Laporan Kasus Bedah Revisi
Laporan Kasus Bedah Revisi
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui definisi
cherry eye pada anjing, etiologi, gejala klinis, diagnosis, prognosis, dan penanganan
yang diberikan terhadap cherry eye, berupa operasi dan penanganan pascaoperasi
eksisi cherry eye.
2
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan laporan ini adalah untuk memberikan
informasi dan pemahaman kepada pembaca di bidang kedokteran hewan mengenai
kasus cherry eye pada anjing dan penanganan dengan metode operasi.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.3 Etiologi
Cherry eye dapat terjadi pada banyak keturunan anjing, namun paling umum
menyerang ras Cocker spaniel, Lhasa apsos, Shih tzu, Bulldog, Mastiffs, Beagle,
Sharpeis, Peking, Boston terrier, dan St. Bernards. Cherry eye jarang ditemukan
pada kucing, tetapi kadang-kadang terjadi pada ras Burma, Siam, dan Persia.
Meskipun cherry eye dapat terjadi pada semua usia, namun terutama menyerang
hewan berusia 2 tahun atau lebih muda dan infeksinya dapat bersifat unilateral atau
bilateral (Abrams, 2004).
5
2.4 Patogenesis
Penyebab pasti cherry eye tidak diketahui (Martin, 2009), karena banyak
asumsi mengenai cherry eye adalah tumor. Namun menurut Rais et al., 2015
menyebutkan bahwa cherry eye berkaitan dengan lemahnya jaringan ikat yang
menempel antara ventral membrana nictitans dan jaringan periorbital, sehingga
kelenjar mengalami pembengakakan dan terkesan seperti buah cherry. Cherry eye
umumnya menyerang anjing yang mempunyai kepala pendek dan lebar. Faktor
genetik pada anjing yang mempunyai kepala pendek dan lebar membuat anjing
memerlukan jaringan ikat yang kuat untuk menahan membrana nictitans dalam
kelopak mata (Rais et al., 2015).
Penyebab lain munculnya kasus cherry eye pada anjing adalah akibat akibat
infeksi sekunder peradangan konjungtiva (konjungtivitis). Konjungtivitis dapat
menyebabkan penonjolan membrana nictitans. Keadaan ini membuat kelenjar
lakrimalis tertutup, kelenjar keluar dari chantus mata, dan sering dalam keadaan
prolaps. Ketika kelenjar ini tidak lagi terlindungi oleh kelopak mata, mata menjadi
terpapar lingkungan luar seperti angin, kotoran dan debu yang dapat mengikis
kelenjar lakrimalis. Hal ini menyebabkan reaksi peradangan kelenjar dan mukosa
konjungtiva. Respon tubuh dalam menanggapi peradangan kelenjar adalah
hipertrofi. Di sebagian besar kasus, pembengkakan yang abnormal dan penebalan
mengakibatkan mencegah kelenjar untuk kembali ke posisi normalnya. Reaksi
peradangan membuat mukosa mata hipertrofi dan pembengkakan kelenjar
lakrimalis di canthus medial mata (Zabell, 2007).
Kondisi ini tidak berbahaya bagi hewan, namun harus diobati secepat
mungkin untuk kenyamanan hewan dan mengurangi resiko dari munculnya
penyakit yang lebih serius. Semakin lama diobati, kelenjar ini akan semakin
membengkak keluar dan semakin terekspos dengan lingkungan dan membuatnya
semakin meradang, iritasi, bahkan infeksi.
6
2.6 Diagnosis
Diagnosis cherry eye sangat mudah karena langsung terlihat tanpa
memerlukan diagnosis penunjang lain (Peiffer and Jones, 2009).
2.7 Prognosis
Prognosis pada kasus cherry eye ini adalah fausta. Membrana nictitans akan
kembali normal dalam waktu beberapa minggu setelah operasi eksisi
(pengangkatan) cherry eye.
2.8 Treatmen
Cherry eye bisa diobati dengan antibiotik topikal, obat anti-inflamasi dan
operasi. Terapi topikal bisa membantu mengurangi peradangan dan mencegah atau
mengatasi infeksi sekunder yang umumnya berkaitan dengan kondisi ini. Namun,
pengobatan topikal sendiri jarang berhasil dalam mengobati cherry eye, sehingga
klien lebih memilih tindakan operasi untuk penanganan cherry eye. Pengobatan
cherry eye dengan operasi ada 2 metode, yaitu :
a. Reposisi atau mengembalikan ke posisi semula kelenjar lakrimalis.
Umumnya reposisi selalu menjadi pilihan utama untuk menjaga agar
kelenjar lakrimalis tetap ada dan produksi air mata tidak terganggu. Namun,
kemungkinan kekambuhan cherry eye akibat kegagalan kapasitas jahitan
memegang kelenjar lakrimalis lebih besar (Raza et al., 2013).
