Anda di halaman 1dari 6

http://setengah-informasi.blogspot.co.id/search?. 08/09/2016. 5:46.

Mengapa Manusia Membutuhkan Agama?


Kenapa Manusia Butuh Agama. Dalam kehidupan manusia, agama merupakan hal yang
terpenting untuk di anut oleh setiap individu. Tanya kenapa? Mengapa Manusia
Membutuhkan Agama?. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa Agama
adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan
Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan
manusia serta lingkungannya.

Agama sangat penting dalam kehidupan manusia antara lain karena agama merupakan :
moral, petunjuk kebenaran, informasi tentang masalah metafisika, dan bimbingan rohani
bagi manusia baik di kala suka maupun duka.

Agama moral
Dapat disimpulkan, bahwa pentingnya agama dalam kehidupan disebabkan oleh sangat
diperlukannya moral oleh manusia, padahal moral ber dari agama. Agama menjadi moral,
karena agama mengajarkan iman kepada Tuhan dan kehidupan akhirat, serta karena adanya
perintah dan larangan dalam agama.

Agama Petunjuk Kebenaran


Sekarang bagaimana manusia mesti mencapai kebenaran? Sebagai jawaban atas pertanyaan
ini Allah SWT telah mengutus para Nabi dan Rasul di berbagai masa dan tempat, sejak Nabi
pertama yaitu Adam sampai dengan Nabi terakhir yaitu Nabi Muhammad SAW. Para nabi
dan Rasul ini diberi wahyu atau agama untuk disampaikan kepada manusia. Wahyu atau
agama inilah agama Islam, dan ini pula sesungguhnya kebenaran yang dicari-cari oleh
manusia sejak dulu kala, yaitu kebenaran yang mutlak dan universal.
Pesan Sponsor

Dapat disimpulkan, bahwa agama sangat penting dalam kehidupan karena kebenaran yang
gagal dicari-carioleh manusia sejak dulu kala dengan ilmu dan filsafatnya, ternyata apa yang
dicarinya itu terdapat dalam agama. Agama adalah petunjuk kebenaran. Bahkan agama itulah
kebenaran, yaitu kebenaran yang mutlak dan universal. Itulah agama islam!
Agama Informasi Metafisika

Sesungguhnya persoalan metafisika sudah masuk wilayah agama tau iman, dan hanya Allah
saja yang mengetahuinya. Dan Allah Yang Maha Mengetahui perkara yang gaib ini dalam
batas-batas yang dianggap perlu telah menerangkan perkara yang gaib tersebut melalui
wahyu atau agama-Nya. Dengan demikian agama adalah infromasi tentang metafisika, dan
karena itu pula hanya dengan agama manusia dapat mengetahui persoalan metafisika.
Dengan agamalah dapat diketahui hal-hal yang berkaitan dengan alam barzah, alam akhirat,
surga dan neraka, Tuhan dan sifat-sifat-Nya, dan hal-hal gaib lainnya.

Dapat disimpulkan bahwa agama sangat penting bagi manusia (dan karena itu sangat
dibutuhkan), karena manusia dengan akal, dengan ilmu atau filsafatnya tidak sanggup
menyingkap rahasia metafisika. Hal itu hanya dapat diketahui dengan agama, sebab agama
adalah informasi tentang metafisika.
Agama pembimbing rohani bagi manusia
Dengan sabdanya ini Nabi mengajarkan, hendaknya orang beriman bersyukur kepada Allah
pada waktu memperoleh sesuatu yang menggembirakan dan tabah atau sabar pada waktu
ditimpa sesuatu yang menyedihkan. Bersyukur di kala sukadan sabar di kala duka inilah sikap
mental yang hendaknya selalu dimiliki oleh orang beriman. Dengan begitu hidup orang
beriman selalu stabil, tidak ada goncangan-goncangan, bahkan tenteram dan bahagia, inilah
hal yang menakjubkan dari orang beriman seperti yang dikatakan oleh Nabi. Keadaan hidup
seluruhnya serba baik.

