penjajahan.
Perkembangan model penggunaan seragam di Indonesia dari masa ke
masa mengalami banyak perubahan yang banyak terpengaruh oleh
tayangan (seperti film dan sinetron). Sementara perkembangan model
seragam di Jepang umumnya terjadi karena jiwa-jiwa muda yang
ingin selalu bebas berekspresi.
Set seragam di Jepang dapat dikatakan banyak jenisnya karena Jepang
adalah negeri empat musim yang kondisi iklimnya tidak pernah stabil
sepanjang tahunnya. Itulah mengapa perbedaan pembuatan bahan
seragam disana sangatlah mahal. Sementara di Indonesia yang tidak
memiliki banyak model, dalam satu set seragamnya digunakan
bergantian sepanjang hari sekolah selama seminggu karena ketentuan
yang telah ditetapkan. Baik secara resmi oleh pemerintah ataupun
kebijakan masing-masing aturan sekolah.
10
DAFTAR PUSTAKA
Wulandari, Ima. 2014. 7 Gaya Seragam Anak SMA Indonesia dari Masa ke
Masa. (http://www.hariandepok.com/3235/7-gaya-seragam-anak-sma-
indonesia-dari-masa-ke-masa, diakses pada tanggal 12 Juli 2018)
11