Anda di halaman 1dari 6

Agama mengandung arti ikatan yang mengikat dan harus dipegang oleh manusia.

ikatan ini
berpengaruh dalam kehidupan manusia, ikatan tersebut berasal dari suatu kekuatan yang berada
diluar diri manusia itu sendiri yang bersifat ghaib. 

Agama juga berarti peraturan yang digunakan untuk mengatur hidup manusia agar tidak kacau di
dunia. 

Manusia adalah makhluk yang dibekali dengan ruh, jasmani dan di lengkapi akal yang
merupakan kelebihan yang diberikan oleh Tuhan. Manusia juga diberikan tanggung jawab untuk
memimpin dunia ini. 

Manusia adalah makhluk yang bercorak Theosentris (sebuah pemikiran bahwa semua proses
dalam kehidupan di bumi akan kembali kepada Tuhan) dan bukannya bercorak Antroposentris
(yang memandang manusia sebagai pusat dari sistem alam semesta) manusia diciptakan Tuhan
antara musayyar dan mukhayyar, Mukhayyar artinya kebebasan dalam memilih dan tidak ada
kehendak tuhan didalamnya seperti dialah yang menciptakan perbuatan sendiri dan mengatur
segala urusannya sendiri dan menurutnya hidup berdasarkan sebab dan akibat. 

Musayyar adalah manusia yang digerakkan dan dikendalikan seperti robot dan tidak ada
kehendak dalam perbuatan  dan dalam hal ini manusia seperti daun yang tertiup angin. 

Keterkaitan agama dan manusia dapat ditelusuri dari beberapa hal seperti

Manusia beragama adalah penyerahan diri kepada sesuatu yang ghaib dan Maha Agung.
Manusia berdoa dan sembayang juga berbuat segala kebaikan untuk kepentingan umat manusia. 

Penyerahan diri dirasakan sebagai pengangkatan terhadap dirinya sendiri dengan itu dia
mendapat keselamatan dan kebahagiaan yang abadi, penyerahan diri dilakukan dengan perasaan
hormat dan khidmat dengan kepercayaan di jangkauan manusia. 

Penyerahan diri manusia bersifat bebas dan merdeka dengan kesadarannya dia memeluk agama
dan menjalani peraturan-peraturan yang ada dalam agama yang di peluknya.

Kebutuhan manusia akan agama 

Manusia membutuhkan agama ialah karena secara naluri setiap manusia akan condong kepada
hakikat dan kebenaran. Selain itu kesempurnaan sejati adalah tujuan utama yang ada dalam
benak dan fitrah setiap insan oleh karena itu dalam mencapai kesempurnaan yang mereka
inginkan maka tak heran apabila mereka berjuang dengan sekuat tenaga bahkan terkadang
dengan cara apapun yang dapat dikerjakan. 

Adapula manfaat agama bagi kehidupan manusia 

1. Memberi manusia tuntunan dan ajaran hidup

2. Memberi jawaban tentang hal yang tidak dapat dijawab oleh manusia 
3.  Mengenalkan pada hal yang baik dan buruk 

4. Menjadi penyeimbang antara fisik dan jiwa manusia 

5. Memainkan fungsi kawanan sosial 

6. Menumbuhkan rasa bahagia dan tentram bagi manusia. 

Dan pada dasarnya tidak semua manusia  itu beragama atau tidak percaya akan adanya Tuhan
dan mereka biasa disebut sebagai Aries. Bagi mereka adanya Tuhan dan agama membuat mereka
tidak nyaman dalam menjalani hidupnya. 

https://www.kompasiana.com/.../agama-dalam-kehidupan-manusia
Sumber 2

Masyarakat Indonesia terkenal sebagai masyarakat agamis, karena memeluk agama tertentu dan
tidak ada ruang sedikitpun bagi orang ateis. Bisa jadi seseorang beragama Islam, Nasrani, Budha,
Hindu atau Koghuchu Tapi barangkali hanya sedikit orang yang mengetahui dengantepat apa itu
agama dan mengapa ia beragama. Karenanya tak mengherankan jikabanyak pula orang yang
mengaku memeluk suatu agama namun ia tak tahubagaimana ia mengamalkan agamnya.

