BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG.
Di masa ini pertumbuhan dan perkembangan merupakan masalah yang sangat penting di
pelajari sebagai bahan pedoman untuk mengetahui ciri – ciri ideal pertumbuhan pada masa
dewasa awal seperti perkembangan fisik, motorik, bahasa, dan adaptasi sosial. Sehingga kita
dapat memahami bagaimana normalnya tumbuh kembang pada usia bayi tersebut. Oleh karena
itu, pembahasan tentang tumbuh kembang sangat baik diangkat sebagai bahan makalah sehingga
kita tahu bagaimana perkembangan dan pertumbuhan dewasa awal sampai lansia.
B. TUJUAN
1. Memenuhi mata kuliah bidang setudy IKD 2
2. Menjelaskan kepada mahasiswa bagaimana menjelaskan karakteristik dewasa awal
3. Konsep-konsep terapeutik pada dewasa awal
4. Penerapan terpeutik pada dewasa awal.
C. METODE
Makalah ini buat berdasarkan sumber-sumber perpustakaan yang kami baca dan kami jadikan
bahan pedoman dengan menggunakan metode deskripsi. Serta dengan menerapkan mmetode
teraupetik pada dewasa awal.
D. SISTEMATIKA
BAB 1: terdiri dari: pendahuluan, latar belakang, metode penulisan, dan sistematika.
BAB II: terdiri dari:komunikasi teraupetik, pengertian komunikasi teraupetik, Tujuan
komunikasi terapeutik, Manfaat Komunikasi Terapeutik, komunikasi pada klien dewasa,
komunikasi pada masa dewasa awal, Suasana Komunikasi, Model Komunikasi dan
Implententasinya pada Klien Dewasa, Prinsip dasar komunikasi terapeutik, Keberhasilan
komunikasi, Faktor yang menghambat dalam proses terapeutik, Teknik-teknik Komunikasi
Terauppetik,
BAB III: terdiri dari : role play, gambaran kasus, strategi pelaksanaan komunikasi.
BAB IV: terdiri dari: penutup, kesimpulan, saran dan daftar pustaka.
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. KOMUNIKASI TERAUPETIK
A. pengertian komunikasi teraupetik
Terapeutik merupakan kata sifat yang dihubungkan dengan seni dari penyembuhan ( As
Hornby dalam Intan, 2005). Maka di sini dapat diartikan bahwa terapeutik adalah segala sesuatu
yang memfasilitasi proses penyembuhan. Dan komunikasi terapeutik merupakankomunikasi
professional bagi perawat.
B. Tujuan komunikasi terapeutik
Dengan memiliki keterampilan berkomunikasi terapeutik, perawat akan lebih mudah
menjalin hubungan saling percaya dengan klien,memberikan kepuasan profesional dalam
pelayanan keperawatan dan akan meningkatkan profesi.
C. Manfaat Komunikasi Terapeutik
Manfaat komunikasi terapeutik ( christina, ddk. 2003) adalah :
1) Mendorong dan menganjurkan kerja sama antarperawat dengan pasien melalui hubungan
perawat dan klien.
2) Mengidentifikasi, mengungkapkan perasaan, dan mengkaji masalah serta mengevaluasi tindakan
yang dilakukan oleh perawat.
2. KOMUNIKASI PADA KLIEN DEWASA
A.Komunikasi pada masa dewasa awal
Komunikasi pada dewasa awal mengalami puncaknya pada kematangan fisik, mental dan
kemampuan social mencapai optimal. Peran dan tanggung jawab serta tuntutan social telah
membentuk orang dewasa.
melakukan komunikasi dengan orang lain, baik pada setting professional ketika mereka bekerja
atau pada saat mereka berada di lingkungan keluarga dan masyarakat umum.
