Anda di halaman 1dari 29

SISTEM 

KOLOID
March 16, 2008 by verliany

A.KOLOID

Sistem koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak


antara larutan dan suspensi (campuran kasar). Sistem koloid ini
mempunyai sifat-sifat khas yang berbeda dari sifat larutan atau suspensi.

Keadaan koloid bukan ciri dari zat tertentu karena semua zat, baik padat, cair, maupun gas, dapat
dibuat dalam keadaan koloid.

Sistem koloid sangat berkaitan erat dengan hidup dan kehidupan kita sehari-hari. Cairan tubuh,
seperti darah adalah sistem koloid, bahan makanan seperti susu, keju, nasi, dan roti adalah sistem
koloid. Cat, berbagai jenis obat, bahan kosmetik, tanah pertanian juga merupakan sistem koloid.

Karena sistem koloid sangat berpengaruh bagi kehidupan sehari-hari, kita harus mempelajarinya
lebih mendalam agar kita dapat menggunakannya dengan benar dan dapat bermanfaat untuk diri
kita.

Koloid adalah suatu sistem campuran “metastabil” (seolah-olah stabil, tapi


akan memisah setelah waktu tertentu). Koloid berbeda dengan larutan;
larutan bersifat stabil.

Di dalam larutan koloid secara umum, ada 2 zat sebagai berikut :

- Zat terdispersi, yakni zat yang terlarut di dalam larutan koloid

- Zat pendispersi, yakni zat pelarut di dalam larutan koloid

Berdasarkan fase terdispersi maupun fase pendispersi suatu koloid dibagi


sebagai berikut :

Fase Pendispersi Nama koloid Contoh


Terdispersi
Gas Gas Bukan koloid, karena gas
bercampur secara homogen
Gas Cair Busa Buih, sabun,
ombak, krim
kocok
Gas Padat Busa padat Batu apung,
kasur busa
Cair Gas Aerosol cair Obat semprot,
kabut, hair
spray di udara
Cair Cair Emulsi Air santan, air
susu, mayones
Cair Padat Gel Mentega, agar-
agar
Padat Gas Aerosol padat Debu, gas
knalpot, asap
Padat Cair Sol Cat, tinta
Padat Padat Sol Padat Tanah, kaca,
lumpur

B . S i f a t K ol o i d

a. Efek Tyndall

Efek Tyndall adalah penghamburan cahaya oleh larutan koloid, peristiwa di mana jalannya sinar
dalam koloid dapat terlihat karena partikel koloid dapat menghamburkan sinar ke segala jurusan.

Contoh: sinar matahari yang dihamburkan partikel koloid di angkasa,


hingga langit berwarna biru pada siang hari dan jingga pada
sore hari ; debu dalam ruangan akan terlihat jika ada sinar
masuk melalui celah.

b. Gerak Brown

Gerak Brown adalah gerak partikel koloid dalam medium


pendispersi secara terus menerus, karena adanya tumbukan antara
partikel zat terdispersi dan zat pendispersi. Karena gerak aktif yang
terus menerus ini, partikel koloid tidak memisah jika didiamkan.
c. Adsorbsi Koloid

Adsorbsi Koloid adalah penyerapan zat atau ion pada permukaan


koloid. Sifat adsorbsi digunakan dalam proses:

1. Pemutihan gula tebu.

2. Norit.

3. Penjernihan air.

Contoh: koloid antara obat diare dan cairan dalam usus yang akan menyerap kuman
penyebab diare.

Koloid Fe(OH)3 akan mengadsorbsi ion H+ sehingga menjadi bermuatan +. Adanya muatan
senama maka koloid Fe(OH), akan tolak-menolak sesamanya sehingga
partikel-partikel koloid tidak akan saling menggerombol.

Koloid As2S3 akan mengadsorbsi ion OH- dalam larutan sehingga akan bermuatan  dan
tolak-menolak dengan sesamanya, maka koloid As2S3 tidak akan
menggerombol.

d. Muatan Koloid dan Elektroforesis

Muatan Koloid ditentukan oleh muatan ion yang terserap


permukaan koloid. Elektroforesis adalah gerakan partikel koloid
karena pengaruh medan listrik.

Karena partikel koloid mempunyai muatan maka dapat bergerak


dalam medan listrik. Jika ke dalam koloid dimasukkan arus searah
melalui elektroda, maka koloid bermuatan positif akan bergerak
menuju elektroda negatif dan sesampai di elektroda negatif akan
terjadi penetralan muatan dan koloid akan menggumpal (koagulasi).

Contoh: cerobong pabrik yang dipasangi lempeng logam yang


bermuatan listrik dengan tujuan untuk menggumpalkan
debunya.
e. Koagulasi Koloid

Koagulasi koloid adalah penggumpalan koloid karena elektrolit


yang muatannya berlawanan.

Contoh: kotoran pada air yang digumpalkan oleh tawas sehingga air menjadi jernih.

Faktor-faktor yang menyebabkan koagulasi:

 Perubahan suhu.

 Pengadukan.

 Penambahan ion dengan muatan besar (contoh: tawas).

 Pencampuran koloid positif dan koloid negatif.

Koloid akan mengalami koagulasi dengan cara:

1. Mekanik

Cara mekanik dilakukan dengan pemanasan, pendinginan atau pengadukan cepat.

2. Kimia

Dengan penambahan elektrolit (asam, basa, atau garam).

Contoh: susu + sirup masam  menggumpal

lumpur + tawas  menggumpal

Dengan mencampurkan 2 macam koloid dengan muatan yang berlawanan.

Contoh: Fe(OH)3 yang bermuatan positif akan menggumpal jika dicampur As 2S3 yang
bermuatan negatif.

f. Koloid Liofil dan Koloid Liofob

- Koloid Liofil

Koloid Liofil adalah koloid yang mengadsorbsi cairan, sehingga


terbentuk selubung di sekeliling koloid.
Contoh: agar-agar.

- Koloid Liofob

Koloid Liofob adalah kolid yang tidak mengadsorbsi cairan. Agar muatan koloid stabil, cairan
pendispersi harus bebas dari elektrolit dengan cara dialisis, yakni pemurnian medium pendispersi
dari elektrolit.

g. Emulasi

Emulasi adalah kolid cairan dalam medium cair. Agar larutan


kolid stabil, ke dalam koloid biasanya ditambahkan emulsifier, yaitu
zat penyetabil agar koloid stabil.