Bagaiman tidak serba baik, kalau di kala suka orang beriman itu bersyukur, padahal " Jika
engkau bersyukur akan Aku tambahi" , kata Allah sendiri berjanji (Ibrahim ayat 7).
Sebaliknya, orang beriman tabah atau sabar di kala duka, padahal dengan tabah di kala duka
ia memperoleh berbagai keutamaan, seperti pengampunan dari dosa-dosanya(H.R Bukhari
dan Muslim), atau bahkan mendapat surga (H.R Bukhari), dan sebagainya. Bahkan ada pula
keuntungan lain sebagai akibat dari kepatuhan menjalankan agama, seperti yang dikatakan
oleh seorang psikiater, Dr. A.A. Brill, "Setiap orang yang betul-betul menjalankan agama,
tidak bisa terkena penyakit syaraf. Yaitu penyakit karena gelisah rsau yang terus-menerus.

Dari penjelasan di atas, dapat kita bayangkan bagaimana jadinya jika kehidupan manusia
tidak beragama. Mudah-mudan sedikit penjelasan ini bisa memberi jawaban kepada Anda
semua yang bertanya-tanya "Mengapa Manusia Membutuhkan Agama?". Jika Anda
mempunyai jawaban yang lebih konkrit "Kenapa manusia membutuh agama?" silakan untuk
dishare lewat kolom komentar dibawah.
3 3 0 3089
http://wwwreza-nugroho.blogspot.co.id/2012/08/mengapa-manusia-membutuhkan-
agama.html. 08/09/2016. 5:50
Mengapa Manusia Membutuhkan Agama ?
Pertanyaan ini bagi kita umumnya mungkin hampir tidak pernah terpikirkan karena kita
memang hidup di lingkungan yang beragama. Pada umumnya kita beragama secara
keturunan dan otomatis kita mengikuti agama orang tua kita. Selanjutnya kita kemudian
mendapat pendidikan yang memperkuat keberagamaan kita dan setelah dewasa terkadang
kita mencari kebenaran dari agama yang kita anut sejak kecil tersebut. Kita harus bersyukur
bahwa kita lahir dari keluarga yang beragama Islam dan ini merupakan nikmat besar yang
harus disyukuri. Kita tidak bisa membayangkan apa jadinya kita seandainya lahir dari
keluarga yang tidak beragama. Bisa jadi setelah dewasa akan berusaha mencari kebenaran
dalam agama, atau boleh jadi juga menganggap agama sebagai candu sehingga tidak perlu
beragama, tidak butuh akan Tuhan. Naudzubillah min dzalik.
Istilah agama merupakan terjemahan dari Ad-Din (dalam bahasa Arab). Ad-Din
dalam Al Quran disebutkan sebanyak 92 kali. Secara bahasa, dîn diartikan sebagai “balasan”
yaitu di dalam Al Quran yang menyebutkan kata dîn dalam surat Al-Fatihah ayat 4, “Maliki
yaumiddin – “(Dialah) Pemilik (raja) hari pembalasan. Begitu juga pada sebuah hadits,
Rasulullah SAW bersabda, ad-dînu nashihah (Agama adalah ketaatan).Juga dalam Al-
Baqarah ayat 256 “Laa ikraaha fiddin” (“tidak ada paksaan dalam agama …“). Secara
istilah, din diartikan sebagai sekumpulan keyakinan, kepercayaan, hukum, dan norma
yang diyakini dapat mengantarkan seseorang menuju kebahagiaan manusia.
Kebahagian dan keselamatan inilah yang sering menjadi cita-cita yang ingin dicapai tiap
umat manusia di dunia. Siapa sih yang tak mau bahagia? Tentu sedikit sekali orang yang tak
menginginkan hal tersebut. Dan kebanyakan orang sangat berharap dengan kebahagiaan
dunia dan akhirat.
Melalui sejumlah kajian maka para pemikir dan ulama mencoba menjawab
pertanyaan di atas dan jawaban atas pertanyaan tersebut adalah : Manusia secara naluri dan
fitrahnya memang sangat membutuhkan agama. Manusia pada dasarnya membutuhkan
agama karena hal ini yang membedakan manusia dengan mahluk lain seperti hewan. Dalam
beberapa hal, ada kesamaan antara manusia dengan hewan, yaitu sama-sama sebagai mahluk
Allah SWT, sama-sama mempunyai keinginan-keinginan biologis dan sama-sama
mempunyai perasaan takut, sedih, dan gembira dan lain-lain.
