Anda di halaman 1dari 36

SIFAT-SIFAT

KOLOID
SIFAT-SIFAT KOLOID
 Sistem koloid mempunyai sifat-sifat khas yang
berbeda dari sifat larutan maupun suspensi.
 SIFAT-SIFAT KOLOID

Efek Tyndal Koloid


Gerak Brown Pelindung

Elektroforesis Dialis
Adsobrsi
Koloid Liofil
Koagulasi dan Liofob
1. EFEK TYNDAL/ DAPAT
MENGHAMBURKAN
CAHAYA
Larutan > meneruskan cahaya
Koloid > menghamburkan cahaya

Peristiwa penghamburan cahaya oleh


partikel-partikel koloid disebut efek
Tyndall
Dalam kehidupan sehari-hari, efek Tyndall dapat
pula kita amati, seperti:
-Di bioskop, jika ada asap
mengepul, maka dari cahaya
proyektor akan terlihat lebih
terang.

- Didaerah berkabut, sorot


lampu mobil terlihat lebih
jelas.

- Sinar matahari yang masuk


melewati celah, kedalam
ruangan yang berdebu,
maka partikel debu akan
kelihatan dengan jelas.
2. MENUNJUKKAN GERAK BROWN
YANG JELAS
Partikel koloid senantiasa bergerak terus menerus dengan gerakan

patah-patah (zig-zag) yang kemudian dikenal dengan Gerak Brown

Gerak Brown ini pertama kali dikemukakan oleh Robert Brown, pada

waktu mempelajari gerak serbuk tepung sari di atas air.


PENYEBAB GERAK BROWN
Gerak Brown terjadi sebagai akibat tumbukan
yang tidak seimbang dari molekul-molekul medium
terhadap pertikel koloid.

Gerak Brown dapat menstabilkan koloid.


Mengapa ??

+ Karena bergerak
terus menerus, maka
gerakan itu dapat
mengimbangi gravitasi,
sehingga koloid itu tidak
akan mengendap.
3. SIFAT LISTRIK/ ELEKTROFORESIS

Partikel koloid
dapat bergerak dalam
medan listrik,
pergerakan ini lah
yang disebut
elektroforesis.
Koloid yang
bermuatan positif
bergerak ke katode
(elektrode negatif)
Koloid
bermuatan negatif
akan bergerak ke
anode (elektrode
positif)
4. ADSORPSI
Partikel koloid akan bermuatan listrik, apabila
partikel koloid menyerap ion yang bermuatan, dan
ion tersebut menempel pada permukaan koloid,
sehingga partikel koloid itu akan bermuatan

Peristiwa penyerapan ion pada permukaan


koloid disebut adsorpsi.
SIFAT ADSORBSI DARI PARTIKEL KOLOID
DAPAT DIMANFAATKAN UNTUK :
a. Penjernihan air (misalnya air sungai).
Penambahan tawas pada air sungai, akan
membentu koloid Al (OH)3, yang akan
mengadsorbsi pengotor dalam air,sehingga
menggumpal dan mengendap, sehingga air akan
menjadi jernih.

b. Menghilangkan bau badan


Produk roll on deodorant menggunakan
Alumunium stearat sebagai absorben, jika
deodorant digosokkan pada anggota badan, maka
Al-stearat akan mengadsorbsi keringat yang
menyebabkan bau badan.

c. Penggunaan Norit
Norit mengandung arang aktif yang akan
menyerap berbagai racun dalam usus.
PENJERNIHAN AIR
DEODORANT
NORIT
5. KOAGULASI
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid,
sehingga kestabilan system koloid menjadi hilang.

Penyebab koagulasi pada system koloid, antara lain


karena pengaruh :
•pemanasan,
•pendinginan,
•pencampuran elektrolit
•elektroforesis yang berlangsung lama.
Coba Anda CONTOH KOAGULASI
amati, proses
koagulasi yang
sering terjadi sehari-hari :

- Merebus telur mentah di


dalam
air
- Mendinginkan agar-agar
panas
- Pembentukan delta dimuara
sungai
- Penjernihan air sungai.
- Penggumpalan Karet dalam
lateks
- Penggumpalan asap debu
pabrik dengan prngendap
cottrel
6. KOLOID PELINDUNG
Adalah suatu sistem koloid yang ditambahkan
pada koloid lain, sehingga dihasilkan koloid yang
stabil.

