TEOSOFI DI DUNIA
Radiasi
Kita mempunyai otak fisik yang memerlukan mata, telinga, jari-jari, tangan sebagai
instrumennya. Kemudian apapun yang dikerjakan dan dialami instrumen-instrumen itu
direkam oleh sang otak dan menambah pengetahuan baginya / sang otak agar lebih mengerti.
Kita perlu mengerti pula dengan cerdas dan peka bahwa fisik kita, perasaan kita serta pikiran
kita adalah merupakan badan-badan yang menjadi instrumen Ruh kita.
Maka apapun yang dikerjakan dialami oleh badan fisik badan perasaan dan badan pikiran,
direkam oleh sang Jiwa dan menjadikan bertambahnya pengetahuan baginya.
Meskipun demikian ada hal-hal yang sebenarnya tidak perlu dialami oleh instrumen-
instrumen tadi agar sang jiwa dengan otaknya agar mampu mendapatkan perkembangan yang
lebih cepat dan bermutu. Dalam hal ini perlu diperhatikan lagi dengan penuh perhatian bahwa
: kita hidup dalam kebersatuan/penunggalan dengan apapun yang ada. Maka semakin
cepat kita berkembang maju semakin cepat pula kita lebih bermanfaat bagi yang lain;
sebaliknya bila kita lambat dalam perkembangan untuk memperoleh kemajuan, kita pun akan
menjadi menambah beban bagi yang lain (inilah satu dosa bagi orang beragama yang tidak
mau belajar mengasah/menggunakan akal/otaknya)
Adalah badan pikiran manusia terdiri dari partikel-partikel yang lebih halus dari pada badan
perasaan, sehingga daya geraknya lebih hebat juga. Apapun yang kita rasakan dan/atau kita
pikirkan akan mendatangkan satu aktivitas gerak dan warna pada badan-badan itu; badan
perasaan dan pikiran dapat secepat kilat melayang ke daerah sekitar kita dan meradiasi
terhadapnya dan kepada sendiri. Sedangkan yang sangat penting bisa diarahkan kepada obyek
tertentu yang kita tuju. Umpamanya sesama manusia, hewan, air, batu, tumbuhan dan
sebagainya.
Peningkatan Kesadaran
Diri kita baru akan memancarkan getaran persaudaraan bilamana perasaan dan pikiran kita
telah mampu meradiasikan hal-hal yang mempercepat evolusi/perkembangan/kemajuan
manusia, hewan, tumbuhan dan apa-apa yang ada di sekitar kita.
Maka perlu diperhatikan adanya hal-hal yang menunjangnya itu adalah : Badan fisik kita
haruslah benar-benar tidak bau, bersih terutama di ujung jari (ini perlunya seorang muslim
berwudhu bila akan shalat) karena apa? karena energi akan keluar dari badan melalui ujung
jari-jari (inilah mengapa semua pengobatan melalui tangan, melalui jari-jari). Maka syarat
kebersihan badan ini mutlak berlakunya. Perasaan dan pikiran kita aktifkan untuk
meradiasikan hal-hal yang Illahiah … murni … berbakti … penuh kepekaan dengan kemauan
yang kuat membangkitkan gerak energi Illahiah.
Dengan memperhatikan hal-hal tersebut maka yang hal yang utama adalah : Meningkatkan
kesadaran kita lebih dulu dengan pertanyaan introspeksi sebagai berikut :
- Adakah perasaan kita selalu murni, lembut, penuh kasih, ceria, dalam kondisi apapun
- Adalah pikiran kita selalu tajam serta mampu membangkitkan serta meradiasikan potensi-
potensi illahiah dalam setiap bentuk kehidupan?
Tahap berikutnya adalah
- Adakah badan perasaan dan pikiran kita telah berdayakan sedemikian rupa sehingga mampu
menjadi saluran energi Ilahiah bagi makhluk saudara-saudara kita yang lain di sekitar kita?