Teknik komunikasi yang dikembangkan pada masa dewasa telah mencapai tahap optimal,
baik dalam bentuk verbal maupun nonverbal. Kemampuan untuk mengembangkan komunikasi
(sebagai media transfer informasi). Dalam menguasai pesan yang diterima, individu dewasa
tidak hanya melihat isi pesan, tetapi juga mempersiapkan pesan tersebut dengan lebih baik serta
menciptakan hubungan antar pesan yang di terima dengan konteks atau situasi pesan tersebut
disampaikan. Pesan yang diterima individu dewasa kadang kala di persepsikan bukan hanya dari
konteks isi pesan, tetapi lebih kompleks lagi disesuaikan dengan situasi dan keadaan yang
menyertai. Contoh: “sayang…” dari sepenggal kata tersebut ketika di ungkapkan dengan nada
datar, akan memberi kesan yang menyesalkan. Kesan ini semakin kuat bila penyampai pesan
menunjukkan rasa penyesalan dari gerakan bibir, raur wajah, kepala menunduk. Namun, bila
ungkapan tersebut di ucapkan dengan menggunakan bahasa yang halus dan mendesah serta
menyampaikan pesan dengan menunjukkan ekspresi mata bersinar, wajah cerah atau normal,
persepsi individu dewasa tersebut adalah bahwa makna kata “sayang” tersebut adalah perasaan
suka atau cinta.
Kemampuan untuk menilai respon verbal dan nonverbal yang disampaikan lingkungan
member keuntungan karena pesan yang kompleks dapat disampaikan secara sederhana. Namun,
kadang kala kemampuan kompleks untuk menangkap pesan ini menimbulkan kerugian pada
manusia karena kesalahan dalam menerima pesan menjadi lebih besar, akibat pengguna persepsi
dan lingkungan yang lebih kompleks. Contoh : seseorang yang meludah didepan atau didekat
orang seseorang kadang kala di persepsikan sebagai rasa tidak suka atau benci terhadap orang
tersebut, atau orang yang meludah tersebut tidak bermaksud sebagaimana dipersepsikan orang
lain. Situasi diatas selanjutnya menimbulkan konflik antar individu atau kelompok.
B. Suasana Komunikasi
Agar komunikasi dengan klien dewasa efektif perlu memperhatikan terciptanya suasana
komunikasi yang mendukung tercapainya tujuan komunikasi seperti saling menghormati,
percaya dan terbuka.
1. Suasana saling menghormati
Untuk dapat berkomunikasi secara efektif dengan klien dewasa, lawan komunikasi
(perawat/tenaga kesehatan) harus dapat menghormati pendapat pribadinya. Klien dewasa akan
merasa lebih senang apabila ia diperbolehkan untuk menyampaikan pemikiran atau pendapat,
ide, dan sistem nilai yang dianutnya. Apabila hal-hal tersebut diabaikan akan menjadi kendala
bagi keberlangsungan komunikasi.
2. Suasana saling percaya
Komunikasi dengan klien dewasa perlu memperhati- kan rasa saling percaya akan kebenaran
informasi yang dikomunikasikan. Apabila hal ini dapat diwujudkan maka tujuan komunikasi
akan lebih mudah tercapai.
3. Suasana saling terbuka
Keterbukaan untuk menerima hasil komunikasi dua arah, antara perawat atau tenaga
kesehatan dan klien dewasa akan memudahkan tercapainya tujuan komunikasi.
Klien dewasa yang menjalani perawatan di rumah sakit dapat merasa tidak berdaya, dan tidak
aman ketika berada di hadapan pribadi-pribadi yang mengatur sikap dan perilakunya. Status
kemandirian mereka berubah menjadi bergantung pada aturan dan ketetapan pihak lain. Hal ini
dapat menjadi suasanya yang dirasanya sebagai ancaman. Akumulasi perasaan ini dapat
terungkap dalam bentuk sikap emosional dan agresif.
C. Model Komunikasi dan Implententasinya pada Klien Dewasa
Untuk dapat berkomunikasi secara efektif dengan klien dewasa dapat diterapkan beberapa
model konsep komunikasi sebagai berikut:
BAB III
ROLE PLAY
A. GAMBARAN KASUS
Resiko kesehatan pada masa dewasa awal berasal dari komunitas, gaya hidup, dan riwayat
keluarga. Semua kebiasaan gaya hidup yang mempengaruhi respons terhadap stresdapat
menyebabkan resiko untuk mendapatkan penyakit. Merokok merupakan factor resiko untuk
penyakit paru-paru, jantung, dan pembuluh darah pada perokok aktif dan pasif.
