Anda di halaman 1dari 5

10 Hal Baru dalam Permenaker Nomor 5

Tahun 2018
Pada 27 April 2018, Kementerian Tenaga Kerja Republik Indonesia menerbitkan Permenaker
nomor 5 tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja. Peraturan
Menteri Tenaga Kerja nomor 5 tahun 2018 ini membuat 3 peraturan tidak berlaku lagi yaitu:
Peraturan Menteri Perburuhan Nomor 7 Tahun 1964 tentang Syarat Kesehatan, Kebersihan, serta
Penerangan dalam tempat kerja; Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 13
Tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja; dan
Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi nomor SE.01/MEN/1978 tentang Nilai
Ambang Batas untuk Iklim Kerja dan Nilai Ambang Batas untuk Kebisingan di Tempat Kerja.

Sebagai peraturan baru, Permenaker nomor 5 tahun 2018 memperkenalkan kepada kita syarat-
syarat yang lebih lengkap tentang K3 Lingkungan Kerja untuk menciptakan lingkungan kerja
yang lebih sehat dan selamat. Berikut adalah 10 hal baru dalam Permenaker nomor 5 tahun 2018
yang harus kita pahami versi Katigaku.top:

1. Faktor Ergonomi
Faktor ergonomi adalah faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas Tenaga Kerja, disebabkan
oleh ketidaksesuaian antara fasilitas kerja yang meliputi cara kerja, posisi kerja, alat kerja, dan
beban angkat terhadap tenaga kerja. Faktor ergonomi ini tidak ada dalam 3 peraturan yang
dicabut oleh Permenaker nomor 5 tahun 2018.

Faktor ergonomi dijelaskan lebih lengkap dalam Lampiran Permenaker nomor 5 tahun 2018.
Penjelasan tersebut meliputi pengumpulan data antropometri pekerja dan penggunaannya, desain
lay out tempat kerja, desain manual handling di tempat kerja, dan penilaian batas beban angkat
aman. Lampiran terkait faktor ergonomi ini terbilang lengkap dan detail sehingga sangat
membantu kita dalam membuat tempat kerja yang lebih ergonomis.

2. Faktor Psikologi
Faktor psikologi adalah faktor yang mempengaruhi aktivitas Tenaga Kerja, disebabkan oleh
hubungan antar personal di Tempat Kerja, peran dan tanggung jawab terhadap pekerjaan. Sama
seperti faktor ergonomi, faktor psikologi juga tidak ada dalam 3 peraturan yang dicabut oleh
Permenaker nomor 5 tahun 2018.

Pengukuran faktor psikologi di tempat kerja menggunakan metode survey dengan 7 skala.
Survey tersebut meliputi tujuan tugas pekerjaan, waktu untuk pertemuan-pertemuan yang tidak
penting, tugas kompleks yang dikerjakan dan lain-lain.
3. Standar iklim kerja dingin
Tekanan dingin adalah pengeluaran panas akibat pajanan terus menerus terhadap dingin yang
mempengaruhi kemampuan tubuh untuk menghasilkan panas sehingga mengakibatkan
hipotermia (suhu tubuh di bawah 36 derajat Celsius). Standar iklim kerja dingin ini tidak dimiliki
oleh Permenaker nomor 13 tahun 2011.

Standar iklim kerja dingin meliputi tabel standar di mana terdapat suhu dingin, kecepatan angin,
suhu actual yang dirasakan dan tingkat bahaya. Standar iklim kerja dingin juga menjelaskan
tentang istirahat yang harus diambil untuk shift kerja 4 jam.

4. K3 Lingkungan Kerja
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Lingkungan Kerja adalah segala kegiatan untuk
menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan Tenaga Kerja melalui pengendalian
Lingkungan Kerja dan penerapan Higiene Sanitasi di Tempat Kerja. Istilah K3 lingkungan kerja
ini sudah dipakai sebagai salah satu bidang regulasi K3 bersama dengan bidang regulasi K3 yang
lain seperti Pesawat Uap dan Bejana Tekan, Penanggulangan Kebakaran, Mekanik, Konstruksi,
Kesehatan Kerja, Kelembagaan K3. Namun, untuk definisi dan pengaturan detailnya baru ada di
Permenaker nomor 5 tahun 2018 ini.

Gambar Ilustrasi Pengamanan Lingkungan Kerja

5. Ahli Higiene Industri


Ahli Higiene Industri adalah seseorang yang mempunyai kompetensi yang mencakup
pengetahuan, keterampilan dan sikap di bidang Higiene Industri yang mempunyai kualifikasi
Ahli Muda Higiene Industri (HIMU), Ahli Madya Higiene Industri (HIMA), dan Ahli Utama
Higiene Industri (HIU). Ahli higiene industri ini belum diatur dalam 3 regulasi yang dicabut oleh
Permenaker nomor 5 tahun 2018.
Kompetensi Ahli Higiene Industri ini diwajibkan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
lisensi K3 Ahli K3 Lingkungan Kerja. Dalam Permenaker nomor 5 tahun 2018, pengukuran dan
pengendalian Lingkungan Kerja harus dilakukan oleh Personil K3 bidang Lingkungan Kerja.