Maka perlu pula direnungkan bahwa inti sari dari kewajiban seorang siswa adalah menjadi
Agent of God (Khalifah fil Ardi) dan setiap perkembangan jiwanya adalah hanya bagi /
kebaktian bagi yang lain.@
BAB II
“Kebangkitan Kembali Theosofi Indonesia”
Dalam bukunya, “Tren Pluralisme Agama “, Dr. Anis Malik Thoha memasukkan
ajaran Theosofi sebagai salah satu aliran dalam paham Pluralisme Agama. Mungkin tidak
banyak yang mencermati, bahwa saat ini, kaum Theosofi di Indonesia sedang bangkit lagi.
Secara terbuka, kelompok ini mengkampanyekan ide-idenya, dengan menerbitkan sebuah
majalah bernama THEOSOFI INDONESIA.
Ada juga perkumpulan Theosofi, bernama Persatuan Warga Theosofi Indonesia
(Perwathin). Pengurus Besarnya kini beralamat di Jl. Anggrek Nelly Murni, Blok A-104
Jakarta. Alamat redaksi majalahnya di Metro Permata I, Blok I 3/7 Jln Raden Saleh, Karang
Mulya, Ciledug.
Tentang Theosofi dan Perhimpunan Theosofi, ditulis dalam majalah ini sebagai
berikut:
(*) Perhimpunan Teosofi didirikan pada 1875, merupakan suatu badan internasional yang
tujuan utamanya adalah persaudaraan universal berdasarkan pada realisasi bahwa hidup,
dalam berbagai bentuk yang berbeda, manusia dan non-manusia, merupakan kesatuan
yang tak terbagi;
(*) Perhimpunan Teosofi tidak memaksakan kepercayaan apapun pada anggota-anggotanya,
yang disatukan karena pencarian kebenaran dan keinginan untuk belajar tentang makna
dan tujuan eksistensi dengan melibatkan diri dalam studi perenungan, kemurnian hidup
dan pengabdian dengan penuh kasih;
(*) Teosofi menawarkan sebuah filsafat, yang membuat hidup jadi lebih dimengerti dan
menunjukkan bahwa keadilan dan cinta kasih membimbing alam semesta ini;
(*) ajaran-ajarannya membantu mengembangkan kodrat spiritual yang masih laten dalam diri
manusia, tanpa ketergantungan dan rasa takut.
Perwathin didirikan pada 31 Juli 1963, dan disahkan sebagai badan hukum oleh
pemerintah dengan SK Menteri Kehakiman tgl. 30 November 1963 No J.A/146/23 dan
tanggal 7 Desember 1971 No J.A 5/203/5 Berita Negara No 2 tahun 1972 Tambahan Berita
Negara RI tgl 7 Januari 1972 No 2.
Disebutkan dalam majalah THEOSOFI, bahwa Perwathin tidak memihak satu aliran
apapun juga dan terdiri dari anggota-anggota yang mencari kebenaran. Mereka berusaha
memajukan persaudaraan dan mengabdi kepada kemanusiaan.
Perwathin bertujuan untuk: (1) Mengadakan inti persaudaraan antar sesama manusia
dengan tidak memandang bangsa, kepercayaan, kelamin, kaum atau warna kulit. (2)
Memajukan pelajaran mencari persamaan di dalam agama-agama, filsafat, dan ilmu
pengetahuan. (3) Menyelidiki hukum-hukum alam yang belum dapat diterangkan dan
kekuatan-kekuatan di dalam manusia yang masih terpendam.
Misi Theosofi untuk berdiri di atas semua agama, dengan jelas digambarkan oleh tokohnya,
HP Blavatsky, dalam wawancara yang dimuat di Majalah Theosofi edisi ke-3, yang
diterjemahkan oleh Matius Ali. Kata Blavatsky, moto Theosofi ialah : “Tidak ada
agama/religi yang lebih tinggi dari kebenaran.”
Tujuan utama para pendiri Mazhab Theosofi Eklektik, yakni mendamaikan semua agama-
agama, aliran-aliran dan bangsa-bangsa di bawah sebuah sistem etika umum, berdasarkan
pada kebenaran-kebenaran abadi. Blavatsky juga mengklaim, bahwa Theosofi sudah setua
dunia itu
sendiri, dalam ajaran dan etika-etikanya, karena Theosofi adalah sistem yang paling universal
dan luas diantara semuanya.