Misalnya : pada pembuatan es krim, agar


dihasilkan es krim yang lembut, perlu ditambahkan
gelatin sebagai koloid pelindung.
7. DIALISIS

Dialisis adalah, suatu proses untuk menghilangkan ion-


ion yang dapat mengganggu kestabilan koloid
Pada proses ini, sistem koloid yang berada dalam
kantong koloid, dimasukkan ke dalam bejana yang
berisi air mengalir.

Kantong koloid
terbuat dari selaput semi
permeable, yang dapat
dilewati oleh ion-ion, tetapi
tidak dapat dilewati oleh
partikel koloid.(Lihat
Animasi)
Dari gambar ini, jelas
terlihat bahwa ion-ion
pengganggu keluar
dari sistem koloid,
kemudian hanyut
bersama air mengalir,
sekarang sistem koloid
itu sudah bebas dari
ion pengganggu,
sehingga tetap stabil.

Prinsip dialisis ini


digunakan dalam alat
cuci darah, bagi
penderita gagal ginjal,
dimana fungsi ginjal
diganti dengan mesin
dialisator.
8. KOLOID LIOFIL DAN LIOFOB
Koloid yang medium pendispersinya cair dibedakan
atas 2 jenis yaitu.

KOLOID LIOFIL

KOLOID LIOFOB
KOLOID LIOFIL
 Adalah koloid yang mempunyai gaya tarik
menarik yang cukup besar antara zat terdispersi
dengan mediumnya.

Umumnya koloid liofil lebih kental dan lebih stabil


dari koloid liofob, karena fase terdispersi dibungkus
oleh mediumnya, sehingga terhindar dari
pengelompokkan (koagulasi), hal ini disebut
Solvatasi/hidratasi.
Koloid liofil bersifat reversible, karena apabila
terjadi penggumpalan/pengendapan, dan endapan itu
ditambah kembali koloid liofil.
KOLOID LIOFOB
 Adalah koloid yang gaya tarik menarik antara
zat terdispersi dengan mediumnya tidak ada
atau sangat lemah.
 Koloid liofob akan stabil, apabila mengadsorbsi
suatu ion.
 Perbedaan antara koloid liofil dengan koloid liofob.
HIDROFIL DAN HIDROFOB
 Jika medium pendispersi yang dipakai adalah
air, maka kedua jenis koloid di atas masing-
masing disebut :

HIDROFIL
Sabun
Detergen Agar-Agar Gelatin

HIDROFOB
Susu Mayonaise
 Perbedaan antara koloid hidrofil dengan koloid
hidrofob.
Hidrofil Hidrofob
Mengadsobsi mediumnya Tidak mengabsorbsi
mediumnya
Dapat dibuat dengan Hanya stabil pada konsentrasi
konsentrasi yang relatif besar kecil
Tidak mudah digumpalkan Mudah meggumpal pada
dengan penambahan penambahan elektrolit
elektrolit
Viskositas lebih besar Viskositas hampir sama
daripada mediumnya dengan mediumnya
Bersifat reversible Tidak reversible
Efek Tyndal Lemah Ekek Tynal lebih jelas
KESIMPULAN :

Dari presentasi di atas dapat kita


simpulkan bahwa koloid mempunyai sifat-
sitaf khas, sifat-sifat itu antara lain.

