XEROFTALMIA
Disusun oleh:
Pembimbing:
KUPANG
2022
BAB I
PENDAHULUAN
2.2 Vitamin A
Vitamin A atau retinol adalah suatu senyawa poliisoprenoid yang mengandung
cincin sikloheksinil.Vitamin A termasuk vitamin yang larut dalam lemak (fat soluble)
dan agak stabil terhadap suhu yang tinggi. Di dalamnya termasuk retinol (ester retinil
alkoholvitamin A, ester vitamin A), retinal (aldehid vitamin A) dan asam retinoat (asam
vitamin A).6,7
Vitamin A hanya terdapat pada jaringan hewan dan produknya dan tidak terdapat
pada tumbuh-tumbuhan. Namun banyak tumbuhtumbuhan mengandung pigmen yang
disebut karoten dan dapat diubah menjadi vitamin A di dalam tubuh. Karena karoten
dapat diubah menjadi vitamin A, maka karoten disebut provitamin.5,7
A. Bahan makanan yang banyak mengandung vitamin A adalah hati, lemak
hewan, telur, susu, mentega, keju. Sedangkan makanan yang banyak mengandung
provitamin A adalah sayuran yang berupa daun seperti bayam, kangkung, wortel,
pepaya, dan lain-lain.6,7
Terminologi vitamin A meliputi all-trans-retinol (disebut juga retinol) dan
keluarga alamiahnya yang terjadi dari molekul-molekul yang dihubungkan dengan
aktifitas biologi retinol (seperti retinal, asam retinoik, retinil esters). Nilai substansi
biologi dari aktifitas vitamin A dinyatakan sebagai retinol equivalent (RE). Spesifik
rasio equivalentkarotenoids/retinol didefinisikan untuk provitamin A karotenoid, yang
dihitung dari kekurangan efisiensi absorsi karotenoids dan biokonversi ke retinol.
Berlandaskam bukti yang ada, Panel EFSA (European Food Safety Authority)
memutuskan, 1 μg RE sama dengan 1 μg retinol, 6 μg β-carotene dan 12 μg provitamin
A karotenoids. Kebutuhan Vitamin A dapat digabungkan dari gabungan preformed
vitamin A dan provitamin A karotenoids yang tersedia sebagai jumlah equivalent
vitamin A equivalent yang dirujukan dengan nilai European Food Safety Authority μg
RE/day.6,7
A. Fungsi vitamin A
Vitamin A diperlukan oleh tubuh untuk menyokong pertumbuhan dan kesehatan,
terutama diperlukan untuk penglihatan, sekresi mukus, pemeliharaan jaringan epitel
dan reproduksi. Vitamin A dipergunakan untuk regenerasi pigmen retina mata dalam
proses adaptasi gelap. Selain itu vitamin A juga berperan dalam sistim kekebalan tubuh.
Retinol (vitamin A) memegang peranan penting pada kesempurnaan fungsi dan struktur
sel epitel, karena retinol berperan dalam diferensiasi sel dan proliferasi epitel.
Dengan adanya retinol sel epitel basalis distimulasi untuk memproduksi mukus.
Kelebihan retinol akan menyebabkan pembentukan mukus yang berlebihan dan
menghambat keratinisasi. Bila tidak ada retinol, sel goblet mukosa hilang dan terjadi
atrofi sel epitel yang diikuti oleh proliferasi sel basal yang berlebihan. Sel-sel baru yang
terbentuk ini merupakan epitel berkeratin dan menggantikan epitel semula. Penekanan
sekresi mukus menyebabkan mudah terjadi iritasi dan infeksi terjadi, hambatan dalam
sekresi RBP (Retinol binding protein) sedangkan pada defisiensi protein terdapat
gangguan sintesis RBP.6,7
B. Metabolisme vitamin A
Dalam sumber makanan vitamin A terdapat dalam bentuk karoten, alkohol
vitamin A dan ester vitamin A. Vitamin A diabsorbsi sempurna melalui saluran cerna
dan kadarnya dalam plasma mencapai puncak setelah 4 jam. Setelah seseorang makan,
vitamin A yang sudah terbentuk dan karotenoid dilepaskan oleh kerja pepsin dalam
lambung dan oleh berbagai enzim proteolitik dalam saluran usus bagian atas.Dalam
dinding usus sebagian ß karoten diabsorbsi melalui pembuluh limfe intestinal dan
sebagian lagi terpecah menjadi 2 molekul retinol. Kemudian dalam sel mukosa ini,
retinol akan mengalami proses esterisasi dengan asam palmitat menjadi retinil palmitat
yang akan disimpan di hati sebagai cadangan vitamin A. Diperkirakan 90-95%
persediaan vitamin A dalam tubuh terdapat dalam bentuk retinil ester dalam hati (95%
dalam sel parenkim, dan sisanya di sel kuffer), dan dalam jumlah kecil ditemukan di
ginjal, adrenal, paru, lemak intra peritoneal dan retina.6,7
2.3 Definisi
Defisiensi vitamin A adalah suatu kondisi kurangnya simpanan vitamin A dalam
tubuh. Defisiensi vitamin A terjadi ketika kegagalan kronis untuk mengkonsumsi
jumlah vitamin A yang cukup atau hasil beta-karoten dalam serum darah yang berada
di bawah kisaran yang ditetapkan. Keadaan ini ditunjukan dengan kadar serum retinol
dalam darah kurang dari 20μg/dl.1
Xeroftalmia merupakan istilah yang menerangkan gangguan pada mata akibat
defisiensi vitamin A, termasuk terjadinya kelainan anatomi bola mata dan gangguan
fungsi sel retina yang dapat menyebabkan kebutaan. Xeroftalmia berasal dari bahasa
Yunani (xeros=kering; Opthalmos=mata) yang berarti kekeringan pada mata akibat
mata gagal memproduksi air mata atau yang dikenal dengan dry eye yang
mengakibatkan konjungtiva dan kornea kering.1
2.4 Epidemiologi
Estimasi yang dibuat oleh WHO adalah lebih dari 250 juta anak mengalami
kekurangan penyimpanan vitamin A. Prevalensi defisiensi yang tertinggi ditemukan
pada anak pra sekolah, ibu hamil dan menyusui. Namun tingkat defisiensi vitamin A
subklinik juga terlihat banyak pada anak sekolah dan dewasa di beberapa lokasi. Data
yang selalu tersedia di setiap negara hanyalah prevalensi dari anak prasekolah yang
berarti prevalensi pada kelompok umur lainnya tidak tersedia. Kekurangan vitamin A
dalam makanan sehari-hari menyebabkan setiap tahunnya sekitar 1 juta anak balita di
seluruh dunia menderita xeroftalmia dengan 25% diantaranya menjadi buta dan 60%
yang mengamali kebutaan akan meninggal dalam beberapa bulan. Kekurangan vitamin
A menyebabkan anak berada dalam resiko besar mengalami kesakitan, tumbuh
kembang yang buruk dan kematian dini. Terdapat perbedaan angka kematian sebesar
30 % antara anak-anak yang mengalami kekurangan vitamin A dengan rekan-rekannya
yang tidak kekurangan vitamin A.8
Berdasarkan riset kesehatan dasar tahun 2010 pada pasca persalinan, atau masa
nifas, ibu yang mendapat kapsul vitamin A hanya 52,2 persen (rentang: 33,2% di
Sumatera Utara dan 65,8% di Jawa Tengah).8
2.5 Etiologi
Xeroftalmia terjadi baik karena kekurangan vitamin A dari makanan atau
penyerapannya yang terganggu dari usus. Telah lama diketahui bahwa kekurangan
vitamin A tidak terjadi sebagai masalah tersendiri tetapi hampir selalu disertai dengan
kekurangan energi protein (KEP) dan infeksi.
Penyebab Kekurangan vitamin A dalam makanan sehari-hari antara lain:
1. Konsumsi makanan yg tidak mengandung cukup vitamin A atau provitamin A
untuk jangka waktu yang lama.
2. Bayi tidak diberikan ASI Eksklusif
3. Menu tidak seimbang (kurang mengandung lemak, protein, seng/Zn atau zat
gizi lainnya) yang diperlukan untuk penyerapan vitamin A dan penggunaan vitamin A
dalam tubuh.
4. Adanya gangguan penyerapan vitamin A atau pro-vitamin A seperti pada
penyakit-penyakit antara lain penyakit pankreas, diare kronik, Kurang Energi Protein
(KEP) dan lain-lain sehingga kebutuhan vitamin A meningkat.
Adanya kerusakan hati, seperti pada kwashiorkor dan hepatitis kronik,
menyebabkan gangguan pembentukan RBP (Retinol Binding Protein) dan pre- albumin
yang penting untuk penyerapan vitamin A.9
2.6 Klasifikasi
Klasifikasi xeroftalmia berdasarkan WHO yaitu:
a. XN (Rabun Senja)
Terjadi akibat gangguan pada retina sehubungan dengan adanya defisiensi
vitamin A. Dari sudut fungsi terjadi hemeralopia atau nictalopia yang oleh awam
disebut buta senja atau buta ayam (kotokan) yaitu ketidaksanggupan melihat pada
cahaya remang-remang. Disebut buta senja karena terjadi bila sore hari (senja) ketika
anak masuk dari luar (cahaya terang) ke serambi rumah (cahaya remang-remang).
b. X1A (Xerosis Konjungtiva)
Umumnya tahap ini selalu diikuti dengan xerosis kornea. Xerosis terjadi akibat
proses keratinisasi lapisan superfisial epitel dengan hilangnya sel goblet penghasil
mukus yang disebabkan oleh defisiensi vitamin A. Tahap ini sering ditandai dengan
selaput lendir bola mata tampak kurang mengkilat atau terlihat sedikit berkeriput, dan
berpigmentasi dengan permukaan kasar dan kusam. Selain itu, orang tua juga sering
mengeluh mata anak tampak kering atau berubah warna kecoklatan.
d. X2 (Xerosis Kornea)
Xerosis kornea (X2) merupakan keadaan gawat darurat medis, tampak bilateral,
granular, berkabut dan tidak bercahaya, pada pemeriksaan dengan senter gambarannya
seperti kulit jeruk. Edema stroma merupakan keadaan yang sering ditemukan pada
xerosis kornea. Penebalan plak keratinisasi dapat ditemukan pada permukaan kornea,
biasanya didaerah interpalpebra. Keadaan umum anak biasanya buruk ( gizi buruk dan
menderita penyakit infeksi dan sistemik lain). Xerosis kornea dapat berkembang cepat
menjadi ulkus dan keratomalasia bila tidak diterapi dengan vitamin A dan terapi
suportif lainnya.
g. XS (Xeroftalmia Scar)
Gejala sisa dari lesi kornea atau sikatriks kornea akibat dari proses
perbaikan dari lapisan stroma yang bisa terletak di tepi ataupun di sentral. Kornea
tampak menjadi putih atau bola mata mengecil. Penderita menjadi buta yang
sudah tidak dapat disembuhkan walaupun dengan operasi cangkok kornea.
2.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan xerofthalmia termasuk terapi okular lokal, terapi vitamin
Adan pengobatan penyakit umum yang mendasarinya.11
1. Terapi okular lokal.
Untuk xerosis konjungtiva air mata buatan (0,7 persen hidroksipropil
metilselulosa atau 0,3 persen hypromellose) harus diberikan setiap 3-4
jam. Padatahap keratomalacia, pengobatan penuh ulkus kornea bakteri
harus meurut pemeriksaan kultur
2. Terapi vitamin A.
Jadwal pengobatan berlaku untuk semua tahap xerophthalmia aktif yaitu.
XN, X1A, X1B, X2, X3A dan X3B. Pemberian oral adalah metode
pengobatan yang direkomendasikan. Namun, dengan adanya muntah
berulang dan diare berat, injeksi intramuskular harus disarankan. Jadwal
yang direkomendasikan WHO adalah sebagai berikut:
i. Semua pasien di atas usia 1 tahun (kecuali wanita usia reproduksi):
200.000 IU vitamin A secara oral atau 100.000 IU dengan injeksi
intramuskular harus diberikan segera setelah diagnosis dan diulang pada
hari berikutnya dan 4 minggu kemudian.
ii. Anak-anak di bawah usia 1 tahun dan anak-anak dari segala usia yang
beratnya kurang dari 8 kg harus diobati dengan setengah dosisuntuk pasien
yang berusia lebih dari 1 tahun.
iii. Wanita usia subur, hamil atau tidak:
a. Mereka yang menderita rabun senja (XN), xerosis konjungtiva (X1A) dan
bercak Bitot (X1B) harus diobati dengan vitamin A dosis harian 10.000
IU per oral untuk 2 minggu.