Maka perlu kiranya seseorang memahami mengapa manusia perlu beragama? Dan apa pula
hakikat agama itu? Jawaban kedua pertanyaan ini seharusnya diajukan oleh tiap orang yang
memeluksebuah agama.

PENGERTIAN AGAMA

Agama atau dalam bahasa arabnya ad-dien adalah : “Keyakinan (keimanan)tentang suatu dzat
ketuhanan (Ilahiyah) yang pantas untuk menerima ketaatandan ibadah”. Ini adalah definisi secara
umum. Karenanya semua keyakinantentang dzat ketuhanan disebut agama, walaupun itu murni
hasil “kreatifitas” pemikiran manusia.

Kita tahu bahwa sebagian besar penghuni bumi ini memeluk suatu agama. Itu adalah sebuah
kenyataan yang tak bisa dipungkiri. Hal ini memunculkan sebuah pertanyaan “Mengapa manusia
beragama?”. Jawabnya adalah karena manusia memang membutuhkan agama dalam hidupnya.

Meskipun ada beberapa sarjana Barat seperti, Karl Marx, Emil Durkheim, Sigmund Freud dan
beberapa pemikir lain yang menganggap bahwa eksistensi agama ini tidak diperlukan lagi oleh
manusia. Bahkan dengan suara lantang Friedrich Nietczhe menjelang abad ke 19 mengatakan:”
Tuhan telah mati”

Karl Marx mengatakan:” Agama adalah candu masyarakat. Marx tahu bahwa candu adalah zat
yang dapat menimbulkan halusinansi dan membius. Candu tetap berpengaruh buruk kepada si
pemakai walaupun mendatangkan fantasi. Maka, menurut Marx, fungsi yang dimainkan agama
dalam kehidupan masyarakat, sama seperti candu pada diri seseorang. Dengan agama,
penderitaan dan kepedihan yang dialami oleh masyarakat yang terekploitasi, dapat diringankan
melalui fantasi tentang dunia supernatural tempat dimana tidak ada lagi penderitaan dan
penindasan. Lain halnya dengan Sigmund Freud yang merasa bahwa dia tidak menemukan suatu
alasan untuk percaya adanya Tuhan, shingga ia menganggap ritual keagamaan tidak punya arti
dan manfaat apapun dalam kehidupan ini. Ia yakin bahwa ide-ide agama tidak datang dari Tuhan
Yang Esa ataupun Tuhan-tuhan yang lain, sebab tuhan-tuhan itu memang tidak ada.

Namun demikian, tidak semua pemikir Barat dan para pujangganya memusuhi agama. Ada di
antara mereka yang bijaksana, yang telah bebas dari pengaruh peradaban ateis-materialistis.
Mereka sadar bahwa akidah merupakan hajat mental psikologis. Di antara para pemikir tersebut
adalah James Jeans, yang memulai hidupnya sebagai seorang skeptis yang tidak mempercayai
adanya Tuhan. Setelah mengadakan penyelidikan ilmiah yang mendalam, akhirnya ia sampai
kepada pemahaman bahwa problem-problem ilmiah yang besar tidak dapat dipecahkan kecuali
dengan mengakui adanya Tuhan.

Faktor-Faktor Manusia Memerlukan Agama

Dr. Yusuf Al-Qaradhawy dalam bukunya “Madkhal li-Ma’rifatil Islam”-Pengantar KajianIslam-


menyebutkan paling tidak ada lima faktor yang menyebabkan manusia butuh terhadap agama,
lima faktor itu bisa dijabarkan sebagai berikut:

1. Kebutuhan akal terhadap pengetahuan mengenai hakikat eksistensi terbesar.

Betapapun cerdasnya manusia, jika hanya dengan akalnya ia tak akan bisa menjawab dengan
pasti pertanyaan: darimana ia berasal?, kemanakah ia setelah mejalani hidup ini? dan untuk apa
ia hidup?. Banyak filosof dan pemikir yang mencoba mencari jawaban pertanyaan-pertanyaan
ini, namun tak ada jawaban pasti yang dapat mereka berikan. Karenanya tak mengherankan jika
jawaban- jawaban itu berbeda-beda satu dengan yang lain. Ini terjadi karena jawaban- jawaban
yang mereka berikan hnya didasarkan pada asumsi-asumsi dan prasangka. Jawaban pasti
terhadap pertanyaan-pertanyaan di atas, hanya bisa didapatkan melui agama dan itu pun tidak
semua agama. Sebab pada hakikatnya jawaban pasti itu adalah berasal dari Tuhan yang
menciptakan manusia dan jagat raya ini. Dan saat ini hanya Islamlah yang mempunyai sumber
autentik firman Tuhan, yaitu Al-Qur’an. Selain Al-Qur’an semua sudah tercampur
denganperkataan manusia, bahkan ada yang murni hasil karya manusia namun
dianggapfirmanTuhan.

2.Kebutuhan fitrah manusia

Bukti yang paling jelas menunjukkan bahwa secara fitrah manusia butuh terhadap agama adalah
kenyataan bahwa semua bangsa mengenal kepercayaan terhadap dzat yang dianggap agung. Baik
itu bangsa yang primitif maupun yang berperadaban, yang di barat maupun yang di timur, yang
kuno maupun yang modern. Sedangkan orang-orang yang mengaku tidak percaya terhadap
Tuhan, itu sebenarnya adalah hanya sebuah pelarian dari rasa kecewa terhadap agama yang
mereka lihat. Padahal yang salah adalah ajaran agama itu dan sama sekali itutidak membuktikan
bahwa Tuhan tidak ada.

Tentang kebutuhan fitri terhadap agama ini Allah berfirman :

‫ فطرت هللا التى فطر النا س عـليها‬, ‫فأقم وجهك للدين حنيفا‬

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah). (Tetaplah ata

fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu”.(Qs.Ar-Rum:30)

3. Kebutuhan manusia terhadap kesehatan jiwa dan kekuatan rohani


Kehidupan manusia tak selamanya mulus tanpa kerikil dan batu sandungan. Ada saat-saat
gembira, bahagia, damai dan tentram namun juga ada saat dimana ia sedih, gundah, menderita
dan tertimpa musibah. Disaat jiwa sedang dalam kondisi lemah seperti itulah semakin terasa ia
membutuhkan kekuatan yang bisa mengembalikan rasa bahagia, tentram dan damai yang hilang.
Atau paling tidak ia bisa menghadapi semua itu dengan jiwa yang besar, ketabahan
dankesadaran. Keyakinan dan keimanan terhadap agamalah sumber kekuatan itu. Sebab hanya
agamalah yang mengajarkan tentang kepercayaan terhadap takdir, tawakkal, kesabaran, pahala
dan siksa. Dengan kepercayaan terhadap takdir ia bisa dengan mudah menerima kenyataan.
Dengan tawakkal ia tidak akan terlalu kecewa jika ternyata jerih payahnya tak sesuai dengan
harapan. Dan dengan kepercayaan terhadap pahala dan siksa ia akan bisa segera bangkit kembali
tatkala didzalimi orang lain. Dengan kepercayaan semacam itulah jiwa akan menjadi sehat dan
rohani akan menjadi kuat.

Tentang kaitan antara agama dan kesehatan jiwa ini Dr. Karl Bang memberikan kesaksian:
“Setiap pasien yang berkonsultasi padaku semenjak tiga puluh tahun yang lalu yang berasal dari
seluruh penjuru dunia, ternyata sesungguhnya penyebab sakit mereka adalah kurangnya
keimanan dan goyahnya akidah mereka. Sementara mereka tidak akan mendapatkan kesembuhan
kecua lisetelah mereka mengembalikan keimanan mereka”.

