Anda di halaman 1dari 11

1.

Materi Pembelajaran Koloid

a. Definisi Koloid

Koloid adalah sutau bentuk campuran yang keadaannya terletak diantara

larutan dan suspensi (Syukri,1999:453). Koloid terbentuk dari pencampuran

secara nyata antara dua zat atau lebih dimana jumlah yang sedikit disebut fasa

terdispersi dan jumlah yang banyak disebut medium pendispersi. Ukuran partikel

koloid berkisar antara 1-100 nm. Secara makroskopis koloid akan tampak

homogen, namun secara mikroskopis koloid bersifat heterogen (Purba,2006:158).

b. Pembuatan Koloid

Ukuran partikel koloid berada pada rentang antara larutan sejati dan

suspensi kasar maka sistem koloid dapat diperoleh melalui dua cara, yaitu : a)

pemecahan partikel-partikel besar menjadi partikel berukuran koloid. Cara ini

disebut cara dispersi dan b) pembentukan agregat dari molekul-molekul kecil

berukuran larutan menjadi berukuran koloid. Cara ini disebut sebagai cara

kondensasi.

1. Metode secara Dispersi

Beberapa metode praktis yang biasa digunakan untuk membuat koloid

yang tergolong cara dispersi adalah cara mekanik, cara peptisasi, homogenisasi,

dan cara busur listrik Bredig.

1.1). Cara Mekanik, Zat-zat yang berukuran besar dapat direduksi menjadi

partikel berukuran koloid melalui penggilingan, pengadukan,

7
8

penumbukan, dan penggerusan. Zat-zat yang sudah berukuran koloid

selanjutnya didispersikan ke dalam medium pendispersi.

1.2) Cara Busur Listrik Bredig, Arus listrik bertegangan tinggi dialirkan

melalui dua buah electrode logam (bahan terdispersi). Kemudian, kedua

elektrode itu dicelupkan ke dalam air hingga kedua ujung elektrode itu

hampir bersentuhan agar terjadi loncatan bunga api listrik. Loncatan bunga

api listrik mengakibatkan bahan elektrode teruapkan membentuk atom-

atomnya dan larut di dalam medium pendispersi membentuk sol.

1.3) Cara Peptisasi, Dispersi koloid dapat juga diperoleh dari suspensi kasar

dengan cara memecah partikel-partikel suspensi secara kimia. Kemudian,

menambahkan ion-ion sejenis yang dapat diadsorpsi oleh partikel-partikel

koloid sampai koloid menjadi stabil. Koagulasi agregat-agregat yang telah

membentuk partikel-partikel berukuran koloid dapat dihambat karena

adanya ion-ion yang teradsorpsi pada permukaan partikel koloid.

1.4) Cara Homogenisasi, Pembuatan koloid jenis emulsi dapat dilakukan

dengan menggunakan mesin penghomogen sampai berukuran koloid. Cara

ini digunakan pada pembuatan susu. Partikel lemak dari susu diperkecil

sampai berukuran koloid dengan cara melewatkan melalui lubang berpori

dengan tekanan tinggi. Jika ukuran partikel sudah sesuai ukuran koloid,

selanjutnya didispersikan ke dalam medium pendispersi.

2. Metode secara Kondensasi


9

Ion-ion atau molekul yang berukuran sangat kecil (berukuran larutan

sejati) diperbesar menjadi partikel-partikel berukuran koloid. Dengan kata lain,

larutan sejati diubah menjadi dispersi koloid. Cara kondensasi umumnya

dilakukan melalui reaksi kimia sebagai berikut :

2.1) Reaksi Metatesis, Apabila ke dalam larutan natrium tiosulfat ditambahkan

larutan asam klorida akan terbentuk partikel berukuran koloid. Persamaan

reaksinya sebagai berikut.

Na2S2O3(aq) + 2HCl(aq) → 2NaCl(aq) + H2SO3(aq) + S(s)

Partikel berukuran koloid terbentuk akibat belerang beragregat sampai

berukuran koloid membentuk sol belerang. Jika konsentrasi pereaksi dan

suhu reaksi tidak dikendalikan, dispersi koloid tidak akan terbentuk sebab

partikel belerang akan tumbuh terus menjadi suspensi kasar dan

mengendap.

2.2) Reaksi Redoks, Sol emas dapat diperoleh melalui reduksi emas(III)

klorida dengan formalin. Persamaan reaksinya sebagai berikut.

2AuCl3(s) + CH4O(aq) + 3H2O(l) → 2Au(s) + 6HCl(aq) + CH4O2(aq)

Awalnya emas terbentuk dalam keadaan atom-atom bebas, kemudian

beragregat menjadi berukuran partikel koloid. Partikel koloid distabilkan

oleh ion-ion OH- yang teradsorpsi pada permukaan partikel koloid. Ionion

OH– ini berasal dari ionisasi air.

2.3) Reaksi Hidrolisis, Besi(III) klorida jika dilarutkan dalam air akan

mengionisasi air membentuk ion OH- dan H+. Ion-ion OH- bereaksi
10

dengan besi(III) klorida membentuk besi(III) hidroksida. Persamaan

reaksinya sebagai berikut.