7
BAB III
MATERI DAN METODE
3.1 Materi
3.1.1 Hewan
Anamnesa
Anjing mengalami pembesaran kelopak mata ketiga (membrana
nictitans) pada bagian mata sebelah kanan sejak lahir. Keterangan dari pemilik
awalnya benjolan pada mata anjing hanya berukuran kecil namun membesar
dan terjadi luka akibat berkelahi dengan anjing lain.
Signalement
Seekor anjing mix shih tzu bernama Moly, berumur 1 tahun, berjenis
kelamin betina, memiliki warna rambut hitam, dengan berat badan 7,6 kg.
Berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik anjing Moly didiagnosis
mengalami cherry eye.
Pemeriksaan Fisik
Adapun hasil pemeriksaan fisik anjing Moly (terlampir) yang meliputi
pemeriksaan denyut jantung, pulsus, respirasi, suhu, capillary refill time
(CRT), pencernaan, sirkulasi, syaraf, reproduksi, anggota gerak, feses, dan urin
semua normal. Namun, kulit tidak normal karena terdapat banyak lesi pada
kulit.
3.2 Metode
3.2.1 Praoperasi
Persiapan Pasien
Sebelum melakukan operasi hewan terlebih dahulu dilakukan anamnesa,
signalement, pemeriksaan fisik dan persiapan praoperasi. Sebelum dioperasi,
hewan terlebih dahulu dipuasakan makan + 6 jam dan dipuasakan minum + 4
jam. Anjing diberikan premedikasi atropine sulfat dengan jumlah pemberian
0,7ml secara subkutan. Anestesi umum diberikan 10 menit setelah premedikasi
yaitu ketamine dengan jumlah pemberian 0,7ml secara intramuskuler dan
xylazine dengan jumlah pemberian 0,5ml secara intramuskuler.
Persiapan Alat
Alat-alat bedah yang digunakan dalam operasi terlebih dahulu disteril
dengan menggunakan autoclave selama 1 jam. Hal ini bertujuan untuk
menghindari adanya kontaminasi bakteri pada alat yang akan dipakai yang
dapat menimbukan infeksi sekunder pada hewan.
Persiapan Operator dan Kooperator
Sebelum melakukan operasi operator diwajibkan mencuci tangan dari
ujung jari sampai siku dengan sabun dan dibilas dibawah air mengalir.
Persiapan operator dengan mengenakan perlengkapan operasi yaitu baju bedah,
scraf, masker dan sarung tangan steril.
3.2.2 Operasi
Teknik Operasi
1) Setelah teranestesi, hewan dibaringkan dengan posisi rebah lateral,
lalu lokasi cherry eye diprepair dengan menggunakan kain drape.
10
3
11
6
12
3.2.3 Pascaoperasi
Hewan pascaoperasi diberikan antibiotik oxytetracycline salep mata 4
kali sehari untuk membantu proses kesembuhan mata dengan mengurangi
peradangan dan mencegah adanya infeksi sekunder pada mata. Setelah luka
pada mata kering dapat diberikan obat tetes mata untuk melumasi dan
melembabkan mata. Hewan diperhatikan agar tidak menggaruk lokasi operasi
dengan menggunakan elisabeth collar. Selain itu pemberian nutrisi yang cukup
pada hewan juga penting dalam proses kesembuhan hewan.
13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 1. Hasil pengamatan pascaoperasi cherry eye
Hari ke- Pengamatan Treatmen
Klinis
1 Anjing masih lemas dan tidak aktif, - Oxytetracycline salep
kondisi mata kemerahan dan mata 4 x sehari
konjungtiva masih bengkak, nafsu (topikal)
makan anjing menurun.
2 Anjing mulai aktif, kondisi mata - Oxytetracycline salep
sedikit kemerahan dan konjungtiva mata 4 x sehari
sedikit bengkak, nafsu makan anjing (topikal)
sudah baik.
3 Anjing sudah aktif kembali, kondisi - Oxytetracycline salep
mata sudah tidak kemerahan, mata 4 x sehari
konjungtiva sudah tidak terlalu (topikal)
bengkak, nafsu makan baik.
4 Anjing sudah aktif kembali, kondisi - Oxytetracycline salep
mata sudah mulai normal, mata 4 x sehari
konjungtiva sudah tidak bengkak, (topikal),
nafsu makan baik. - Obat tetes mata
5 Anjing sudah aktif bergerak, kondisi - Oxytetracycline salep
mata normal, konjungtiva sudah mata 4 x sehari
tidak bengkak, nafsu makan baik. (topikal)
- Obat tetes mata
4.2 Pembahasan
Operasi eksisi (pengangkatan) kelenjar memang relatif cepat dan sederhana,
namun pengobatan dengan cara ini bisa menyebabkan anjing menderita mata kering
sehingga dibutuhkan perawatan yang lebih terhadap mata anjing. Komplikasi
pascaoperasi eksisi cherry eye adalah kerato konjungtivitis siccas (KCS) (Gelatt,
1999 dalam Raza et al., 2013). Hal itu dikarenakan kelenjar lakrimalis tersebut
berkaitan besar dengan produksi air mata yang penting untuk keutuhan kelopak
mata, permukaan bola mata dan konjungtiva (Davidson and Kuonen, 2004), apabila
kelenjar lakrimalis diangkat, maka anjing harus diberikan obat tetes mata setiap hari
untuk melumasi dan melembabkan matanya seumur hidupnya.
