Anda di halaman 1dari 21

DRAFT FARMAKO

10.1.1 Antiinflamasi Nonsteroid (AINS)


Dalam dosis tunggal, obat antiinflamasi non steroid (AINS) mempunyai aktivitas analgesik
yang setara dengan parasetamol (lihat 4.7.1), tetapi parasetamol lebih disukai terutama untuk
pasien usia lanjut.

Dalam dosis penuh (full dosage) yang lazim, AINS sekaligus memperlihatkan efek analgesik
yang bertahan lama dan efek anti inflamasi yang membuatnya sangat berguna pada
pengobatan nyeri berlanjut atau nyeri berulang akibat radang. Oleh karena itu, walau
parasetamol sering memberikan pengendalian nyeri yang memadai, AINS lebih tepat
dibandingkan parasetamol atau analgesik opioid dalam artritis meradang (reumatoid artritis)
dan pada beberapa kasus osteoartritis lanjut. Obat-obat ini juga bermanfaat untuk nyeri
punggung dan gangguan jaringan lunak yang tidak terdefinisi dengan jelas (terapi untuk
pasien lansia, lihat juga keterangan di bawah).

Pemilihan. Hanya sedikit perbedaan dalam aktivitas antiinflamasi antara berbagai AINS,
namun ada variasi yang cukup besar dalam respon dan toleransi pasien secara individual.
Sekitar 60% pasien dewasa dan sebagian besar pasien anak memberikan respon terhadap
semua AINS, sisanya yang tidak memberikan respon terhadap salah satunya, akan
memberikan respon baik terhadap lainnya. Efek analgesik akan muncul segera setelah
menerima dosis pertama dan normalnya efek analgesik keseluruhan akan diperoleh dalam
seminggu, sementara efek anti-inflamasinya tidak akan dicapai (atau tidak terdeteksi secara
klinis) sebelum 3 minggu. Pada Juvenile idiopathic arthritis, AINS mungkin perlu waktu 4-
12 minggu untuk mencapai efeknya. Jika respon memadai belum diperoleh dalam jangka
waktu tersebut, sebaiknya dicoba diberikan AINS lain.

Perbedaan utama antara berbagai AINS adalah kejadian dan jenis efek samping yang dapat
terjadi, bioavailabilitas sediaan, serta ketersediaan formulasi yang sesuai untuk pasien anak.
Sebelum pengobatan dimulai, dokter yang meresepkan sebaiknya mempertimbangkan
manfaat dan risiko efek samping pemberian obat.

Selektivitas penghambatan siklooksigenase AINS bervariasi. Penghambat selektif


siklooksigenase-2 meningkatkan toleransi saluran cerna. Faktor lain juga ikut menentukan
kepekaan efek pada saluran cerna. Pemilihan suatu AINS sebaiknya berdasarkan
pertimbangan kemungkinan terjadinya efek samping pada saluran cerna dan efek samping
lain. Pada anak jarang terjadi gangguan saluran cerna pada penggunaan AINS jangka pendek.
Pada anak, peranan penghambat selektif siklooksigenase belum ditentukan dan terkait dengan
kekhawatiran terhadap efeknya pada kardiovaskuler, golongan ini hanya digunakan jika
nonselektif AINS tidak bisa digunakan (misalnya pasien dengan risiko tinggi terjadi
perdarahan, perforasi dan tukak lambung).

PASIEN LANSIA DAN AINS Karena kerentanan pasien lansia terhadap efek samping AINS
meningkat, maka diberikan anjuran berikut ini:
 untuk osteoartritis, lesi jaringan lunak dan nyeri punggung, pertama dicoba upaya
seperti penurunan berat badan, suhu tubuh, olah raga, dan penggunaan tongkat untuk
berjalan;
 untuk osteoartritis, lesi jaringan lunak, nyeri punggung dan reumatoid artritis hindari
pemberian AINS kecuali bila parasetamol (tunggal atau dalam kombinasi dengan
analgesik opioid) gagal mengatasi nyeri dengan memadai;
 apabila parasetamol gagal mengatasi nyeri dengan memadai, tambahkan AINS
dengan dosis sangat rendah terhadap sediaan parasetamol (mulai dengan ibuprofen);
 Jika AINS dianggap perlu, pantau pasien terhadap perdarahan saluran cerna selama 4
minggu (dan untuk waktu yang sama pada kasus peralihan kepada AINS lain);
 Jangan memberikan dua AINS pada saat yang bersamaan.

Ibuprofen adalah turunan asam propionat yang mempunyai aktivitas antiinflamasi,


analgesik, dan antipiretik. Obat ini mempunyai efek samping yang lebih sedikit dibanding
AINS non selektif lain, tetapi aktivitas antiinflamasinya lebih lemah. Dosis dewasa 1,6 g
sampai 2,4 g sehari diperlukan untuk reumatoid artritis dan tidak untuk kondisi dengan
peradangan yang menonjol seperti pada gout akut.

Turunan asam propionat lainnya:


Naproksen adalah salah satu pilihan pertama karena khasiatnya yang memadai sekaligus
kejadian efek sampingnya relatif rendah (tetapi lebih banyak dari ibuprofen, lihat keterangan
di bawah). Ibuprofen dan naproksen adalah turunan asam propionat yang digunakan pada
anak.

Fenbufen dinyatakan menyebabkan perdarahan saluran cerna yang lebih sedikit, tetapi risiko
untuk terjadinya ruam kulit tinggi.

Fenoprofen efektivitasnya sebanding dengan naproksen, dan flurbiprofen mungkin sedikit


lebih efektif. Keduanya menyebabkan efek samping pada saluran cerna yang sedikit lebih
banyak daripada ibuprofen.

Ketoprofen aktivitas antiinflamasinya serupa dengan ibuprofen dan mempunyai efek


samping yang lebih banyak.

Deksketoprofen merupakan isomer ketoprofen, digunakan untuk mengatasi nyeri ringan


hingga sedang jangka pendek.

Asam tiaprofenat sama efektifnya dengan naproksen; obat ini mempunyai efek samping
yang lebih banyak daripada ibuprofen (pernah dilaporkan terjadinya sistitis berat).

Obat yang bersifat serupa dengan turunan asam propionat:

Asam tolfenamat diindikasikan untuk pengobatan migren (lihat 4.7.4).

Diklofenak dan aseklofenak dengan kerja dan efek samping mirip dengan naproksen.
Diflunisal merupakan turunan asetosal, tetapi efek klinisnya lebih mirip dengan turunan asam
propionat dibanding dengan efek senyawa induknya. Kerjanya yang lama membuat obat ini
dapat diberikan dua kali sehari.

Etodolak setara dengan naproksen dalam hal khasiat.

Indometasin mempunyai aktivitas yang setara atau lebih kuat dari naproksen, namun dengan
kejadian efek samping yang tinggi, antara lain sakit kepala, pusing, dan gangguan saluran
cerna. Jarang digunakan pada anak, digunakan jika AINS lain tidak berhasil mengatasi
penyakit.

Asam mefenamat mempunyai sedikit aktivitas anti inflamasi. Kadang-kadang menyebabkan


diare dan anemia hemolitik yang memerlukan penghentian penggunaan.

Fenilbutazon merupakan antiinflamasi yang kuat. Selain efek sampingnya terhadap saluran
cerna, obat ini dapat menimbulkan dua efek samping yang jarang tetapi berbahaya. Obat ini
menyebabkan retensi cairan, dan pada pasien yang rentan, dapat mengakibatkan gagal
jantung. Obat ini juga dapat mengakibatkan agranulositosis (yang bisa terjadi dalam beberapa
hari pertama pengobatan) serta anemia aplastik. Pada ankilosing spondolitis, mungkin
diperlukan pengobatan, tetapi obat ini tidak boleh digunakan kecuali kalau pengobatan
dengan obat lain tidak berhasil.

Ketorolak digunakan pada penanganan jangka pendek nyeri sedang sampai berat
(pascabedah).

Meloksikam digunakan untuk pengobatan jangka pendek osteoartritis dan pengobatan jangka
panjang reumatoid artritis. Penggunaannya dapat dipertimbangkan bagi pasien usia remaja
yang tidak bisa toleran terhadap AINS lain.

Nabumeton mempunyai khasiat yang setara dengan naproksen.

Sulindak ditoleransi sama dengan naproksen.

Piroksikam khasiatnya sama dengan naproksen dan kerjanya lebih panjang sehingga dapat
diberikan satu kali sehari. Namun demikian efek sampingnya terhadap saluran cerna lebih
berat dibanding ibuprofen terutama pada pasien lansia.

Tenoksikam mempunyai aktivitas dan toleransi yang sama dengan naproksen. Waktu
paruhnya yang panjang memungkinkan penggunaan sekali sehari.

Penghambat selektif siklooksigenase 2, etorikoksib, selekoksib dan parekoksib memiliki


efektivitas yang sebanding dengan AINS non selektif seperti diklofenak dan naproksen. Data
jangka pendek menunjukkan bahwa risiko saluran cerna bagian atas yang serius dari
penghambat selektif lebih rendah dibanding AINS non selektif, namun kelebihan ini menjadi
tidak bermanfaat pada pasien yang pada waktu bersamaan diberikan asprin dosis rendah.
Tetap ada kekhawatiran terhadap keamanan penghambat selektif siklooksigenase 2 berupa
risiko kardiovaskuler.

Selekoksib disetujui untuk meringankan gejala osteoartritis.


Etorikoksib disetujui untuk meringankan gejala osteoarthritis, meringankan nyeri muskulo-
skeletal kronik, meringankan nyeri yang berhubungan dengan operasi gigi.

Parekoksib disetujui untuk penggunaan jangka pendek nyeri setelah pembedahan.

Risiko Kardiovaskuler

 AINS dapat menyebabkan peningkatan risiko trombotik kardiovaskuler serius, infark


miokard, dan stroke, yang dapat berakibat fatal. Risiko ini meningkat dengan lamanya
penggunaan pada pasien dengan penyakit kardiovaskuler atau yang memiliki faktor
risiko penyakit kardiovaskuler (Lihat PERINGATAN).
 AINS dikontraindikasikan untuk pengobatan nyeri peri-operatif pada bedah pintas
koroner (Lihat PERINGATAN).

Risiko pada Saluran Cerna

 AINS menyebabkan peningkatan risiko efek samping serius pada saluran cerna,
termasuk perdarahan, ulserasi, dan perforasi lambung atau usus, yang dapat berakibat
fatal. Efek samping ini dapat terjadi kapanpun selama penggunaan tanpa adanya
gejala peringatan. Pasien lansia berisiko lebih besar terhadap efek samping serius
pada saluran cerna (Lihat PERINGATAN).

PERINGATAN EFEK KARDIOVASKULER

Kejadian Trombotik Kardiovaskuler


Uji klinis dengan berbagai COX-2 selektif dan AINS nonselektif sampai dengan tiga tahun
menunjukkan peningkatan risiko trombotik kardiovaskuler (KV) serius, infark miokard, dan
stroke, yang dapat berakibat fatal. Semua AINS, baik COX-2 selektif maupun nonselektif,
dapat menyebabkan risiko yang sama. Risiko meningkat pada pasien dengan penyakit KV
atau memiliki faktor risiko penyakit KV. Untuk mengurangi risiko efek samping tersebut,
AINS harus diberikan dengan dosis efektif terendah dan lama pengobatan sesingkat mungkin.
Dokter dan pasien harus waspada terhadap terjadinya efek samping tersebut, walaupun tidak
ada gejala KV sebelumnya. Pasien harus diberi informasi mengenai tanda dan/atau gejala KV
serius dan langkah yang harus dilakukan jika tanda dan/atau gejala tersebut muncul.

Tidak ada bukti bahwa penggunaan bersama asetosal dapat mengurangi peningkatan risiko
efek samping trombotik KV serius oleh AINS. Penggunaan AINS bersama dengan aspirin
justru meningkatkan risiko efek samping serius pada saluran cerna. (lihat PERINGATAN
Saluran Cerna).

Dua uji klinis dengan menggunakan pembanding AINS yang COX-2 selektif untuk
pengobatan nyeri 10-14 hari setelah bedah pintas koroner, menunjukkan peningkatan
kejadian infark miokard dan stroke (lihat KONTRAINDIKASI).

Hipertensi
AINS dapat menyebabkan munculnya hipertensi baru atau memperberat hipertensi yang
sudah ada yang dapat berakibat pada peningkatan efek samping KV. AINS dapat
menurunkan efek antihipertensi tiazid atau diuretik kuat. AINS harus digunakan dengan hati-
hati pada pasien hipertensi. Tekanan darah harus dimonitor sejak awal dan selama terapi
dengan AINS.

Gagal Jantung Kongestif dan Edema


Retensi cairan dan edema telah terlihat pada beberapa pasien yang menggunakan AINS.
AINS harus digunakan dengan hati-hati pada pasien dengan retensi cairan atau gagal
jantung.

Saluran Cerna – Risiko Ulserasi, Perdarahan dan Perforasi


AINS dapat menyebabkan efek samping saluran cerna serius termasuk inflamasi, perdarahan,
ulserasi, dan perforasi lambung dan usus yang dapat berakibat fatal. Efek samping serius ini
dapat terjadi kapanpun, dengan atau tanpa gejala peringatan. Hanya satu dari 5 pasien yang
mengalami efek samping serius pada saluran cerna atas menunjukkan gejala. Ulkus pada
saluran cerna atas, perdarahan, atau perforasi yang disebabkan AINS terjadi pada sekitar 1%
pasien yang diobati selama 3-6 bulan, dan pada kira-kira 2-4% pasien yang menggunakan
obat selama satu tahun. Penggunaan yang lebih lama cenderung meningkatkan kemungkinan
terjadinya efek samping saluran cerna serius. Namun terapi jangka pendek bukan berarti
tanpa risiko. AINS harus diresepkan dengan sangat hati-hati pada pasien yang memiliki
riwayat penyakit tukak atau perdarahan saluran cerna. Pasien dengan riwayat tukak peptik
dan atau perdarahan saluran cerna yang menggunakan AINS memiliki risiko terjadinya
perdarahan saluran cerna 10 kali lipat dibandingkan dengan pasien tanpa faktor risiko
tersebut. Faktor lain yang meningkatkan risiko perdarahan saluran cerna adalah penggunaan
bersama kortikosteroid atau antikoagulan oral, penggunaan AINS yang lama, merokok,
penggunaan alkohol, lansia, dan status kesehatan yang buruk. Sebagian besar laporan spontan
efek samping saluran cerna fatal terjadi pada pasien lansia atau pasien yang sangat lemah.
Oleh karena itu, perhatian khusus harus diberikan dalam mengobati populasi ini.

Untuk mengurangi risiko efek samping saluran cerna pada pasien yang diobati dengan AINS,
dosis efektif terendah harus diberikan dengan lama pengobatan sesingkat mungkin. Dokter
dan pasien harus waspada terhadap tanda dan gejala ulserasi dan perdarahan saluran cerna
selama terapi dengan AINS. Jika dicurigai adanya efek samping saluran cerna yang serius,
segera dilakukan evaluasi serta pengobatan tambahan. Untuk pasien berisiko tinggi, terapi
alternatif yang tidak melibatkan AINS dapat dipertimbangkan.

Nyeri Orofasial dan Dental


Umumnya sakit gigi ringan hingga sedang dan radang dapat diatasi dengan pemberian AINS.
AINS yang digunakan untuk nyeri orofasial dan dental ini antara lain ibuprofen dan asetosal.
Ibuprofen juga dapat digunakan pada anak. Ibuprofen menyebabkan iritasi saluran cerna
tetapi tetap dianggap risiko efek sampingnya paling rendah. Diflunisal juga digunakan untuk
nyeri dental. Penggunaan diflunisal pascaoperasi terkait dengan osteitis lokal (dry socket)
masih belum diketahui dengan pasti.

Peringatan dan Kontraindikasi: AINS sebaiknya digunakan dengan hati-hati pada pasien
lansia (lihat juga Pasien Lansia dan AINS), pada gangguan alergi (AINS dikontraindikasikan
bagi pasien dengan riwayat hipersensitivitas terhadap asetosal atau AINS lainnya termasuk
mereka yang mengalami serangan asma, angioedema, urtikaria atau rinitisnya karena dipicu
oleh asetosal dan AINS lainnya), selama kehamilan (lihat lampiran 4) dan menyusui (Lihat
lampiran 5), serta pada gangguan koagulasi. Penggunaan jangka panjang AINS dikaitkan
dengan kemungkinan penurunan kesuburan wanita yang bersifat sementara dan akan berhenti
dengan penghentian obat. Pada pasien gagal ginjal, payah jantung, atau gagal hati,
dibutuhkan kehati-hatian, sebab penggunaan AINS dapat mengakibatkan memburuknya
fungsi ginjal (lihat juga pada Efek samping, keterangan di bawah); pada gagal ginjal ringan
sampai sedang, dosis sebaiknya dijaga serendah mungkin dan fungsi ginjal sebaiknya
dipantau. Pada gagal ginjal berat, sebaiknya dihindarkan jika mungkin.

Semua AINS dikontraindikasikan pada gagal jantung berat. Penghambat selektif


siklooksigenase 2 dikontraindikasikan pada penyakit iskemik jantung, penyakit serebro-
vaskuler, penyakit arteri perifer, atau gagal jantung sedang atau berat. Penghambat selektif
siklooksigenase 2 sebaiknya digunakan secara hati-hati pada riwayat gagal jantung, disfungsi
ventrikel kiri, hipertensi, pasien yang mengalami udem karena sebab lain dan pada pasien
dengan faktor risiko terkena penyakit jantung.

Disarankan untuk menghindarkan penggunaan AINS selama kehamilan kecuali manfaat


pemberian obat melebihi risiko yang dapat ditimbulkan. Ibuprofen dan diklofenak umumnya
dianggap aman selama trimester pertama dan kedua kehamilan. Pada trimester ketiga, AINS
dikaitkan dengan risiko terjadinya penutupan duktus arteriosus janin dan kemungkinan
hipertensi pulmoner yang menetap pada bayi baru lahir. Juga dapat menunda bermulanya
persalinan dan memperlama proses persalinan.

AINS sebaiknya tidak diberikan kepada pasien yang mengidap atau mempunyai riwayat
tukak lambung aktif. Pasien yang sebelumnya, atau sedang mengidap tukak atau perdarahan
saluran cerna, lebih baik menghindari dan menghentikan penggunaan obat jika muncul lesi
saluran cerna, meskipun demikian pasien dengan penyakit reumatik serius (misalnya
rematoid artritis) biasanya bergantung pada AINS untuk meredakan nyeri dan kaku sendi.
Beberapa pasien anak mungkin memerlukan AINS untuk menghilangkan nyeri dan
kekakuan. Pencegahan dan pengobatan tukak lambung akibat penggunaan AINS pada anak
mungkin diperlukan. Untuk pencegahan dan pengobatan tukak lambung yang disebabkan
AINS, lihat bagian 1.3.

Efek Samping: Efek samping beragam tingkat keparahan dan kekerapannya. Kadang timbul
rasa tidak nyaman pada saluran cerna, mual, diare, dan kadang perdarahan dan tukak.
Dispepsia bisa ditekan dengan meminum obat ini bersama makanan atau susu atau pilih
bentuk sediaan salut enterik. Sedangkan merubah rute pemberian hanya mengurangi gejala
seperti dispepsia secara sementara. Pasien dengan risiko tukak lambung atau duodenal
(termasuk pasien lansia) yang perlu melanjutkan pengobatan AINS, sebaiknya menerima
penghambat selektif siklooksigenase-2 tunggal atau AINS non selektif yang disertai dengan
pengobatan gastroprotektif.

Efek samping lain termasuk reaksi hipersensitivitas (terutama ruam kulit, angioedema, dan
bronkospasme), sakit kepala, pusing, vertigo, gangguan pendengaran seperti tinnitus,
fotosensitivitas, dan hematuria. Juga terjadi gangguan pada darah. Retensi cairan bisa terjadi
(jarang sampai mempercepat gagal jantung kongestif pada pasien lansia), tekanan darah dapat
meningkat. Gagal ginjal mungkin dipicu oleh AINS khususnya pada pasien yang sebelumnya
sudah mengidap gagal ginjal (penting: lihat juga pada Peringatan di atas). Efek samping lain
yang jarang terjadi yaitu nekrosis papilar atau fibrosis interstisial yang disebabkan AINS, bisa
mengarah kepada gagal ginjal.

Kerusakan hati, alveolitis, eosinofilia pulmoner, pankreatitis, eye changes, sindrom Steven-
Johnson, dan nekrosis epidermal toksik adalah efek samping lain yang jarang terjadi.
Dilaporkan juga induksi atau memburuknya kolitis. Meningitis aseptik dilaporkan jarang
terjadi pada pemberian AINS; pasien yang mengalami kelainan jaringan ikat seperti lupus
eritematosus sistemik yang mungkin rentan.

Overdosis: lihat Tindakan Darurat pada Keracunan, Bab 15.