FeCl3(s) + 3H2O(l) → Fe(OH)3(aq) + 3HCl(aq)

Ukuran partikel-partikel Fe(OH)3 yang terbentuk lebih besar dari ukuran

larutan sejati, tetapi tidak cukup besar untuk mengendap. Selain itu, koloid

Fe(OH)3 yang terbentuk distabilkan dengan mengadsorpsi ion-ion Fe3+

dari larutan.

c. Sistem Koloid

Sistem koloid merupakan suatu sistem dispersi. Sistem ini merupakan

campuran zat yang tidak dapat homogen. Jika dalam larutan kita mengenal istilah

zat terlarut dan zat pelarut, maka dalam system koloid istilah tersebut menjadi fasa

terdispersi dan medium pendispersi (Achmad,2001:204).

Berdasarkan jenis fasa terdispersi dengan jenis medium pendispersinya

koloid digolongkan menjadi delapan golongan sebagaimana dapat dilihat pada

Tabel 2.3.

Tabel 2.3 Penggolongan koloid berdasarkan jenis fasa terdispersi dan


medium pendispersinya
Fasa terdispersi Medium Nama Contoh
Pendispersi
Gas Cair Buih Buih, busa sabun
Gas Padat Busa padat Batu apung, karet
busa
Cair Gas Aerosol Cair Kabut
Cair Cair Emulsi Susu, mayones,
santan
Cair Padat Emulsi padat Mentega
11

Padat Gas Aerosol Padat Asap


Padat Cair Sol Cat, belerang
dalam air
Padat Padat Sol Padat Kaca berwarna,
paduan logam
(Achmad, 2001:204)

d. Sifat-Sifat Koloid

Sifat-sifat khas koloid yang dibahas dalam pembelajaran antara lain : efek

Tyndall, gerak Brown, adsorpsi, elektroforesis, dialisis, koloid pelindung, dan

koagulasi (Utami,dkk, 2009).

1. Efek Tyndall

Efek Tyndall adalah penghamburan berkas cahaya oleh partikel-partikel

koloid. Jika kita menjatuhkan cahaya melawati suatu sistem koloid maka cahaya

tersebut akan disebarkan oleh partikel koloid ke arah pinggir (Brady,1999:576)

seperti nampak pada Gambar 2.3 dibawah ini.

(Permana, 2009:158)

Gambar 2. 3 Efek Tyndall

2. Gerak Brown

Gerak Brown adalah gerakan partikel koloid yang terus-menerus dengan

gerakan patah-patah akibat bertabrakan dengan partikel lain. Gerak Brown


12

menunjukkan bahwa partikel koloid berdifusi lambat (Syukri,1999:456). Ilustrasi

gerak Brown dapat dilihat pada Gambar 2.4 dibawah ini.

(Partana,2009:250)
Gambar 2.4 Gerak Brown

3. Adsorpsi

Partikel koloid memiliki kemampuan menyerap ion atau muatan listrik

pada permukaannya. Oleh karena itu, partikel koloid menjadi bermuatan listrik.

Penyerapan pada permukaan ini disebut adsorpsi (jika penyerapan sampai ke

bawah permukaan disebut absorpsi)

(Syukri,1999:457). Adapun ilustrasi

fenomena adsorpsi ditunjukkan pada

Gambar 2.5

(Partana,2009:250)
13

Gambar 2.5 Adsorpsi

4. Elektoforesis

Elektroforesis adalah gerakan partikel koloid bermuatan oleh pengaruh

medan listrik (Achmad, 2001:209). Apabila ke dalam sistem koloid dimasukkan

dua batang elektrode, kemudian dihubungkan dengan sumber arus searah, maka

partikel koloid akan bergerak ke salah satu elektrode bergantung pada jenis

muatannya. Koloid bermuatan negatif akan bergerak ke anode (elektrode positif),

sedangkan koloid yang bermuatan positif bergerak ke katode (elektrode negatif).

Dengan demikian, elektroforesis dapat digunakan untuk menentukan jenis muatan

koloid.

5. Dialisis

Dialisis adalah proses penghilangan muatan koloid yang mengganggu

kestabilan koloid. Cara ini didasarkan pada fakta bahwa partikel koloid tidak

dapat memebus membrane semipermiabel seperti selofan (Achmad, 2011:208)

6. Koloid Pelindung

Koloid pelindung adalah salah satu cara menjaga kestabilan koloid dengan

cara koloid contohnya sol liofil seperti gelatin. Koloid pelindung ini akan

membungkus partikel zat terdispersi, sehingga tidak dapat lagi mengelompok

(Achmad,2001:210).

