Anda di halaman 1dari 11

Caput Succedaneum dan Cephal Hematom

Oktober 14, 2011 perawat2008a Tinggalkan Komentar Go to comments

2.1 Caput Succedaneum

2.1.1 Pengertian

Caput succedaneum adalah edema kulit kepala anak yang terjadi karena tekanan dari
jalan lahir kepada kepala anak. Atau pembengkakan difus, kadang-kadang bersifat
ekimotik atau edematosa, pada jaringan lunak kulit kepala, yang mengenai bagian kepala
terbawah, yang terjadi pada kelahiran verteks. Karena tekanan ini vena tertutup, tekanan
dalam vena kapiler meninggi hingga cairan masuk ke dalam jaringan longgar dibawah
lingkaran tekanan dan pada tempat yang terendah. Dan merupakan benjolan yang difus
kepala, dan melampaui sutura garis tengah. (Obstetri fisiologi, UNPAD.1985)

Caput succedaneum ini ditemukan biasanya pada presentasi kepala, sesuai dengan posisi
bagian yang bersangkutan. Pada bagian tersebut terjadi oedema sebagai akibat
pengeluaran serum dari pembuluh darah. Caput succedaneum tidak memerlukan
pengobatan khusus dan biasanya menghilang setelah 2-5 hari.(Sarwono
Prawiroharjo.2002)

Kejadian caput succedaneum pada bayi sendiri adalah benjolan pada kepala bayi akibat
tekanan uterus atau dinding vagina dan juga pada persalinan dengan tindakan vakum
ekstraksi.(Sarwono Prawiroharjo.2002)

Caput succedaneum adalah edema di kulit kepala pada bagian presentasi kepala. Dapat
mengenai area kepala secara luas, atau hanya sebesar telur itik, pembengkakan dapat
mencapai garis sutura dan edema ini secara bertahap diabsorpsi dan menghilang dlam 3
hari.(Adele Pilliteri.2002)

2.1.2 Etiologi

Banyak hal yang menjadi penyebab terjadinya caput succedaneum pada bayi baru
lahir(Obstetri fisiologi,UNPAD, 1985, hal 254), yaitu :

1. Persalinan lama

Dapat menyebabkan caput succedaneum karena terjadi tekanan pada jalan lahir yang
terlalu lama, menyebabkan pembuluh darah vena tertutup, tekanan dalam vena kapiler
meninggi hingga cairan masuk kedalam cairan longgar dibawah lingkaran tekanan dan
pada tempat yang terendah.

1. Persalinan dengan ekstraksi vakum


Pada bayi yang dilahirkan vakum yang cukup berat, sering terlihat adanya caput vakum
sebagai edema sirkulasi berbatas dengan sebesar alat penyedot vakum yang digunakan.

2.1.3 Patofisiologi

Kelainan ini timbul karena tekanan yang keras pada kepala ketika memasuki jalan lahir
sehingga terjadi bendungan sirkulasi kapiler dan limfe disertai pengeluaran cairan tubuh
ke jaringan ekstra vaskuler. Benjolan caput ini berisi cairan serum dan sering bercampur
dengan sedikit darah. Benjolan dapat terjadi sebagai akibat bertumpang tindihnya tulang
kepala di daerah sutura pada suatu proses kelahiran sebagai salah satu upaya bayi untuk
mengecilkan lingkaran kepalanya agar dapat melalui jalan lahir. Umumnya moulage ini
ditemukan pada sutura sagitalis dan terlihat segera setelah bayi lahir. Moulage ini
umumnya jelas terlihat pada bayi premature dan akan hilang sendiri dalam satu sampai
dua hari.

Menurut Sarwono Prawiraharjo dalam Ilmu Kebidanan 2002, proses perjalanan penyakit
caput succedaneum adalah sebagi berikut :

1. Pembengkakan yang terjadi pada kasus caput succadeneum merupakan


pembengkakan difus jaringan otak, yang dapat melampaui sutura garis tengah.
2. Adanya edema dikepala terjadi akibat pembendungan sirkulasi kapiler dan limfe
disertai pengeluaran cairan tubuh. Benjolan biasanya ditemukan didaerah
presentasi lahir dan terletak periosteum hingga dapat melampaui sutura.