14
Pada hari pertama (Tabel 1), kondisi pascaoperasi eksisi cherry eye anjing
terlihat masih lemas dan tidak aktif, serta penurunan nafsu makan. Hal ini
disebabkan karena efek anestesi setelah operasi yang masih belum hilang
sepenuhnya.
Selain itu pada hari pertama pascaoperasi (Tabel 1) terlihat kondisi mata
kemerahan dan konjungtiva masih bengkak. Hal ini berkaitan dengan reaksi
peradangan pascaoperasi berupa warna kemerahan karena kapiler melebar (rubor),
suhu hangat (kalor), rasa nyeri (dolor), dan pembengkakan (tumor). Reaksi
peradangan ini akan berkurang seiring dengan fase kesembuhan luka yang meliputi
fase inflamasi, fase proliferasi, dan fase remodelling.
Pada hari kedua sampai dengan hari keempat pascaoperasi (Tabel 1) anjing
terlihat mulai aktif bergerak, nafsu makan anjing sudah stabil, kondisi mata sedikit
kemerahan dan konjungtiva masih sedikit bengkak. Kondisi mata sudah jauh lebih
baik daripada hari pertama pascaoperasi. Pada saat ini fase kesembuhan memasuki
fase proliferasi dimulai dengan tertutupnya permukaan luka, pembentukan jaringan
granulasi dan memasuki pematangan luka dalam fase remodelling.
Pada hari kelima pascaoperasi (Tabel 1) anjing sudah aktif bergerak, nafsu
makan baik, kondisi mata normal, dan konjungtiva sudah tidak bengkak. Pada saat
ini kondisi mata sudah memasuki fase remodelling. Pada fase ini terjadi proses
pematangan yang terdiri dari penyerapan kembali jaringan yang berlebih,
pengerutan, dan akhirnya perupaan kembali jaringan yang baru terbentuk. Fase ini
berlangsung berbulan–bulan dan dinyatakan berkahir kalau semua tanda radang
sudah lenyap. Tubuh berusaha menormalkan kembali semua yang menjadi
abnormal karena proses penyembuhan.
Pengobatan pascaoperasi diberikan oxytetracycline salep mata sebagai
pengobatan topikal untuk menekan reaksi peradangan dan mencegah infeksi
sekunder. Pemberian antibiotik topikal oxytetracycline salep mata diberikan 4 kali
sehari. Setelah luka mulai kering pada hari kelima pascaoperasi anjing sudah
diberikan obat tetes mata untuk melumasi dan melembabkan mata.
15
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Folicular Ophthalmitis atau yang lebih dikenal sebagai cherry eye merupakan
jendolan (prolaps) kelenjar pada membrana nictitans, sehingga kelenjar mengalami
pembengkakan dan terkesan menonjol seperti buah cherry. Pengobatan cherry eye
dengan operasi ada 2 metode, yaitu : reposisi atau mengembalikan ke posisi semula
dan mencoba menyelamatkan kelenjar lakrimalis, dan eksisi atau mengangkat
kelenjar lakrimalis. Eksisi kelenjar pada kasus cherry eye memiliki kelebihan
berupa tidak bersifat kambuhan karena kelenjar sudah diangkat. Namun,
menyebabkan peningkatan resiko mata menjadi kering, sehingga diperlukan
pengobatan pascaoperasi dengan pemberian obat tetes mata untuk melumasi dan
melembabkan mata.
5.2 Saran
Setelah luka pada mata kering dapat diberikan obat tetes mata untuk
melumasi dan melembabkan mata. Hewan diperhatikan agar tidak menggaruk
lokasi operasi dengan menggunakan elisabeth collar. Selain itu pemberian nutrisi
yang cukup pada hewan juga penting dalam proses kesembuhan hewan.
16
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Perhitungan Dosis
1. Premedikasi
a. Atropine sulfat = (0,02-0,04 mg/kg BB) x 7,6 kg = 0,6-1,2 ml
0,25 mg/ml
Jumlah pemberian = 0,7 ml
2. Anestesi Umum
a. Ketamine = (10-15 mg/kg BB) x 7,6 kg = 0,7-1,1 ml
100 mg/ml
Jumlah pemberian = 0,7 ml
4. Resep Pulang
R/ Oxytetracycline opth oint 1% tube No. I
S. 4. dd.ungt.o.s
#