Apa sebenarnya arti kata Theosofi, dijelaskan oleh Blavatsky : “Kearifan ilahi (Theosophia)
atau kearifan para dewa, sebagai theogonia, asal-usul para dewa. Kata theos berarti seorang
dewa dalam bahasa Yunani, salah satu dari makhluk-makhluk ilahi, yang pasti bukan
‘’Tuhan’’ dalam arti yang kita pakai sekarang. Karena itu, Theosofi bukanlah ‘Kebijaksanaan
Tuhan’, seperti yang diterjemahkan sebagian orang, tetapi ‘Kebijaksanaan ilahi’ seperti yang
dimiliki oleh para dewa.’’
Dengan pandangan dan misi seperti itu, Theosofi tampak bermaksud menjadi pelebur agama-
agama atau menjadi kelompok ‘super-agama’ yang berada di atas atau di luar agama-agama
yang ada. Hal ini sangat sejalan dengan gagasan Pluralisme Agama.
Sebagai misal, Blavatsky juga menyinggung masalah aspek esoterik (batin) dan eksoterik
(luar), yang berasal dari ajaran Ammonius. Istilah eksoterik dan esoterik ini kemudian juga
digunakan dalam salah satu aliran dalam Pluralisme Agama, yakni Trancendent Unity of
Religion, yang ditokohi antara lain oleh Rene Gueno dan Fritjuof Schuon. Bahwa, agama-
agama yang ada hanya berbeda pada level eksoterik, tetapi akan bersatu dalam aspek
esoterisnya.
Di Indonesia, gagasan semacam ini juga populer di kalangan pendukung Pluralisme Agama.
Nurcholish Madjid, misalnya, dalam salah satu tulisannya, mencatat :
“Sebagai sebuah pandangan keagamaan, pada dasarnya Islam bersifat inklusif dan
merentangkan tafsirannya ke arah yang semakin pluralis. Sebagai contoh, filsafat perenial
yang belakangan banyak dibicarakan dalam dialog antar agama di Indonesia merentangkan
pandangan pluralis dengan mengatakan bahwa setiap agama sebenarnya merupakan ekspresi
keimanan terhadap Tuhan yang sama.
Ibarat roda, pusat roda itu adalah Tuhan, dan jari-jari itu adalah jalan dari berbagai Agama.
Filsafat perenial juga membagi agama pada level esoterik (batin) dan eksoterik (lahir). Satu
Agama berbeda dengan agama lain dalam level eksoterik, tetapi relatif sama dalam level
esoteriknya. Oleh karena itu ada istilah “Satu Tuhan Banyak Jalan”.” (Buku Tiga Agama
Satu Tuhan, Mizan, Bandung, 1999, hal. xix.)
Munculnya kembali gerakan Theosofi di Indonesia saat ini sejalan dengan maraknya
penyebaran paham Pluralisme Agama yang ironisnya juga disebarkan oleh sejumlah
cendekiawan dari kalangan kaum Muslim.
Di zaman Belanda, Theosofi sempat menjadi gerakan penting di Indonesia yang memiliki
pengaruh yang luas di kalangan cendekiawan dan elite-elite negara waktu itu.
Sebuah buku yang ditulis oleh Iskandar P. Nugraha berjudul Mengikis Batas Timur dan
Barat: “Gerakan Theosofi dan Nasionalisme Indonesia” (2001), memberikan gambaran
besarnya pengaruh gerakan Theosofi pada tokoh-tokoh nasional di Indonesia. Misalnya,
orang tua Soekarno (R. Soekemi) ternyata anggota Theosofi.
Hatta juga mendapat beasiswa dari Ir. Fournier dan van Leeuwen, anggota Theosofi. Tokoh-
tokoh lain yang menjadi anggota atau dekat sekali hubungannya dengan Theosofi adalah
Moh. Yamin, Abu Hanifah, Radjiman Widijodiningrat (aktivis Theosofi), Tjipto
Mangoenkoesoemo, Douwes Dekker, Armijn Pane, Sanoesi Pane, dan sebagainya.
Tahun 1909, dalam Kongres Theosofi di Bandung, jumlah anggota Theosofi adalah 445
orang (271 Belanda, 157 Bumiputera, dan 17 Cina). Dalam Kongres itu juga disepakati
terbitnya majalah Theosofi berbahaya Melayu “Pewarta Theosofi” yang salah satu tujuannya
menyebarkan dan mewartakan perihal usaha meneguhkan persaudaraan. Pada tanggal 15
April 1912, berdirilah Nederlandsch Indische Theosofische Vereeniging (NITV), yang diakui
secara sah sebagai cabang Theosofi ke-20, dengan Presidennya D. van Hinloopen Labberton.