Menghamburkan Adsobrsi
cahaya/ Efek Tyndal
Koloid
Menunjukkan Gerak Pelindung
Brown Yang Jelas
Dialis
Elektroforesis
Koagulasi Koloid Liofil
dan Liofob
PEPTISASI

PENGGILI
CARA DISPERSI NGAN

cara listrik
BREDIG

PEMBUATAN REAKSI
KOLOID HIDROLIS
IS

REAKSI
SUBSTITU
CARA SI
KONDENSASI
REAKSI
REDOKS
CARA DISPERSI

Dengan cara dispersi partikel kasar


dipecah menjadi partikel koloid.
Cara dispersi dapat dilakukan
secara mekanik, peptisasi, atu
dengan loncatan bunga listrik(busur
bredig).
CARA MEKANIK

Dengan cara ini, butir-butir kasar digerus


dengan lumpang, sampai diperoleh tingkat
kehalusan tertentu, kemudian diaduk
dengan medium pendispersi. Contoh
pembuatan sol belerang dengan menggerus
serbuk belerang bersama zat inert seperti
gula pasir, kemudian mencampur dengan
air.
Cara peptisasi adalah
pembuatan koloid dari
butir-butir kasar atau dari
suatu endapan dengan
bantuan zat pemecah
(pemeptisasi).
BUSUR BREDIG

Cara busur bredig digunakan untuk membuat sol-sol logam.


Logam yang akan dijadikan koloid digunakan sebagai elktrode
yang dicelupkan kedalam medium dispersi, kemudian diberi
loncatan listrik dikedua ujungnya. Mula-mula atom logam
akan terlempar kedalam air,

lalu atom tersebut mengalami kondensasi sehingga


membentuk partikel koloid. Jadi cara busur bredig ini
merupakan gabungan cara disperse dan kondensasi
CARA KONDENSASI

Cara Kondensasi dilakukan melalui reaksi


kimia seperti reaksi redoks, reaksi hidrolisis,
reaksi dekomposisi rangkap, dan reaksi
pergantian pelarut.
a. Reaksi Redoks

Reaksi redoks adalah reaksi yang disertai


perubahan bilangan oksidasi. Pembuatan
sol belerang dari reaksi antara hidrogen
sulfida (H 2 S) dengan belerang dioksida
(SO 2 ), yaitu dengan mengalirkan gas
H2S kedalam larutan SO2.

2H 2 S (g) + SO 2 (aq) → 2H 2 O (l) + 3S


(s)
b. Reaksi Hidrolisis
Misalnya larutan natrium tiosulfat
direaksikan dengan larutan asam klorida ,
maka akan terbentuk belerang. Partikel
belerang akan bergabung menjadi semakin
besar sampai berukuran koloid sehingga
terbentuk sel belerang. Seperti reaksi :
Na 2 SO 3 (aq) + 2HCl (aq) →2 NaCl (aq) + H 2 O (l) + S (s)
b. Reaksi Hidrolisis

Misalnya larutan natrium tiosulfat direaksikan dengan


larutan asam klorida , maka akan terbentuk belerang.
Partikel belerang akan bergabung menjadi semakin
besar sampai berukuran koloid sehingga terbentuk sel
belerang. Seperti reaksi :

Na 2 SO 3 (aq) + 2HCl (aq) →2 NaCl (aq) + H 2 O (l) + S


(s)
c. Reaksi Substitusi

Misalnya larutan natrium tiosulfat direaksikan dengan


larutan asam klorida , maka akan terbentuk belerang.
Partikel belerang akan bergabung menjadi semakin besar
sampai berukuran koloid sehingga terbentuk sel belerang.
Seperti reaksi

Na 2 SO 3 (aq) + 2HCl (aq) →2 NaCl (aq) + H 2 O (l) + S


(s)
d. Reaksi Dekomposisi Rangkap

Contohnya adalah pembuatan sol As 2 S 3 dengan


mereaksikan larutan H 3 AsO 3 dengan larutan H 2 S.
Reaksinya adalah sebagai berikut:

2H 3 AsO 3 (aq) + 3H 2 S (aq) → As 2 S 3 (s) + 6H 2 O (l)


e. Penggantian Pelarut

Cara ini dilakukan dengan menggnti medium


pendispersi sehingga fase terdispersi yang semula
larut menjadi berukuran koloid. Misalnya larutan
jenuh kalsium asetat jika dicampur dengan alcohol
akan terbentuk suatu koloid berupa gel.

Anda mungkin juga menyukai