Manusia merupakan mahluk yang unik dan istimewa. Secara fisik manusia lebih
lemah dibandingkan dengan hewan tetapi manusia mempunyai jiwa dan akal yang dapat
membedakan baik dan buruk, benar dan salah dan lain sebagainya. Al-Qur’an Surat Al-Ar’af
menerangkan kepada kita bahwa sesungguhnya di alam ruh manusia sudah berjanji dan
menyaksikan bahwa Allah SWT adalah sang Maha Pencipta. Juga Al-Quran Surat Al-
Baqarah dari ayat 1 s/d ayat 20 menceritakan golongan-golongan manusia. Para mufasirin
menfasirkan bahwa ayat 1 – 5 menerangkan orang-orang yang beriman, ayat 6 – 7
menerangkan orang-orang yang kafir, dan ayat 8 – 20 menerangkan keadaan orang yang
munafik.
Dari 20 ayat yang diturunkan pada awal surat ini ternyata hanya 2 ayat saja yang
menerangkan mengenai orang-orang kafir. Hal ini yang ditafsirkan bahwa kebanyakan
manusia sebenarnya beriman namun yang paling banyak jumlahnya adalah golongan orang-
orang atau kaum munafiqin yang senantiasa berada dan ragu di antara keimanan dan
kemunakran mereka. Adapun dari segi kehidupannya maka manusia terbagi ke dalam tiga
golongan yaitu golongan (a) Manusia yang mengabdikan hidupnya hanya untuk kehidupan
dunia sebagaimana difirmankan QS Al-Anam ayat 29 dan Al-Jatsiyah ayat 24. (b) Manusia
yang tidak mempunyai arah / tujuan hidup yang jelas sebagaimana dinyatakan dalam QS Al-
Baqarah ayat 14 (c) Manusia yang menjadikan kehidupan dunia sebagai ladang bagi
kehidupan di akhirat kelak, hal ini dalam surat Adz-Dzariyat ayat 56 dan Al-An’am ayat 32.
Manusia tidak mempunyai jawaban yang pasti terhadap pertanyaan-pertanyaan tentang alam
semesta. Pada saat Nabi Adam diturunkan ke bumi maka timbul kebingungan dalam dirinya
tentang bagaimana menghadapi kehidupan di bumi, maka Allah SWT memberi tuntunan
melalui wahyu dan isyarat-isyarat yang diturunkan kepada beliau. Bahkan sebelum Nabi
Adam diciptakan-Nya para malaikat berdialog dengan Allah SWT tentang mahluk yang akan
diciptakan Allah untuk menjadi khalifah di bumi (Al-Baqarah ayat 30-34). Pertanyaan yang
disampaikan malaikat adalah bentuk keprihatinan kepada manusia yang cenderung menjadi
mahluk pembangkang namun Allah berfirman bahwa Allah lebih mengetahui daripada apa
yang diketahui para malaikat. Dan selanjutnya Allah memberikan pelajaran mengenai nama-
nama benda kepada nabi Adam sebagai pengetahuan dan menjadikan kedudukan atau derajat
Nabi Adam yang lebih tinggi daripada malaikat sehingga malaikat diperintahkan sujud
kepada Nabi Adam.
Manusia sangat membutuhkan pedoman untuk mengatur kehidupan di dunia dan
mempersiapkan dirinya untuk kehidupan di akhirat. Manusia sebagai mahluk individu
sekaligus sebagai mahluk sosial sangat memerlukan aturan dalam seluruh aspek
kehidupannya. Mulai dari menyalurkan kebutuhan yang paling dasar sampai memenuhi
kebutuhannnya yang primer, sekunder dan tersier. Semua aspek kehidupan ada aturannya
apalagi untuk kehidupan di dunia dan akhirat. Ilmuwan barat di antaranya Schumacher
menyatakan bahwa materialisme sudah mati, manusia sekarang mencari spiritualisme
sehingga menurut hemat kita pencarían dan kembalinya manusia terhadap agama merupakan
jawaban yang tepat. Tentu saja banyak alasan dan jawaban lain mengapa manusia
membutuhkan agama. Namun dari uraian di atas diharapkan kesadaran beragama kemudian
muncul dari pemahaman yang menyeluruh tentang fungsi agama / din sehingga pertanyaan
berikutnya adalah mengapa kita membutuhkan dienul Islam? Uraian dan jawaban mengenai
hal tersebut insya Allah akan dilanjutkan pada materi kultum berikutnya. Wallahu’alam
bishshawab …