7. Koagulasi
14

Apabila muatan suatu koloid dilucuti, maka kestabilan koloid tersebut

akan berkurang dan dapat menyebabkan koagulasi atau penggumpalan. Pelucutan

muatan koloid dapat terjadi karena : a) mencampurkan dua sol yang berbeda

muatan, b) elektroforesis, c) pemanasan, dan d) penambahan elektrolit (Achmad,

2001:209).

e. Perbedaan antara Larutan, Koloid, dan Suspensi

Campuran dibagi kepada tiga golongan berdasarkan ukuran partikelnya,

yaitu larutan, koloid, dan suspensi. Larutan termasuk pada jenis campuran yang

homogen sedangkan koloid dan suspensi termasuk pada jenis campuran

heterogen(Syukri,1999:453). Perbedaan ukuran partikel antara larutan, koloid, dan

suspensi dapat dilihat pada Tabel 2.4

Tabel 2.4 Ukuran partikel pada campuran

Campuran Ukuran Partikel


Larutan Lebih kecil dari 10-9 m
Koloid 10-9m sampai dengan 10-7m
Suspensi Lebih besar dari 10-7m
(Achmad, 2001:203)

Berdasarkan Tabel 2.4 ukuran partikel pada campuran sangatlah kecil

sehingga hanya bisa diamati secara mikroskopik. Selain dari ukuran partikelnya

jenis-jenis campuran juga dapat dibedakan berdasarkan sifat-sifatnya.

Perbandingan sifat campuran pada larutan, koloid, dan suspensi dapat dilihat pada

Tabel 2.5
15

Tabel 2.5 Perbandingan sifat campuran antara larutan, koloid, dan


suspensi
Variabel Larutan Koloid Suspensi
Fasa Campuran Satu fasa Dua Fasa Dua Fasa
Bentuk Campuran Homogen, tidak dapat Secara mikroskopik Heterogen, dapat
dibedakan walaupun bersifat homogen tapi diamati dengan
menggunakan heterogen dalam mikroskop biasa
mikroskop ultra mikroskop ultra

Penyaringan Tidak dapat disaring Tidak dapat disaring Dapat disaring


dengan kertas biasa, dengan penyaringan
tetapi dapat disaring biasa
dengan penyaringan
semipermiabel

(Purba,2006:160)

f. Penggolongan Koloid

Penggolongan koloid didasarkan pada tiga aspek yang berbeda, yaitu

berdasarkan jenis fasa terdispersi dengan jenis medium pendispersinya, interaksi

yang terjadi antara fasa terdispersi dengan medium pendispersinya, dan

perubahan yanpada koloid (Syukri,1999:454).

Berdasarkan interaksi antara fasa terdispersi dengan medium

pendispersinya koloid dibagi atas koloid liofil dan liofob.

1. Koloid liofil, yaitu koloid yang suka berikatan dengan mediumnya

sehingga sulit dipisahkan atau sangat stabil. Jika mediumnya air maka

disebut hidrofil. Contohnya agar-agar dan kanji dalam air.


16

2. Koloid lifob, yaitu koloid yang tidak menyukai mediumnya sehingga

cenderung memisah dan tidak stabil. Jika mediumnya air disebut hidrofob.

Contohnya sol emas dan koloid Fe(OH)3 dalam air (Syukri,1999:455).

Berdasarkan berubahan yang terjadi koloid dibagi atas koloid reversible

dan irreversible.

1. Koloid reversible, yaitu koloid yang dapat berubah menjadi tidak koloid

dan kemudian menjadi koloid kembali. Contohnya adalah air susu yang

mengendap akan kembali bercampur jika dikocok.

2. Koloid irreversible, yaitu koloid yang setelah berubah menjadi bukan

koloid tidak dapat menjadi koloid kembali, contohnya sol emas

(Syukri,1999:455).

g. Aplikasi Koloid dalam Kehidupan Sehari-hari

Pada pembelajaran koloid dengan menggunakan model pembelajaran ADI,

aplikasi koloid dalam kehidupan sehari-hari yang dibahas adalah aplikasi koloid

pada produksi makanan.

Salah satu aplikasi koloid dalam produksi makanan adalah prinsip

pembuatan tahu dan minyak kelapa. Prinsip koloid yang digunakan pada produksi

tahu dan minyak kelapa adalah koagulasi (Esti dan Sediadi, 2000,). Perbedaannya

terletak pada sebab koagulasi, sebab koagulasi pada tahu diakibatkan oleh

penambahan zat elektrolit, sedangkan sebab koagulasi pada minyak kelapa

diakibatkan pemanasan (Achmad, 2001:209).


17

Dapus :

Achmad, Hiskia. (2001). Kimia Larutan. Bandung : PT.Citra Aditya Bakti

Shchukin, E., D., Pertsov, A.,V., Amelia, E., A., & Zelenev, A.,S. (2001). Colloid
and Surface Chemistry. Shanon : Elvesier.

Brady, James E. (1999). Kimia Universitas Asas & Struktur (Edisi Ketiga).
Jakarta : Binarupa Aksara

Chang, R. (2005). Kimia Dasar:Konsep-konsep Inti, Jilid 1 (Ed.Ketiga).


Terjemahan Oleh M.A Martoprawiro, dkk. Jakarta: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai