SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI
Michael A. Baransano
NRP. H152080011
ABSTRAK
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Ilmu-Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
Penguji Luar Komisi : Prof. Dr. Ir. Bambang Juanda, MS
LEMBAR PENGESAHAN
Disetujui
Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, M.Sc Dr. Slamet Sutomo, SE., MS
Ketua Anggota
Diketahui
Halaman
I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1. Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah ................................................................... 10
1.3. Tujuan ........................................................................................ 12
1.4. Manfaat Penelitian ..................................................................... 13
1.5. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................... 13
Halaman
Halaman
Halaman
I PENDAHULUAN
Sumber : http://www.slideshare.net/ekpd/hasil-evaluasi-kinerja-pembangunan-
daerah-tahun-2009-provinsi-papua-barat 2
2
Seminar Nasional Hasil Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Tahun 2009 Provinsi Papua
Barat, Pelaksana Universitas Negeri Papua. Hotel Santika Premiere 18-20 Desember 2009
[februari 2011]
5
Tabel 1 PDRB, luas wilayah dan jumlah penduduk per kabupaten/kota serta
kontribusinya terhadap Provinsi Papua Barat tahun 2007
PDRB atas dasar harga
Luas Wilayah Jumlah Penduduk
Kabupaten/ berlaku
Kota Nilai
Km2 (%) Jiwa (%) (%)
(Jutaan Rp)
Fak-Fak 14.320,00 10,00 66.254 9,16 912.368,45 8,87
Kaimana 18.500,00 12,82 41.660 5,76 534.432,78 5,20
Wondama 12.146,62 8,48 22.936 3,17 172.899,41 1,68
Teluk Bintuni 18.637,00 13,02 53.664 7,42 640.772,08 6,23
Manokwari 14.448,50 10,09 171.222 23,68 1.686.242,76 16,39
Sorong Selatan 29.810,00 20,82 60.934 8,43 327.559,71 3,18
Sorong 28.894,00 20,18 97.810 13,53 3.345.501,50 32,53
Raja Ampat 6.084,50 4,25 40.912 5,66 796.193,43 7,74
Kota Sorong 344,49 0,24 167.589 23,18 1.869.355,55 18,17
Jumlah 143.185,1 100,00 722.981 100,00 10.285.325,67 100,0
dengan rata-rata sebesar Rp 593, 13 ribu dengan daya beli tertinggi pada Kota
Sorong dan terendah pada Kabupaten Raja Ampat.
Data laporan Tahunan Indeks Pembangunan Manusia Papua Barat Tahun
2008 menyebutkan bahwa berdasarkan kesamaan pencapaian nilai IPM, posisi
relatif kabupaten dan kota di Provinsi Papua Barat dapat dikelompokan kedalam 3
(tiga) kelompok. Kelompok IPM bawah yaitu Kabupaten Teluk Wondama, Teluk
Bintuni, Manokwari, Raja Ampat dan Sorong Selatan, capaian rata-rata IPM pada
tahun 2006-2008 adalah 65 ke bawah. Kelompok IPM menengah terdiri dari
Kabupaten Fak-Fak, Kabupaten Kaimana dan Kabupaten Sorong dengan capaian
rata-rata IPM 2006-2008 antara 66-75. Kelompok IPM atas adalah Kota Sorong
dengan rata-rata capaian IPM 2006-2008 lebih dari 75.
Ketimpangan pada jumlah penduduk, PDRB dan PDRB per kapita juga
menggambarkan ketimpangan pembangunan di Provinsi Papua Barat. Kabupaten
Sorong misalnya, pada tahun 2008 memiliki nilai PDRB (atas dasar harga
berlaku) tertinggi di Papua Barat sebesar Rp 4,28 triliun disusul Kota sorong
sebesar Rp 2,15 triliun dan Kabupaten Manokwari sebesar Rp 2,03 triliun.
Kabupaten Wondama merupakan kabupaten pemekaran dengan nilai PDRB
terendah sebesar Rp 0,27 triliun. Dari segi nilai PDRB per kapita, nilai tertinggi
berada pada Kabupaten Teluk Bintuni (Rp 16 juta), Kabupaten Fak-Fak (Rp 15,
57 juta), Kabupaten Kaimana (Rp 14,31 juta) dan Kota Sorong (Rp 12,7 juta).
Hal ini disebabkan karena konsentrasi penduduk lebih banyak berada di
kabupaten induk sehingga meskipun memiliki pendapatan yang relatif tinggi,
PDRB per kapitanya masih rendah.
Dana perimbangan pembangunan yang bersumber dari Dana Alokasi Umum
(DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Bagi Hasil (DBH) memberikan
kontribusi cukup besar bagi pendanaan pembangunan di kabupaten dan kota
maupun di Provinsi Papua Barat. Daerah yang mempunyai kemampuan fiskal
rendah akan mendapatkan DAU dalam jumlah yang relatif besar, sebaliknya daerah
yang mempunyai kemampuan fiskal tinggi akan mendapat DAU dalam jumlah yang
kecil, dimana pemberian DAU tahun berjalan selalu lebih besar dari tahun
sebelumnya (DAU t > DAU t-1 ). Pemberian DAU ini diharapkan benar-benar dapat
mengurangi disparitas fiskal horizontal, daerah mempunyai tingkat kesiapan fiskal
8
3
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16852/5/Chapter%20I.pdf [februari 2011]
4
http://www.djpk.depkeu.go.id/datadjpk [juli 2010]
9
Tabel 2 Luas lahan yang sesuai, telah digunakan dan tersedia untuk
pengembangan (perluasan) pertanian di Provinsi Papua Barat
Luas Lahan
Telah
Kab/Kota Sesuai Masih Tersedia
Digunakan
(ha) (%)
(%)
Fak-fak 553.784 33,34 66,66
Kaimana 312.807 22,80 77,20
Teluk Wondama 46.342 31,50 68,50
Teluk Bintuni 783.176 3,37 96,63
Manokwari 145.977 67,61 32,29
Sorong Selatan 477.321 6,48 93,52
Sorong/Kota 454.140 36,60 63,40
Raja Ampat 20.854 100,00 0,00
Jumlah 2.794.441 22,34 78,04
Sumber : BPS Papua Barat, 2008 (data diolah)
5
Arah Kebijakan Harmonisasi Papua Barat http://www.westpapuamdgs.com/?p=82&lang=id
[februari 2011]
6
Potensi Daerah Papua Barat http://www.papuabarat.info/content/potensi.php [februari 2011]
11
II TINJAUAN PUSTAKA
yang belum dikelola atau dimanfaatkan, tingkat kepadatan penduduk yang masih
rendah, pendapatan dan pendidikan yang juga relatif rendah. Wilayah yang tidak
berkembang dicirikan oleh dua hal yaitu : (a) wilayah tersebut memang tidak
memiliki potensi baik potensi sumberdaya alam maupun potensi lokasi, sehingga
secara alamiah sulit sekali berkembang dan mengalami pertumbuhan dan (b)
wilayah tersebut sebenarnya memiliki potensi, baik sumberdaya alam atau lokasi
maupun memiliki keduanya, tetapi tidak dapat berkembang dan bertumbuh karena
tidak memiliki kesempatan dan cenderung dieksploitasi oleh wilayah lain.
Alkadri et.al. (2001b) mengatakan bahwa pengembangan wilayah pada
umumnya mencakup berbagai dimensi pembangunan yang dilaksanakan secara
bertahap. Pada tahap awal, kegiatan pengembangan wilayah biasanya ditekankan
pada pembangunan fisik untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, kemudian
diikuti dengan pembangunan sistem sosial dan politik. Namun begitu, tahapan ini
bukan merupakanlah merupakan suatu ketentuan yang baku, karena setiap
wilayah mempunyai potensi pertumbuhan yang berbeda dengan wilayah lain.
Potensi sumberdaya alam, kondisi sosial, budaya, ekonomi masyarakat,
ketersediaan infrastruktur dan lain-lain sangat berpengaruh pada penerapan
konsep pengembangan wilayah yang digunakan.
studi empirik dengan menggunakan konsep kedua ini. Hal ini disebabkan karena
kelangkaan data (terutama mengenai stok barang modal).
Dengan demikian, penentuan sektor unggulan dapat didasarkan pada kriteria
sebagai berikut:
1. Share terhadap PDRB : suatu sektor dikatakan unggul jika memberikan
kontribusi minimal 10%, sedangkan sub sektor minimal 2,5%
2. Nilai LQ : sektor/sub sektor dikatakan unggul jika mempunyai nilai LQ>1
3. Pertumbuhan PDRB : suatu sektor dikatakan unggul jika mengalami rata-rata
pertumbuhan minimal 5% per tahun dan terus mengalami pertumbuhan positif
setidaknya pada tiga (3) tahun, atau menglami kenaikan pada dua (2) tahun
terakhir secara berturut-turut.
4. Selisih antara pertumbuhan share sektor/sub sektor terhadap PDRB wilayah
kajian dan wilayah yang lebih besar bernilai positif.
Metode LQ (location quontient) dan SSA (shift share analysis) merupakan
dua metode yang sering dipakai sebagai indikator sektor basis. Untuk mengetahui
potensi aktifitas ekonomi yang merupakan indikasi sektor basis dan bukan basis
dapat digunakan metode LQ, yang merupakan perbandingan relatif antara
kemampuan sektor yang sama pada daerah yang lebih luas dalam suatu wilayah.
Asumsi dalam LQ adalah terdapat sedikit variasi dalam pola pengeluaran secara
geografi dan produktifitas tenaga kerja seragam serta masing-masing industri
menghasilkan produk atau jasa yang seragam. Berbagai dasar ukuran pemakaian
LQ harus harus disesuaikan dengan kepentingan penelitian dan sumber data yang
tersedia. Jika penelitian dimaksudkan untuk mencari sektor yang kegiatan
ekonominya dapat memberikan kesempatan kerja sebanyak-banyaknya maka yang
dipakai sebagai dasar ukuran adalah jumlah tenaga kerja sedangkan bila
keperluannya untuk menaikan pendapatan daerah, maka pendapatan merupakan
dasar ukuran yang tepat dan bila hasil produksi maka jumlah hasil produksi yang
dipilih. LQ juga menunjukan efisiensi relatif wilayah, serta terfokus pada subtitusi
impor yang potensial atau produk dengan potensi ekspansi ekspor. Hal ini akan
memberikan gambaran tentang industri mana yang terkonsentrasi dan industri
mana yang tersebar (Rustiadi et. al. 2009; Bendavil-Val, 1991). Secara
operasional, LQ didefinisikan sebagai rasio persentase dari total aktifitas sub
19
wilayah ke-i terhadap persentase aktifitas wilayah yang diamati. Asumsi yang
digunakan dalam analisis ini adalah : (1) kondisi geografis relatif homogen; (2)
pola-pola aktifitas bersifat seragam, dan; (3) setiap aktifitas menghasilkan produk
yang sama.
Shift Share Analysis (SSA) merupakan salah satu dari sekian bayak teknik
analisis untuk memahami pergeseran struktur aktifitas di suatu lokasi tertentu,
dibandingkan dengan suatu referensi cakupan wilayah yang lebih luas dalam dua
titik waktu. Pemahaman struktur aktifitas dari hasil SSA juga menjelaskan
kemampuan berkompetisi (competitiveness) aktifitas tertentu di suatu wilayah
secara dinamis atau perubahan aktifitas dalam cakupan wilayah yang lebih luas.
SSA mampu memberikan gambaran sebab-sebab terjadinya pertumbuhan suatu
aktifitas di suatu wilayah. Sebab-sebab yang dimaksud dibagi kedalam tiga bagian
yaitu sebab yang berasal dari dinamika lokal (sub wilayah), sebab dari dinamika
aktifitas atau sektor total wilayah dan sebab dari dinamika wilayah secara umum.
Hasil SSA juga mampu menjelaskan kinerja (performance) suatu aktifitas di
suatu sub wilayah dan membandingkannya dengan kinerjanya di dalam wilayah
total. Gambaran kinerja tersebut dapat dijelaskan dari tiga (3) komponen hasil
analisis, yaitu : (a) komponen laju pertumbuhan total (regional share) yang
merupakan pertumbuhan total wilayah pada dua titik waktu yang menunjukan
dinamika total wilayah; (b) komponen pergeseran proposional (proportional shift)
yang merupakan pertumbuhan total aktifitas tertentu secara relatif dibandingkan
dengan pertumbuhan secara umum dalam total wilayah yang menunjukan
dinamika sektor/aktifitas total dalam wilayah; (c) komponen pergeseran
diferensial (differential shift) yang menjelaskan bagaimana tingkat kompetisi
(competitiveness) suatu aktifitas tertentu dibandingkan dengan pertumbuhan total
sektor/aktifitas tersebut dalam wilayah. Komponen ini menggambarkan dinamika
keunggulan atau ketidakunggulan suatu sektor/aktifitas tertentu di subwilayah
tertentu terhadap aktifitas tersebut di subwilayah lain.
.................................................................. (1)
Dimana :
V w = Index Williamson (Iw)
22
.............................................................. (2)
Dimana :
T = Total disparitas (Indeks Theil)
yi = PDRB kabupaten i/PDRB Provinsi
xi = Jumlah penduduk kabupaten i/ penduduk provinsi
analisa menjadi lebih luas. Kedua, dengan menggunakan indeks ini dapat pula
dihitung kontribusi (dalam presentase) masing-masing daerah terhadap disparitas
pembangunan wilayah secara keseluruhan sehingga dapat memberikan implikasi
kebijakan yang cukup penting.
Selain itu faktor-faktor yang mempengaruhi disparitas pembangunan
wilayah dijelaskan oleh Sjafrizal (2008) sebagai berikut :
Kurang lancarnya mobilitas barang dan jasa dapat pula mendorong terjadinya
peningkatan disparitas pembangunan antar wilayah. Mobilitas barang dan jasa
ini meliputi kegiatan perdagangan antar daerah dan migrasi, baik yang
disponsori oleh pemerintah (transmigrasi) atau migrasi spontan. Demikian
pula halnya dengan migrasi yang kurang lancar menyebabkan kelebihan
tenaga kerja suatu daerah tidak dapat dimanfaatkan oleh daerah lain yang
sangat membutuhkannya. Akibatnya dispartias pembangunan antar wilayah
akan cenderung tinggi karena kelebihan suatu daerah tidak dapat dimanfaatkan
oleh daerah lain yang membutuhkan, sehingga daerah terbelakang sulit
mendorong proses pembangunannya.
8
Ayu Savitri Gama: Jurnal Ekonomi dan Sosial Volume 2 Nomor 1.
ejournal.unud.ac.id/?module=detailpenelitian&idf... – [ April 2010]
25
alam yang lebih banyak pada daerah tertentu. Kedua, meratanya fasilitas
transportasi, baik darat, laut dan udara juga ikut mempengaruhi konsentrasi
kegiatan ekonomi antar daerah. Ketiga, kondisi demografis (kependudukan)
juga ikut mempengaruhi karena kegiatan ekonomi akan cenderung
terkonsentrasi dimana sumberdaya manusia tersedia dengan kualitas yang
lebih baik.
Daerah yang mendapat alokasi investasi yang lebih besar dari pemerintah atau
dapat menarik lebih banyak investor swasta akan cenderung mempunyai
tingkat pertumbuhan ekonomi daerah yang lebih cepat. Kondisi ini akan
mendorong proses pembangunan daerah melalui penyediaan lapangan kerja
yang lebih banyak dan tingkat pendapatan perkapita yanglebih tinggi. Alokasi
investasi pemerintah ke daerah lebih banyak ditentukan oleh sistim
pemerintahan daerah yang dianut. Bila sistim daerah yang dianut bersifat
sentralistik, maka alokasi dana pemerintah akan cenderung lebih banyak
dialokasikan pada pemerintah pusat, sehingga disparitas pembangunan antar
wilayah akan cenderung tinggi. Bila sistem pemerintahan yang dianut adalah
otonom atau federal maka dana pemerintah akan lebih banyak dialokasikan ke
daerah sehingga disparitas pembangunan antar wilayah akan cenderung lebih
rendah. Tidak demikian halnya dengan investasi swasta yang lebih banyak
ditentukan oleh kekuatan pasar yang berperan banyak dalam menarik investasi
swasta ke suatu daerah adalah keuntungan lokasi yang dimiliki oleh suatu
daerah. Keuntungan lokasi tersebut ditentukan juga oleh ongkos transport baik
untuk bahan baku dan hasil produksi yang harus dikeluarkan pengusaha,
perbedaan upah buruh, konsentrasi pasar, tingkat persaingan usaha dan sewa
tanah. Termasuk ke dalam keuntungan lokasi ini adalah keuntungan
aglomerasi yang timbul karena terjadinya konsentrasi beberapa kegiatan
ekonomi terkait pada suatu wilayah tertentu.
politik; (4) kebijakan pemerintah; (5) administrasi; (6) sosial budaya dan (7)
ekonomi.
Dari aspek kebijakan pemerintah misalnya, menurut Kurian (2007)
diakibatkan karena adanya dominasi pemerintah dalam semua aspek
pembangunan ekonomi sehingga akan menyebabkan tingginya tingkat disparitas
pembangunan dalam wilayah/negara tersebut. Salah satu contoh nyata adalah
kebijakan pembangunan di beberapa wilayah di Indonesia dan beberapa negara
lainnya yang lebih menekankan pertumbuhan dengan membangun pusat-pusat
pertumbuhan telah menimbulkan kesenjangan antar wilayah yang luar biasa.
Tricle down effect yang diharapkan secara efektif tidak terjadi, namun dalam
kenyataannya malah digantikan oleh backwash effect, yaitu pengurasan
sumberdaya secara berlebihan dari wilayah hinterland. Matsui (2005), dalam
penelitiannya menyimpulkan bahwa pemerintah seharusnya memainkan peran
penting dalam mempromosikan aktivitas-aktivitas sektor swasta didalam ekonomi
regional suatu wilayah.
Ketidakefisienan dibidang administrasi juga dapat menyebabkan terjadinya
disparitas antar wilayah. Hasil penelitian yang dilakukan Kimura (2007)
menunjukan bahwa “marjinalisasi administrasi” yang terjadi di Provinsi Sulawesi
Utara menyebabkan disparitas yang tinggi dengan wilayah Gorontalo, sehingga
memacu pembentukan Provinsi Gorontalo. Wilayah-wilayah yang ingin maju
harus mempunyai administrator yang jujur, terpelajar, terlatih dan sistem
administrasi yang efisien. Wilayah-wilayah yang administrainya efisien akan
mampu mengundang investasi, karena perijinannya tidak selalu rumit. Sebaliknya
daerah dengan kinerja administrasi buruk tidak diminati investor. Hal itulah yang
menjadi salah satu alasan mengapa para investor kurang terdorong untuk
menanamkam investasinya di daerah-daerah di Indonesia, karena perijinannya
yang terlalu rumit dan berbelit-belit.
Masyarakat yang tertinggal pada umumnya tidak memiliki institusi dan
perilaku yang kondusif bagi berkembangnya perekonomian. Mereka masih
menganut kepercayaan primitif, kepercayaan tradisional dan nilai-nilai sosial yang
cenderung konservatif dan menghambat (kontraproduktif) perkembangan
ekonomi. Sebaliknya masyarakat yang relatif maju umumnya memiliki institusi
27
dan perilaku yang kondusif untuk berkembang. Mereka percaya pada agama,
tradisi, nilai-nilai sosial yang lebih mendorong tumbuh dan berkembangnya
intelektualisme, profesionalisme, moralitas dan social cohesiveness bagi
kemajuan untuk semua.
Faktor-faktor ekonomi yang menyebabkan terjadinya disparitas antar
wilayah, diantaranya dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
(1) Faktor ekonomi yang terkait dengan perbedaan kuantitas dan kualitas dari
faktor produksi yang dimiliki seperti lahan, infrastruktur, tenaga kerja, modal,
organisasi dan perusahaan.
(2) Faktor ekonomi yang terkait dengan akumulasi dari berbagai faktor. Salah satu
contohnya adalah lingkaran setan kemiskinan (cumulative causation of
poverty provensity). Ada dua tipe lingkaran setan kemiskinan di wilayah-
wilayah yang tertinggal. Pertama, sumberdaya yang terbatas dan
ketertinggalan masyarakat menjadi sebab dan akibat dari kemiskinan. Kedua,
kondisi masyarakat yang tertinggal, standar hidupnya rendah, efisiensi rendah,
produktifitas rendah, pendapatan rendah, konsumsi rendah, tabungan rendah,
investasi rendah, pengangguran meningkat, dan pada akhirnya masyarakat
menjadi semakin tertinggal. Keseluruhan faktor inisaling berkaitan dan
menyebabkan suatu wilayah/kawasan tetap dalam kondisi miskin dan
tertinggal. Sebaliknya di negara atau wilayah yang maju, masyarakatnya maju,
standar hidup tinggi, efisiensi lebih baik, produktifitas semakin tinggi,
produksi semakin tinggi, pendapatan semakin tinggi, konsumsi semakin
tinggi, tabungan semakin banyak, investasi semakin banyak, pada akhirnya
masyarakat akan semakin maju.
(3) Faktor ekonomi yang terkait dengan pasar bebas dan pengaruhnya pada
spread effect dan backwash effect. Kekuatan pasar bebas telah mengakibatkan
faktor-faktor ekonomi seperti tenaga kerja, modal, perusahaan dan aktifitas
ekonomi seperti industri, perdagangan, perbankan dan asuransi yang dalam
ekonomi maju memberikan hasil (return) yang lebih besar, cenderung
terkonsentrasi di wilayah-wilayah berkembang (maju). Perkembangan
wilayah-wilayah ini ternyata terjadi karena penyerapan sumberdaya dari
28
(4) Faktor ekonomi yang terkait dengan distorsi pasar seperti immobilitas,
kebijakan harga, keterbatasan spesialisasi, keterbatasan ketrampilan tenaga
kerja dan sebagainya.
Indeks
Pembangunan
Manusia
Rekomendasi kebijakan dalam
rangka mengurangi disparitas
pembangunan di Provinsi Papua
Barat
Tabel 3 Tujuan penelitian, metode analisis, variabel, sumber data dan output
penelitian
Metode Data dan Output
No Tujuan Penelitian Variabel
Analisis Sumber Data Penelitian
1 Menentukan Indeks 9 Sektor PDRB Tingkat
perkembangan Entropi PDRB Kabupaten, Perkembangan
wilayah di Papua Barat Wilayah
Provinsi Papua dalam
Barat Angka-BPS
2 Identifikasi Location PDRB PDRB Sektor
Sektor Unggulan Quotient, Kabupaten Kabupaten Unggulan
Shift Share Thn 2005
Analysis &2008,
Papua Barat
dlm Angka
2008
3 Mengetahui Indeks PDRB PDRB Tingkat
tingkat disparitas Williamson, Kabupaten Kabupaten, Disparitas dan
pemb. dan faktor- Indeks Theil, Per Sektor Papua Barat Faktor-Faktor
faktor yang Analisis dlm Angka Penyebab-nya
menyebabkan Regresi 2008, BPS
terjadinya Berganda
disparitas
4 Rekomendasi Analisis Hasil PDRB 9 Strategi
kebijakan Deskriptis Analisis Sektor Per Pengembangan
pengembangan Sebelumnya Kabupaten/ Wilayah
wilayah dalam Kota dan
mengurangi RTRW
disparitas antar Papua Barat
wilayah
................................................ (3)
.............................................................................. (4)
Dimana :
X ij = derajat aktifitas kabupaten/kota ke-i di Provinsi Papua Barat
X i. = total aktifitas kabupaten/kota ke-i
X j = total aktifitas di Provinsi Papua Barat
X.. = derajat aktifitas total wilayah di Provinsi Papua Barat.
Shift Share Analysis (SSA) merupakan salah satu teknik analisis untuk
melihat potensi produksi sektoral dari suatu kawasan/wilayah tertentu
dibandingkan dengan suatu referensi (dengan cakupan wilayah lebih luas) dalam
dua titik waktu. Pemahaman struktur aktivitas dari hasil SSA juga menjelaskan
37
........ (5)
a b c
Dimana :
a = komponen share
b. = komponen Proportional shift
c = komponen differential shift
X.. = nilai total sektor dalam Provinsi Papua Barat
X. i = nilai total sektor tertentu dalam Provinsi Papua Barat
X ij = nilai sektor tertentu dalam kabupaten/kota ke-i di Provinsi Papua Barat
t1 = tahun 2008
t0 = tahun 2005
38
Nilai SSA Provinsi Papua Barat dianalisis dengan data PDRB per sektor per
kabupaten/kota (berdasarkan data dasar atas harga konstan tahun 2000) dengan
menggunakan data dua titik waktu yakni titik awal tahun 2005 dan titik akhir
tahun 2008.
Index Williamson merupakan salah satu index yang paling sering digunakan
untuk melihat disparitas antar wilayah. Williamson pada tahun 1975
mengembangkan index kesenjangan wilayah yang diformulasikan sama seperti
persamaan (1) sebagai berikut,
..................................................................... (6)
Dimana :
V w = Index Williamson (Iw)
Y i = PDRB per kapita wilayah kabupaten/kota ke i di Provinsi Papua Barat
= Rata-rata PDRB per kapita
pi = f i /n, dimana f i jumlah penduduk kabupaten/kota ke-i dan n jumlah total
penduduk Provinsi Papua Barat.
Index Williamson akan menghasilkan index yang lebih besar atau sama
dengan nol. Jika Y i = maka akan dihasilkan index = 0, yang berarti tidak adanya
kesenjangan antar wilayah. Nilai index yang lebih besar dari nol menunjukan
adanya kesenjangan ekonomi antar wilayah. Semakin besar nilai index yang
dihasilkan, semakin besar tingkat kesenjangan antar wilayah/kabupaten di suatu
provinsi.
Trend nilai indeks williamson akan dihitung berdasarkan total nilai PDRB
dan total jumlah penduduk per kabupaten/kota tahun 2005-2008 berdasarkan data
dasar atas harga konstan tahun 2000.
39
.............................................................. (7)
Dimana :
T = Total disparitas (Indeks Theil)
yi = PDRB kabupaten/kota ke-i/PDRB Provinsi Papua Barat
xi = Jumlah penduduk kabupaten/kota ke-i/ penduduk Provinsi Papua Barat.
Trend nilai dekomposisi indeks theil juga akan dihitung berdasarkan total
nilai PDRB kabupaten/kota dan jumlah penduduk dari data tahun 2005-2008
berdasarkan atas harga konstan tahun 2000.
Y i = β 1 X 1i + β 2 X 2i + β 3 X 3i + … + β k X ki + ε i ................................. (8)
40
Y i = β 1 + β 2 X 2i + β 3 X 3i + … + β k X ki + ε i ....................................... (9)
Salah satu asumsi dari model regresi ganda adalah bahwa tidak ada hubungan
linear sempurna antar peubah bebas dalam model tersebut. Jika hubungan
tersebut ada, maka peubah-peubah bebas tersebut berkolinearitas ganda
sempurna (perfect multicollinearity) dan tidak mungkin menghitung dugaan
parameter (koefisien regresi maupun ragamnya) dengan metode OLS.
Cara yang paling mudah untuk mengungkapkan apakah multikolinearitas
menyebabkan masalah adalah dengan mengkaji simpangan baku
koefisiennya. Jika beberapa koefisien mempunyai simpangan baku yang
tinggi, dan kemudian setelah mengeluarkan satu atau lebih peubah bebas dari
model menyebabkan simpangan bakunya rendah, maka umumnya telah
terjadi multikolinearitas.
Salah satu asumsi dari model regresi linear adalah bahwa ragam sisaan (ε t )
sama atau homogen. Dengan pengertian lain Var (ε t ) = E(ε t ) = σ2 untuk tiap
pengamatan ke-i dari peubah-peubah bebas dalam model regresi. Asumsi ini
disebut homoskedastisitas (homoscedasticity). Heteroskedastisitas terjadi bila
ragam sisaan tidak sama (Var (ε t ) ≠ E(ε t ) ≠ σ2) untuk tiap pengamatan ke-i
dari peubah-peubah bebas dalam model regresi. Ada beberapa cara mengatasi
masalah heteroskedastisitas, salah satunya dengan uji White dengan
pengujian hipotesis sebagai berikut:
Jika nilai nR 2 lebih besar dari nilai χ2 pada tingkat signifikansi tertentu, maka
H 0 ditolak. Atau dengan menggunakan probability value dengan kriteria
tidak menerima H 0 jika probability value < nilai α
42
Salah satu asumsi dari model regresi linear adalah bahwa tidak ada
autokorelasi atau korelasi serial antara antara sisaan (ε t ). Dengan pengertian
lain, sisaan menyebar bebas atau Cov (ε i , ε j ) = E (ε i , ε j ) = 0 untuk semua i≠j.
Masalah autokorelasi terjadi jika antar sisaan tidak bebas atau E (ε i , ε j ) ≠ 0
untuk i≠j , dan sering terjadi pada data time series. Untuk mengetahui ada
tidaknya gejala autokorelasi dapat dilakukan dengan uji Durbin-Watson
dengan kisaran nilai 0 sampai 4. Daerah keputusan H 0 dan H 1 untuk uji
Durbin-Watson adalah:
Nilai Dw Keputusan
4-d L < DW< 4 Tolak H 0 ; ada autokorelasi negatif
4-d u < DW < 4-d L Tidak tentu, coba uji yang lain
d u < DW < 4-d u Terima H 0
d L < DW < d u Tidak tentu, coba uji yang lain
0 < DW < d L Tolak H 0 ; ada autokorelasi positif
d u : nilai kritis atas
d L : nilai kritis bawah
Latar Belakang:
• Sentralisasi Perencanaan
• Sasaran Pertumbuhan Macro
• UU No.17 Thn 2007 tentang RPJPN
2005-2025
Permasalahan: Tujuan:
• Paradigma pembangunan • Perkembangan wilayah
• UU No 21 Thn 2001 ttg • Sektor unggulan
OTSUS • Tingkat disparitas dan
• INPRES No. 5 Thn 2007 penyebabnya
Percepatan Pembangunan • Membangun simulasi model
Prov. Papua dan Papua Barat
Hipotesis:
• Paradigma pembangunan
Studi Kepustakaan
menyebabkan disparitas
• Disparitas dipengaruhi PDRB
per kapita, alokasi dana dan
jumlah penduduk dan IPM
Sumber data: BPS, BPS Papua
Barat, BPS Kab/Kota di Papua
Barat.
Metode: LQ, SSA, Indeks
Williamson, Indeks Theil, Indeks
Entropi, Regresi Berganda, Analisis
Deskriptis.
Data/Informasi:
PDRB Per Kapita, PDRB Per Kajian
sektor, IPM, RTRW, dsb.
Masukan bagi
pemerintah Hasil analisis Analisis
daerah
Provinsi Papua Barat awalnya bernama Irian Jaya Barat, berdiri atas dasar
Undang-Undang Nomor 45 Tahun 1999 tentang pembentukan Provinsi Irian Jaya
Barat, Provinsi Irian Jaya Tengah, Kabupaten Mimika, Kabupaten Paniai,
Kabupaten Puncak Jaya, dan Kota Sorong. Berdirinya Provinsi Papua Barat juga
mendapat dukungan dari Surat Keputusan DPRD Provinsi Papua Nomor 10
Tahun 1999 tentang pemekaran Provinsi Papua menjadi tiga provinsi.
Provinsi Papua Barat terletak pada 00,00’’ hingga 40,00’’ Lintang Selatan
dan 1240,00’’ hingga 1320,00’’ Bujur timur, tepat berada di bawah garis
katulistiwa dengan ketinggian 0-100 dpl. Luas wilayah Provinsi Papua Barat
mencapai 140.375,62 km2 terdiri dari tiga kabupaten induk, lima kabupaten
pemekaran dan satu kota madya, yakni :
1. Kabupaten Fakfak dengan luas 14.320 Km2.
2. Kabupaten Kaimana dengan luas 18.500 Km2.
3. Kabupaten Teluk Wondama dengan luas 4.996 Km2.
4. Kabupaten Teluk Bintuni dengan luas 18.658 Km2.
5. Kabupaten Manokwari dengan luas 14.448,5 Km2.
6. Kabupaten Sorong Selatan dengan luas 29.811 Km2.
7. Kabupaten Sorong dengan luas 18.170 Km2.
8. Kabupaten Raja Ampat dengan luas 6.084,5 Km2.
9. Kotamadya Sorong dengan luas 1.105 Km2
Secara Geografis, Provinsi Papua Barat berbatasan dengan :
• Sebelah Utara : Samudera Pasifik,
• Sebelah Selatan : Laut Banda dan Provinsi Maluku,
• Sebelah Barat : Laut Seram dan Provinsi Maluku,
• Sebelah Timur : Provinsi Papua
Wilayah Provinsi Papua Barat sebagian besar terdiri dari daerah pesisir dan
pegunungan serta dataran rendah yang umumnya terdapat di lembah dan
46
Tabel 4 Penduduk Papua Barat menurut jenis kelamin dan sex rasio per
kabupaten/kota
Kabupaten/Kota Laki-Laki Perempuan Jumlah Sex Rasio
Fak-Fak 33.507 33.357 66.864 100,45
Kaimana 21.011 20.962 41.973 100,23
Teluk Wondama 11.784 11.356 23.140 103,77
Teluk Bintuni 30.682 23.846 54.528 128,67
Manokwari 93.163 79.692 172.855 116,90
Sorong Selatan 31.782 29.681 61.463 107,08
Sorong 52.570 46.121 98.691 113,98
Raja Ampat 21.739 19.431 41.170 111,88
Kota Sorong 86.846 82.432 169.278 105,35
Jumlah 383.084 346.878 729.962 110,44
Sumber : BPS Papua Barat, 2009 (Data diolah)
Distribusi penduduk Papua Barat tidak merata. Kota Sorong dengan luas
hanya 1.105 Km2, dihuni oleh 165,9 ribu jiwa. Sementara Kabupaten Sorong
Selatan dengan luas wilayah 126.093 Km2 dihuni oleh 60,4 ribu penduduk.
Konsentrasi penduduk Papua Barat masih di sekitar Kabupaten Manokwari
(169,59 ribu jiwa), Kota Sorong dan Kabupaten Sorong (97.152 jiwa). Ketiga
48
Tabel 5 Penduduk Papua Barat menurut rumah tangga dan tingkat kepadatan per
kabupaten/kota
Kepadatan
Luas Jumlah
Penduduk
Kabupaten/Kota Wilayah
Rmh.
(KM2) Pddk Per KM2 Per RT
Tangga
Fak-Fak 14.320,00 66.864 15.733 5 4
Kaimana 18.500,00 41.973 9.876 2 4
Teluk Wondama 12.146,62 23.140 5.445 2 4
Teluk Bintuni 18.637,00 54.528 12.830 3 4
Manokwari 14.448,50 172.855 40.672 12 4
Sorong Selatan 29.810,00 61.463 14.462 2 4
Sorong 25.324,00 98.691 23.221 3 4
Raja Ampat 6.084,50 41.170 9.687 7 4
Kota Sorong 1.105,00 169.278 39.830 153 4
Sumber : BPS Papua Barat, 2009
terlihat dari proporsi laki-laki yang cerai baik cerai hidup maupun cerai mati lebih
rendah daripada perempuan. Fenomena ini mencerminkan independensi
perempuan lebih tinggi daripada laki-laki. Tenggat waktu menikah kembali
setelah perceraian laki-laki lebih pendek daripada perempuan.
Di bidang ketenagakerjaan, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Papua Barat
pada Agustus 2008 sebesar 68,15%, berarti telah mengalami kenaikan sebesar
2,39% dibandingkan dengan kondisi February 2008. Pertumbuhan tenaga kerja
yang kurang diimbangi dengan pertumbuhan lapangan kerja akan menyebabkan
tingkat kesempatan kerja cenderung menurun. Meski demikian jumlah penduduk
yang bekerja tidak selalu menggambarkan jumlah kesempatan kerja yang ada. Hal
ini dikarenakan sering terjadi mismatch dalam pasar kerja. Pada Agustus 2008,
dari total angkatan kerja sebesar 342.382 sekitar 65,16% dari mereka telah
bekerja. Sebagian dari mereka yang bekerja 70,05% berpendidikan rendah (di
bawah SLTA).
Tabel 7 Penduduk 15 tahun keatas menurut jenis kelamin dan jenis kegiatan
utama.
Jenis Kegiatan Utama Laki-Laki Perempuan Jumlah
1. Penduduk Usia Kerja (15+) 266.661 235.739 502.400
a. Angkatan Kerja 223.084 119.298 342.382
i. Bekerja 210.113 106.080 316.193
ii. Pengangguran Terbuka 12.971 13.218 26.189
b. Bukan Angkatan Kerja 43.577 116.441 160.018
i. Sekolah 25.487 22.396 47.883
ii. Mengurus Rmh Tangga 3.584 88.094 91.678
iii. Lainnya 14.506 5.951 20.457
2. TPAK (%) 83,66 50,61 68,15
3. Tingkat Pengangguran 5,81 11,08 7,65
Terbuka (%)
Sumber : BPS Papua Barat, 2009
menjadi lebih baik. Hal ini dapat ditunjukkan dari pertumbuhan perekonomiannya
yang cukup tinggi.
1,000
FAK-FAK
0,900
KAIMANA
0,800
Nilai Entropi Wilayah Kab/Kota
0,700 WONDAMA
0,600 BINTUNI
0,500 MANOKWARI
0,400 SORONG
SELATAN
0,300
SORONG
0,200
RAJA AMPAT
0,100
KOTA
0,000 SORONG
2005 2006 2007 2008
PERKEMBANGAN WILAYAH
0,81 0,806
0,802
Nilai Entropi Provinsi
0,805
0,8 0,792
0,795
0,79 0,783
0,785
0,78
0,775
0,77
2005 2006 2007 2008
Tahun
1,6
1,4
1,2
Nilai Entropi WP
1
WP I
0,8 WP II
0,6 WP III
Papua Barat
0,4
0,2
0
2005 2006 2007 2008
Hal ini juga menunjukan bahwa kemungkinan terjadinya masa transisi dari
pertanian menuju industri dan jasa di Provinsi Papua Barat kedepan. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan baik oleh Saraan (2006) maupun Wiradi 8 terlihat bahwa
di Indonesia belum terjadi transformasi struktural dan masih berada pada masa
transisi (agrarian transition). Aspek lain yang turut mempengaruhi perkembangan
wilayah di Provinsi Papua Barat selama periode tersebut adalah populasi
penduduk dan pendapatan per kapita, dimana implikasi dari pengaruh positif
kepadatan penduduk akan mendorong munculnya usaha-usaha baru yang secara
langsung akan mendorong pertumbuhan dan perkembangan wilayah melalui
banyaknya orang yang datang ke wilayah Provinsi Papua Barat sebagai pusat
kegiatan ekonomi untuk meningkatkan pendapatan dengan jalan usaha dan
bekerja, hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Sriwinarti (2005).
1,200
Nilai Entropi Sektpr Perekonomian
1,000
0,800
0,600
0,400
0,200
0,000
2005 2006 2007 2008
8
Wiradi Gunawan, Ir. MS. Transformasi Pertanian; Quo Vadis. http//www. pustaka-
agraria.org/modules/download_gallery/dl.php?file=316 – [Desember 2010]
58
0,6 0,54
0,50
0,47
0,5 0,45
Indeks Williamson
0,4
0,3
0,2
0,1
0
2005 2006 2007 2008
baik, artinya semakin banyak aktifitas pembangunan maka tingkat disparitas akan
semakin berkurang. Didukung dengan hasil analisis indeks entropi sebelumnya
yang menunjukan adanya peningkatan perkembangan ekonomi wilayah secara
merata dari sektor-sektor perekonomian terutama sektor pertanian, sektor
pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan dan sektor jasa.
Disparitas di Provinsi Papua Barat setelah didekomposisi menggunakan
Indeks Theil dapat diketahui sumber disparitas pembangunannya baik antar
wilayah pengembangan maupun dalam wilayah pengembangan. Penentuan
Wilayah Pengembangan sendiri berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah
Provinsi Papua Barat yakni WP I (Kabupaten Manokwari, Kabupaten Teluk
Bintuni dan Kabupaten Teluk Wondama), WP II (Kota Sorong, Kabupaten
Sorong, Kabupaten Sorong Selatan dan Kabupaten Raja Ampat) dan WP III
(Kabupaten Fak-fak dan Kabupaten Kaimana).
Wilayah
Kab/Kota 2005 2006 2007 2008
Pengem.
kecil atau semakin merata. Tabel di atas menunjukan bahwa berdasarkan hasil
analisis Indeks Theil, selama periode 2005-2008 disparitas total terus mengalami
pemerataan. Hasil dekomposisi menunjukan bahwa disparitas di Provinsi Papua
Barat selama periode tersebut lebih banyak di pengaruhi oleh disparitas di dalam
wilayah pengembangan (WP II), dimana Kabupaten Sorong dan Kabupaten Raja
Ampat mempunyai trend kontribusi terbesar terhadap disparitas dalam wilayah
pengembangan di Provinsi Papua Barat atau dengan kata lain pertumbuhan
ekonomi di WP II diikuti dengan disparitas yang tinggi pula. Disparitas yang
tinggi dalam WP II disebabkan karena Kabupaten Raja Ampat dan Kabupaten
Sorong merupakan daerah penyuplai sumberdaya (hinterland) bagi Kota Sorong,
kemajuan perekonomian di Kota Sorong menyebabkan backwash effect yang
lebih besar bagi daerah sekitarnya dibanding spread effect. Secara keseluruhan
kabupaten dan kota yang mempengaruhi pemerataan disparitas di Provinsi Papua
Barat adalah Kabupaten Manokwari, Kabupaten Teluk Bintuni, Kota Sorong,
Kabupaten Sorong Selatan dan Kabupaten Kaimana.
0,06 0,0571
0,0493
0,05 0,0448 0,0445
0,04
Indeks Theil
0,03
0,02
0,01
0
2005 2006 2007 2008
Tahun
oleh Kabupaten Teluk Wondama (15,72%) dan terendah adalah Kabupaten Raja
Ampat (0,72%).
12,0
Persen
10,0 10,0
8,0
6,0 5,0
4,0
0,0
2,0
0,0 2005-2006 2006-2007 2007-2008
-5,0
2005 2006 2007 2008 Fak-Fak Kaimana
Fak-Fak Kaimana Teluk Wondama Teluk Bintuni
Teluk Wondama Teluk Bintuni Manokwari Sorong Selatan
Manokwari Sorong Selatan
Sorong Raja Ampat Sorong Raja Ampat
Kota Sorong Kota Sorong
72
69,19 69,64
70
Nilai IPM berdasarkan WP
60
58
2005 2006 2007 2008
Selama tahun 2005-2008 rata-rata trend nilai IPM baik di tingkat Provinsi Papua
Barat maupun kabupaten/kotanya termasuk pada kategori sedang dalam
pembangunan manusia.
Gambar di atas menunjukan bahwa rata-rata nilai IPM tertinggi berada pada
Wilayah Pengembangan III yang meliputi Kabupaten Fak-fak dan Kabupaten
Kaimana disusul kemudian oleh Wilayah Pengembangan II yang meliputi Kota
Sorong, Kabupaten Sorong, Kabupaten Sorong Selatan dan Kabupaten Raja
Ampat, Wilayah Pengembangan I meliputi Kabupaten Manokwari, Kabupaten
Teluk Wondama dan Kabupaten Teluk Bintuni. Pada Wilayah Pengembangan III
dan Wilayah Pengembangan II terlihat bahwa rata-rata nilai IPM nya masih
berada di atas rata-rata nilai IPM provinsi selama periode 2005-2008. Bila dilihat
per kabupaten kota, rata-rata IPM tertinggi selama periode 2005-2008 dimiliki
oleh Kota Sorong sebesar 73,33 dan rata-rata terendah dimiliki oleh Kabupaten
Raja Ampat sebesar 62,30 (Gambar 17).
80,00 75,33
66,74 66,68 64,53 68,96 68,03 66,49
70,00 62,69 63,16 62,30
60,00
Nilai IPM Kab/Kota
50,00
40,00
30,00
20,00
10,00
0,00
Mkw Wond Bin Kt Srg Srg Sr Sel Rj Fak2 Kmn Papua
Ampat Barat
IPM per kabupaten/kota di Provinsi Papua Barat pada tahun 2005 dan 2007 masih
didominasi oleh Kota Sorong. Kabupaten Raja Ampat yang memiliki rata-rata
IPM terendah tetapi angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah pada tahun
2005 dan 2007 lebih tinggi dibanding Kabupaten Bintuni dan Kabupaten
Wondama.
800.000
700.000 Fak-Fak
600.000 Kaimana
Jumlah Penduduk (jiwa)
Wondama
500.000
Bintuni
400.000 Manokwari
0 Papua Barat
2005 2006 2007 2008
perimbangan dari Pemerintah pusat terdiri dari Dana Alokasi Umum (DAU),
Dana Bagi Hasil (DBH) dan Dana Alokasi Khusus (DAK). DAU adalah dana
yang bersumber dari pendapatan Anggaran Pendapatan dan Belanja negara
(APBN) yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar
daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi.
Alokasi dana dari pusat ke daerah secara garis besar ditentukan oleh dua faktor,
yaitu kapasitas fiskal (fiscal capacity) dan kebutuhan fiskal (fiscal need). Penerimaan
daerah adalah salah satu faktor pendukung dalam melaksanakan kewenangan-
kewenangan yang menjadi tanggung jawab dan urusan pemerintah kabupaten/kota.
Implikasinya, DAU dialokasikan kepada setiap daerah dalam rangka
menjalankan kewenangan pemerintah daerah dalam memberikan pelayanan publik
kepada masyarakat. DAU yang merupakan transfer pemerintah pusat kepada
daerah bersifat “block grant”, yang berarti daerah diberi keleluasaan dalam
penggunaannya sesuai dengan prioritas dan kebutuhan daerah dengan tujuan
untuk mengurangi disparitas secara horisontal antara daerah maju dan belum
maju.
Gambar berikut menunjukan besarnya Dana Alokasi Umum kabupaten/kota
di Provinsi Papua Barat tahun 2005-2008.
450.000
400.000 Fak-Fak
350.000 Kaimana
300.000 Wondama
Juta Rupiah
250.000 Bintuni
200.000 Manokwari
Kab. Sorong
150.000
Sorong Selatan
100.000
Raja Ampat
50.000
Kota Sorong
0
2005 2006 2007 2008
Gambar 19 Dana Alokasi Umum kabupaten dan kota di Provinsi Papua Barat
tahun 2005-2008.
71
70.000
Fak-Fak
60.000
Kaimana
50.000 Wondama
Juta Rupiah
40.000 Bintuni
Manokwari
30.000
Kab. Sorong
20.000 Sorong Selatan
Gambar 20 Dana Alokasi Khusus kabupaten dan kota di Provinsi Papua Barat
tahun 2005-2008.
DAK merupakan salah satu bentuk hubungan keuangan pusat dan daerah,
dimana dana yang bersumber dari pendapatan APBN, dialokasikan/ditransfer
kepada daerah untuk membiayai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah
dan merupakan prioritas nasional, sehingga dapat membantu mengurangi beban
biaya kegiatan khusus yang harus ditanggung oleh pemerintah daerah. Atau
72
dengan kata lain DAK dialokasikan untuk mencapai standar pelayanan minimum
secara nasional pada salah satu bidang di daerah penerima DAK.
Sedangkan Dana Bagi Hasil (DBH) adalah dana yang bersumber dari
pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah dengan memperhatikan
potensi daerah penghasil berdasarkan angka persentase tertentu untuk mendanai
kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi, dengan pengertian
lain bahwa DBH dialokasikan untuk mengurangi disparitas secara vertikal antara
pusat dan daerah penghasil.
Berikut ini adalah besaran nilai DBH kabupaten kota selama periode tahun
2005-2008 di Provinsi Papua Barat.
250.000
Fak-Fak
200.000 Kaimana
Wondama
150.000 Bintuni
Juta Rupiah
Manokwari
100.000 Kab. Sorong
Sorong Selatan
50.000 Raja Ampat
Kota Sorong
-
2005 2006 2007 2008
Gambar 21 Dana Bagi Hasil (Pajak dan SDA) kabupaten dan kota di Provinsi
Papua Barat tahun 2005-2008.
yang jelas dari Pemerintah pusat mengenai porsi penggunaan dana perimbangan
tersebut.
Keseluruhan faktor-faktor PDRB per kapita, Indeks Pembangunan Manusia,
Jumlah Penduduk dan alokasi Dana Perimbangan tersebut di atas diduga
mempengaruhi tingkat disparitas pembangunan wilayah di Provinsi Papua Barat
selama periode pengamatan tahun 2005-2008. Namun untuk membuktikan secara
statistik faktor mana saja yang berpengaruh secara signifikan terhadap disparitas
pembangunan wilayah di Provinsi Papua Barat maka dianalisis dengan
menggunakan model regresi berganda.
Estimasi data berikut ini akan membahas mengenai analisis statistik dan
ekonomi dari hasil persamaan regresi pengaruh disparitas proporsional pada
PDRB per kapita (KAPITA), Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Jumlah
Penduduk (PDDK) dan Alokasi Dana Perimbangan (DP) yang merupakan
independent variable terhadap disparitas pembangunan (dependent variable) yang
dalam analisis ini adalah nilai dekomposisi disparitas kabupaten/kota di Provinsi
Papua Barat dari indeks Theil (T) dengan menggunakan pendekatan analisis panel
data. Selain itu akan dilakukan pengujian-pengujian terhadap masalah regresi
linear berganda.
Dimana :
T it = Dekomposisi Indeks Theil kabupaten/kota ke-i tahun 2005-2008
74
α = Intersep
X 1it = PDRB Per Kapita kabupaten/kota ke-i tahun 2005-2008
X 2it = Jumlah Penduduk kabupaten/kota ke-i tahun 2005-2005
X 3it = Alokasi Dana Perimbangan kabupaten/kota ke-i tahun 2005-2008
X 4it = Indeks Pembangunan Manusia kabupaten/kota ke-i tahun 2005-2008
β 1 ... β 4 = Koefisien Regresi
ε it = Sisaan
Karena bentuk data yang diamati berupa pooled data yang merupakan
gabungan antara unit cross-section (kabupaten/kota) dan time-series (periode
pengamatan) maka teknik analisis yang digunakan untuk mengestimasi model
ekonometrik tersebut adalah analisis regresi data panel. Penaksiran model
dilakukan dengan menggunakan bantuan software E-Views 6. Hasil estimasi
model persamaan regresinya adalah:
Uji Normalitas
Salah satu asumsi dalam analisis statistika adalah data berdistribusi normal
dan untuk mengetahui apakah data dalam penelitian ini berdistribusi normal
digunakan uji Jarque-Bera (Winarno, 2009).
75
Uji Multikolienaritas
Asumsi dalam model regresi adalah: (1) residual (e i ) memiliki nilai rata-rata
nol, (2) residual memiliki varian yang konstan atau var(e i )=σ2 dan (3) residual
suatu observasi tidak saling berhubungan dengan residual observasi lainnya atau
cov(e i )=0, sehingga menghasilkan estimator yang BLUE. Pengujian hipotesis
yang dilakukan adalah :
1. H 0 : σ i 2 = σ2 (tidak terdapat gejala heteroskedastisitas)
2. Kriteria UJi
Tolak H 0 jika nilai-p < α (0.05) dan sebaliknya.
Berdasarkan hasil uji Breusch Pagan diperoleh nilai-p (0.242329) > α (0.05)
maka terima H 0 .
76
Salah satu asumsi dari model regresi linear adalah bahwa tidak ada
autokorelasi atau korelasi serial antara sisaan (ε t ). Atau dengan pengertian lain,
sisaan menyebar bebas atau Cov(ε i, ε j ) = E(ε i, ε j ) = 0 untuk semua i≠j, dan dikenal
juga sebagai bebas serial (serial independence). Jika antar sisaaan tidak bebas atau
E(ε i, ε j ) ≠0 untuk i≠j, maka terdapat masalah autokorelasi.
Uji Durbin Watson dengan kisaran nilai 0 sampai 4 digunakan untuk
mengetahui ada tidaknya gejala autokorelasi. Daerah keputusan H 0 dan H 1 untuk
uji Durbin-Watson adalah:
Nilai Dw Keputusan
4-d L < DW< 4 Tolak H 0 ; ada autokorelasi negatif
4-d u < DW < 4-d L Tidak tentu, coba uji yang lain
d u < DW < 4-d u Terima H 0
d L < DW < d u Tidak tentu, coba uji yang lain
0 < DW < d L Tolak H 0 ; ada autokorelasi positif
2. Kriteria uji:
Tolak H 0 jika nilai-p < α (0.05) dan terima H 1 untuk sebaliknya.
Hasil output Eviews menunjukan bahwa nilai-p(0.001788) < α (0.05) maka
terima H 1 .
effect pada daerah asal migran (brain drain) baik di tingkat lokal maupun regional
tetapi memberikan spread effect bagi pembangunan wilayah di Provinsi Papua
Barat. Meskipun hasil analisis menunjukan bahwa kenaikan jumlah penduduk
sebesar 1 satuan akan meningkatkan disparitas pembangunan sebesar 1 satuan,
tetapi hasil penelitian yang dilakukan oleh Tjiptoherijanto (2000) menunjukan
bahwa ada saling keterkaitan antara mobilitas penduduk dan proses pembangunan.
Dari sisi pembangunan regional, tidak bisa dilakukan pelarangan atas migrasi
masuk ke dalam wilayah Provinsi Papua Barat, selain dampak positif yang
diberikan bagi pembangunan wilayah, dampak negatif yang ditimbulkan adalah
termarjinalnya penduduk pribumi (Papua Barat) karena ketidakmampuan untuk
bersaing dengan migran dari luar dengan kemampuan soft skill dan hard skill yang
lebih baik.
Variabel alokasi dana perimbangan dengan nilai koefisien variabelnya
sebesar 3.09E-09 namun nilai probabilitasnya tidak signifikan pada α (5% dan
1%) sehingga dapat dikatakan bahwa kenaikan ataupun penurunan nilai variabel
alokasi dana perimbangan (juta rupiah) tidak mempengaruhi naik turunnya
disparitas pembangunan wilayah di Provinsi Papua Barat yang diukur dengan
indeks ketimpangan theil. Hal ini menunjukan bahwa meskipun jumlah dana dari
alokasi perimbangan yang terdiri dari Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Khusus dan
Dana Alokasi Umum cukup besar tetapi selama periode 2005-2008 ada
kemungkinan lebih banyak digunakan untuk belanja pegawai, infrastruktur
pemerintah dan operasional kabupaten pemekaran. Kondisi ini disebabkan karena
pada periode penelitian, kepala daerah di tingkat kabupaten pemekaran dan
tingkat provinsi masih merupakan caretaker dan belum definitif sehingga lebih
banyak porsi alokasi dana perimbangan bagi daerah pemekaran untuk
mempersiapkan diri menuju kabupaten dan provinsi yang definitif. Kondisi ini
mengakibatkan alokasi dana perimbangan belum diinvestasikan secara maksimal
kepada sektor perekonomian yang dapat memacu pertumbuhan ekonomi regional
(Sodik, 2007). Penelitian yang dilakukan oleh Hamid (2002) juga membuktikan
bahwa penggunaan dana perimbangan oleh pemerintah daerah di Indonesia lebih
banyak untuk belanja pegawai karena tidak adanya instrument maupun sosialisasi
dari pemerintah pusat mengenai porsi penggunaan dana perimbangan tersebut.
81
Dalam hal pembangunan perekonomian daerah, peranan pemerintah dapat dikaji dari
sisi anggarannya (APBD). Anggaran Penerimaan dan Belanja Daerah (APBD)
merupakan instrumen kebijakan yang dijalankan pemerintah daerah Provinsi Papua
Barat untuk menentukan arah dan tujuan pembangunan. Instrumen ini diharapkan
berfungsi sebagai salah satu komponen pemicu tumbuhnya perekonomian daerah.
Namun kenyataannya peranan anggaran (APBD) sebagai salah satu instrumen
kebijakan yang berfungsi memacu perekonomian daerah harus berhadapan dengan
kondisi di lapangan yang tidak dapat menjamin berjalannya fungsi tersebut dengan
baik, dikarenakan selama kurun waktu periode penelitian 2005-2008
pemerintahan di kabupaten/kota dan Provinsi Papua Barat belum definitif, Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Papua Barat juga belum terbentuk
(dalam proses pemilihan dan pelantikan anggota) sehingga ada indikasi bahwa
penggunaan dana oleh birokrat baik di tingkat kabupaten/kota maupu provinsi
tidak diawasi. Output ini tidak sejalan dengan hipotesis bahwa disparitas
pembangunan wilayah di Provinsi Papua Barat dipengaruhi oleh alokasi dana
perimbangan.
Nilai koefisien variabel Indeks Pembangunan Manusia sebesar 0.0056 dan
signifikan pada α (5% dan 1%) memberikan arti bahwa setiap kenaikan nilai
koefisien IPM sebesar 1 satuan (ceteris paribus) akan menyebabkan disparitas
pembangunan mengalami peningkatan sebesar 0.0056 kali dan sebaliknya. Nilai
hasil ini sesuai dengan hipotesis awal bahwa IPM merupakan salah satu faktor
penyebab disparitas pembangunan wilayah di Provinsi Papua Barat. Peningkatan
IPM mempengaruhi disparitas pembangunan dimungkinkan bila kabupaten/kota
yang mengalami peningkatan IPM adalah kabupaten/kota yang sudah memiliki
IPM yang tinggi sedang kabupaten lainnya kurang memacu peningkatan IPM
sehingga akan makin memperbesar gap disparitas pembangunan wilayah. Selain
itu pengaruh tingkat pendidikan yang tinggi akan memacu warga masyarakat di
kabupaten/kota asal untuk bermigrasi ke ibu kota provinsi guna mencari
penghidupan yang layak sehingga meskipun terjadi peningkatan tingkat
pendidikan di daerah asal akan cenderung meningkatkan disparitas pembangunan
wilayahnya (brain drain). Hal lain yang memicu tingginya nilai IPM di beberapa
kabupaten/kota dikarenakan tersedianya sarana dan prasarana pendidikan serta
82
fasilitas kesehatan yang lebih memadai dan mudah dijangkau oleh masyarakat.
Kondisi ini sinergi dengan penelitian yang dilakukan oleh Brata (2002), bahwa
terdapat hubungan dua arah antara pembangunan manusia dan pembangunan
ekonomi regional di Indonesia. Pembangunan manusia yang berkualitas
mendukung pembangunan ekonomi dan sebaliknya kinerja ekonomi yang baik
mendukung pembangunan manusia.
Tabel 12 Rata-rata nilai analisis Location Quotient per sektor di Provinsi Papua
Barat tahun 2005-2008
Sektor
Pertanian
n/penggalian
Pertambanga
pengolahan
Industry
Kontruksi
Bangunan/
hotel rstoran
Perdagangan,
Komunikasi
Angkutn &
Jasa Perush
Sewaan&
Keu.,
Jasa-Jasa
Kabupaten/Kota
Fak-fak 1,09 0,08 0,46 1,66 1,75 1,34 1,45 1,52 1,80
Kaimana 1,92 0,03 0,73 0,80 1,08 1,06 0,81 0,71 0,61
Wondama 2,75 0,02 0,07 0,15 0,76 0,51 0,22 0,73 0,30
Teluk Bintuni 2,08 0,10 0,76 0,20 1,26 0,33 0,20 0,47 0,95
Manokwari 1,25 0,08 0,25 1,50 1,89 1,14 1,29 1,66 1,76
Sorong Selatan 1,79 0,06 0,03 1,32 1,67 1,33 0,80 0,39 1,11
Sorong 0,49 2,40 1,95 0,19 0,29 0,22 0,16 0,09 0,68
Raja ampat 1,08 3,05 0,01 0,06 0,30 0,20 0,16 0,06 0,34
Kota Sorong 0,50 0,06 1,33 2,28 1,12 2,44 2,61 2,39 1,01
Sumber : BPS Papua Barat (data diolah)
4
3,5
3
2,5
Differential Shift
2 WP I
1,5 WP II
1 WP III
0,5
0
-0,5 Tani Tamb Industri Ligas Bang Dagang Angktn Keu Jasa
-1
Sumber : BPS Papua Barat (data diolah)
Hasil analisis LQ dan SSA pada Tabel 15 di bawah dapat diperoleh sektor-
sektor unggulan yang memiliki tingkat kompetitif dan komparatif tinggi dan tidak
berubah dalam kurun waktu 2005-2008. Pada WP I, hasil kombinasi tersebut
memperlihatkan bahwa Kabupaten Manokwari dan Kabupaten Teluk Bintuni
memiliki lebih banyak (2 sektor dari 9 sektor yang ada) sektor-sektor unggulan
yang kuat (comparative dan competitiveness), yaitu sektor angkutan, sektor listrik
gas dan air bersih di Kabupaten Manokwari sedangkan Kabupaten Teluk Bintuni
hanya memiliki sektor unggulan pertanian dan sektor bangunan/kontruksi.
Jasa
T. wondama Pertanian Bangunan/kontruksi, Pertanian
Pertambangan,
angkutan dan
komunikasi, Jasa-
jasa, Industri,
perdagangan,
pertanian, listrik,
T. Bintuni Pertanian, Jasa-jasa, Pertanian,
Bangunan/kontruksi perdagangan, bangunan/kontruksi
pertambangan,
bangunan, angkutan,
listrik, keuangan,
industri, pertanian.
Keterangan:
*) Sektor yang memiliki keunggulan komparatif
**) Sektor yang memiliki keunggulan kompetitif
***) Sektor yang memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif selama periode 2005-2008.
89
industri pengolahan dan sektor jasa, sektor bangunan dan kontruksi serta sektor
perdagangan hotel dan restoran.
Ketimpangan proporsional pada PDRB per kapita menunjukan
ketidakmerataan, tingginya produktifitas penduduk bekerja yang datang dari luar
wilayah Provinsi Papua Barat dengan skill dan ketrampilan yang lebih baik telah
memberikan kontribusi nyata terhadap pertumbuhan perekonomian daerah.
Namun untuk menghindari kecemburuan sosial dengan penduduk asli yang justru
bisa mengakibatkan divergensi pembangunan wilayah akibat adanya gap
kesejahteraan, pemerintah daerah seharusnya memberikan perhatian yang
afirmatif dan proporsional serta tidak diskriminatif kepada masyarakat lokal
dalam memacu perkembangan perekonomian wilayah. Demikian pula dengan
populasi penduduk yang tidak berimbang antar kabupaten/kota khususnya
konsentrasi penduduk pada Kabupaten Manokwari sebagai ibu kota Provinsi
Papua Barat dan Kota Sorong sebagai pusat jasa. Kebijakan dapat dilakukan oleh
pemerintah daerah kabupaten/kota dalam menanggulangi konsentrasi penduduk
dengan menciptakan iklim investasi yang kondusif di daerah kabupaten/kotanya
sehingga mampu merangsang masuknya investor ke daerah tersebut dan
mempengaruhi kenaikan mobilitas penduduk baik dari dalam maupun dari luar
kabupaten/kota. Selain itu pemerataan konsentrasi penduduk dapat pula dilakukan
melalui transmigrasi lokal antar wilayah kabupaten/kota di Provinsi Papua Barat.
Akses masyarakat perlu ditingkatkan terhadap fasilitas kesehatan dan pendidikan
umum dengan penyediaan sarana dan prasarana pendidikan dan kesehatan yang
lebih memadai. Mengantisipasi kebocoran wilayah kabupaten/kota (brain drain)
dari segi sumber daya manusia ke wilayah lainnya, dapat dilakukan oleh
pemerintah daerah kabupaten/kota maupun pihak swasta dengan merangsang
terciptanya lapangan pekerjaan baru dengan memanfaatkan sumber daya lokal
(sumber daya manusia dan sumber daya alam).
Sektor unggulan untuk tiap wilayah kabupaten/kota dapat berbeda tetapi hal
itu berdampak pada keterkaitan regional secara horisontal sebagai basis
pengembangan wilayah. Untuk terus meningkatkan perkembangan wilayah dan
mengurangi disparitas pembangunan di Provinsi Papua Barat kedepan dilakukan
dengan mengedepankan keterkaitan wilayah antara lain dengan mendorong
91
pemerataan investasi pada semua sektor perekonomian dan semua wilayah secara
simultan sehingga infrastruktur wilayah bisa berkembang, sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Sodik dan Nuryadin (2005) bahwa investasi baik
melalui Penanaman Modal Dalam Negeri maupun Penanaman Modal Asing
sangat berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi regional. Strategi
pembangunan wilayah dapat diarahkan kepada pembangunan regional berbasis
pada pemanfaatan sumberdaya wilayah/kawasan baik sektor maupun sub sektor
berdasarkan keunggulan komparatif dan kompetitif di masing-masing wilayah.
Selama periode penelitian, pembangunan wilayah di Provinsi Papua Barat
berdasarkan keunggulan komparatif dan kompetitif telah menunjukan
pertumbuhan yang pesat dan cepat atau merupakan kawasan yang berpotensi
tumbuh dengan cepat sehingga memerlukan prioritas penanganan yang terus
menerus dalam jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Aspek-
aspek lainnya yang perlu diperhatikan oleh pemerintah daerah dalam
keberimbangan pembangunan wilayah (regional balance) dalam jangka pendek,
jangka menengah dan jangka panjang adalah pemanfaatan sumberdaya alam,
tingkat kemiskinan, tata kelola dan kelembagaan. Meskipun tidak dibahas dalam
hasil penelitian ini namun kedepannya sangat berkaitan dengan keberlanjutan
pembangunan suatu wilayah sesuai dengan Millenium Development Goals
(MDGs) bahwa pengelolaan sumberdaya alam yang berkelanjutan juga menuntut
perlakuan dan cara pandang yang berbeda untuk berbagai karakteristik
sumberdaya alam. Fauzi (2006), mengatakan bahwa pembangunan ekonomi yang
berbasis sumberdaya alam yang tidak memperhatikan aspek lingkungan pada
dasarnya akan memberikan dampak negatif pada lingkungan dan memperbesar
disparitas pembangunan. Hal ini disebabkan karena perkembangan ekonomi
dalam konteks regional akan sangat dibatasi oleh ketersediaan sumberdaya alam,
dengan kata lain ketersediaan sumberdaya alam yang terbatas menyebabkan arus
barang dan jasa yang dihasilkan dari sumberdaya alam tidak akan bisa dilakukan
secara terus menerus dalam suatu proses pembangunan. Pengelolaan sumberdaya
alam dalam proses pembangunan juga sangat ditentukan oleh sikap mental dan
cara pandang manusia tehadap sumberdaya alam tersebut. Pandangan yang
konservatif akan menyebabkan sikap manusia yang sangat berhati-hati didalam
92
6.1. Kesimpulan
6.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil Analisis Indeks Williamson Berdasarkan PDRB per Kapita Tiap Kabupaten/Kota di
Provinsi Papua Barat Tahun 2005-2008
Tahun 2005
KABUPATEN/
PDDK (pi) PDRB Yi (Pi/ΣP) (Yi-ў) (Yi-ў)^2 (Pi/ΣP)*(Yi-ў)^2
KOTA
Fak-Fak 63732 456400,44 7,1612 0,0922 -0,6399 0,4095 0,0377
Kaimana 40142 265810,41 6,6218 0,0580 -1,1794 1,3910 0,0807
Teluk Wondama 22069 97265,77 4,4073 0,0319 -3,3938 11,5180 0,3676
Teluk Bintuni 48259 382598,67 7,9280 0,0698 0,1269 0,0161 0,0011
Manokwari 164648 772414,91 4,6913 0,2381 -3,1099 9,6712 2,3025
Sorong Selatan 58085 178293,4 3,0695 0,0840 -4,7316 22,3884 1,8804
Sorong 94105 1580504,99 16,7951 0,1361 8,9940 80,8913 11,0075
Raja Ampat 39470 514105,33 13,0252 0,0571 5,2241 27,2907 1,5576
Kota Sorong 161046 1048558,94 6,5109 0,2329 -1,2902 1,6647 0,3877
ΣP 691556 ў 7,8012 SUM 17,6229
Williamson 0,5381
Tahun 2006
KABUPATEN/
PDDK (pi) PDRB Yi (Pi/ΣP) (Yi-ў) (Yi-ў)^2 (Pi/ΣP)*(Yi-ў)^2
KOTA
Fak-Fak 65006 487482,34 7,4990 0,0918 -0,5470 0,2992 0,0275
Kaimana 40541 286251,4 7,0608 0,0573 -0,9853 0,9707 0,0556
Teluk Wondama 22510 115715,81 5,1406 0,0318 -2,9054 8,4414 0,2683
Teluk Bintuni 51783 427131,74 8,2485 0,0731 0,2024 0,0410 0,0030
Manokwari 167939 832888,41 4,9595 0,2372 -3,0866 9,5270 2,2594
Sorong Selatan 59823 193817,03 3,2398 0,0845 -4,8062 23,0996 1,9515
Sorong 95985 1587628,42 16,5404 0,1355 8,4943 72,1537 9,7803
Raja Ampat 40259 515244,35 12,7982 0,0569 4,7522 22,5833 1,2839
Kota Sorong 164279 1138049,74 6,9275 0,2320 -1,1185 1,2511 0,2902
ΣP 708125 ў 8,0460 SUM 15,9197
Williamson 0,4959
Lanjutan Lampiran 1
Tahun 2007
KABUPATEN/
PDDK (pi) PDRB Yi (Pi/ΣP) (Yi-ў) (Yi-ў)^2 (Pi/ΣP)*(Yi-ў)^2
KOTA
Fak-Fak 64380 518795,35 8,0583 0,0917 -0,6336 0,4015 0,0368
Kaimana 40550 310251,71 7,6511 0,0577 -1,0409 1,0834 0,0626
Teluk Wondama 22293 138569,69 6,2158 0,0317 -2,4761 6,1312 0,1947
Teluk Bintuni 51783 483907,34 9,3449 0,0737 0,6529 0,4263 0,0314
Manokwari 166322 908581,67 5,4628 0,2369 -3,2292 10,4276 2,4699
Sorong Selatan 59240 210618 3,5553 0,0844 -5,1366 26,3851 2,2259
Sorong 95061 1635838,36 17,2083 0,1354 8,5163 72,5278 9,8185
Raja Ampat 39870 529366,78 13,2773 0,0568 4,5853 21,0254 1,1938
Kota Sorong 162703 1212764,48 7,4539 0,2317 -1,2381 1,5329 0,3552
ΣP 702202 ў 8,6920 SUM 16,3887
Williamson 0,4658
Tahun 2008
KABUPATEN/
PDDK (pi) PDRB Yi (Pi/ΣP) (Yi-ў) (Yi-ў)^2 (Pi/ΣP)*(Yi-ў)^2
KOTA
Fak-Fak 66254 551407,09 8,3226 0,0916 -0,7214 0,5205 0,0477
Kaimana 41660 329353,59 7,9058 0,0576 -1,1383 1,2957 0,0747
Teluk Wondama 22936 161994,55 7,0629 0,0317 -1,9812 3,9250 0,1245
Teluk Bintuni 53664 543862,72 10,1346 0,0742 1,0905 1,1893 0,0883
Manokwari 171222 995173,58 5,8122 0,2368 -3,2319 10,4449 2,4737
Sorong Selatan 60934 219370,38 3,6001 0,0843 -5,4439 29,6362 2,4978
Sorong 97810 1709866,77 17,4815 0,1353 8,4375 71,1909 9,6312
Raja Ampat 40912 544195,78 13,3016 0,0566 4,2576 18,1269 1,0258
Kota Sorong 167589 1303022,2 7,7751 0,2318 -1,2689 1,6102 0,3733
ΣP 722981 ў 9,0440 SUM 16,3368
Williamson 0,4469
101
102
Lampiran 2. Hasil Analisis Indeks Entropi Provinsi Berdasarkan Sektor Perekonomian di Provinsi Papua Barat Tahun 2005-2008
Tahun 2005
LISTRIK, DAGANG KEUANGAN,
TAMBANG & INDUSTRI ANGKUTAN &
KABUPATEN PERTANIAN GAS & AIR BANG HOTEL & PERSEWAAN, JASA-JASA JML
PENGGALIAN PENGOLAHAN KOMUNIKASI
BERSIH RESTORAN & JS. PRSH.
Fak-Fak 157722,35 6302,8 29685,79 3071,02 61098,08 56762,81 39145,98 11797,44 90814,17 456400
Kaimana 156822,45 1589,86 25627,95 837,22 22499,58 25661,11 12489,57 3065,92 17216,74 265810
Wondama 83100,75 248,15 857,49 63,46 3306,15 4634,53 997,97 1430,23 2627,04 97265,8
Teluk Bintuni 245226,53 7282,79 39717,88 292,54 33709,98 9950,44 3890,69 3324,14 30781,09 374176
Manokwari 300726,22 10083,82 25878,96 4745,34 114778,9 88000,11 58108,4 22418,38 147674,77 772415
Sorong Selatan 101634,14 1889,27 854,04 972,93 20727,81 23408,25 9091,39 1426,18 18285,39 178289
Sorong 222821,65 743512,46 417145,12 1280,51 36162,83 33719,68 14860,31 2596,09 108406,35 1580505
Raja Ampat 157859,7 318821,72 906,89 131,81 11911,79 9505,88 4986,28 519,78 17170,99 521815
Kota Sorong 146863,11 11506,46 184189,1 10266,6 97637,82 260760 168836,87 48746,1 119752,88 1048559
JML 1572776,9 1101237,33 724863,22 21661,43 401832,94 512402,81 312407,46 95324,26 552729,42 5295236
Peluang Pij
Fak-Fak 0,02978571 0,001190278 0,005606132 0,00058 0,0115383 0,0107196 0,007392679 0,002227935 0,0171502
Kaimana 0,02961576 0,000300243 0,004839813 0,0001581 0,004249 0,004846075 0,002358643 0,000578996 0,0032514
Teluk Wondama 0,01569349 4,68629E-05 0,000161936 1,2E-05 0,0006244 0,000875226 0,000188466 0,000270098 0,0004961
Teluk Bintuni 0,04631079 0,001375348 0,007500682 5,525E-05 0,0063661 0,001879131 0,000734753 0,000627761 0,005813
Manokwari 0,05679185 0,001904319 0,004887216 0,0008962 0,0216759 0,016618733 0,010973713 0,004233689 0,0278882
Sorong Selatan 0,01919351 0,000356787 0,000161285 0,0001837 0,0039144 0,004420625 0,0017169 0,000269333 0,0034532
Sorong 0,04207965 0,140411587 0,07877744 0,0002418 0,0068293 0,006367928 0,002806355 0,000490269 0,0204724
Raja Ampat 0,02981165 0,060209164 0,000171265 2,489E-05 0,0022495 0,001795176 0,000941654 9,81599E-05 0,0032427
Kota Sorong 0,02773495 0,002172984 0,034783928 0,0019388 0,0184388 0,049244266 0,031884675 0,009205652 0,0226152
Lanjutan lampiran 2
Qij = ln Pij
Fak-Fak -3,5137266 -6,733568805 -5,183894304 -7,452553 -4,4620823 -4,535681426 -4,907265049 -6,106680225 -4,065747
Kaimana -3,5194485 -8,110916822 -5,330879231 -8,752231 -5,4610661 -5,329586168 -6,049668888 -7,454215096 -5,728681
Teluk Wondama -4,1545091 -9,968284661 -8,728308546 -11,33191 -7,3787784 -7,041027992 -8,576594847 -8,216727513 -7,608705
Teluk Bintuni -3,0723804 -6,589048753 -4,89276132 -9,803717 -5,0567688 -6,276946013 -7,215976264 -7,37335179 -5,147662
Manokwari -2,8683625 -6,263630625 -5,321132501 -7,0174 -3,8315551 -4,097224719 -4,512252552 -5,464681626 -3,57955
Sorong Selatan -3,9531833 -7,938372273 -8,732340032 -8,602006 -5,5430865 -5,42147426 -6,367234972 -8,219563243 -5,66846
Sorong -3,1681911 -1,96317726 -2,541128613 -8,327304 -4,986531 -5,056481141 -5,875868884 -7,620556317 -3,888676
Raja Ampat -3,5128561 -2,809930709 -8,672296899 -10,60096 -6,0970341 -6,322652229 -6,967872643 -9,228912418 -5,731341
Kota Sorong -3,5850619 -6,131654167 -3,358599837 -6,245667 -3,9932979 -3,01096234 -3,445629801 -4,68793759 -3,789132
Fak-Fak -0,1046588 -0,008014815 -0,029061595 -0,004322 -0,0514849 -0,048620691 -0,036277837 -0,013605285 -0,069728
Kaimana -0,1042312 -0,00243525 -0,025800458 -0,001384 -0,0232042 -0,025827575 -0,014269008 -0,00431596 -0,018626
Teluk Wondama -0,0651988 -0,000467143 -0,001413429 -0,000136 -0,004607 -0,006162493 -0,001616393 -0,002219318 -0,003775
Teluk Bintuni -0,1422844 -0,009062233 -0,036699047 -0,000542 -0,0321919 -0,011795202 -0,00530196 -0,004628699 -0,029923
Manokwari -0,1628996 -0,011927953 -0,026005523 -0,006289 -0,0830523 -0,068090684 -0,049516167 -0,023135761 -0,099827
Sorong Selatan -0,0758754 -0,002832306 -0,001408392 -0,001581 -0,021698 -0,023966303 -0,010931905 -0,002213797 -0,019574
Sorong -0,1333164 -0,275652835 -0,200183608 -0,002014 -0,0340546 -0,032199308 -0,016489772 -0,003736123 -0,079611
Raja Ampat -0,104724 -0,169183579 -0,001485263 -0,000264 -0,0137155 -0,011350273 -0,006561325 -0,000905909 -0,018585
Kota Sorong -0,0994315 -0,013323983 -0,116825295 -0,012109 -0,0736316 -0,148272631 -0,109862785 -0,043155524 -0,085692
103
104
Lanjutan Lampiran 2
Entropi Total = Sij = Rij x (-1)
TAMBANG & INDUSTRI LISTRIK, DAGANG ANGKUTAN & KEUANGAN,
KABUPATEN PERTANIAN BANG JASA-JASA JML
PENGGALIAN PENGOLAHAN GAS & AIR HOTEL & KOMUNIKASI PERSEWAAN,
Fak-Fak 0,10465884 0,008014815 0,029061595 0,0043222 0,0514849 0,048620691 0,036277837 0,013605285 0,0697282 0,36577
Kaimana 0,10423115 0,00243525 0,025800458 0,0013838 0,0232042 0,025827575 0,014269008 0,00431596 0,018626 0,22009
Teluk Wondama 0,06519876 0,000467143 0,001413429 0,0001358 0,004607 0,006162493 0,001616393 0,002219318 0,0037748 0,0856
Teluk Bintuni 0,14228435 0,009062233 0,036699047 0,0005416 0,0321919 0,011795202 0,00530196 0,004628699 0,0299232 0,27243
Manokwari 0,1628996 0,011927953 0,026005523 0,0062887 0,0830523 0,068090684 0,049516167 0,023135761 0,0998273 0,53074
Sorong Selatan 0,07587545 0,002832306 0,001408392 0,0015805 0,021698 0,023966303 0,010931905 0,002213797 0,0195742 0,16008
Sorong 0,13331636 0,275652835 0,200183608 0,0020137 0,0340546 0,032199308 0,016489772 0,003736123 0,0796107 0,77726
Raja Ampat 0,10472403 0,169183579 0,001485263 0,0002639 0,0137155 0,011350273 0,006561325 0,000905909 0,0185852 0,32677
Kota Sorong 0,09943152 0,013323983 0,116825295 0,0121093 0,0736316 0,148272631 0,109862785 0,043155524 0,085692 0,7023
JML 0,99262006 0,492900098 0,438882609 0,0286395 0,33764 0,37628516 0,250827153 0,097916376 0,4253417 3,44105
Entropi Max 4,39444915
Entropi Wilayah 0,78304528
Tahun 2006
Fak-Fak 160424,64 7004,93 30529,64 3602,61 67904,4 62035,42 43001,99 14459,28 98519,42 487482
Kaimana 164789,88 1775,43 28065,04 974,65 25037,53 29269,98 13798,85 3858,78 18681,26 286251
Teluk Wondama 94151,22 403,73 1087,24 72,58 6811,9 5762,47 1791,69 1672,62 3962,36 115716
Teluk Bintuni 261674,8 7486,58 43101,12 347,17 40816,04 12546,45 4835,32 3324,85 41577,12 415709
Manokwari 313367,4 11775,88 28303,2 5262,63 128587,4 94950,45 64915,08 23028,83 160907,51 831098
Sorong Selatan 105007,56 2241,58 910,71 1064,52 25905,85 25424,94 9536,61 1224,23 22501,02 193817
Sorong 231216,34 744246,08 401535,43 1318,11 37995,22 34560,17 15781,83 2394,77 117580,47 1586628
Raja Ampat 165350,26 304697,29 970,27 131,81 11911,79 9505,88 4986,28 519,78 17170,99 515244
Kota Sorong 174677,69 13055,74 200552,74 10998,82 106863,02 277434,04 181605,66 44980,89 127881,2 1138050
JML 1670659,79 1092687,24 735055,39 23772,9 451833,15 551489,8 340253,31 95464,03 608781,35 5569997
Lanjutan Lampiran 2
Peluang Pij
Fak-Fak 0,02880157 0,001257618 0,005481087 0,0006468 0,0121911 0,011137424 0,00772029 0,002595922 0,0176875
Kaimana 0,02958527 0,000318749 0,00503861 0,000175 0,0044951 0,005254936 0,002477353 0,00069278 0,0033539
Teluk Wondama 0,01690328 7,2483E-05 0,000195196 1,303E-05 0,001223 0,001034555 0,000321668 0,000300291 0,0007114
Teluk Bintuni 0,04697934 0,001344091 0,007738087 6,233E-05 0,0073278 0,002252506 0,000868101 0,000596921 0,0074645
Manokwari 0,05625989 0,002114163 0,005081367 0,0009448 0,0230857 0,017046769 0,011654419 0,004134442 0,0288883
Sorong Selatan 0,01885235 0,000402438 0,000163503 0,0001911 0,004651 0,004564624 0,001712139 0,00021979 0,0040397
Sorong 0,04151104 0,133616963 0,072088985 0,0002366 0,0068214 0,006204702 0,002833364 0,000429941 0,0211096
Raja Ampat 0,02968588 0,054703314 0,000174196 2,366E-05 0,0021386 0,001706622 0,000895203 9,33178E-05 0,0030828
Kota Sorong 0,03136046 0,00234394 0,036005898 0,0019747 0,0191855 0,049808652 0,032604266 0,008075568 0,0229589
Qij = ln Pij
Fak-Fak -3,5473255 -6,6785356 -5,206451772 -7,343491 -4,407049 -4,497444275 -4,863903393 -5,953813364 -4,034896
Kaimana -3,5204786 -8,05110714 -5,290625113 -8,650827 -5,4047739 -5,24858737 -6,000564532 -7,274798716 -5,697629
Teluk Wondama -4,0802476 -9,532158728 -8,541507412 -11,24822 -6,7064787 -6,873783585 -8,041990479 -8,110758528 -7,24831
Teluk Bintuni -3,0580473 -6,612037703 -4,861600804 -9,68309 -4,9160746 -6,09571203 -7,049202476 -7,423725227 -4,8976
Manokwari -2,8777735 -6,159096415 -5,282174915 -6,964519 -3,768541 -4,071794611 -4,452069833 -5,488402878 -3,54432
Sorong Selatan -3,9711174 -7,817968813 -8,718680551 -8,562626 -5,370681 -5,389419205 -6,370011711 -8,422837712 -5,511589
Sorong -3,181796 -2,012778054 -2,629854014 -8,348951 -4,9876894 -5,082447924 -5,866290509 -7,751862594 -3,858027
Raja Ampat -3,5170838 -2,905830995 -8,655330683 -10,65154 -6,1476211 -6,373239233 -7,018459646 -9,279499421 -5,781928
Kota Sorong -3,4622073 -6,055921903 -3,324072533 -6,227362 -3,953602 -2,999566576 -3,423312154 -4,818912054 -3,774048
105
106
Lanjutan Lampiran 2
Rij = Pij x Qij
Fak-Fak -0,1021685 -0,008399048 -0,028537017 -0,00475 -0,0537268 -0,050089946 -0,037550743 -0,015455638 -0,071367
Kaimana -0,1041543 -0,002566281 -0,026657394 -0,001514 -0,0242948 -0,027580993 -0,014865518 -0,005039832 -0,019109
Teluk Wondama -0,0689696 -0,000690919 -0,001667266 -0,000147 -0,0082018 -0,007111309 -0,002586851 -0,002435588 -0,005156
Teluk Bintuni -0,1436651 -0,008887177 -0,037619489 -0,000604 -0,0360242 -0,013730626 -0,00611942 -0,00443138 -0,036558
Manokwari -0,1619032 -0,013021332 -0,02684067 -0,00658 -0,0869995 -0,069410941 -0,051886289 -0,022691484 -0,102389
Sorong Selatan -0,0748649 -0,00314625 -0,001425529 -0,001636 -0,0249788 -0,024600671 -0,010906347 -0,001851256 -0,022265
Sorong -0,1320796 -0,268941292 -0,189583508 -0,001976 -0,0340231 -0,031535074 -0,016621338 -0,003332843 -0,081441
Raja Ampat -0,1044077 -0,158958584 -0,001507722 -0,000252 -0,0131471 -0,010876711 -0,006282949 -0,000865943 -0,017824
Kota Sorong -0,1085764 -0,014194719 -0,119686215 -0,012297 -0,0758517 -0,149404368 -0,111614579 -0,038915453 -0,086648
Lanjutan Lampiran 2
Entropi Total = Sij = Rij x (-1)
Fak-Fak 0,10216853 0,008399048 0,028537017 0,0047497 0,0537268 0,050089946 0,037550743 0,015455638 0,0713673 0,37204
Kaimana 0,10415432 0,002566281 0,026657394 0,0015137 0,0242948 0,027580993 0,014865518 0,005039832 0,0191093 0,22578
Teluk Wondama 0,06896957 0,000690919 0,001667266 0,0001466 0,0082018 0,007111309 0,002586851 0,002435588 0,0051563 0,09697
Teluk Bintuni 0,14366505 0,008887177 0,037619489 0,0006035 0,0360242 0,013730626 0,00611942 0,00443138 0,036558 0,28764
Manokwari 0,16190321 0,013021332 0,02684067 0,0065802 0,0869995 0,069410941 0,051886289 0,022691484 0,1023892 0,54172
Sorong Selatan 0,07486492 0,00314625 0,001425529 0,0016365 0,0249788 0,024600671 0,010906347 0,001851256 0,0222651 0,16568
Sorong 0,13207964 0,268941292 0,189583508 0,0019757 0,0340231 0,031535074 0,016621338 0,003332843 0,0814414 0,75953
Raja Ampat 0,10440773 0,158958584 0,001507722 0,0002521 0,0131471 0,010876711 0,006282949 0,000865943 0,0178243 0,31412
Kota Sorong 0,10857643 0,014194719 0,119686215 0,0122969 0,0758517 0,149404368 0,111614579 0,038915453 0,0866481 0,71719
JML 1,0007894 0,478805602 0,433524811 0,0297549 0,3572478 0,384340638 0,258434032 0,095019416 0,4427591 3,48068
Entropi Max 4,39444915
Entropi Wilayah 0,79206188
107
108
Lanjutan Lampiran 2
Tahun 2007
Fak-Fak 161424,64 7895,2 31355 3733,19 76647,25 69607,97 47169,05 17617,74 103564,26 519014
Kaimana 173144,59 2096,09 30781,64 1072,48 28037,53 33352,68 15647,04 5076,36 21043,31 310252
Teluk Wondama 109748,33 653,33 1420,96 86,04 10588,76 7138,24 1994,43 1919,74 5019,85 138570
Teluk Bintuni 283050,4 8173,39 47144,09 412,62 50534,34 16023,36 6104,7 4346,94 53409,41 469199
Manokwari 326805,88 13784,85 30966,66 5840,57 144353,7 102793,73 73229,42 30862,86 175921,41 904559
Sorong Selatan 107490,9 2639,67 968,26 1172,17 31857,36 27764,62 10114,47 1532,18 27078,38 210618
Sorong 241958,93 735005,72 432509,1 1362,22 40632,91 35730,33 16897,4 2834,85 129411,26 1636343
Raja Ampat 170484,17 305155,25 1034,83 139,44 14200,68 10427,85 5269,1 535,15 22120,31 529367
Kota Sorong 180187,16 13908,78 206906,24 11562,73 114168,46 296023,65 197582,08 56512,45 135912,93 1212764
JML 1754295 1089312,28 783086,78 25381,46 511020,99 598862,43 374007,69 121238,27 673481,12 5930686
Peluang Pij
Fak-Fak 0,02721854 0,001331246 0,005286909 0,0006295 0,0129238 0,011736917 0,007953389 0,002970607 0,0174624
Kaimana 0,0291947 0,000353431 0,005190233 0,0001808 0,0047275 0,005623747 0,002638319 0,000855948 0,0035482
Teluk Wondama 0,01850517 0,000110161 0,000239595 1,451E-05 0,0017854 0,001203611 0,00033629 0,000323696 0,0008464
Teluk Bintuni 0,04772642 0,001378153 0,00794918 6,957E-05 0,0085208 0,002701772 0,001029341 0,000732957 0,0090056
Manokwari 0,05510423 0,002324326 0,00522143 0,0009848 0,0243401 0,017332519 0,012347546 0,005203927 0,0296629
Sorong Selatan 0,01812453 0,000445087 0,000163263 0,0001976 0,0053716 0,004681519 0,001705447 0,000258348 0,0045658
Sorong 0,0407978 0,123932664 0,072927331 0,0002297 0,0068513 0,006024654 0,002849148 0,000477997 0,0218206
Raja Ampat 0,02874611 0,051453618 0,000174487 2,351E-05 0,0023944 0,001758287 0,000888447 9,02341E-05 0,0037298
Kota Sorong 0,03038218 0,002345223 0,034887404 0,0019496 0,0192505 0,049913897 0,033315215 0,009528822 0,0229169
Lanjutan Lampiran 2
Qij = ln Pij
Fak-Fak -3,6038568 -6,621640192 -5,242521428 -7,370632 -4,3486814 -4,445016099 -4,834157214 -5,818988823 -4,047703
Kaimana -3,5337681 -7,947821467 -5,260976763 -8,617921 -5,3543512 -5,180757043 -5,93761341 -7,063300702 -5,641312
Teluk Wondama -3,9897053 -9,113568089 -8,336562472 -11,14084 -6,3281021 -6,722428924 -7,997536876 -8,035705411 -7,074495
Teluk Bintuni -3,0422702 -6,587011416 -4,834686515 -9,573123 -4,7652421 -5,913847514 -6,878836205 -7,218423022 -4,709908
Manokwari -2,8985288 -6,064325009 -5,25498403 -6,923067 -3,7156286 -4,055170813 -4,394297919 -5,258341652 -3,517858
Sorong Selatan -4,010489 -7,717241262 -8,720149804 -8,529038 -5,2266267 -5,364132623 -6,3739281 -8,261203614 -5,38916
Sorong -3,1991272 -2,08801689 -2,618291805 -8,378779 -4,9833168 -5,111895264 -5,860735408 -7,645906146 -3,8249
Raja Ampat -3,5492527 -2,967074508 -8,65365801 -10,65802 -6,0346053 -6,34341506 -7,026035602 -9,313103369 -5,591399
Kota Sorong -3,4938991 -6,055374876 -3,355629428 -6,240108 -3,9502201 -2,997455822 -3,401741079 -4,653434204 -3,775881
Fak-Fak -0,0980917 -0,00881503 -0,027716736 -0,00464 -0,0562017 -0,052170785 -0,03844793 -0,017285931 -0,070683
Kaimana -0,1031673 -0,002809009 -0,027305693 -0,001558 -0,0253129 -0,029135269 -0,015665317 -0,006045819 -0,020017
Teluk Wondama -0,0738302 -0,001003959 -0,001997395 -0,000162 -0,0112983 -0,008091191 -0,002689491 -0,002601127 -0,005988
Teluk Bintuni -0,1451967 -0,009077907 -0,038431793 -0,000666 -0,0406038 -0,015977866 -0,00708067 -0,005290796 -0,042416
Manokwari -0,1597212 -0,014095471 -0,02743853 -0,006818 -0,0904389 -0,070286326 -0,054258797 -0,027364029 -0,10435
Sorong Selatan -0,0726882 -0,003434842 -0,001423675 -0,001686 -0,0280754 -0,025112289 -0,010870396 -0,002134264 -0,024606
Sorong -0,1305173 -0,258773496 -0,190945032 -0,001925 -0,0341422 -0,030797399 -0,0166981 -0,00365472 -0,083462
Raja Ampat -0,1020272 -0,152666717 -0,001509954 -0,000251 -0,0144495 -0,011153546 -0,00624226 -0,000840359 -0,020855
Kota Sorong -0,1061523 -0,014201203 -0,1170692 -0,012166 -0,0760436 -0,149614701 -0,113329735 -0,044341745 -0,086531
109
110
Lanjutan Lampiran 2
Entropi Total = Sij = Rij x (-1)
Fak-Fak 0,09809173 0,00881503 0,027716736 0,0046396 0,0562017 0,052170785 0,03844793 0,017285931 0,0706828 0,37405
Kaimana 0,1031673 0,002809009 0,027305693 0,0015584 0,0253129 0,029135269 0,015665317 0,006045819 0,0200166 0,23102
Teluk Wondama 0,07383016 0,001003959 0,001997395 0,0001616 0,0112983 0,008091191 0,002689491 0,002601127 0,005988 0,10766
Teluk Bintuni 0,14519666 0,009077907 0,038431793 0,000666 0,0406038 0,015977866 0,00708067 0,005290796 0,0424156 0,30474
Manokwari 0,1597212 0,014095471 0,02743853 0,0068179 0,0904389 0,070286326 0,054258797 0,027364029 0,1043499 0,55477
Sorong Selatan 0,07268823 0,003434842 0,001423675 0,0016857 0,0280754 0,025112289 0,010870396 0,002134264 0,0246059 0,17003
Sorong 0,13051734 0,258773496 0,190945032 0,0019245 0,0341422 0,030797399 0,0166981 0,00365472 0,0834617 0,75091
Raja Ampat 0,10202722 0,152666717 0,001509954 0,0002506 0,0144495 0,011153546 0,00624226 0,000840359 0,0208548 0,30999
Kota Sorong 0,10615226 0,014201203 0,1170692 0,012166 0,0760436 0,149614701 0,113329735 0,044341745 0,0865315 0,71945
JML 0,9913921 0,464877634 0,433838008 0,0298704 0,3765663 0,392339373 0,265282697 0,109558791 0,4589067 3,52263
Entropi Max 4,39444915
Entropi Wilayah 0,80160944
Lanjutan Lampiran 2
Tahun 2008
Fak-Fak 160730,29 9182,73 32189,66 3730,38 89589,32 80940,1 52023,63 16294,44 106726,53 551407
Kaimana 176069,52 2410,5 33382,83 1179,36 31845,5 38345,63 17920,94 4590,67 23608,64 329354
Teluk Wondama 126260,01 890,56 1718,77 103,59 14088,34 8435,5 2311,86 2184,47 6000 161993
Teluk Bintuni 297083,27 12747,34 52314,8 509,73 64805,24 20788,88 7064,71 5758,84 66885,47 527958
Manokwari 341191,55 16182,04 33894,03 6487,35 162398,37 111699,97 83430,78 40330,93 194012,24 989627
Sorong Selatan 109582,31 3128,56 1051,43 1328,48 35582,86 30218,17 11406,09 2117,09 32597,53 227013
Sorong 252540,47 808055,27 473200,66 1428,02 43732,91 37573,57 18285,77 3767,62 142540,78 1781125
Raja Ampat 173981,35 307860,46 1080,94 162,6 15398,35 12195,74 5534,95 745,71 24211,76 541172
Kota Sorong 188791,28 14150,82 255548,39 12863,89 118737,32 310322,75 217856,64 73775,89 140975,34 1333022
JML 1826230,05 1174608,28 884381,51 27793,4 576178,21 650520,31 415835,37 149565,66 737558,29 6442671
Peluang Pij
Fak-Fak 0,02494777 0,001425299 0,004996322 0,000579 0,0139056 0,012563128 0,008074854 0,002529144 0,0165656
Kaimana 0,02732865 0,000374146 0,00518152 0,0001831 0,0049429 0,005951822 0,002781601 0,000712541 0,0036644
Teluk Wondama 0,01959746 0,000138228 0,000266779 1,608E-05 0,0021867 0,001309317 0,000358836 0,000339063 0,0009313
Teluk Bintuni 0,04611182 0,00197858 0,008120048 7,912E-05 0,0100588 0,003226749 0,00109655 0,000893859 0,0103816
Manokwari 0,05295809 0,002511697 0,005260866 0,0010069 0,0252067 0,017337525 0,012949719 0,00625997 0,0301136
Sorong Selatan 0,01700883 0,0004856 0,000163198 0,0002062 0,005523 0,004690317 0,001770398 0,000328604 0,0050596
Sorong 0,0391981 0,1254224 0,0734479 0,0002217 0,006788 0,005831986 0,002838228 0,000584792 0,0221245
Raja Ampat 0,02700454 0,0477846 0,000167778 2,524E-05 0,0023901 0,001892963 0,000859108 0,000115745 0,003758
Kota Sorong 0,02930326 0,002196421 0,039664975 0,0019967 0,0184298 0,048166785 0,033814646 0,011451134 0,0218815
111
112
Lanjutan Lampiran 2
Qij = ln Pij
Fak-Fak -3,6909708 -6,553373951 -5,299053214 -7,454188 -4,2754624 -4,376989122 -4,819000459 -5,979874552 -4,100429
Kaimana -3,5998196 -7,890864302 -5,262656801 -8,605727 -5,3098024 -5,124057926 -5,884728636 -7,246672514 -5,609086
Teluk Wondama -3,9323551 -8,886603298 -8,229089578 -11,03801 -6,125351 -6,638249506 -7,932646102 -7,989325261 -6,978939
Teluk Bintuni -3,076686 -6,225375875 -4,813419183 -9,444573 -4,599312 -5,736280269 -6,815586529 -7,019962432 -4,567717
Manokwari -2,9382544 -5,986796512 -5,247459604 -6,900844 -3,6806461 -4,05488206 -4,346681191 -5,073579829 -3,502777
Sorong Selatan -4,0740225 -7,630125662 -8,720547355 -8,486663 -5,1988344 -5,362255098 -6,336551074 -8,020655993 -5,286462
Sorong -3,239127 -2,076068037 -2,61117897 -8,41441 -4,9925976 -5,144397619 -5,864575335 -7,444254995 -3,81107
Raja Ampat -3,6117504 -3,041051869 -8,692867464 -10,58716 -6,0364381 -6,269611787 -7,059615964 -9,064116991 -5,58386
Kota Sorong -3,5300564 -6,120925924 -3,227286712 -6,216274 -3,9937848 -3,033085612 -3,386861265 -4,469666513 -3,822114
Fak-Fak -0,0920815 -0,009340515 -0,026475777 -0,004316 -0,0594529 -0,054988674 -0,038912726 -0,015123961 -0,067926
Kaimana -0,0983782 -0,002952336 -0,027268562 -0,001575 -0,0262458 -0,03049748 -0,016368967 -0,005163554 -0,020554
Teluk Wondama -0,0770642 -0,001228381 -0,002195349 -0,000177 -0,0133944 -0,008691574 -0,002846516 -0,002708883 -0,006499
Teluk Bintuni -0,1418716 -0,012317404 -0,039085196 -0,000747 -0,0462633 -0,018509534 -0,00747363 -0,006274857 -0,04742
Manokwari -0,1556043 -0,015037021 -0,027606182 -0,006949 -0,0927769 -0,070301619 -0,0562883 -0,031760459 -0,105481
Sorong Selatan -0,0692944 -0,003705188 -0,001423174 -0,00175 -0,0287132 -0,025150677 -0,011218215 -0,002635623 -0,026748
Sorong -0,1269676 -0,260385436 -0,191785611 -0,001865 -0,0338898 -0,030002057 -0,016645002 -0,004353338 -0,084318
Raja Ampat -0,0975336 -0,145315447 -0,001458474 -0,000267 -0,0144274 -0,011868145 -0,006064972 -0,00104913 -0,020984
Kota Sorong -0,1034422 -0,013444132 -0,128010248 -0,012412 -0,0736048 -0,146093981 -0,114525514 -0,05118275 -0,083634
Lanjutan Lampiran 2
Entropi Total = Sij = Rij x (-1)
Fak-Fak 0,0920815 0,009340515 0,026475777 0,0043161 0,0594529 0,054988674 0,038912726 0,015123961 0,0679259 0,36862
Kaimana 0,09837822 0,002952336 0,027268562 0,0015753 0,0262458 0,03049748 0,016368967 0,005163554 0,020554 0,229
Teluk Wondama 0,07706419 0,001228381 0,002195349 0,0001775 0,0133944 0,008691574 0,002846516 0,002708883 0,0064994 0,11481
Teluk Bintuni 0,14187158 0,012317404 0,039085196 0,0007472 0,0462633 0,018509534 0,00747363 0,006274857 0,0474204 0,31996
Manokwari 0,15560434 0,015037021 0,027606182 0,0069487 0,0927769 0,070301619 0,0562883 0,031760459 0,1054814 0,5618
Sorong Selatan 0,06929436 0,003705188 0,001423174 0,00175 0,0287132 0,025150677 0,011218215 0,002635623 0,0267475 0,17064
Sorong 0,12696763 0,260385436 0,191785611 0,0018651 0,0338898 0,030002057 0,016645002 0,004353338 0,084318 0,75021
Raja Ampat 0,09753365 0,145315447 0,001458474 0,0002672 0,0144274 0,011868145 0,006064972 0,00104913 0,0209843 0,29897
Kota Sorong 0,10344217 0,013444132 0,128010248 0,0124119 0,0736048 0,146093981 0,114525514 0,05118275 0,0836336 0,72635
JML 0,96223763 0,463725859 0,445308575 0,0300588 0,3887686 0,39610374 0,270343843 0,120252556 0,4635646 3,54036
Entropi Max 4,39444915
Entropi Wilayah 0,8056446
113
114
Lampiran 3 Hasil Analisis Indeks Theil Berdasarkan PDRB per Kapita Kabupaten/Kota di Provinsi
Papua Barat Tahun 2005-2008
Tahun 2005
KABUPATEN/ PDRB PDDK LOG Yi*LOG
WP Xi Yi Yi/Xi
KOTA (Y) (X) (Yi/Xi) (Yi/Xi)
MANOKWARI MANOKWARI 772414,91 164648 0,2368 0,1461 0,6168 -0,2098 -0,0307
TELUK BINTUNI 374176,09 51263 0,0737 0,0708 0,9597 -0,0179 -0,0013
TELUK WONDAMA 97265,77 22069 0,0317 0,0184 0,5795 -0,2369 -0,0044
SORONG KOTA SORONG 1048558,9 161136 0,2318 0,1983 0,8556 -0,0677 -0,0134
SORONG 1580505 94105 0,1354 0,2989 2,2083 0,3441 0,1028
SORONG SELATAN 178293,4 58663 0,0844 0,0337 0,3996 -0,3984 -0,0134
RAJA AMPAT 514105 39470 0,0568 0,0972 1,7126 0,2337 0,0227
FAK-FAK FAK-FAK 456400,44 63732 0,0917 0,0863 0,9416 -0,0261 -0,0023
KAIMANA 265810,41 40142 0,0577 0,0503 0,8707 -0,0602 -0,0030
INDEKS THEIL 0,0571
Tahun 2006
KABUPATEN/ PDRB PDDK LOG Yi*LOG
WP Xi Yi Yi/Xi
KOTA (Y) (X) (Yi/Xi) (Yi/Xi)
MANOKWARI MANOKWARI 831098,38 167939 0,2369 0,1492 0,6300 -0,2007 -0,0299
TELUK BINTUNI 415709,46 52287 0,0737 0,0746 1,0121 0,0052 0,0004
TELUK WONDAMA 115715,81 22510 0,0317 0,0208 0,6544 -0,1842 -0,0038
SORONG KOTA SORONG 1138049,7 164279 0,2317 0,2043 0,8818 -0,0546 -0,0112
SORONG 1586628,4 95985 0,1354 0,2849 2,1042 0,3231 0,0920
SORONG SELATAN 193817,03 59823 0,0844 0,0348 0,4124 -0,3847 -0,0134
RAJA AMPAT 515244,35 40259 0,0568 0,0925 1,6292 0,2120 0,0196
FAK-FAK FAK-FAK 487482,34 65006 0,0917 0,0875 0,9546 -0,0202 -0,0018
KAIMANA 286251,4 40944 0,0577 0,0514 0,8900 -0,0506 -0,0026
INDEKS THEIL 0,0493
Lanjutan Lampiran 3
Tahun 2007
KABUPATEN/ PDRB PDDK LOG Yi*LOG
WP Xi Yi Yi/Xi
KOTA (Y) (X) (Yi/Xi) (Yi/Xi)
MANOKWARI MANOKWARI 904559,08 171486 0,2372 0,1525 0,6431 -0,1918 -0,0292
TELUK BINTUNI 469199,26 53665 0,0742 0,0791 1,0659 0,0277 0,0022
TELUK WONDAMA 138569,69 22936 0,0317 0,0234 0,7365 -0,1328 -0,0031
SORONG KOTA SORONG 1212764,5 167589 0,2318 0,2045 0,8822 -0,0544 -0,0111
SORONG 1636342,7 97510 0,1349 0,2759 2,0458 0,3109 0,0858
SORONG SELATAN 210618 60934 0,0843 0,0355 0,4214 -0,3753 -0,0133
RAJA AMPAT 529366,78 40912 0,0566 0,0893 1,5774 0,1979 0,0177
FAK-FAK FAK-FAK 518795,35 66255 0,0916 0,0875 0,9546 -0,0202 -0,0018
KAIMANA 310251,71 41696 0,0577 0,0523 0,9071 -0,0423 -0,0022
INDEKS THEIL 0,0448
Tahun 2008
KABUPATEN/ PDRB PDDK LOG Yi*LOG
WP Xi Yi Yi/Xi
KOTA (Y) (X) (Yi/Xi) (Yi/Xi)
MANOKWARI MANOKWARI 989627,25 175038 0,2375 0,1543 0,6497 -0,1873 -0,0289
TELUK BINTUNI 527958,3 55049 0,0747 0,0823 1,1021 0,0422 0,0035
TELUK WONDAMA 161993,11 23361 0,0317 0,0253 0,7969 -0,0986 -0,0025
SORONG KOTA SORONG 1303022,3 170894 0,2319 0,2032 0,8762 -0,0574 -0,0117
SORONG 1781125,1 99028 0,1344 0,2778 2,0669 0,3153 0,0876
SORONG SELATAN 227012,51 62047 0,0842 0,0354 0,4205 -0,3763 -0,0133
RAJA AMPAT 541171,86 41563 0,0564 0,0844 1,4963 0,1750 0,0148
FAK-FAK FAK-FAK 551407,09 67503 0,0916 0,0860 0,9387 -0,0275 -0,0024
KAIMANA 329353,59 42448 0,0576 0,0514 0,8916 -0,0498 -0,0026
INDEKS THEIL 0,0448
115
116
Lampiran 4. Hasil Analisis LQ Kabupaten/Kota per Sektor di Provinsi Papua Barat Tahun 2005-2008
Tahun 2005
LISTRIK GAS PERDAGANGAN KEUANGAN
KABUPATEN/ TAMBANG & INDUSTRI BANGUNAN/ PENGANGKUTAN JASA-
PERTANIAN DAN AIR HOTEL DAN DAN JASA
KOTA PENGGALIAN PENGOLAHAN KONTRUKSI DAN KOMUNIKASI JASA
BERSIH RESTORAN PERUSAHAAN
Fak-Fak 1,163497 0,066404 0,475151 1,644882 1,764092 1,285262 1,453801 1,435898 1,906252
Kaimana 1,986344 0,028760 0,704322 0,769956 1,115430 0,997648 0,796415 0,640724 0,620514
Teluk Wondama 2,876491 0,012268 0,064402 0,159492 0,447922 0,492402 0,173909 0,816823 0,258749
Teluk Bintuni 2,206529 0,093589 0,775424 0,191121 1,187195 0,274815 0,176244 0,493498 0,788099
Manokwari 1,310807 0,062774 0,244752 1,501810 1,958174 1,177352 1,275123 1,612261 1,831590
Sorong Selatan 1,919253 0,050953 0,034993 1,333995 1,532031 1,356804 0,864308 0,444356 0,982543
Sorong 0,474657 2,262022 1,928060 0,198055 0,301513 0,220476 0,159366 0,091244 0,657100
Raja Ampat 1,018528 2,937892 0,012696 0,061749 0,300816 0,188256 0,161966 0,055333 0,315247
Kota Sorong 0,471561 0,052766 1,283218 2,393492 1,227058 2,569934 2,729219 2,582432 1,094122
JUMLAH 13,427668 5,567428 5,523017 8,254551 9,834231 8,562949 7,790352 8,172568 8,454217
Tahun 2006
PERTAMBAN LISTRIK GAS PERDAGANGAN KEUANGAN
KABUPATEN/ INDUSTRI BANGUNAN/ PENGANGKUTAN JASA-
PERTANIAN GAN & DAN AIR HOTEL DAN DAN JASA
KOTA PENGOLAHAN KONTRUKSI DAN KOMUNIKASI JASA
PENGGALIAN BERSIH RESTORAN PERUSAHAAN
Fak-Fak 1,09718316 0,073249389 0,474567176 1,73153457 1,71718033 1,285281695 1,444050147 1,730625042 1,849084
Kaimana 1,9193309 0,03161659 0,742938625 0,79776295 1,078253137 1,032743048 0,789128764 0,786534168 0,597107
Teluk Wondama 2,71269015 0,017785145 0,07119797 0,14695929 0,72569216 0,502960005 0,253467785 0,843373168 0,313296
Teluk Bintuni 2,09864481 0,091802109 0,785658024 0,19567038 1,210369125 0,304823494 0,190409198 0,466656537 0,915078
Manokwari 1,25709563 0,072227074 0,258058398 1,48362177 1,907316854 1,153883771 1,278632563 1,616719334 1,771403
Sorong Selatan 1,80632376 0,058955105 0,035605992 1,28687009 1,647717681 1,324907317 0,805479905 0,368541416 1,062194
Sorong 0,48585898 2,391114721 1,917712655 0,19464767 0,295209685 0,219997687 0,162830116 0,088065088 0,678037
Raja Ampat 1,06993793 3,014494113 0,014269681 0,05993878 0,284997242 0,186335912 0,158422194 0,058860171 0,304913
Kota Sorong 0,51173263 0,058478916 1,335371874 2,26442334 1,157558754 2,462158194 2,612285937 2,306120367 1,028109
JUMLAH 12,9587979 5,809723162 5,635380394 8,16142885 10,02429497 8,473091123 7,694706607 8,265495292 8,519221
Lanjutan Lampiran 4
Tahun 2007
PERTAMBAN LISTRIK GAS PERDAGANGAN KEUANGAN
KABUPATEN/ INDUSTRI BANGUNAN/ PENGANGKUTAN JASA-
PERTANIAN GAN & DAN AIR HOTEL DAN DAN JASA
KOTA PENGOLAHAN KONTRUKSI DAN KOMUNIKASI JASA
PENGGALIAN BERSIH RESTORAN PERUSAHAAN
Fak-Fak 1,05146013 0,082820213 0,457533103 1,68069575 1,713891983 1,328181751 1,441126839 1,660489273 1,757155
Kaimana 1,88667474 0,036783094 0,751402433 0,80772465 1,04879775 1,064619467 0,799728173 0,80039325 0,597282
Teluk Wondama 2,67751562 0,025669471 0,077662019 0,14508433 0,88683553 0,510153412 0,228231185 0,67770299 0,319008
Teluk Bintuni 2,03942985 0,094841289 0,760965536 0,20548556 1,249958178 0,338200422 0,206315291 0,453201708 1,002398
Manokwari 1,22139245 0,082969341 0,25927012 1,50871299 1,852069057 1,125401662 1,283728129 1,669031115 1,712621
Sorong Selatan 1,72535514 0,068234917 0,034817014 1,30041937 1,755417694 1,305491634 0,761503714 0,355860255 1,132157
Sorong 0,49988453 2,44550741 2,001778502 0,19451868 0,288183991 0,216242285 0,163745742 0,084746353 0,69643
Raja Ampat 1,0887538 3,138460702 0,014804964 0,06154872 0,311328336 0,195081441 0,157835306 0,049452021 0,367971
Kota Sorong 0,50228439 0,062440317 1,292088199 2,22777973 1,09253628 2,417284708 2,583422781 2,279464689 0,986879
JUMLAH 12,6927506 6,037726754 5,650321891 8,13196978 10,1990188 8,500656782 7,62563716 8,030341655 8,571901
Tahun 2008
PERTAMBAN LISTRIK GAS PERDAGANGAN KEUANGAN
KABUPATEN/ INDUSTRI BANGUNAN/ PENGANGKUTAN JASA-
PERTANIAN GAN & DAN AIR HOTEL DAN DAN JASA
KOTA PENGOLAHAN KONTRUKSI DAN KOMUNIKASI JASA
PENGGALIAN BERSIH RESTORAN PERUSAHAAN
Fak-Fak 1,02833795 0,091342392 0,425275493 1,56821289 1,81674106 1,453772663 1,461749141 1,272920173 1,690712
Kaimana 1,88595903 0,040143722 0,738392122 0,83005768 1,081172025 1,153077705 0,843029782 0,600409757 0,62615
Teluk Wondama 2,74966495 0,030153628 0,077294315 0,14823324 0,972461547 0,515726459 0,221110592 0,580876272 0,323537
Teluk Bintuni 1,98513051 0,132431978 0,721857162 0,22380247 1,372523053 0,389974838 0,207319077 0,469861083 1,106628
Manokwari 1,21628988 0,089688038 0,249504203 1,51956738 1,834928499 1,117857658 1,306168444 1,755499277 1,712486
Sorong Selatan 1,70294694 0,075590563 0,033740915 1,35653028 1,752670076 1,31832792 0,778451424 0,401720116 1,254309
Sorong 0,50020386 2,488396331 1,935428941 0,18585068 0,274551038 0,208926315 0,159060876 0,091118538 0,69906
Raja Ampat 1,1341695 3,120265935 0,014550995 0,06964816 0,318161855 0,223191705 0,158461232 0,059356574 0,390806
Kota Sorong 0,49963745 0,058226018 1,396567829 2,23696494 0,995999111 2,305585825 2,532082858 2,38402664 0,923794
JUMLAH 12,7023401 6,126238604 5,592611975 8,13886772 10,41920826 8,686441087 7,667433425 7,61578843 8,727482
117
118
Lampiran 5 Hasil Analisis Shift Share Kabupaten/Kota per Sektor di Provinsi Papua Barat Pada Titik Tahun 2005 dan 2008
119
120
Lanjutan Lampiran 5
MANOKWARI PROV. PAPUA BARAT REGIONAL PROPORTIONAL DIFFERENTIAL
WILAYAH/SEKTOR SSA
2005 2008 2005 2008 SHARE SHIFT SHIFT
1. PERTANIAN 300726,22 341191,55 1572776,9 1826230,05 0,216692015 -0,055541918 -0,026591394 0,1345587
2. TAMBANG & GALIAN 10083,82 16182,04 1101237,33 1174608,28 0,216692015 -0,150066095 0,538127041 0,60475296
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 25878,96 33894,03 724863,22 884381,51 0,216692015 0,003374731 0,089647014 0,30971376
4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 4745,34 6487,35 21661,43 27793,4 0,216692015 0,066390404 0,084016672 0,36709909
5. BANGUNAN 114778,9 162398,37 401832,94 576178,21 0,216692015 0,217182993 -0,018995008 0,41488
6. DAGANG HOTEL & RESTORAN 88000,11 111699,97 512402,81 650520,31 0,216692015 0,052856663 -0,000232424 0,26931625
7. ANGKUTAN & KOMUNIKASI 58108,4 83430,78 312407,46 415835,37 0,216692015 0,114375335 0,104710954 0,4357783
8. KEUANGAN, 22418,38 40330,93 95324,26 149565,66 0,216692015 0,352327875 0,229991902 0,79901179
9. JASA-JASA 147674,77 194012,24 552729,42 737558,29 0,216692015 0,117701023 -0,020612492 0,31378055
JUMLAH 5295235,77 6442671,08
121
122
Lanjutan lampiran 5
RAJA AMPAT PROV. PAPUA BARAT REGIONAL PROPORTIONAL DIFFERENTIAL
WILAYAH/SEKTOR SSA
2005 2008 2005 2008 SHARE SHIFT SHIFT
1. PERTANIAN 146863,11 188791,28 1572776,9 1826230,05 0,216692015 -0,055541918 0,124341406 0,2854915
2. TAMBANG & GALIAN 11506,46 14150,82 1101237,33 1174608,28 0,216692015 -0,150066095 0,163189332 0,22981525
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 184189,1 255548,39 724863,22 884381,51 0,216692015 0,003374731 0,16735732 0,38742407
4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 10266,6 12863,89 21661,43 27793,4 0,216692015 0,066390404 -0,030097984 0,25298443
5. BANGUNAN 97637,82 118737,32 401832,94 576178,21 0,216692015 0,217182993 -0,217775345 0,21609966
6. DAGANG HOTEL & RESTORAN 260760 310322,75 512402,81 650520,31 0,216692015 0,052856663 -0,079478307 0,19007037
7. ANGKUTAN & KOMUNIKASI 168836,87 217856,64 312407,46 415835,37 0,216692015 0,114375335 -0,040729286 0,29033806
8. KEUANGAN, 48746,1 73775,89 95324,26 149565,66 0,216692015 0,352327875 -0,055547223 0,51347267
9. JASA-JASA 119752,88 140975,34 552729,42 737558,29 0,216692015 0,117701023 -0,157174252 0,17721879
JUMLAH 5295235,77 6442671,08
Lampiran 6 Penetapan Dana Alokasi Khusus untuk Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat
123
124
Lanjutan lampiran 6
Tahun 2006
ALOKASI PER BIDANG
KODE DAERAH BIDANG BIDANG BIDANG INFRASTRUKTUR KELAUTAN & BIDANG BIDANG BID LING. TOTAL
PDDK KES JALAN IRIGASI AIR BERSIH PERIKANAN PERTANIAN PRASPEM HDP
3201 SORONG 6.620 8.820 6.100 1.640 2.000 2.440 5.390 0.000 0.310 33.320
3202 MANOKWARI 5.060 7.550 5.810 0.970 2.280 2.500 2.860 8.000 0.310 35.340
3203 FAK-FAK 6.320 6.230 7.010 0.000 1.580 2.450 2.800 4.000 0.310 30.700
3204 KOTA SORONG 3.180 1.740 2.270 0.000 0.480 1.120 0.000 4.000 0.310 12.790
3205 RAJA AMPAT 8.470 7.830 7.030 2.520 2.220 0.000 0.000 3.000 0.310 31.380
3206 TELUK BINTUNI 7.000 6.150 7.580 1.400 2.350 0.000 0.000 3.000 0.310 27.790
3207 TELUK WONDAMA 8.820 8.200 8.230 1.780 2.300 2.545 0.400 5.000 0.710 37.985
3208 KAIMANA 5.550 5.010 4.210 0.000 1.460 2.020 2.400 3.000 0.310 23.960
3209 SORONG SELATAN 6.540 5.740 6.230 1.750 1.630 0.000 1.790 3.000 0.310 26.680
JUMLAH 57.560 57.270 54.470 9.090 15.820 13.075 15.240 33.000 0 259.945
Lanjutan lampiran 6
Tahun 2008 (Rp. Juta)
LAUT &
PENDIDI KESEHAT AIR PERTANI PRASPE BID LING.
KODE DAERAH PDDK JALAN IRIGASI PERIKAN HUTAN TOTAL
KAN AN BERSIH AN M HDP
AN
443 SORONG 12.338 8.056 662 9.564 509 2.980 2.216 3.176 2.605 2.066 813 44.925
444 MANOKWARI 15.367 13.727 1.729 12.821 2.147 3.868 3.301 4.581 2.335 2.056 61.961
445 FAK-FAK 12.152 9.392 599 13.392 2.169 2.425 5.023 3.587 1.819 53.244,00
446 KOTA SORONG 13.914 9.475 791 8.016 3.145 3.071 2.996 826 45.040,00
447 SORONG SELATAN 14.143 14.196 10.194 1.376 2.561 6.244 3.251 2.156 2.975 57.096,00
448 RAJA AMPAT 17.481 15.545 824 10.709 3.141 3.371 6.780 3.675 2.695 1.586 65.807,00
449 TELUK BINTUNI 11.796 12.174 487 7.357 1.314 2.713 2.307 2.618 2.806 2.358 45.930,00
450 TELUK WONDAMA 15.207 12.892 12.265 3.257 3.634 3.487 1.061 1.006 52.809,00
451 KAIMANA 12.619 12.948 5.943 2.595 3.070 3.192 1.809 42.176,00
JUMLAH 125.017 108.405 5.092 90.261 10.656 26.915 35.646 23.980 19.180 16.556 1.819 468.988,00
125
126
Lampiran 7. Rincian Dana Alokasi Umum untuk Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat
127
128
129