Tahun 1915, dalam Kongres Theosofi di Yogyakarta, jumlah anggotanya sudah mencapai
830 orang (477 Eropa), 286 bumiputera, 67 Cina).
Anggaran Dasar NITV kemudian disetujui Pemerintah Hindia Belanda tanggal 2 November
1912. Dengan demikian, NITV menjadi organisasi yang sah dan berdasar hukum. Pusatnya di
Batavia. Cita-cita yang dicanangkan NITV adalah keinginan untuk memajukan kepintaran,
kebaikan, dan keselamatan “saudara-saudara” pribumi, agar dengan bangsa Barat dapat saling
berdekatan.
Berdasarkan cita-cita tersebut, ternyata NITV mengdnaung cita-cita sama dengan kaum
asosiasi, yaitu suatu hubungan yang bersifat paternalistik.
Gerakan Theosofi, seperti dirumuskan oleh ketuanya, Dr. Annie Besant, mempunyai tujuan:
(1) Membentuk suatu inti persaudaraan universal kemanusiaan, tanpa membeda-bedakan ras
(bangsa), kepercayaan, jenis kelamin, kasta, ataupun warna kulit, (2) Mengajak mempelajari
perbandingan agama-agama, filsafat, dan ilmu pengetahuan, (3) menyelidiki hukum-hukum
alam yang belum dapat diterangkan, dan menyelidiki tenaga-tenaga yang masih tersembunyi
dalam manusia.
Selain memimpin Theosofi, Anni Besant juga memimpin organisasi Freemasonry, Moeslim
Bond, Theosofische Wreld Universiteit, The Liberal Catholic Church, dan beberapa
organisasi lainnya.
Kisah Gerakan Theosofi dalam merekrut elite-elite bangsa Indonesia, dapat dijadikan sebagai
satu telaah yang serius, bagaimana suatu gerakan yang sebenarnya memiliki misi
penghancuran aqidah Islam, ternyata begitu memikat banyak elite bangsa.
“Persaudaraan universal tanpa memandang batas-batas agama” seolah-olah merupakan
sesuatu yang utama dalam kehidupan manusia.
Padahal, Islam telah menegaskan, bahwa persaudaraan sejati haruslah dibangun di atas
landasan iman. Innamal mu’minuuna ikhwatun. (al-Hujurat:10).
Penegasan tentang persaudaraan dan kasih sayang bisa disimak juga dalam ayat Al Quran
berikut:
“Kamu tidak akan mendapati suatu kaum yang beriman kepada Allah dan dan Hari Akhir
berkasih sayang dengan orang-orang yang memusuhi Allah dan Rasul-Nya, sekalipun mereka
itu orang tua sendiri, anak, saudara kandung atau keluarga. Mereka itulah yang Allah telah
tuliskan keimanan di hatinya dan menguatkannya dengan pertolongan dari-Nya. Dan
dimasukkan-Nya mereka ke dalam sorga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka
kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha terhadap (limpahan
rahmat) Allah.
Mereka itulah “hizbullah”. Ketahuilah, bahwa sesunggguhnya “hizbullah” itulah yang pasti
menang.”
(al Mujadalah:22).
Persaudaraan tanpa memandang agama sebagai misi penting dari Theosofi juga digambarkan
oleh Ketua Theosofische Vereeniging Hindia Belanda, D. Van Hinloopen Labberton pada
majalah Theosofi bulan Desember 1912:
“Kemajuan manusia itu dengan atau tidak dengan agama? Saya kira bila beragama tanpa
alasan, dan bila beragama tidak dengan pengetahuan agama yang sejati, mustahil bisa maju
batinnya. Tidak usah peduli agama apa yang dianutnya. Sebab yang disebut agama itu
sifatnya: cinta pada sesama, ringan memberi pertolongan, dan sopan budinya. Jadi yang
disebut agama yang sejati itu bukannya perkara lahir, tetapi perkara dalam hati, batin.”
Mudah-mudahan informasi sedikit tentang Theosofi ini bisa membantu kita dalam memahami
fenomena maraknya penyebaran paham penyamaan agama di Indonesia. Banyak istilah dan
jargon-jargon indah tentang kebenaran yang ditaburkan oleh orang-orang yang dipandang
sebagai “cendekiawan” oleh masyarakat.
Bisa jadi, mereka tahu tentang masalah ini, tetapi sengaja mengaburkan pandangan
masyarakat Muslim tentang agamanya, atau bisa jadi karena mereka tidak paham dan
terjebak pada jargon-jargon indah yang menipu, sehingga meninggalkan kebenaran Islam.
Yang jelas, Allah SWT sudah menjelaskan:
Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis)
manusia dan (dari jenis) jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian lainnya
perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu. (QS Al-An’am:112). (Jakarta, 21
Oktober 2005)
BAB III
TEOSOFI MANAJEMEN DALAM PERSPEKTIF ISLAM
A. Muqaddimah
Nabi Adam dan Siti Hawa sebagai manusia pertama menghuni dunia dengan tekun telah
menata sejarah kehidupan manusia tahap demi tahab dengan tatanan yang perspektif. Tatanan
kehidupan manusia melalui tata cara yang selalu berkembang sesuai dengan situasi dan
kondisinya. Tatanan kehidupan yang tertata baik dan terarah merupakan sendi-sendi
manajemen yang tidak bisa terpisahkan dengan kehidupan manusia.
Tatanan kehidupan manusia dari berbagai bentuknya secara serta merta tidak akan terlepas
dengan yang namanya manajemen dari bentuk dan keadaan yang multi dimensi. Tentunya
manajemen menjadi keniscayaan bagi kehidupan manusia untuk selalu di inovasi sesuai
dengan perkembangan zaman, sehingga manajemen bisa memberi manfaat yang lebih baik.
Dari beberapa definisi tersebut bisa dipetakan kepada tiga hal, yaitu; Pertama,
manajemen sebagai ilmu pengetahuan bahwa manajemen memerlukan ilmu pengetahuan.
Kedua, manajemen sebagai seni dimana manajer harus memiliki seni atau keterampilan
memanej. Ketiga, manajemen sebagai profesi, bahwa manajer yang profesiaonal yang bisa
memanej secara efektif dan efesien.
Dalam konteks Islam manajemen disebut juga dengan ( إدارة – تدبير- )سياسةyang bersal
dari lafadz ()ساس – أدار – دبر. Menurut S. Mahmud Al-Hawary manajemen (Al-Idarah) ialah;
ااإلدارة هي معرفة إلى أين تذهب ومعرفة المشاكل التي تجنبها ومعرفة القوي والعوامل التي تنعرض لها معرفة كيفية
التصرف لك ولبا خرتك والطاقم الباحرة وبكفاءة وبدون ضياع في مرحلة الذهاب إلى هناك.
Artinya: manajemen adalah mengetahui kemana yang dituju, kesukaran apa yang harus
dihindari, kekuatan-kekuatan apa yang dijalankan, dan bagaimana mengemudikan
kapal anda serta anggota dengan sebaik-baiknya tanpa pemborosan waktu dalam
proses mengerjakannya.
Dari ta’rif di atas memberi gambaran bahwa manajemen merupakan kegiatan, proses
dan prosedur tertentu untuk mencapai tujuan akhir secara maksimal dengan bekerja sama
sesuai jobnya masing-masing. Maka kebersamaan dan tujuan akhirlah yang menjadi fokus
utama.
2. Sarana Manajemen
Untuk mencapai tujuan manajemen tidak hanya terfokus kepada manusia sebagai
manajer dan anggota pelaksana lain sebagaimana definisi manajemen. Namun disamping itu
juga memerlukan sarana-sarana yang lain yang erat hubungannya dengan pencapaian tujuan.
Sehingga sarana-sarana manajemen menjadi kesatuan yang tidak terpisahkan antara satu
sarana dengan sarana lainnya.
Adapun sarana-sarana itu meliputi; “Men, Money, Material, Methods dan Markets.