Yang dapat mengakibatkan pada kerusakan atau kangker paru-paru, emfisemadan bronchitis
kronik.
Penyalahgunaan obat, baik secara langsung atau tidak langsung, dapat menyebabkan
moralitas pada individu dewasa awal.Dapat mengakibatkan keracunan, trauma, bahkan himgga
kematian, atau masalah lalu lintas.
B. STRATEGI PELAKSANAAN KOMUNIKASI
1. Pra interaksi
Pra interaksi merupakan masa persiapan sebelum berhubungan dan berkomunikasi dengan
klien. Anda perlu mengevaluasi diri tentang kemampuan yang anda miliki. Jika saudara telah
siap, maka anda perlu membuat rencana interaksi dengan klien.
1) Evaluasi diri
Coba pertanyaan berikut:
Apa pengetahuan yang saya miliki tentang keperawatan jiwa?
Apa yang akan saya ucapkan saat bertemu dengan klien?
Bagaimana respon selanjutnya jika klien diam, menolak,marah atau inkoheren?
Adakah pengalaman interaksi dengan klien yang negatif/buruk/tidak menyenangkan?
Jika ada lakukan dengan koreksi dengan cara membaca cara-cara berhubungan dengan klien.
Konsultasi dengan pembimbing klinik, diskusi dengan teman sekelompok.
Bagaimana tingkat kecemasan saya? Jika cemas ringan, lakukan interaksi. Jika cemas sedang,
usahakan sampai anda dapat mengatasi kecemasan.
2) Penetapan tahapan hubungan/interaksi
Berikut perlu di tetapkan tahapan hubungan anda berikutnya:
Apakah pertemuan/kontak pertama?
Apakah pertemuan lanjutan?
Apa tujuan pertemuan? Mengkaji/observasi/pemantauan/tindakan keperawatan terminasi?
Apa tindakan yang saya lakukan?
Bagaimana cara melakukannya?
3) Rencana interaksi
Siapakan secara tertulis rencana percakapan yang akan anda lakukan pada saat berhubungan
dengan berkomunikasi bersama klien.
Teknik komunikasi apa yang anda akan terapkan,kaitkan dengan tujuan anda melakukan
hubungan dengan klien. Hal ini berhubungan dengan tahapan hubungan yang akan dilakukan.
Teknik observasi apa yang perlu saudara lakukan selama berhubungan dengan klien.
2. Fase perkenalan atau Orientasi
1) Fase perkenalan
Perkenalan merupakan kegiatan yang pertama kita lakukan pertama kali bertemu dengan
klien. Hal yang perlu dilakukan adalah :
a) memberi salam
assalammua’laikum, selamat pagi, selamat siang, selamat sore, malam atau sesuai dengan latar
belakang social budaya yang disertai dengan mengulurkankan tangan untuk berjabat tangan.
b) memperkenalkan diri perawat
Nama saya suster Santi, saya senang dipanggil suster Santi!
c) Mengenalkannama klien
Nama Bapak atau Ibu, saudara atau saudari atau senang dipanggil apa?
d. Menyepakati Pertemuan
Bunyi kesepakatan tentang pertemuan terkait dengan kebersediaan klien untuk bercakap-cakap
(tempat bercakap-cakap dan lama percakapan).
Contoh komunikasi :
“bagaimana kalau kita bercakap-cakap.”
“Ayo kita bercakap-cakap!”
“Dimana kita duduk?” (sebutkan)
“Ayo kita duduk disana.” (sebutkan)
Jika di klinik/rumah sakit langsung katakan “silahkan duduk!”.
Jika dikamar klien, saudara langsung duduk disamping klien.
e. Menghadapi kontrak
Pada pertemuan awal saudara perlu melengkapi penjelasan identitas saudara sehingga saat
interaksi klien percaya pada saudara.