Contoh: susu merupakan emulsi lemak di dalam air dengan kasein


sebagai emulsifier.

h. Kestabilan Koloid

a. Banyak koloid yang harus dipertahankan dalam bentuk koloid


untuk penggunaannya.

Contoh: es krim, tinta, cat.

Untuk itu digunakan koloid lain yang dapat membentuk lapisan di sekeliling koloid tersebut.
Koloid lain ini disebut koloid pelindung.

Contoh: gelatin pada sol Fe(OH)3.

b. Untuk koloid yang berupa emulsi dapat digunakan emulgator yaitu


zat yang dapat tertarik pada kedua cairan yang membentuk emulsi

Contoh: sabun deterjen sebagai emulgator dari emulsi minyak dan


air.

i. Pemurnian Koloid
Untuk memurnikan koloid yaitu menghilangkan ion-ion yang
mengganggu kestabilan koloid, dapat dilakukan cara dialisis. Koloid
yang akan dimurnikan dimasukkan ke kantong yang terbuat dari
selaput semipermeabel yaitu selaput yang hanya dapat dilewati
partikel ion saja dan tidak dapat dilewati molekul koloid.

Contoh: kertas perkamen, selopan atau kolodion.

Kantong koloid dimasukkan ke dalam bejana yang berisi air


mengalir, maka ion-ion dalam koloid akan keluar dari kantong dan
keluar dari bejana dan koloid tertinggal dalam kantong. Proses
dialisis akan di percepat jika di dalam bejana diberikan arus listrik
yang disebut elektro dialisis.

Proses pemisahan kotoran hasil metabolisme dari darah oleh


ginjal termasuk proses dialisis. Maka apabila seseorang menderita
gagal ginjal, orang tersebut harus menjalani “cuci darah” dengan
mesin dialisator di rumah sakit. Koloid juga dapat dimurnikan
dengan penyaring ultra.

C. Pembuatan Sistem Koloid

1. C a r a K o n d e n s a s i

Pembuatan sistem koloid dengan cara kondensasi dilakukan


dengan cara penggumpalan partikel yang sangat kecil. Penggumpalan
partikel ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Reaksi Pengendapan

Pembuatan sistem koloid dengan cara ini dilakukan dengan mencampurkan larutan elektrolit
sehingga menghasilkan endapan.

Contoh: AgNO3 + NaCl  AgCl(s) + NaNO3


2. Reaksi Hidrolisis

Reaksi hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air. Sistem koloid dapat
dibuat dengan mereaksikan suatu zat dengan air.

Contoh: AlCl3 +H2O  Al(OH)3(s) + HCl

3. Reaksi Redoks

Pembuatan koloid dapat terbentuk dari hasil reaksi redoks.

Contoh: pada larutan emas

Reaksi: AuCl3 + HCOH  Au + HCl + HCOOH

Emas formaldehid

4. Reaksi Pergeseran

Contoh: pembuatan sol As 2S3 dengan cara mengalirkan gas H 2S ke


dalam laruatn H3AsO3 encer pada suhu tertentu.

Reaksi: 2 H3AsO3 + 3 H2S  6 H2O + As2S3

5. Reaksi Pergantian Pelarut

Contoh: pembuatan gel kalsium asetat dengan cara menambahkan


alkohol 96% ke dalam larutan kalsium asetat jenuh.

2.Cara Dispersi

Pembuatan sistem koloid dengan cara dispersi dilakukan dengan


memperkecil partikel suspensi yang terlalu besar menjadi partikel
koloid, pemecahan partikel-partikel kasar menjadi koloid.

1. Cara Mekanik
Ukuran partikel suspensi diperkecil dengan cara penggilingan zat
padat, dengan menghaluskan butiran besar kemudian diaduk
dalam medium pendispersi.

Contoh: Gumpalan tawas digiling, dicampurkan ke dalam air


akan membentuk koloid dengan kotoran air.

Membuat tinta dengan menghaluskan karbon pada penggiling koloid


kemudian didispersikan dalam air.

Membuat sol belerang dengan menghaluskan belerang bersama


gula (1:1) pada penggiling koloid, kemudian
dilarutkan dalam air, gula akan larut dan
belerang menjadi sol.

2. Cara Peptisasi

Pembuatan koloid dengan cara peptisasi adalah pembuatan


koloid dengan menambahkan ion sejenis, sehingga partikel
endapan akan dipecah.

Contoh: sol Fe(OH)3 dengan menambahkan FeCl3.

sol NiS dengan menambahkan H2S.

karet dipeptisasi oleh bensin.

agar-agar dipeptisasi oleh air.

endapan Al(OH)3 dipeptisasi oleh AlCl3.

3. Cara Busur Bredia/Bredig

Pembuatan koloid dengan cara busur Bredia/Bredig dilakukan


dengan mencelupkan 2 kawat logam (elektroda) yang dialiri
listrik ke dalam air, sehingga kawat logam akan membentuk
partikel koloid berupa debu di dalam air.

4. Cara Ultrasonik

yaitu penghancuran butiran besar dengan ultrasonik (frekuensi >


20.000 Hz)

Campuran heterogen.

Campuran homogen disebut larutan, contoh: larutan gula dalam air.


Campuran heterogen dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu: Sistem
koloid termasuk dalam bentuk campuran. Campuran terbagi menjadi 2,
yaitu:

1. Suspensi, contoh: pasir dalam air.


2. Koloid, contoh: susu dengan air.
D . K om p o n e n P en y u s u n K o l o i d
1. Fase kontinyu : medium pendispersi jumlahnya lebih banyak.
2. Fase diskontinyu : medium terdispersi jumlahnya labih banyak.
E. Bentuk Partikel Koloid
1. Bulatan : misalnya virus, silika.
2. Batang : misalnya virus.
3. Piringan : misalnya globulin dalam darah.
4. Serat : misalnya selulosa.
F. Penggunaan Sistem Koloid
1. Obat-obatan : salep, krim, minyak ikan.
2. Makanan : es krim, jelly dan agar-agar.
3. Kosmetik : hair cream, skin spray, body lotion.
4. Industri : tinta, cat.
G . B e b e r a p a M a c a m K o l oi d
1. Aerosol
adalah sistem koloid di mana partikel padat atau cair terdispersi
dalam gas.

Contoh: aerosol padat: debu, asap.

aerosol cair: kabut, awan.

Bahan pendingin dan pendorong yang sering digunakan adalah Kloro


Fluoro Karbon (CFC).

2. Emulsi

adalah sistem koloid di mana zat terdispersi dan pendispersi adalah


zat cair yang tidak dapat bercampur. Misalnya: Emulsi minyak dalam
air: santan, susu, lateks, minyak ikan. Emulsi air dalam minyak:
mentega, minyak rambut, minyak bumi.

Untuk membentuk emulsi digunakan zat pengemulsi atau emulgator


yaitu zat yang dapat tertarik oleh kedua zat cair tersebut.

Contoh: sabun untuk mengemulsikan minyak dan air.

kasein sebagai emulgator pada susu.

3. Sol

adalah suatu sistem koloid di mana partikel padat terdispersi dalam


zat cair.

No. Hidrofob Hidrofil


a. Tidak menarik molekul air tetapi Menarik molekul air hingga
mengadsorbsi ion menyelubungi partikel terdispersi
b. Tidak reversible, apabila Reversibel, bila mengalami
mengalami koagulasi sukar koagulasi akan dapat membentuk sol
menjadi sol lagi lagi jika ditambah lagi medium
pendispersinya
c. Biasanya terdiri atas zat Biasanya terdiri atas zat organik
anorganik
d. Kekentalannya rendah Kekentalannya tinggi
e. Gerak Brown terlihat jelas Gerak Brown tidak jelas
f. Mudah dikoagulasikan oleh Sukar dikoagulasikan oleh elektrolit
elektrolit
g. Umumnya dibuat dengan cara Umumnya dibuat dengan cara
kondensasi dispersi
h. Efek Tyndall jelas Efek Tyndall kurang jelas
i. Contoh: sol logam, sol belerang, Contoh: sol kanji, sol protein, sol
sol Fe(OH)3, sol As2S3, sol sabun, sol gelatin
sulfida

4. Gel/Jel

adalah koloid liofil setengah kaku.

Contoh: agar-agar, lem kanji, selai, jelly untuk menata rambut.

5. Buih

adalah sistem koloid dari gas yang terdispersi dalam zat cair.

Contoh: sabun, detergen, protein.

Zat-zat yang dapat memecah/mencegah buih yaitu eter, isoamil


alkohol.

H.SABUN/DETERGEN

adalah zat yang molekulnya terdiri atas hidrofob dan sekaligus gugus
hidrofil.

I. PENJERNIHAN AIR SUNGAI


1. Air sungai mengandung lumpur ditambah tawas  air jernih.
2. Air jernih ditambah kaporit  air jernih bebas kuman.
3. Air jernih bebas kuman disaring  air bersih.

Koloid dalam Kehidupan Sehari-Hari

Jenis koloid yang mencemari udara adalah koloid aerosol padat (berupa butiran/partikel padatan
terdispersi dalam gas/udara). Pencemaran ini berasal dan asap kendaraan bermotor, industri,
debu jalanan yang ditiup angin. Pencemaran ini dapat mengganggu daya pandang (visibilitas),
gangguan kesehatan (mengganggu pernapasan). Selain itu juga dapat memengaruhi cuaca, dapat
menimbulkan seringnya hujan, karena butiran ini merupakan salah satu komponen pembentuk
awan.
Jenis koloid yang mencemari air adalah limbah yang berasal dari industri, seperti logam berat
(misalnya logam Pb dan Hg), dan limbah yang berasal dan pemukiman, seperti limbah detergen.

Sedangkan jenis koloid yang mencemari tanah adalah limbah pertanian seperti pestisida dan
pupuk.

Proses Penjernihan Air

Air dapat dijernihkan berdasarkan sifat-sifat koloid, yaitu koagulasi dan absorpsi. Seperti yang
telah dijelaskan sebelumnya, proses koagulasi terjadi akibat tidak stabilnya sistem koloid; yang
disebabkan penambahan zat elektrolit ke dalam sistem koloid tersebut. Sedangkan absorpsi
adalah proses ketika permukaan koloid menyertakan zat lain. Air sungai atau air sumur yang
keruh mungkin mengandung lumpur (sol tanah liat), zat-zat warna, detergen, pestisida, dan lain-
lain.

Zat koagulasi yang ditambahkan pada proses penjernihan air adalah tawas, K 2 SO 4 A1 2 (SO 4 ) 3 .
Zat A1 2 (SO 4 ) 3 dalam air akan terhidrolisis membentuk koloid A1(OH) 3 . Koloid Al(OH) 3
yang terbentuk akan mengabsorpsi, menggumpalkan, dan mengendapkan kotoran-kotoran dalam
air keruh. Ion Al 3+ dari koloid Al(OH) 3 akan menggumpalkan koloid tanah liat yang bermuatan
negatif. Di samping itu, koloid Al(OH) 3 akan mengabsorpsi zat-zat seperti zat-zat warna,
detergen, pestisida, dan lain-lain yang terdispersi dalam air keruh tersebut.

In: Sistem Koloid


Permalink : Koloid dalam Kehidupan Sehari-Hari
Comments: 3
Viewed 2057 times.

Mon 01 Mar, 2010 GMT


Sifat –Sifat Koloid

1. Efek Tyndall

Cara yang paling mudah untuk membedakan suatu campuran merupakan larutan, koloid, atau
suspensi adalah menggunakan sifat efek Tyndall . Jika seberkas cahaya dilewatkan melalui suatu
sistem koloid, maka berkas cahaya tersebut kelihatan dengan jelas. Hal itu disebabkan
penghamburan cahaya oleh partikel-partikel koloid. Gejala seperti itulah yang disebut efek
Tyndall koloid.

Gambar 1. Perbedaan (a)larutan, (b)koloid dan (c)suspensi dengan menggunakanefek tyndal

Istilah efek Tyndall didasarkan pada nama penemunya, yaitu John Tyndall (1820-1893) seorang
ahli fisika Inggris. John Tyndall berhasil menerangkan bahwa langit berwarna biru disebabkan
karena penghamburan cahaya pada daerah panjang gelombang biru oleh partikel-partikel oksigen
dan nitrogen di udara. Berbeda jika berkas cahaya dilewatkan melalui larutan, nyatanya berkas
cahaya seluruhnya dilewatkan. Akan tetapi, jika berkas cahaya tersebut dilewatkan melalui
suspensi, maka berkas cahaya tersebut seluruhnya tertahan dalam suspensi tersebut.

2. Gerak Brown

Dengan menggunakan mikroskop ultra (mikroskop optik yang digunakan untuk melihat partikel
yang sangat kecil) partikel-partikel koloid tampak bergerak terus-menerus, gerakannya patah-
patah (zig-zag), dan arahnya tidak menentu. Gerak sembarang seperti ini disebut gerak Brown.
Gerak Brown ditemukan oleh seorang ahli biologi berkebangsaan Inggris, Robert Brown ( 1773
– 1858), pada tahun 1827.

Gerak Brown terjadi akibat adanya tumbukan yang tidak seimbang antara partikel-partikel koloid
dengan molekul-molekul pendispersinya. Gerak Brown akan makin cepat, jika partikel-partikel
koloid makin kecil. Gerak Brown adalah bukti dari teori kinetik molekul.

Gambar 2. Gerak Brown

3. Elektroforesis

Koloid ada yang netral dan ada yang bermuatan listrik. Bagaimana mengetahui suatu koloid
bermuatan listrik atau tidak? Dan mengapa koloid bermuatan listrik?

Jika partikel-partikel koloid dapat bergerak dalam medan listrik, berarti partikel koloid tersebut
bermuatan listrik. Jika sepasang elektrode dimasukkan ke dalam sistem koloid, partikel koloid
yang bermuaran positif akan menuju elektrode negatif (katode) dan partikel koloid yang
bermuatan negatif akan menuju elektrode positif (anode). Pergerakan partikel-partikel koloid
dalam medan listrik ke masing-masing elektrode disebut elektroforesis . Dari penjelasan di atas
dapat disimpulkan bahwa elektroforesis dapat digunakan untuk menentukan jenis muatan koloid.
Gambar 3. (a) Sel elektroforesis sederhana dan (b) pemaparan
pengendap Cottrell

Pada sel elektroforesis, partikel-partikel koloid


akan dinetralkan muatannya dan digumpalkan
di bawah masing-rnasing elektrode. Di samping
untuk menentukan muatan suatu partikel
koloid, elektroforesis digunakan pula dalam
industri, misalnya pembuatan sarung tangan
dengan karet. Pada pembuatan sarung tangan ini, getah karet diendapkan pada cetakan berbentuk
tangan secara elektroforesis. Elektroforesis juga digunakan untuk mengurangi pencemaran udara
yang dikeluarkan melalui cerobong asap pabrik. Metode ini pertama-tama dikembangkan oleh
Frederick Cottrell (1877 - 1948) dari Amerika Serikat. Metode ini dikenal dengan metode
Cottrell . Cerobong asap pabrik dilengkapi dengan suatu pengendap listrik (pengendap Cottrell),
berupa lempengan logam yang diberi muatan listrik yang akan menggumpalkan partikel-partikel
koloid dalam asap buangan.

4. Absorpsi

Suatu partikel koloid akan bermuatan listrik apabila terjadi penyerapan ion pada permukaan
partikel koloid tersebut. Contohnya, koloid Fe(OH) 3 dalam air akan menyerap ion H + sehingga
bermuatan positif, sedangkan koloid As 2 S 3 akan menyerap ion-ion negatif. Kita tahu bahwa
peristiwa ketika permukaan suatu zat dapat menyerap zat lain disebut absorpsi . Berbeda dengan
absorpsi pada umumnya, penyerapan yang hanya sampai ke bagian dalam di bawah permukaan
suatu zat, suatu koloid mempunyai kemampuan mengabsorpsi ion-ion. Hal itu terjadi karena
koloid tersebut mempunyai permukaan yang sangat luas. Sifat absorpsi partikel-partikel koloid
ini dapat dimanfaatkan, antara lain sebagai berikut.

a. Pemutihan gula pasir

Gula pasir yang masih kotor (berwarna coklat) diputihkan dengan cara absorpsi. Gula yang
masih kotor dilarutkan dalam air panas, lalu dialirkan melalui sistem koloid, berupa mineral
halus berpori atau arang tulang. Kotoran gula akan diabsorpsi oleh mineral halus berpori atau
arang tulang sehingga diperoleh gula berwarna putih.

b. Pewarnaan serat wol, kapas, atau sutera

Serat yang akan diwarnai dicampurkan dengan garam A1 2 (SO 4 ) 3, lalu dicelupkan dalam
larutan zat warna. Koloid Al(OH) 3 yang terbentuk, karena A1 2 (SO 4 ) 3 terhidrolisis, akan
mengabsorpsi zat warna.

c. Penjernihan air

Air keruh dapat dijernihkan dengan menggunakan tawas (K 2 SO 4 A1 2 (SO 4 ) 3 ) yang


ditambahkan ke dalam air keruh. Koloid Al(OH) 3 yang terbentuk akan mengabsorpsi,
menggumpalkan, dan mengendapkan kotoran-kotoran dalam air.

d. Obat

Serbuk karbon (norit), yang dibuat dalam bentuk pil atau tablet, apabila diminum dapat
menyembuhkan sakit perut dengan cara absorpsi. Dalam usus, norit dengan air akan membentuk
sistem koloid yang mampu mengabsorpsi dan membunuh bakteri-bakteri berbahaya yang
menyebabkan sakit perut.

e. Alat Pembersih (sabun)

Membersihkan benda-benda dengan mencuci memakai sabun didasarkan pada prinsip absorpsi.
Buih sabun mempunyai permukaan yang luas sehingga mampu mengemulsikan kotoran yang
melekat pada benda yang dicuci.
f. Koloid tanah liat mampu menyerap koloid humus

Koloid tanah dapat mengabsorpsi koloid humus yang diperlukan tumbuh-tumbuhan sehingga
tidak terbawa oleh air hujan.