Untuk xerophthalmia kornea, pemberian jadwal dosis penuh(dijelaskan untuk
pasien di atas usia 1 tahun) dianjurkan.
3. Pengobatan kondisi yang mendasari seperti KEP dan gangguan
nutrisilainnya, diare, dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit, infeksi
dan kondisi parasit harus dipertimbangkan secara bersamaan.
2.10 Komplikasi
Pada awal perjalanan xeroftalmia, penglihatan sedikit terganggu. Pada kasus
lanjut dapat timbul ulkus kornea, penipisan kornea dan perforasi. Sesekali dapat terjadi
infeksi bakteri sekunder dan berakibat jaringan parut serta vaskularisasi pada kornea
yang memperberat penurunan penglihatan.9
2.11 Pencegahan
Prinsip dasar untuk mencegah xeroftalmia adalah memenuhi kebutuhan
vitamin A yang cukup untuk tubuh serta mencegah penyakit infeksi terutama
diare dan campak. Selain itu perlu memperhatikan kesehatan secara umum.
Untuk mencegah xeroftalmia dapat dilakukan:
1. Mengenal wilayah yang berisiko mengalami xeroftalmia (faktor social
budaya dan lingkungan dan pelayanan kesehatan, faktor keluarga dan faktor
individu)
2. Mengenal tanda-tanda kelainan secara dini
3. Memberikan vitamin A dosis tinggi kepada bayi dan anak secara periodik,
yaitu untuk bayi diberikan setahun sekali pada bulan Februari atau Agustus
(100.000 SI), untuk anak balita diberikan enam bulan sekali secara serentak
pada bulan Februari dan Agustus dengan dosis 200.000 SI.
4. Mengobati penyakit penyebab atau penyerta
5. Meningkatkan status gizi, mengobati gizi buruk
6. Penyuluhan keluarga untuk meningkatkan konsumsi vitamin A /
provitamin A secara terus menerus.
7. Memberikan ASI Eksklusif
8. Pemberian vitamin A pada ibu nifas (< 30 hari) 200.000 SI
9. Melakukan imunisasi dasar pada setiap bayi
Agar xeroftalmia tidak terjadi ulang diperlukan penyuluhan untuk
masyarakat dan keluarga, karena kejadian xeroftalmia tidak lepas dari
lingkungan, keadaan sosial ekonomi, pendidikan dan pengetahuan orang tua
(terutama ibu).11
2.12 Prognosis
Pengobatan pada tahap awal dapat memulihkan penglihatan, akan tetapi pada
pasien dengan ulkus kornea, diperlukan tindakan pembedahan namun tidak menjamin
pemulihan penglihatan sepenuhnya. Setiap tahun, di mana saja dari 20.000-100.000
kasus baru kebutaan masih terus terjadi di banyak bagian Afrika.9
BAB III
KESIMPULAN
Xeroftalmia adalah istilah yang menerangkan gangguan kekurangan vitamin A
pada mata, termasuk terjadinya kelainan anatomi bola mata dan gangguan fungsi sel
retina yang berakibat kebutaan.
Xeroftalmia terjadi akibat tubuh kekurangan vitamin A. Bila ditinjau dari
konsumsi sehari-hari kekurangan vitamin A disebabkan oleh : Konsumsi makanan
yang tidak mengandung cukup vitamin A, Bayi yang tidak diberkan ASI eksklusif,
menu tidak seimbang , adanya gangguan penyerapan vitamin A atau pro-vitamin , dan
adanya kerusakan hati.
Tanda-tanda dan gejala klinis KVA pada mata dibagi menurut klasifikasi
WHO/USAID UNICEF/HKI/ IVACG, 1996. XN, XIA, XIB, X2 biasanya dapat
sembuh kembali normal dengan pengobatan yang baik. Pada stadium X2 merupakan
keadaan gawat darurat yang harus segera diobati karena dalam beberapa hari bisa
berubah menjadi X3. X3A dan X3B bila diobati dapat sembuh tetapi dengan
meninggalkan cacat yang bahkan dapat menyebabkan kebutaan total bila lesi (kelainan)
pada kornea cukup luas sehingga menutupi seluruh kornea (optic zone cornea).
DAFTAR PUSTAKA