Contoh komunikasi :
“Saya perawat yang bekerja di ….., saya yang akan merawat Angel selama 3 hari”. (contoh bila
nama kesenangan nya Angel).
“Dimulai saat ini sampai dengan ….., saya dating jam 07.00 dan pulang jam 14.00”.
Contoh komunikasi:
“Dari percakapan kita tadi tampaknya Yanti….”(sesuai dengan kesimpulan masalah /kebutuhan
yang dimiliki klien). Gunakan bahasa yang yang dimengerti klien, misalnya:
“ tampaknyaYanti tidak nafsu makan karena nyeri pada ulu hati” (untuk masalah Gastritis).
“Tampaknya Yanti kelihatan sesak napas” (untuk masalah Asma).
h. menghindari perkenalan
2). fese Orientasi
Fese Orientasi dilaksakan pada awal setiap pertemuan kedua dan seterusnya.
Tujuan fase orientasi adalah memvalidasi kekurangan data,rencana yang telah dibuat dengan
keadaan klien saat ini. Umumnya dikaitkan dengan hal yang telah dilakukan bersama klien.
a) Memberi Salam
sama dengan fase perkenalan
b) Memvalidasi Keadaan Klien
“bagai mana keadaan Yanti hari ini?”
“cobayanti ceritakan prasaan hari ini!”
“adakah hal yang terjadi,selama kita tidak bertemu? Coba ceritakan!”
c) Mengingat Kontrak
setiap berinteraksi dengan klien dikaitkan dengan kontrak pada pertemuan sebelumnya.
“Yanti masih ingatkah jam brapa kita bertemu?”
“sesuai dengan janji kita yang lalu akan bertemu pada jam …(sesuai perjanjian).”
“Yanti masih ingatkah apa topic pembicaraan kita.”
“sesuai dengan perjanjian yang lalu saya akan memberikan suntikan lagi.”
“sesuai dengan perjanjian kita tadi,sekarangyanti akan saya bantu latihan secara efektif.”
3. Fase Kerja
Fase kerja merupakan inti hubungan keperawatan klien yang terkait erat dengan pelaksaan
rencana tindakan perwatan yang akan yang dilaksanakan sesui dengan tujuan yang akan dicapai.
Tujuan tindakan keperawatan yaitu :
a) meningkatkan pengertian dan pengenalan klien akan dirinya, prilaku,prasaan, dan pikirannya,
tujuan ini sering disebut juga tujuan kognitif.
Contoh:
“apa yang menyebabkan yanti cemas?”
“apa tanda atau gejala yang yanti rasakan saat cemas?”
“kapan saja yanti merasakan cemas?”
Apa yang yanti rasakan saat merasa cemas?”
b) mengembangkan,mempertahankan dan meningkatkan kemampuan klien secara mandiri
menyelesaikan masalah yang dihadapi. Tujuan ini sering disebut juga tujuan afektif dan
psikomotor.
Contoh:1
“Apa yangyanti lakukan saat cemas?”
“apa yang yanti lakukan saat jantung berdebar-debar?”
“apakah dengan masalah itu masalah yanti bias selesai?”
“apa kira-kira cara lain yang lebih baik?”
Bagaimana kalau kita bicarakan beberapa cara baru?’
c) melaksanakan terrapin atau tekhnikal keperawatan.
Contoh:
“Bagaimana rasa nyeri yanti?”
“saya bantu untuk mencoba cara mengurangi rasa nyeri.”
“Pertama: Yanti dapat mengalihkan pikiran pada pengalaman yang menyenangkan, atau
membaca, atau mendengar music, atau bercakap-cakap.”
“Kedua: Latihan napas dalam-dalam.” (beri contoh)
“Ketiga: mengusap daerah tertentu.” (beri contoh)
“Mari kita coba.”(Bantu klien melakukannya,beri pujian jika dapat melakukan)
“Bagaimana perasaan ibu?”
“Nah, ibu dapat mencobanya pada saat nyeri, namun jika tidak berhasil panggil perawat.”
d) melaksanakan pendidikan kesehatan
Contoh:
“Sesuai dengan anji kita tadi pagi,saya akan memberi penjelasan tentang cara merawat tali pusat
banyi baru lahir.”