5. Koagulasi

Koagulasi adalah proses penggumpalan partikel-partikel koloid. Proses koagulasi ini terjadi
akibat tidak stabilnya sistem koloid. Sistem koloid stabil bila koloid tersebut bermuatan positif
atau bermuatan negatif. Jika muatan pada sistem koloid tersebut dilucuti dengan cara
menetralkan muatannya, maka koloid tersebut menjadi tidak stabil lalu terkoagulasi
(menggumpal). Koagulasi dengan cara menetralkan muatan koloid dapat dilakukan dengan dua
cara, yaitu sebagai berikut.

1) Penambahan Zat Elektrolit

Jika pada suatu koloid bermuatan ditambahkan zat elektrolit, maka koloid tersebut akan
terkoagulasi. Contohnya, lateks (koloid karet) bila ditambah asam asetat, maka lateks akan
menggumpal. Dalam koagulasi ini ada zat elektrolit yang lebih efisien untuk mengoagulasikan
koloid bermuatan, yaitu sebagai berikut.

a. Koloid bermuatan positif lebih mudah dikoagulasikan oleh elektrolit yang muatan ion
negatifnya lebih besar. Contoh; koloid Fe(OH) 3 adalah koloid bermuatan positif, lebih mudah
digumpalkan oleh H 2 SO 4 daripada HC1.

b. Koloid bermuatan negatif lebih mudah dikoagulasikan oleh elektrolit yang muatan ion
positifnya lebih besar. Contoh; koloid As 2 S 3 adalah koloid bermuatan negatif, lebih mudah
digumpalkan oleh BaCl 2 daripada NaCl

2) Mencampurkan Koloid yang Berbeda Muatan

Bila dua koloid yang berbeda muatan dicampurkan, maka kedua koloid tersebut akan
terkoagulasi. Hal itu disebabkan kedua koloid saling menetralkan sehingga terjadi gumpalan.
Contoh, campuran koloid Fe(OH) 3 dengan koloid As 2 S 3 .
Selain koagulasi yang disebabkan adanya pelucutan muatan koloid, seperti di atas, ada lagi
proses koagulasi dengan cara mekanik, yaitu melakukan pemanasan dan pengadukan terhadap
suatu koloid. Contohnya, pembuatan lem kanji, sol kanji dipanaskan sampai membentuk
gumpalan yang disebut 1em kanji.

Di bawah ini beberapa contoh koagulasi dalam kehidupan sehari-hari dan dalam industri.

a) Pembentukan delta di muara sungai.

Hal ini terjadi karena koloid tanah liat akan terkoagulasi ketika bercampur dengan elektrolit
dalam air laut.

b) Penggumpalan lateks (koloid karet) dengan cara menambahkan asam asetat ke dalam lateks.

c) Sol tanah liat (berbentuk lumpur) dalam air, yang membuat air menjadi keruh, akan
3+
menggumpal jika ditambahkan tawas. Ion Al akan menggumpalkan koloid tanah liat yang
bermuatan negatif.

6. Koloid Liofil dan Koloid Liofob

Adanya sifat absorpsi dan zat terdispersi (dengan fase padat) terhadap mediumnya (dengan fase
cair), maka kita mengenal dua jenis sol, yaitu sol liofil dan sal liofob. Sol liofil ialah sol yang zat
terdispersinya akan menarik dan mengabsorpsi molekul mediumnya. Sol liofob ialah sol yang zat
terdispersinya tidak menarik dan tidak mengabsorpsi molekul mediumnya.

Bila sol tersebut menggunakan air sebagai medium, maka kedua jenis koloid tersebut adalah sol
hidrofil dan sot hidrofob. Contoh koloid hidrofil adalah kanji, protein, sabun, agar-agar,
detergen, dan gelatin. Contoh koloid hidrofob adalah sol-sol sulfida, sol-sol logam, sol belerang,
dan sol Fe(OH) 3 .

Sol liofil lebih kental daripada mediumnya dan tidak terkoagulasi jika ditambah sedikit elektrolit.
Oleh karena itu, koloid liofil lebih stabil jika dibandingkan dengan koloid liofob. Untuk
menggumpalkan koloid liofil diperlukan elektrolit dalam jumlah banyak, sebab selubung
molekul-molekul cairan yang berfungsi sebagai pelindung harus dipecahkan terlebih dahulu.
Untuk memisahkan mediumnya, pada koloid liofil, dapat kita lakukan dengan cara pengendapan
atau penguraian. Akan tetapi, jika zat mediumnya ditambah lagi, maka akan terbentuk koloid
liofil lagi. Dengan kata lain, koloid liofil bersifat reversibel . Koloid liofob mempunyai sifat
yang berlawanan dengan koloid liofil.

7. Dialisis

Untuk menghilangkan ion-ion pengganggu kestabilan koloid pada proses pembuatan koloid,
dilakukan penyaringan ion-ion tersebut dengan menggunakan membran semipermeabel . Proses
penghilangan ion-ion pengganggu dengan cara menyaring menggunakan membran/selaput
semipermeabel disebut dialisis . Proses dialisis tersebut adalah sebagai berikut. Koloid
dimasukkan ke dalam sebuah kantong yang terbuat dari selaput semipermeabel. Selaput ini
hanya dapat melewatkan molekul-molekul air dan ion-ion, sedangkan partikel koloid tidak dapat
lewat. Jika kantong berisi koloid tersebut dimasukkan ke dalam sebuah tempat berisi air yang
mengalir, maka ion-ion pengganggu akan menembus selaput bersama-sama dengan air. Prinsip
dialisis ini digunakan dalam proses pencucian darah orang yang ginjalnya (alat dialisis darah
dalam tubuh) tidak berfungsi lagi.

8. Koloid Pelindung

Untuk sistem koloid yang kurang stabil, perlu kita tambahkan suatu koloid yang dapat
melindungi koloid tersebut agar tidak terkoagulasi. Koloid pelindung ini akan membungkus atau
membentuk lapisan di sekeliling partikel koloid yang dilindungi. Koloid pelindung ini sering
digunakan pada sistem koloid tinta, cat, es krim, dan sebagainya; agar partikel-partikel koloidnya
tidak menggumpal. Koloid pelindung yang berfungsi untuk menstabilkan emulsi disebut
emulgator (zat pengemulsi). Contohnya, susu yang merupakan emulsi lemak dalam air,
emulgatornya adalah kasein (suatu protein yang dikandung air susu). Sabun dan detergen juga
termasuk koloid pehindung dari emulsi antara minyak dengan air.
In: Sistem Koloid
Permalink : Sifat –Sifat Koloid
Comments: 0
Viewed 2417 times.

Mon 01 Mar, 2010 GMT


Pembuatan Sistem Koloid

Jika kita atau sebuah industri akan memproduksi suatu produk berbentuk koloid, bahan bakunya adalah larutan
(partikel berukuran kecil) atau suspensi (partikel berukuran besar). Didasarkan pada bahan bakunya, pembuatan
koloid dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu sebagai berikut.

1. Kondensasi

Kondensasi adalah cara pembuatan koloid dari partikel kecil (larutan) menjadi partikel koloid. Proses kondensasi ini
didasarkan atas reaksi kimia; yaitu melalui reaksi redoks, reaksi hidrolisis, dekomposisi rangkap, dan pergantian
pelarut.

1) Reaksi Redoks

Contoh

a. Pembuatan sol belerang dari reaksi redoks antara gas H 2 S dengan larutan SO 2 .

Persamaan reaksinya: 2 H 2 S (g) + SO 2 (aq) →2 H 2 O (l) + 3 S (s)

sol belerang

b. Pembuatan sol emas dari larutan AuCl 3 dengan larutan encer formalin (HCHO).

Persamaan reaksinya:

2 AuCl 3(aq) + 3 HCHO (aq) + 3H 2 O (l) → 2 Au (s) + 6HCl (aq) + 3 HCOOH (aq)

sol emas

2) Reaksi Hidrolisis
Contoh, pembuatan sol Fe(OH) 3 dengan penguraian garam FeCl 3 Persamaan reaksinya adalah: mengunakan air
mendidih.

FeCl 3 (aq) + 3 H 2 O (l) → Fe(OH) 3 (s) + 3 HCl ( aq)

sol Fe(OH) 3

3) Reaksi Dekomposisi Rangkap

Contoh

a) Pembuatan sol As 2 S 3, dibuat dengan mengalirkan gas H 2 S dan asam arsenit (H 3 AsO 3 ) yang encer.

Persamaan reaksinya: 2 H 3 AsO 3 (aq) + 3 H 2 S (g) → As 2 S 3 (s) + 6H 2 O (l)

sol As 2 S 3

b) Pembuatan sol AgCl dari larutan AgNO 3 dengan larutan NaCl encer.

Persamaan reaksinya: AgNO 3 (aq) + NaC1 (aq) → AgCl (s) + NaNO 3 (aq)

Sol AgCl

4) Reaksi Pergantian Pelarut

Contoh, pembuatan sol belerang dari larutan belerang dalam alkohol ditambah dengan air. Persamaan reaksinya:

S (aq) + alkohol + air → S (s) Larutan S sol belerang

2. Dispersi

Dispersi adalah pembuatan partikel koloid dari partikel kasar (suspensi). Pembuatan koloid dengan dispersi
meliputi: cara mekanik, peptisasi, busur Bredig, dan ultrasonik.

1) Proses Mekanik

Proses mekanik adalah proses pembuatan koloid melalui penggerusan atau penggilingan (untuk zat padat) serta
dengan pengadukan atau pengocokan (untuk zat cair). Setelah diperoleh partikel yang ukurannya sesuai dengan
ukuran koloid, kemudian didispersikan ke dalam medium (pendispersinya). Contoh, pembuatan sol belerang.

2) Peptisasi
Peptisasi adalah cara pembuatan koloid dengan menggunakan zat kimia (zat elektrolit) untuk memecah partikel
besar (kasar) menjadi partikel koloid. Contoh, proses pencernaan makanan dengan enzim dan pembuatan sol
belerang dari endapan nikel sulfida, dengan mengalirkan gas asam sulfida.

3) Busur Bredig

Busur Bredig ialah alat pemecah zat padatan (logam) menjadi partikel koloid dengan menggunakan arus listrik
tegangan tinggi. Caranya adalah dengan membuat logam, yang hendak dibuat solnya, menjadi dua kawat yang
berfungsi sebagai elektrode yang dicelupkan ke dalam air; kemudian diberi loncatan listrik di antara kedua ujung
kawat. Logam sebagian akan meluruh ke dalam air sehingga terbentuk sol logam. Contoh, pembuatan sol logam.

4) Suara Ultrasonik

Cara ini hampir sama dengan cara busur Bredig, yaitu sama-sama untuk pembuatan sol logam. Ka1au busur Bredig
menggunakan arus listrik tegangan tinggi, maka cara ultrasonik menggunakan energi bunyi dengan frekuensi sangat
tinggi, yaitu di atas 20.000 Hz.

In: Sistem Koloid


Permalink : Pembuatan Sistem Koloid
Comments: 2
Viewed 3635 times.

Mon 01 Mar, 2010 GMT


Komponen dan Pengelompokkan Sistem Koloid

1. Sistem Koloid

Apakah sistem koloid itu? Untuk dapat memahami tentang sistem koloid perhatikanlah
campuran berikut ini.

a. Gula dicampurkan dengan air


Gula yang dicampur dengan air menghasilkan campuran yang jernih, yaitu air gula. Pada
campuran air gula ini zat gula sudah tidak tampak lagi dalam campuran itu. Hal ini berarti, gula
bercampur dengan air secara merata (homogen). Campuran seperti ini disebut larutan. Dalam
larutan tersebut, air merupakan pelarut dan gula sebagai zat terlarut.

b. Susu dicampurkan dengan air

Susu yang dicampurkan dengan air akan menghasilkan campuran yang keruh. Campuran susu
dengan air ini sepintas memberi kesan merupakan campuran homogen. Ternyata, susu setelah
dicampur dengan air masih terlihat bisa dibedakan antara susu dengan air. Campuran seperti
inilah yang disebut koloid. Campuran koloid merupakan bentuk (fase) peralihan antara campuran
homogen menjadi campuran heterogen.

c. Tanah liat dicampurkan dengan air

Hasil campuran tanah liat dengan air adalah suatu campuran yang tidak dapat merata
(heterogen). Dengan mudah mata kita dapat membedakan antara tanah liat dengan air, dan hasih
campuran tersebut; karena jika campuran tersebut didiamkan, maka tanah liat akan terpisah dari
air. Campuran seperti inilah yang disebut suspensi.

Untuk lebih jelas melihat perbedaan antara larutan, koloid, dan suspensi perhatikanlah Tabel
berikut.

Tabel 1. Perbedaan Larutan, Koloid, dan Suspensi

NO Larutan Koloid Suspensi


1. 1 fase 2 fase 2 fase
2. jernih keruh keruh
3. homogen antara homogen dan heterogen
heterogen
4. diameter partikel diameter partikel: diameter partikel:

< 1 nm 1 nm < d < 100 nm > 100 nm


5. tidak dapat disaring tidak dapat disaring dapat disaring
dengan penyaring
biasa
6. tidak memisah jika tidak memisah jika memisah jika
didiamkan didiamkan didiamkan
7. Contoh: larutan gula, Contoh: susu, kanji, Contoh: campuran
larutan garam, larutan cat, asap, kabut, buih pasir dengan air, air
alkohol, larutan cuka, sabun, dan busa dengan kopi, minyak
larutan gas dalam dengan air, tanah liat
udara, larutan zat yang dengan air
digunakan dalam
laboratorium dan
industri

Dari beberapa keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa koloid adalah larutan yang berada di
antara larutan dan suspensi.

2. Jenis-Jenis Koloid

Di atas telah kita bahas perbedaan antara larutan, koloid, dan suspensi. Sekarang kita akan
mempelajari jenis-jenis koloid. Kita telah melihat bahwa sistem koloid terdiri atas dua fase
(bentuk). Hal itu yang disebut komponen-komponen koloid .

1. Fase zat terdispersi, yaitu zat yang fasenya berubah; kecuali jika zat yang dicampur
mempunyai fase yang sama.

2. Fase zat pendispersi (fase medium), yaitu zat yang mempunyai fase yang tetap pada sistem
koloidnya.

Jika dua zat yang fasenya berbeda atau sama membentuk koloid, maka diperoleh suatu koloid
yang mempunyai fase yang sama dengan fase salah satu zat yang dicampurkan. Berdasarkan
pengertian ini, maka suatu koloid dapat ditentukan fase pendispersi dan fase terdispersinya .

Berdasarkan fase zat terdispersi, sistem koloid terbagi atas 3 bagian besar, yaitu sebagai berikut.

a. Koloid sol

Koloid sol adalah koloid dengan zat terdispersinya berfase padat.

b. Emulsi

Emulsi adalah koloid dengan zat terdispersinya berfase cair.


c. Buih

Buih adalah koloid dengan zat terdispersinya berfase gas.

Berdasarkan fase mediumnya; sol, emulsi, dan buih masih terbagi atas beberapa jenis, yaitu
sebagai berikut.

a. Koloid Sol

Koloid sol dibagi menjadi 3 jenis, yaitu sebagai berikut.

1) Sol padat (padat-padat)

Sol padat adalah jenis koloid dengan zat fase padat terdispersi dalam zat fase padat. Contoh:
logam paduan, kaca berwarna, intan hitam, dan baja.

2) Sol cair (padat-cair)

Sol cair atau disebut sol saja adalah jenis koloid dengan zat fase padat terdispersi dalam zat fase
cair. Artinya, zat terdispersi berfase padat dan zat pendispersi (medium) berfase cair. Contoh:
cat, tinta, dan kanji.

3) Sol gas (padat-gas)

Sol gas (aerosol padat) adalah koloid dengan zat fase padat terdispersi dalam zat fase gas.
Artinya, zat terdispersi berfase padat dan zat pendispersi (medium) berfase gas. Contoh: asap dan
debu.

b. Koloid Emulsi

Koloid emulsi dibagi menjadi 3 jenis, yaitu sebagai berikut.

1) Emulsi padat (cair-padat)


Emulsi padat (gel) adalah koloid dengan zat fase cair terdispersi dalam zat fase padat. Artinya,
zat terdispersi berfase cair dan zat pendispersi (medium) berfase padat. Contoh: mentega, keju,
jeli, dan mutiara.

2) Emulsi cair (cair-cair)

Emulsi cair (emulsi) adalah koloid dengan zat fase cair terdispersi dalam zat fase cair. Artinya,
zat terdispersi berfase cair dan zat pendispersi (medium) berfase cair. Contoh: susu, minyak ikan,
dan santan kelapa.

3) Emulsi gas (cair-gas)

Emulsi gas (aerosol cair) adalah koloid dengan zat fase cair terdispersi dalam zat fase gas.
Artinya, zat terdispersi berfase cair dan zat pendispersi (medium) berfase gas. Contoh:
insektisida (semprot), kabut, dan hair spray .

c. Koloid Buih

Koloid buih dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu sebagai berikut.

1) Buih padat (gas-padat)

Buih padat adalah koloid dengan zat fase gas terdispersi dalam zat fase padat. Artinya, zat
terdispersi berfase gas dan zat pendispersi (medium) berfase padat. Contoh: busa pada jok mobil
dan batu apung.

2) Buih cair (gas-cair)

Buih cair (buih) adalah koloid dengan zat fase gas terdispersi dalam zat fase cair. Artinya, zat
terdispersi berfase gas dan zat pendispersi (medium) berfase cair. Contoh: buih sabun, buih soda,
dan krim kocok.

Untuk zat berfase gas terdispersi dalam zat berfase gas bukan merupakan koloid, melainkan
merupakan larutan. Contohnya, larutan-larutan dalam udara bersih.
3. Koloid dalam Industri

Koloid merupakan satu-satunya bentuk campuran bukan larutan yang komposisinya


(susunannya) merata dan stabil (tidak memisah jika didiamkan). Pada umumnya, produk industri
untuk kebutuhan manusia dibuat dalam bentuk koloid. Koloid sangat diperlukan dalam industri
cat, keramik, plastik, tekstil, kertas, karet, lem, semen, tinta, kulit, film foto, bumbu selada,
mentega, keju, makanan, kosmetika, pelumas, sabun, obat semprot insektisida, detergen, selai,
gel, perekat, dan sejumlah besar produk-produk industri lainnya.

Pembuatan Koloid
Ukuran partikel koloid berada di antara partikel larutan dan suspensi, karena itu cara
pembuatannya dapat dilakukan dengan memperbesar partikel larutan atau memperkecil partikel
suspensi. Maka dari itu, ada dua metode dasar dalam pembuatan iystem koloid sol, yaitu :

 1. Metode kondensasi
merupakan metode bergabungnya partikel-partikel kecil larutan sejati yang membentuk
partikel-partikel berukuran koloid
 2. Metode dispersi
merupakan metode dipecahnya partikel-partikel besar sehingga menjadi partikel-partikel
berukuran koloid

1. METODE KONDENSASI
Metode di mana partikel-partikel kecil larutan sejati bergabung membentuk partikel-partikel
berukuran koloid. Pembuatan koloid sol dengan metode ini pada umumnya dilakukan dengan
cara kimia

 a. Dekomposisi Rangkap
Misalnya:
* Sol As2S3 dibuat dengan gaya mengalirkan H2S dengan perlahan-lahan melalui larutan
As2O3 dingin sampai terbentuk sol As2S3 yang berwarna kuning terang;
As2O3 (aq) + 3H2S(g) ? As2O3 (koloid) + 3H2O(l)
(Koloid As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion S2-).

* Sol AgCl dibuat dengan mencampurkan larutan AgNO3 encer dan larutan HCl encer;
AgNO3 (aq) + HCl(aq) ? AgCl (koloid) + HNO3 (aq)

b. Reaksi Hidrolisis
Hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air.
Misalanya :
* Sol Fe(OH3) dapat dibuat dengan hidrolisis larutan FeCl3 dengan memanaskan larutan
FeCl3 atau reaksi hidrolisis garam Fe dalam air mendidih;
FeCl3 (aq) + 3H2O(l) ? Fe(OH) 3 (koloid) + 3HCl(aq)
(Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+)

* Sol Al(OH)3 dapat diperoleh dari reaksi hidrolisis garam Al dalam air mendidih;
AlCl3 (aq) + 3H2O(l) ? Al(OH) 3 (koloid) + 3HCl(aq)

c. Reaksi Reduksi - Oksidasi (redoks)
Misalnya :
* Sol emas atau sol Au dapat dibuat dengan mereduksi larutan garamnya dengan
melarutkan AuCl3 dalam pereduksi organic formaldehida HCOH;
2AuCl3 (aq) + HCOH(aq) + 3H2O(l) ?2Au(s) + HCOOH(aq) + 6HCl(aq)

* Sol belerang dapat dibuat dengan mereduksi SO2 yang terlarut dalam air dengan
mengalirinya gas H2S ;
2H2S(g) + SO2 (aq) ? 3S(s) + 2H2O(l)

d. Penggatian Pelarut
Cara ini dilakukan dengan mengganti medium pendispersi sehingga fasa terdispersi yang
semulal arut setelah diganti pelarutanya menjadi berukuran koloid. Misalnya;
o >> Untuk membuat sol belerang yang sukar larut dalam air tetapi mudah larut
dalam alkohol seperti etanol dengan medium pendispersi air, belarang harus
terlenih dahulu dilarutkan dalam etanol sampai jenuh. Baru kemudian larutan
belerang dalam etanol tersebut ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam air
sambil diaduk. Sehingga belerang akan menggumpal menjadi pertikel koloid
dikarenakan penurunan kelarutan belerang dalam air.
o >> Sebaliknya, kalsium asetat yang sukar larut dalam etanol, mula-mula
dilarutkan terlebih dahulu dalam air, kemudianbaru dalam larutan tersebut
ditambahkan etanol maka terjadi kondensasi dan terbentuklah koloid kalsium
asetat

Pembuatan Koloid
2. METODE DISPERSI
Metode ini melibatkan pemecahan partikel-partikel kasar menjadi berukuran koloid yang
kemudian akan didispersikan dalam medium pendispersinya. Ada 3 cara dalam metode ini,
yaitu :


a. Cara Mekanik
Cara mekanik adalah penghalusan partikel-partikel kasar zat padat dengan proses
penggilingan untuk dapat membentuk partikel-partikel berukuran koloid. Alat yang
digunakan untuk cara ini biasa disebut penggilingan koloid, yang biasa digunakan
dalam :
o - Industri makanan untuk membuat jus buah, selai, krim, es krim,dsb
o - Industri kimia rumah tangga untuk membuat pasta gigi, semir sepatu, deterjen,
dsb
o - Industri kimia untuk membuat pelumas padat, cat dan zat pewarna
o - Industri-industri lainnya seperti industri plastik, farmasi, tekstil, dan kertas

Sistem kerja alat penggilingan koloid :


Alat ini memiliki 2 pelat baja dengan arah rotasi yang berlawanan. Partikel-partikel yang
kasar akan digiling melalui ruang antara kedua pelat baja tersebut. Kemudian,
terbentuklah partikel-partikel berukuran koloid yang kemudian didispersikan dalam
medium pendispersinya untuk membentuk sistem koloid. Contoh kolid yang dibuat
adalah; pelumas, tinta cetak, sol belerang dsb.


b. Cara Peptisasi
Cara peptisasi adalah pembuatan koloid / sistem koloid dari butir-butir kasar atau dari
suatu endapan / proses pendispersi endapan dengan bantuan suatu zat pemeptisasi
(pemecah). Zat pemecah tersebut dapat berupa elektrolit khususnya yang mengandung
ion sejenis ataupun pelarut tertentu.
Contoh:
o - Agar-agar dipeptisasi oleh air ; karet oleh bensin
o - Endapan NiS dipeptisasi oleh H2S ; endapan Al(OH) 3 oleh AlCl3
o - Sol Fe(OH) 3 diperoleh dengan mengaduk endapan Fe(OH) 33 yang baru
terbentuk dengan sedikit FeCl3. Sol Fe(OH) 3 kemudian dikelilingi Fe+3
sehingga bermuatan positif
o - Beberapa zat mudah terdispersi dalam pelarut tertentu dan membnetuk sistem
kolid.
Contohnya; gelatin dalam air.

Anda mungkin juga menyukai