https://abdain.wordpress.com/2010/01/03/kebutuhan-manusia-terhadap-agama/.
08/09/2016. 6:01

Mengapa manusia butuh agama ?


03 Tinggalkan komentar Go to comments

Adalah suatu pertanyaan yang tidak mudah untuk dijawab. Namun, kita melihat potensi-
potensi yang dimiliki manusia, maka kita akan menemukan beberapa jawaban terhadap
pertanyaan tersebut, antara lain adalah sebagai berikut :

1. Manusia sebagai makhluk Allah memiliki banyak kelebihan dibanding dengan makhluk
yang yang lain; tetapi dibalik kelebihan yang banyak itu, manusia juga tidak luput dari
banyak kekurangan, kelemahan dan kemampuan yang terbatas. Manusia terbatas pada
alam sekitarnya, warisan keturunan dan latar belakang kebudayannya/hidupnya,; yang
menyebabkan adanya perbedaan pandangan dalam menghadapi suatu masalah, bahkan
seringkali bertentangan antara satu dengan yang lainnya.

Pandangan yang simpang siur tersebut (subyektif) tidak akan dapat menimbulkan keyakinan
atas kebenaran, tetapi senantiasa diliputi oleh kabut keragu-raguan (dzanny), sehingga
manusia senantiasa gagal dalam menentukan kebenaran secara mutlak, ia tidak sanggup
menentukan kebaikan dan keburukan (haq dan batil), ia tidak dapat menentukan nilai-nilai
semua hal yang demikian itu adalah di luar bidang ilmu pengetahuan manusia.

Untuk mengatasi ataupun memberikan solusi terhadap kegagalan manusia sebagai akibat dari
kelemahannya, itu maka diperlukan agama/wahyu yang berasal dari luar manusia, yakni
Allah swt. melalui para Nabi dan Rasul-Nya. Hal ini dapat terjadi karena Allah swt. adalah
Maha Sempurna, sehingga wahyu yang diturunkan-Nya merupakan kebenaran mutlak dan
bersifat universal yang tak perlu diragukan lagi, sebagaimana firman Allah dalam Q.S. al-
Baqarah (2) : 147,

َ‫ق ِم ْن َربِكَ فَالَ تَكُونَنَّ ِم ْن ا ْل ُم ْمتَ ِرين‬


ُّ ‫ا ْل َح‬

“Kebenaran itu adalah berasal dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu
meragukannya”

2. Dalam diri manusia terhadap hawa nafsu, yang senantiasa mengajak manusia kepada
kejahatan, apalagi kalau hawa nafsu tersebut sudah dipengaruhi oleh syaitan/iblis yang
senantiasa menyesatkan manusia dari jalan yang benar. Jika manusia dapat mengalahkan
pengaruh hawa nafsu dan syaitan tersebut, maka ia akan lebih tinggi derajatnya daripada
malaikat; tetapi, jika ia mengikuti ajakan hawa nafsunya dan syaitan tersebut, maka ia akan
turun derajatnya lebih rendah daripada binatang.

Untuk mengatasi pengaruh hawa nafsu dan syaitan itu, manusia harus memakai senjata
agama (iman), karena hanya agama (imanlah) yang dapat mengatasi dan mengendalikan
hawa nafsu dan syaitan/iblis itu; sebab agama merupakan sumber moral dan akhlak dalam
Islam. Itulah sebabnya, missi utama manusia, sebagaimana hadits beliau yang menyatakan:
Hanya saja aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.