6. Metoda uji
Dalam 3 regulasi K3 yang dicabut oleh Permenaker nomor 5 tahun 2018, tidak diatur dengan
metoda uji apa parameter-parameter yang diwajibkan untuk diukur. Permenaker nomor 5 tahun
2018 mewajibkan pengukuran dengan metoda uji yang ditetapkan oleh Standar Nasional
Indonesia sebagaimana disebutkan dalam Pasal 6. Dalam hal metoda uji belum ditetapkan dalam
Standar Nasional Indonesia, pengukuran dapat dilakukan dengan metoda uji lainnya sesuai
dengan standar yang divalidasi oleh lembaga yang berwenang.

7. Penerapan higiene dan sanitasi


Peraturan Menteri Tenaga Kerja nomor 5 tahun 2018 menggantikan Peraturan Menteri
Perburuhan Nomor 7 tahun 1964 tentang Syarat Kesehatan, Kebersihan serta Penerangan di
tempat Kerja karena memang Permenaker 5 tahun 2018 juga mencakup Penerapan Higiene dan
Sanitasi di tempat kerja. Higiene adalah usaha kesehatan preventif yang menitikberatkan
kegiatannya kepada usaha kesehatan individu maupun usaha pribadi hidup manusia. Sanitasi
adalah usaha kesehatan preventif yang menitikberatkan kegiatan kepada usaha kesehatan
lingkungan hidup manusia.

Beberapa hal yang baru dalam Permenaker 5 tahun 2018 terkait dengan higiene dan sanitasi
bangunan antara lain adalah kewajiban untuk melakukan pengecatan ulang dinding dan langit-
langit paling sedikit 5 tahun sekali, jumlah jamban yang bertambah 1 setiap kelipatan 40, jumlah
dan persyaratan jamban untuk area konstruksi atau tempat kerja sementara. Selain itu juga
terdapat persyaratan untuk pembuangan sampah termasuk pembalut.

8. Pemeriksaan dan Pengujian K3


Pemeriksaan Ketenagakerjaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Pengawas
Ketenagakerjaan untuk memastikan ditaatinya pelaksanaan peraturan perundangan
ketenagakerjaan di Perusahaan atau Tempat Kerja. Pengujian Ketenagakerjaan adalah kegiatan
penilaian terhadap objek Pengawasan, Ketenagakerjaan melalui perhitungan, analisis,
pengukuran dan/atau pengetesan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan atau standar
yang berlaku.

Pemeriksaan dan Pengujian K3 bisa dilakukan secara internal atau melibatkan lembaga eksternal.
Secara internal, pemeriksaan dan pengujian K3 harus dilakukan oleh Personil K3 bidang
Lingkungan Kerja. Secara eksternal, bisa dilakukan oleh UPTP Ketenagakerjaan, Direktorat
Bina K3 beserta UPT Bidang K3, UPTD bidang pelayanan Pengujian K3 atau lembaga lain yang
terakreditasi dan ditunjuk Menteri.
9. Pelaporan pemeriksaan dan pengujian
Apabila pelaporan pemeriksaan dan pengujian dilakukan oleh lembaga eksternal, maka hasil
pemeriksaan dan pengujian wajib disampaikan kepada Unit Pengawasan Ketenagakerjaan.
Pelaporan pemeriksaan dan pengujian tersebut harus menggunakan template yang tersedia pada
Permenaker nomor 5 tahun 2018 dan juga didistribusikan kepada perusahaan.

10. Stiker tidak memenuhi persyaratan K3


Apabila area kerja yang telah dilakukan pemeriksaan dan pengujian tidak memenuhi persyaratan
K3, maka stiker peringatan dari Kementerian Tenaga Kerja yang dibubuhi stempel akan
diberikan kepada area kerja. Bentuk stiker tersebut terdapat dalam lampiran Permenaker nomor 5
tahun 2018 seperti gambar di bawah ini.
Gambar Stiker Tidak Memenuhi Persyaratan K3

Demikianlah 10 hal baru dalam permenaker nomor 5 tahun 2018, untuk lebih jelasnya terkait
Permenaker nomor 5 tahun 2018 bisa diunduh dalam link ini. Semoga tempat kerja kita bisa
lebih sehat dan selamat dengan adanya Permenaker nomor 5 tahun 2018 ini.

Anda mungkin juga menyukai