Kesemuanya itu disebut sumber daya.” Dari lima sarana tersebut atau disebut dengan 5 M
saling terkait. Hal ini menunjukkan betapa urgennya adanya 5 M tersebut bisa berjalan secara
integral.
Men (manusia) sebagai sumber daya utama yang mengatur dan menggerakkan segala
aktifitas. Money (uang) merupakan sarana yang selalu mengiringi segala aktifitas seseorang.
Material (materi) atau bahan-bahan merupakan sarana manajemen yang bisa merespons
terhadap perkembangan zaman. Methods, (metode) sebagai sarana manajemen dalam upaya
efesiensi dan tepat guna dalam pencapaian tujuan. Dan yang terakhir Markets (pasar)
bagaiamana hasil dari organisasi tersebut benar-benar bermanfaat dan dibutuhkan oleh
masyarakat.
3. Fungsi-Fungsi Manajemen
Manajemen memiliki beberapa fungsi yang terkait dengan pencapaian tujuan. Para
ilmuan memiliki beragam pendapat tentang fungsi-fungsi manajemen atau juga disebut
dengan unsur-unsur manajemen.
Menurut Louis A. Allen dalam bukunya Management and Organization
menegemukakan tentang element of Management terdiri dari; “Planning, (perencanaan),
Organization (pengorganisasian), Coordination (Koordinasi), Motivating (motivasi),
Controling (pengawasan) atau disingkat dengan POCMC. Kemudian menurut George R.
Terry “Planning, Organizing, Actuating, Controling, atau disingkat dengan POAC.
Sedangkan menurut James A.F. Stoner bahwa fungsi manajemen meliputi, “Planning,
Organizing, Leading, Controling” atau disingkat dengan POLC. Dari beberapa unsur/ fungsi
manajemen akan mengantarkan kepada tujuan yang diharapkan oleh suatu institusi/
organisasi tertentu.
Dalam konteks Islam manajemen memiliki unsur-unsur yang tidak jauh berbeda
dengan konsep manajemen secara umum. Hal ini telah tertuang dalam Al-Qur’an dan Al-
Hadits sebagai falsafah hidup umat Islam. Unsur-unsur tersebut diantaranya;
Pertama ( )التخطيطatau Planning; yaitu perencanaan/ gambaran dari sesuatu kegiatan yang
akan datang dengan waktu, metode tertentu. Sebagaimana Nabi telah bersabda: ( إن هللا يحب إذا
يتقنه أن العمل أحدكم )عمل
Artinya: Sesungguhnya Allah sangat mencintai orang yang jika melakukan sesuatu pekerjaan
, dilakukan secara itqan (tepat, tearah, jelas, tuntas. (HR. Thabrani).
Artinya: Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan) kerjakanlah dengan sungguh-
sungguh (urusan) yang lain. Dan hanya kepada Tuhanlah hendaknya kamu
berharap. (Al-Insyirah; 7-8)
Statemen Sayyidina Ali merupakan pernyataan yang realistis untuk dijadikan rujukan
umat Islam. Hancurnya suatu institusi yang terjadi saat ini karena belum berjalanannya ranah
organisasi dengan menggunakan manajemen yang benar secara maksimal.
Ketiga, ( )التنسيقatau Coordination, upaya untuk mencapai hasil yang baik dengan seimbang,
termasuk diantara langkah-langkah bersama untuk mengaplikasikan planning dengan
mengharapkan tujuan yang diidamkan. Allah berfirman; ( يأيهاالذين أمنواادخلوا فى السلم كافة وال تتبعوا
مبين عدو لكم إنه الشيطان )خطوات
Artinya; Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu kedalam Islam keseluruhannya, dan
janganlah kamu turuti langkah-langkah setan, karena setan itu musuhmu yang nyata. (Al-
Baqarah; 208)
Apabila manusia ingin mendapat predikat iman maka secara totalitas harus melebur
dengan peraturan Islam. Iman bila diumpamakan dengan manusia yang ideal dan Islam
sebagai planning dan aturan-aturan yang mengikat bagi manusia, maka tercapainya tujuan
yang mulia, memerlukan adanya kordinasi yang baik dan efektif sehingga akan mencapai
kepada tujuan ideal. Cobaan dan kendala merupakan keniscayaan, namun dengan manusia
tenggelam dalam lautan Islam (kedamaian, kerjasama dan hal-hal baik lainnya) akan terlepas
dari kendala-kendala yang siap mengancam.