Jelaskan tentang merawat tali pusat banyi baru lahir (jelaskan dengan alat bantu [lembar balik
atau leaflet atau booklet]).
“Ada pertanyaan Bu?Ada yang kurang jelas?”
“Ibu dan keluarga boleh mencoba melakukannya di rumah, terimakasih.”
e) melaksanakankolaborasi
Contoh:
“Bu,sekarang sudah pukul 12.00,saatnya ibu mendapat suntikan.”
“Ibu,miring ke sebelah kiri.”
“edikit sakit Bu (katakan ada saat akan menyuntik),tarik napas dalam Bu,ya,sudah.”
“Bagai mana Bu?”
f) melaksanakan observasi dan monitoring
“Bu,sesuai keadaan suhu Ibu yang tinggi maka setiap dua jam saya mengukur suhu, nadi, dan
pernapasan Ibu.”
“Sekarang saya akan ukur suhu Ibu diketiak.”Kemudian perawat meletakan thermometer di
ketiak klien, dan katakan pada klien:
“dijepit ya Bu!”
“Saya ambil ya Bu, sekarag Ibu istirahat lagi, nanti dua jam lagi saya dating.”
4. faseterminasi
a) terminasi sementara
yaitu merupakan akhir dari setiap pertemuan perawat dank lien. Terminasi terbagi menjadi dua,
yaitu:
1) evaluasi hasil
“coba yang disebutkan hal-hal yang sudah kita bicarakan.”
“apa saja yang telah Yantim dapat dari percakapan tadi?”
2) Tindak Lanjut
“bagaimanakaluaYantilakuakn nanti diryangan?”
“yang mana Yang ingin Yanti coba?”
3) Kontrak yang akan datang
Waktu :
“Kapan kita ketemu lagi?”
“bagai mana kalau nanti jam….kita bertemu lagi?”
“kita akan bertemu lagi besok pagi.”
Topic :
“apa saja yang akan kita bicarakan hari ini,nanti atau besok.”
b) Terminasi akhir
Terminasi akhir terjadi jika klien akan pulang darirumah sakit atau saudara selesai praktek
dirumah sakit.
1) Evaluasi hasil
“coba sebutkan kemampuan yang didapat setelah dirawat disini?”
“apa saja yang telah diketahui selama dirawat disini?”
2) Tindak lanjut
“Apa rencana kegiatan yantidirumah?”
“Apa gejala dan tanda yang perlu diperhatikan dirumah?”
3) Kontrak yang akan datang
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Konsep komunikasi terapeutik sangat perlu dilakukan karena sangat membantu sekali
dalam penyembuhan pasien, terutama pada dewasa awal yang sering mengalami berbagai
masalah dalam kehidupannya,
Agar seseorang berguna dalam kehidupannya, maka dari itu merawat diri sendiri lebih baik
dibandingkan menyusahkan orang lain.
Peran perawat juga sangat penting dalam komunikasi karena perawat sebagai pemberi
asuhan jadi yang banyak berperan dalam komunikasi terpeutik terdapat pada bagianperawat juga.
B. SARAN
1. Mahasiswa mampu menerapkan teraupetik dalam pembelajaran serta praktik keperawatan
2. mahasiswa dapat mendeskripsikan apa yang di maksud dengan teraupetik
3. pemahaman mahasiswa sangat di perlukan dalam teraupetik.
DAFTAR PUSTAKA
Damalyanti, S.kep, Ns., Mukhrifah.2008. Komunikasi Terapeutik dalam Keperawatan. PT Reflika Aditama
: Bandung
Mahmud mahfudz, peran komunikasi terapeutik,edisi pertama2009, Ganbika, Yogyakarta
Ns. NunungNurhasanah, S. kep, ilmu komunikasi dalam konteks keperawatan, cetakan pertama 2010, Cv.
Trans info media, Jakarta Timur
Poatricia A. Poter, anne G. Perry, fundamental of nursing, edisi 7 buku 1, salemba medika, Jakarta