4. Kebutuhan masyarakat terhadap motivasi dan disiplin akhlak.

Hukum dan peraturan jelas tidak bisa menjamin bahwa anggota sebuah masyarakat akan bisa
melaksanakan kebaikan, menunaikan kewajiban dan meninggalkan larangan. Sebab hukum dan
peraturan itu tidak bisa menciptakan motivasi dan menumbuhkan kedisiplinan. Karena
memanipulasi hukum adalah suatu hal yang mungkin terjadi dan mencurangi peraturan adalah
bukan hal sulit untuk dilakukan.

Hukum dan peraturan hanyalah sebuah perwujudan dari pengawasan eksternal, dan itu tidak
cukup sampai di situ. Masyarakat membutuhkan motivasi internal yang kita kenal dengan hati
nurani. Dengan membina hati nurani inilah seorang manusia akan termotivasi untuk melakukan
kebaikan dan meninggalkan keburukan dengan sukarela walaupun tanpa ada pengawasan dari
manusia dan tekanan dari hukum dan peraturan.

Peran pembinaan terhadap hati nurani inilah yang tak dapat dilakukan selain oleh agama.
Apalagi agama juga mengajarkan adanya “pengawasan melekat” oleh Tuhan terhadap seluruh
perbuatan manusia. Motivasi hati nurani dan “pengawasan melekat” seperti inilah yang bisa
menjamin suburnya nilai-nilai kebaikan dan akhlak mulia dalam masyarakat.Marilah kita simak
kata-kata Voltair berikut ini:

“Mengapa kalian meragukan eksistensi Tuhan, padahal kalau bukan karena Tuhanniscaya istriku
telah mengkhianatiku (berbuat serong) dan pembantuku telahmencuri hartaku”.

5. Kebutuhan masyarakat kepada solidaritas dan soliditas.

Agama sesungguhnya memiliki peran yang sangat besar urgensinya dalam mempererat
hubungan antara manusia satu sama lain, dalam status mereka semua sebagai hamba milik satu
Tuhan (Allah) yang talah menciptakan mereka dan dalam status mereka semua sebagai anak dari
satu bapak (Adam) yang telah menurunkan mereka, terlebih lagi dengan persaudaraan akidah
dan ikatan iman yang dibangun oleh agama diantara mereka.

Bahkan ikatan akidah dan keimanan ini mampu melampaui batas-batas bangsa, suku, warna
kulit, jenis kelamin dan melebihi ikatan darah dan kekerabatan. Maka tidak mengherankan jika
kita menemukan mereka mencintai yang lainnya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri, rela
mengorbankan nyawa demi saudaranya dan berlinang air mata karena penderitaan saudaranya di
negeri lain meskipun dipisahkan jarak beribu-ribu kilo meter. Dengan cinta dan pengorbanan
semacam itulah sebuah masyarakat menjadi solid dan kokoh dalam menjalankan agama.

Manusia diciptakan Tuhan Yang Maha Kuasa di muka bumi ini sebagai makhluk yang paling
sempurna dibandingkan dengan makhluk lain. Melalui kesempurnaannya itu manusia bisa
berpikir, bertindak, berusaha, dan bisa menentukan mana yang benar dan baik. Di sisi lain,
manusia meyakini bahwa dia memiliki keterbatasan dan kekurangan. Mereka yakin ada kekuatan
lain, yaitu Tuhan Sang Pencipta Alam Semesta. Oleh sebab itu, sudah menjadi fitrah manusia
jika manusia mempercayai adanya Sang Maha Pencipta yang mengatur seluruh sistem kehidupan
di muka bumi. Dalam kehidupannya, manusia tidak bisa meninggalkan unsur Ketuhanan.
Manusia selalu ingin mencari sesuatu yang sempurna. Dan sesuatu yang sempurna tersebut
adalah Tuhan. Hal itu merupakan fitrah manusia yang diciptakan dengan tujuan untuk beribadah
kepada Tuhannya.

Demikian kiranya hajat manusia terhadap agama,sebagai pembawaan nalurinya sebagai manusia,
meskipun karena desakan – desakan sosial bisa jadi naluri ini menjadi termarjinalkan dari
kebutuhan manusia disamping kebutuhan – kebutuhannya yang bersifat materi.
https://assalaam.or.id/kebutuhan-manusia-terhadap-agama/

Anda mungkin juga menyukai