Artinya; Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak
kamu kerjakan? (Q.S. Ash-Shoff; 1)
Menjaga keselamatan dan kesuksesan institusi merupakan tugas utama manajer, baik
organisasi keluarga maupun organisasi secara universal. Bagaimana manajer bisa mengontrol
orang lain sementara dirinya masih belum terkontrol. Dengan demikian seorang manajer
orang terbaik dan harus mengontrol seluruh anggotanya dengan baik.
Dalam ayat yang lain Allah menjelaskan bahwa kontrol yang utama ialah dari Allah SWT. ( ألم
)…تر أن هللا يعلم مافى السموات وما فى األرض
Artinya: Tidaklah kamu perhatikan bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di
langit dan apa yang ada di bumi… (Al-Mujadalah; 7)
Dalam konteks ayat ini sebenarnya sangat cukup sebagai konsep kontrol yang sangat efektif
untuk diaplikasikan. Memahami dan membumikan konteks ayat ini menjadi hal yang sangat
urgen. Para pelaksana institusi akan melaksanakan tugasnya dengan konsisten sesuai dengan
sesuatu yang diembannya, bahkan lebih-lebih meningkatkan spirit lagi karena mereka
menganggap bahwa setiap tugas pertanggung jawaban yang paling utama adalah kepada Sang
Khaliq yang mengetahui segala yang diperbuat oleh makhluk-Nya.
Kelima, ( )ترغيبatau Motivation, menggerakan kinerja semaksimal mungkin dengan hati
sukarela. Masalah yang berhubungan dengan motivasi Allah telah berfirman; ( وأن ليس لإلنسان
)إال ما سعى
Artinya: Dan bahwasanya mausia tiada memperoleh selain dari apa yang telah
diusahakannya. (Q.S. An-Najm; 39)
Dalam ayat yang lain Allah berfirman: ()إن هللا اليغير ما بقوم حتى يغيروا ما بأنفسهم
Artinya: Sesungguhnya Allah tidak akan mengobah sesuatu kaum sehingga mereka
mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (Q.S. Ar-Ra’du; 11)
Dari dua ayat tersebut di atas berimplikasi adanya motivasi untuk selalu berusaha dan
merobah keadaan. Dengan adanya usaha dan adanya upaya merobah keadaan ke rarah yang
lebih baik akan mengantarkan kepada tujuan dan kesuksesan yang nyata.
Dalam sebuah kata hikmah disebutkan ()من جد وجد
Artinya: Barang siapa yang bersungguh-sungguh pasti mendapatkan.
Disamping itu Allah berfirman; ()أدعوني أستجب لكم
Artinya; Mintalah kamu semua kepada-Ku pasti akan Aku kabulkan padamu. (Q.S.)
Dalam ayat yang lain Allah SWT., juga berfirman yang ada kaitannnya dengan motivasi, ( فمن
ومن يعمل مثقال ذرة شرايره.)يعمل مثقال ذرة خيرايره
Artinya: Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan
melihat (balasan)nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrahpun,
niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula. (Q.S. Az-Zalzalah; 7-8)
Dari uraian di atas merupakan bentuk anjuran Islam bagi umat manusia untuk
memiliki motivasi dalam menjalani hidup. Dengan tingginya semangat dan motivasi sebagai
modal awal dalam meraih kehidupan yang lebih cerah dan terarah. Dengan demikian bahwa
planning yang menjadi acuan utama akan dengan mudah untuk bisa direalisasikan, karena
dengan berdasarkan agama, motivasi manusia tidak sekedar hanya tumenyelesaikan ntutan
duniawi saja, tetapi juga terhadap pertanggung jawaban ukhrawinya.
Keenam ( )الخالفةatau disebut Leading, mengatur, memimpin segala aktifitas kepada tujuan.
Dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits banyak membahas tentang kepemimpinan. Diantaranya
firman Allah SWT., dalam surat Al-An’am sebagai berikut; ( وهوالذي جعلكم خالئف األرض ورفع
)بعضكم فوق بعض درجات ليبلوكم فى مااتاكم
Artinya; Dialah yang menetapkan kamu menjadi penguasa di muka bumi, dan ditinggikan-
Nya sebagaian kamu atas sebagian yang lain beberapa derajat, sebagai cobaan bagimu
tentang semua yang diberikannya kepadamu. (Al-An’am; 165)
Selain dalam Al-Qur’an, Al-Hadits juga banyak yan membahas tentang kepemimpinan,
diantaranya; ()كلكم راع وكلكم مسؤل عن رعيته
Artinya: Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap kamu akan diminta pertanggungjawaban
mengenai orang yang kamu pimpin. (HR. Muslim)
Dalam konsepi ajaran Islam bahwa pemimpin tidak hanya terfokus kepada seseorang
yang yang memimpin institusi formal dan non formal. Tuntutan Islam lebih uiversal bahwa
kepemimpinan itu lebih spesifik lagi kepada setiap manusia yang hidup ia sebagai pemimpin,
baik memimpin dirinya maupun kelompoknya.
Dengan demikian kepemimpinan dalam ajaran Islam dimulai dari setiap individu.
Setiap orang harus bisa memimpin dirinya dari taqarrub kepada Allah dan menjahui larangan-
Nya. Apabila manusia sudah bisa memeimpin dirinya, maka tidak mustahil bila ia akan lebih
mudah untuk memimpin orang lain. Disamping itu pertanggungjawaban pemimpin dalam
konteks Islam tidak serta merta hanya kepada sesama manusia, tetapi yang paling utama
adalah pertanggungjawaban kepada Khaliknya.
Pada dasarnya ajaran Islam yang tertuang dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah juga ijma’
ulama banyak mengajarkan tentang kehidupan yang serba terarah dan teratur. Dalam
pelaksanaan shalat yang menjadi icon paling sakral dalam Islam merupakan contoh konkrit
adanya manajemen yang mengarah kepada keteraturan. Puasa, haji dan amaliyah lainnya
merupakan pelaksanaan manajemen yang monomintal.
Teori dan konsep manajemen yang digunakan saat ini sebenarnya bukan hal yang
baru dalam perspektif Islam. Manajemen itu telah ada paling tidak ketika Allah menciptakan
alam beserta isinya. Unsur-unsur manajemen dalam pembuatan alam serta makhluk-
makhluknya lainnya tidak terlepas dengan manajemen langit. Ketika Nabi Adam sebagai
khalifah memimpin alam raya ini telah melaksanakan unsur-unsur manajemen tersebut.
Contoh kecil realisasi manajemen seperti digambarkan oleh makhluk ciptaan Allah berupa
semut. Dalam menjalankan hidupnya semut termasuk diantara makhluk yang sangat solid dan
berkomitmen menjalani roda kehidupannya dengan menggunakan manajemen, tentunya versi
semut. Keteraturan dan komitmen semut dalam kinerjanya sangat solit dan penuh kepatuhan.
Caryle P. Haskins, Ph.D., kepala Institut Carnegie di Washington menyatakan, “Setelah 60
tahun mengamati dan mengkaji, saya masih takjub melihat betapa canggihnya perilaku sosial
semut … Semut merupakan model indah untuk kita gunakan dalam mempelajari akar
perilaku hewan.”
Semut tunduk pada sistem kasta secara ketat (kasta ratu dan jantan, prajurit, dan
pekerja). ”Semut memiliki sub kelompok, sub kelompok ini disebut budak, pencuri,
pengasuh, pembangunan, dan pengumpul. Setiap kelompok memiliki tugas sendiri.
Sementara satu kelompok berfokus sepenuhnya melawan musuh atau berburu, kelompok lain
membangun sarang, dan yang lain lagi memelihara sarang.
Apabila semut bisa melaksanakan manajemen yang hebat, tentunya manusia yang
berakal mestinya akan lebih mudah untuk melaksanakan manajemen. Kalau sudah ada niat,
dan niat itu benar-benar dioptimalkan tentunya tidak ada yang sukar untuk mencapai
keinginan. Dengan demikian apabila manusia memiliki himmah yang kuat dan
menyandarkan segala perbuatannya hanya karena Allah SWT., insya Allah segala usaha
manusia akan tercapai dengan efektif dan efesien. Wallahu a’lam.