2.1.4 Manifestasi Klinis

Menurut Nelson dalam Ilmu Kesehatan Anak (Richard E, Behrman.dkk.2000), tanda dan
gejala yang dapat ditemui pada anak dengan caput succedaneum adalah sebagi berikut :

1. Adanya edema dikepala


2. Pada perabaan teraba lembut dan lunak
3. Edema melampaui sela-sela tengkorak
4. Batas yang tidak jelas
5. Biasanya menghilang 2-3 hari tanpa pengobatan

2.1.5 Pemeriksaan Diagnostik

Sebenarnya dalam pemeriksaan caput succedaneum tidak perlu dilakukan pemeriksaan


diagnostik lebih lanjut melihat caput succedaneum sangat mudah untuk dikenali. Namun
juga sangat perlu untuk melakukan diagnosa banding dengan menggunakan foto rontgen
(X-Ray) terkait dengan penyerta caput succedaneum yaitu fraktur tengkorak, koagulopati
dan perdarahan intrakranial. (Meida.2009)

2.1.6 Penatalaksanaan
Menurut Nelson dalam Ilmu Kesehatan Anak (Richard E, Behrman.dkk.2000),
Pembengkakan pada caput succedaneum dapat meluas menyeberangi garis tengah atau
garis sutura. Dan edema akan menghilang sendiri dalam beberapa hari. Pembengkakan
dan perubahan warna yang analog dan distorsi wajah dapat terlihat pada kelahiran dengan
presentasi wajah. Dan tidak diperlukan pengobatan yang spesifik, tetapi bila terdapat
ekimosis yang ektensif mungkin ada indikasi melakukan fisioterapi dini untuk
hiperbilirubinemia.

Moulase kepala dan tulang parietal yang tumpang tindih sering berhubungan dengan
adanya caput succedaneum dan semakin menjadi nyata setelah caput mulai mereda,
kadang-kadang caput hemoragik dapat mengakibatkan syok dan diperlukan transfusi
darah.

Berikut adalah penatalaksanaan secara umum yang bisa diberikan pada anak dengan
caput succedaneum :

1. Bayi dengan caput succedaneum diberi ASI langsung dari ibu tanpa makanan
tambahan apapun, maka dari itu perlu diperhatikan penatalaksanaan pemberian
ASI yang adekuat dan teratur.
2. Bayi jangan sering diangkat karena dapat memperluas daerah edema kepala.
3. Atur posisi tidur bayi tanpa menggunakan bantal
4. Mencegah terjadinya infeksi dengan :

1) Perawatan tali pusat

2) Personal hygiene baik

1. Berikan penyuluhan pada orang tua tentang :

1) Perawatan bayi sehari-hari, bayi dirawat seperti perawatan bayi normal.

2) Keadaan trauma pada bayi , agar tidak usah khawatir karena benjolan akan
menghilang 2-3 hari.

1. Berikan lingkungan yang nyaman dan hangat pada bayi.


2. Awasi keadaan umum bayi.

2.2 Cephal Hematom

2.2.1 Pengertian

Cephal hematom adalah perdarahan subperiosteal akibat kerusakan jaringan poriesteum


karena tarikan atau tekanan jalan lahir. Dan tidak pernah melampaui batas sutura garis
tengah. Tulang tengkorak yang sering terkena adalah tulang temporal atau parietal
ditemukan pada 0,5 – 2 % dari kelahiran hidup. (Prawiraharjo,Sarwono. 2002. Ilmu
Kebidanan)
Menurut Abdul Bari Saifudin, cephal hematoma adalah pendarahan sub periosteum
akibat keruasakan jaringan periosteum karena tarikan/tekanan jalan lahir dan tidak pernah
melampaui batas sutura garis tengah.(Ika Nugroho.2011)

Gambar 2. Cephal hematom

2.2.2 Klasifikasi

Menurut letak jaringan yang terkena ada 2 jenis yaitu(Ika Nugroho.2011) :

1. Subgaleal

Galea merupakan lapiasan aponeurotik yang melekat secara longgar pada sisi sebelah
dalan periosteum. Pembuluh-pembuluh darah vena di daerah ini dapat tercabik sehingga
mengakibatkan hematoma yang berisi sampai sebanyak 250 ml darah. Terjadi anemia dan
bisa menjadi shock. Hematoma tidak terbatas pada suatu daerah tertentu (Oxorn, Harry,
1996).

Penyebabnya adalah perdarahan yang letaknya antara aponeurosis epikranial dan


periosteum. Dapat terjadi setelah tindakan ekstraksi vakum. Jarang terjadi karena
komplikasi tindakan mengambil darah janin untuk pemeriksaan selama persalinan, risiko
terjadinya terutama pada bayi dengan gangguan hemostasis darah.

Sedangkan untuk kadang-kadang sukar didiagnosis, karena terdapat edema menyeluruh


pada kulit kepala. Perdarahan biasanya lebih berat dibandingkan dengan perdarahan
subperiosteal, bahaya ikterus lebih besar.

1. Subperiosteal

Karena periosteum melekat pada tulang tengkorak di garis-garis sutura, maka hematoma
terbatas pada daerah yang dibatasi oleh sutura-sutura tersebut. Jumlah darah pada tipe
subperiosteal ini lebih sedikit dibandingkan pada tipe subgaleal, fraktur tengkorak bisa
menyertai.

Gambaran Klinis : kulit kepala membengkak. Biasanya tidak terdeteksi samapai hari ke 2
atau ke 3. Dapat lebih dari 1 tempat. Perdarahan dibatasi oleh garis sutura, biasanya di
daerah parietal.

Perjalanan Klinis dan Diagnosis : Pinggirnya biasanya mengalami klasifikasi. Bagian


tengah tetap lunak dan sedikit darah akan diserap oleh tubuh. Mirip fraktur depresi pada
tengkorak. Kadang-kadang menyebabkan ikterus neonatorum.

2.2.3 Etiologi
Menurut Sarwono Prawiraharjo dalam Ilmu Kebidanan 2002, cephal hematom dapat
terjadi karena :

1. Persalinan lama

Persalinan yang lama dan sukar, dapat menyebabkan adanya tekanan tulang pelvis ibu
terhadap tulang kepala bayi, yang menyebabkan robeknya pembuluh darah.

1. Tarikan vakum atau cunam

Persalinan yang dibantu dengan vacum atau cunam yang kuat dapat menyebabakan
penumpukan darah akibat robeknya pembuluh darah yang melintasi tulang kepala ke
jaringan periosteum.

1. Kelahiran sungsang yang mengalami kesukaran melahirkan kepala bayi.

2.2.4 Patofisiologi

Kadang-kadang, cephal hematom terjadi ketika pembuluh darah pecah selama persalinan
atau kelahiran yang menyebabkan perdarahan ke dalam daerah antara tulang dan
periosteum. Cedera ini terjadi paling sering pada wanita primipara dan sering
berhubungan dengan persalinan dengan forsep dan ekstraksi vacum. Tidak seperti kapu
suksedaneum, cephal hematoma berbatas tegas dan tidak melebar sampai batas tulang.
Cephal hematom dapat melibatkan salah satu atau kedua tulang parietal. Tulang oksipetal
lebih jarang terlibat, dan tulang frontal sangat jarang terkena. Pembengkakan biasanya
minimal atau tidak ada saat kelahiran dan bertambah ukuranya pada hari kedua atau
ketiga. Kehilangan darah biasanya tidak bermakna.(Wong,2008)

Menurut FK. UNPAD. 1985 dalam Obstetri Fisiologi Bandung, peroses perjalanan
penyakit cephal hematom adalah :

1. Cephal hematom terjadi akibat robeknya pembuluh darah yang melintasi tulang
kepala ke jaringan poriosteum. Robeknya pembuluh darah ini dapat terjadi pada
persalinan lama. Akibat pembuluh darah ini timbul timbunan darah di daerah sub
periosteal yang dari luar terlihat benjolan.
2. Bagian kepala yang hematoma bisanya berwarna merah akibat adanya
penumpukan daerah yang perdarahan subperiosteum.

2.2.5 Manifestasi Klinis

Berikut ini adalah tanda-tanda dan gejala Cephal hematom.(Menurut Prawiraharjo,


Sarwono.2002.Ilmu Kebidanan):

1. Adanya fluktuasi
2. Adanya benjolan, biasanya baru tampak jelas setelah 2 jam setelah bayi lahir .
3. Adanya cephal hematom timbul di daerah tulang parietal. Berupa benjolan
timbunan kalsium dan sisa jaringan fibrosa yang masih teraba. Sebagian benjolan
keras sampai umur 1-2 tahun.

2.2.6 Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan X-Ray tengkorak dilakukan bila dicurigai adanya fraktur (mendekati hampir
5% dari seluruh cephal hematom). Dan pemeriksaan darah lengkap untuk menilai kadar
bilirubin, hematokrit, dan hemoglobin.(Alpers, ann.2006)

2.2.7 Penatalaksanaan

Tidak diperlukan penanganan untuk cephal hematom tanpa komplikasi. kebanyakan lesi
diabsorbsi dalam 2 minggu sampai 3 bulan. Lesi yang menyebabkan kehilangan darah
hebat ke daerah tersebut atau yang melibatkan fraktur tulang di bawahnya perlu evaluasi
lebih lanjut. Hiperbilirubinemia dapat tejadi selama resolusi hematoma ini. Infeksi lokal
dapat terjadi dan harus dicurigai bila terjadi pembengkakan mendadak yang bertambah
besar.(Wong.2008)

Menurut Ida Bagus Gde Manuaba 1998, cephal hematoma umumnya tidak memerlukan
perawatan khusus. Biasanya akan mengalami resolusi khusus sendiri dalam 2-8 minggu
tergantung dari besar kecilnya benjolan. Namun apabila dicurigai adanya fraktur,
kelainan ini akan agak lama menghilang (1-3 bulan) dibutuhkan penatalaksanaan khusus
antara lain :

1. Menjaga kebersihan luka.


2. Tidak boleh melakukan massase luka/benjolan cephal hematoma.
3. Pemberian vitamin K.
4. Bayi dengan cephal hematoma tidak boleh langsung disusui oleh ibunya karena
pergerakan dapat mengganggu pembuluh darah yang mulai pulih.
5. Pemantauan bilirubinia, hematokrit, dan hemoglobin.
6. Aspirasi darah dengan jarum suntik tidak diperlukan.

2.3 Konsep Asuhan Keperawatan

Mengingat konsep dan perjalanan penyakit yag terjadi pada caput succedaneum dan
cephal hematom adalah hampir sama, maka konsep asuhan keperawatan yang dapat
diberikan juga hampir sama pula. Akan tetapi tetap dalam koridor penyakit perdarahan
ekstrakranial.

2.3.1 Pengkajian

1. Subjektif

1) Identitas
Terjadi pada bayi baru lahir terutama nampak jelas segera (Caput Succedaneum) dan
pada beberapa jam atau hari setelah lahir(Cephal Hematom).

2) Keluhan

Benjolan di kepala bayi segera dan beberapa jam setelah lahir.

1. Objektif

1) Benjolan di kepala bayi, biasanya pada daerah tulang parietal, oksipital.

2) Berkembang secara bertahap segera setelah persalinan.(Caput Succedaneum)

3) Berkembang secara bertahap dalam waktu 12-72 jam.(Cephal Hematom)

4) Pembengkakan kepala berbentuk benjolan difus.

5) Tidak berbatas tegas, melampaui batas sutura. (Caput Succedaneum)

6) Berbatas tegas, tidak melampaui batas sutura. (Cephal Hematom)

7) Perabaan, mula-mula keras lama kelamaan lunak.

8) Pada daerah pembengkakan terdapat pitting odema.

9) Sifat timbulnya perlahan, benjolan tampak jelas setelah 6-8 jam setelah lahir.

10) Bersifat soliter / multiple.

11) Anemi, hiperbilirubin bila gangguan meluas.

12) Jarang menimbulkan perdarahan yang memerlukan transfusi, kecuali bayi yang
mempunyai gangguan pembekuan.

1. c. Pemeriksaan radiologi : dilakukan bila ada indikasi gangguan nafas, benjolan


terlalu besar.
2. Pemeriksaan Laboratorium untuk menilai kadar hematokrit, hemoglobin,
bilirubin, dan faktor pembekuan.

2.3.2 Diagnosa Keperawatan

1. a. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan trauma jaringan perinatal.


2. b. Ansietas (anak dengan orang tua) berhubungan dengan ketidak tahuan status
kesehatan anak.
3. c. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya indurasi.
2.3.3 Rencana Keperawatan

No. Dx. Tujuan & KH Intervensi Rasional


Keperawatan
1. Gangguan rasa
nyaman
berhubungan
dengan trauma
jaringan
perinatal.

Tujuan:

Anak akan menunjukkan berkurangnya rasa ketidaknyamanan.

KH :

1. Anak tidak rewel.


2. Anak tidak terus menangis.
3. Anak memperhatikan tanda – tanda vital dalam batas normal.

1. Kaji ekspresi anak (diam, rewel, menangis terus-menerus,dll)

1. Kurangi jumlah cahaya lampu, kebisingan, dan berbagai stimulus lingkunagn


lainya dalam anak.

1. Kaji tanda – tanda vital, catat peningkatan frekuensi nadi, peningkatan atau
penurunan nafas, dan diforesis.

1. Kolaborasi : Berikan analgesik sesuai kebutuhan untuk nyeri.


2. Memberikan data dasar untuk menentukan dan mengevaluasi intervensi yang
diberikan.
3. Stimulus demikian dapat mengganggu anak yang mengalami cedera. Karena
dapat meningkatkan tekanan intrkranial.
4. Peningkatan frekuensi nadi, peningkatan atau penurunan frekuensi pernapasan,
atau diforesis menunjukkan ketidaknyamanan.
5. Mengurangi nyeri dan spasme otot

2.

Ansietas (anak dengan orang tua) berhubungan dengan ketidaktahuan status kesehatan
anak.
Tujuan:

Anak dan Orang tua akan menunjukkan kecemasan berkurang.

KH :

1. Menunjukkan pengurangan rasa agitasi


2. Mengajukan pertanyaan yang tepat sehubungan dengan penyakit dan
penangananya.

1. Jelaskan pada anak dan orang tua tentang tujuan semua tindakan keperawatan
yang dilakukan dan bagaimana tindakan dilakukan

1. Ijinkan orang tua tetap menemani anak, bergantung pada keadaan anak.

1. Berikan informasi akurat, konsisten mengenai prognosis.

1. Dengan menegetahui apa yang akan dilakukan sebelum melaksanakan prosedur


dan mengapa prosedur tersebut dilakukan membantu mengurangui kecemasan.
2. Dengan mengijinkan orang tua untuk menemani anak memberi dukungan
emosional pada anak dan mengurangi kecemasan pada anak. Kecemasan orang
tua akan berkurang dengan mengijinkan mereka memantau dan berpartisipasi
dalam perawatan anak.

1. Dapat menurunkan ansietas dan memungkinkan pasien membuat keputusan atau


pilihan sesuai realita.

3.

Resiko infeksi berhubungan dengan adanya indurasi.Tujuan :

Anak akan menunjukkan tidak adanya tanda atau gejala infeksi.

KH :

1. Suhu tubuh kurang dari 37oC


2. Tidak ada drainase dari luka (cephal hematom)
3. Tidak ada tanda-tanda infeksi.
4. Sel darh putih dalam batas normal sesuai dengan usia.
1. Kaji keadaan indurasi pada anak.

1. Pantau suhu suhu anak setiap 4 jam

1. Kaji tanda dan gejala meningitis, termasuk kakuk kuduk, peka rangsang, nrei
kepala, demam, muntah, dan kejang–kejang.
2. Ganti balutan indurasi(jiak ada) dan gunakan teknik sterilisasi.

1. Mengidentifikasi adanya infeksi secara dini.


2. Hipertermi merupakan suatu tanda infeksi.
3. Meningitis merupakn komplikasi yang mengkin terjadi padasetiap kejadian cephal
hematom walaupun jarang.

1. Teknik steril akan membantu mencegah masuknya bakteri kedalam luka dan
mengurangi infeksi.

Tabel 1. Rencana keperawatan (Speer, Kathleen Morgan.2007)

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Caput succedaneum adalah pembengkakan yang edematosa atau kadang-kadang ekimotik


dan difus dari jaringan lunak kulit kepala yang mengenai bagian yang telah dilahirkan
selama persalinan verteks. Edema pada caput succedaneum dapat hilang pada hari
pertama, sehingga tidak diperlukan terapi. Tetapi jika terjadi ekimosis yang luas, dapat
diberikan indikasi fototerapi untuk kecenderungan hiperbilirubin. Kadang-kadang caput
suksadenum disertai dengan molding atau penumpangan tulang parietalis, tetapi tanda
tersebut dapat hilang setelah satu minggu.

Cephal hematom merupakan perdarahan subperiosteum. Cephal hematom terjadi sangat


lambat, sehingga tidak nampak adanya edema dan eritema pada kulit kepala. Cephal
hematom dapat sembuh dalam waktu 2 minggu hingga 3 bulan, tergantung pada ukuran
perdarahannya. Pada neonatus dengan sefalhematoma tidak diperlukan pengobatan,
namun perlu dilakukan fototerapi untuk mengatasi hiperbilirubinemia. Tindakan insisi
dan drainase merupakan kontraindikasi karena dimungkinkan adanya risiko infeksi.
Kejadian cephal hematom dapat disertai fraktur tengkorak, koagulopati dan perdarahan
intrakranial.
3.2 Saran

Pada caput succedaneum dan cephal hematom, perawat bisa menjelaskan kepada ibu dan
keluarga bayi bahwa tidak diperlukan tindakan atau penanganan khusus bila tanpa
komplikasi. Salah satu penyebab cephal hematom adalah trauma lahir, karena itu untuk
mencegah terjadinya caput succedaneum dan cephal hematom bisa dilakukan dengan
memimpin persalinan yang aman dan tepat.

Anda mungkin juga menyukai