Melawan hawa nafsu dan syaitan adalah jihad akbar, sebagaimana dikatakan oleh Nabi saw.
sewaktu kembali dari perang Badar: Kita kembali dari jihad (perang) yang paling kecil
menuju jihad yang paling besar, para sahabat bertanya: adakah perang yang lebih besar dari
perang ini ya Rasulullah? Nabi menjawaab : ada, yakni melawan hawa nafsu.

Di samping itu, ada hadits lain yang mengatakan: Tidak sempurna iman seseorang di antara
kamu sehingga hawa nafsunya semata-mata mengikuti agama Islam yang kaubawa.

3. Manusia dengan akalnya semata, tidak mampu mengetahui alam metafisika, alam akhirat
yang merupakan alam gaib, dan berada di luar jangkauan akal manusia, sebagaimana
firmana Allah dalam Q.S. al-Nahl (27) : 65,

‫اء َما ًء فَأَحْ َيا بِ ِه اْأل َ ْرضَ بَ ْع َد َم ْوتِهَا إِنَّ فِي‬ َ َ ‫َّللاُ أ‬
َّ ‫نز َل ِم ْن ال‬
ِ ‫س َم‬ ْ َ‫ذَ ِلكَ آليَةً ِلقَ ْو ٍم ي‬
َّ ‫س َمعُونَ َو‬

“Dan Allah menurunkan air (hujan) dari langit dan dengan air itu dihidupkan-Nya bumi
yang tadinya sudah mati. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-
tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang mendengarkan (pelajaran)”

Akal manusia mempunyai batas-batas kemampuan tertentu, sehingga tidak boleh


melampaui batas dan wewenangnya. Oleh karena itu, banyak masalah yang tidak mampu
dipecahkan oleh akal manusia, terutama masalah alam gaib; dan di sinilah perlunya
agama/wahyu untuk meberikan jawaban terhadap segala masalah gaib yang berada di luar
jangkauan akal manusia. Di sinilah letak kebutuhan manusia untuk mendapat bimbingan
agama/wahyu, sehingga mampu mengatasi segala persoalan hidupnya dengan baik dan
menyakinkan.

4. Para sainstis yang terlalu mendewakan ilmu pengetahuan –banyak yang kehilangan
idealisme sebagai tujuan hidupnya. Mereka dihinggapi penyakit risau gelisah, hidupnya
hambar dan hampa, karena dengan pengetahuan semata, mereka tidak mampu memenuhi
hajat hidupnya; sebab dengan bekal ilmu pengetahuannya itu, tempat berpijaknya makin
kabur, karena kebenaran yang diperolehnya relatif dan temporer, sehingga rohaninya makin
gersang, sebagaimana bumi ditimpa kemarau, sehingga membutuhkan siraman yang dapat
menyejukkan. Di sinilah perlunya agama untuk memenuhi hajat rohani manusia, agar ia tidak
risau dan gelisah dalam menghadapi segala persoalan hidup ini.

5. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah banyak memberikan kebahagiaan dan
kesejahteraan bagi umat manusia. Namun, dibalik semuanya itu, kemajuan ilmu
pengetahuann dan tehnologi pula yang banyak menimbulkan kecemasan dan ancaman
keselamatan bagi umat manusia. Berbagai konflik yang maha dahsyat terjadi diberbagai
belahan dunia dewasa ini merupakan dampak negatif dari pada kemajuan ilmu pengetahuan
dan tehnologi itu, dengan ilmu dan tehnologi, manusia memproduksi senjata, namun dengan
senjata itu pula manusia banyak menjadi korban. Di sinilah perlunya agama, karena hanya
agama (iman) lah yang dapat mencegah agar ilmu dan tekhnologi tersebut tidak berubah
menjadi senjata makan tuan/pagar makan tanaman. Agamalah yang mampu menjinakkan hati
manusia yang sesat, untuk berbuat baik kepada diri sendiri dan kepada orang lain.

Anda mungkin juga menyukai