Peringatan (bagi penderita asma): Setiap perburukan asma mungkin berhubungan dengan
penggunaan AINS, baik yang diresepkan atau yang dibeli secara bebas.
Monografi:

ASAM MEFENAMAT
Keterangan:

Lihat bagian 4.7.1.

ASAM TIAPROFENAT
Indikasi:

nyeri dan radang pada penyakit reumatoid dan gangguan otot skelet lainnya.

Peringatan:

lihat keterangan di atas; menyusui (lihat Lampiran 5).

Interaksi:

lihat Lampiran 1 (AINS).

Kontraindikasi:

lihat keterangan di atas; juga dikontraindikasikan pada penyakit (atau gejala) kantung
empedu atau penyakit prostat aktif dan riwayat gangguan saluran kemih- jika gejala saluran
kemih bertambah, segera hentikan pengobatan dan lakukan uji urin dan jaringan; juga lihat
catatan di bawah. CATATAN: Dengan dilaporkannya sistitis parah yang berhubungan
dengan penggunaan asam tiaprofenat, maka dianjurkan agar asam tiaprofenat tidak diberikan
kepada pasien yang sudah mengidap gangguan saluran kemih sebelumnya dan harus
dihentikan jika gejala saluran kemih muncul. Pasien dianjurkan untuk menghentikan
pemakaian asam tiaprofenat dan untuk melaporkan kepada dokternya segera jika obat ini
membangkitkan gejala saluran kemih (seperti peningkatan frekuensi, nokturia, nyeri ketika
berkemih, atau darah dalam urin).

Efek Samping:

lihat keterangan di atas.

Dosis:
600 mg sehari dalam 2-3 dosis; ANAK: tidak dianjurkan.

DEKSKETOPROFEN TROMETAMOL
Indikasi:

mengatasi gejala intensitas nyeri akut, pada keadaan dimana pemberian peroral tidak
memungkinkan seperti nyeri pasca operasi.

Peringatan:

belum dipastikan keamanan penggunaan pada anak-anak; riwayat alergi obat, asma bronkial,
gangguan pada saluran cerna harus dipantau, khususnya perdarahan saluran cerna. Jika terjadi
pendarahan atau tukak gastrointestinal, terapi harus dihentikan dengan segera. Seperti AINS
lain: dapat menghambat agregasi platelet dan memperpanjang waktu perdarahan melalui
penghambatan sintesa prostaglandin; pasien yang menerima obat yang mempengaruhi
haemostasis; dapat terjadi peningkatan nitrogen urea dan kreatinin plasma; seperti
penghambat sintesis prostaglandin, dapat terjadi efek samping pada sistem ginjal;
glomerulonefritis, nefritis interstisial, nekrosis papilar ginjal, sindroma nefrotik dan gagal
ginjal akut; obat ini dapat meningkatkan enzim hati (sementara), jika terjadi peningkatan
SGPT dan SGOT yang signifikan, hentikan terapi dengan segera; hati-hati pada pasien
dengan gangguan hematopoetik, SLE, atau penyakit jaringan ikat tipe campuran; dapat
menutupi gejala infeksi; hati-hati pada pasien dengan gangguan fungsi hati, ginjal atau
jantung dan kondisi lain yang akan menyebabkan retensi cairan, pada pasien-pasien ini dapat
menimbulkan kemunduran fungsi ginjal dan retensi cairan; pada pasien yang mendapat terapi
diuretik atau yang dapat mengalami hipovolemia karena dapat meningkatkan resiko
nefrotoksisitas.

Interaksi:

tukak dan perdarahan saluran cerna dapat terjadi pada penggunaan bersama AINS lain,
karena adanya efek sinergis. Dapat terjadi peningkatan risiko perdarahan dan kerusakan pada
mukosa saluran cerna pada penggunaan bersama obat antikoagulan, heparin di atas dosis
profilaksis secara parenteral, begitu juga dengan tiklopidin.lihat Lampiran 1 (AINS).

Kontraindikasi:

riwayat hipersensitivitas terhadap deksketoprofen; pasien yang pernah mengalami serangan


asma, bronkospasme, rhinitis akut, atau polip nasal, urtikaria atau edema angioneuritik yang
diinduksi obat lain dengan cara kerja yang serupa; lihat keterangan di atas.

Efek Samping:

yang paling sering terjadi mual, muntah, nyeri pada tempat injeksi.

Dosis:
50 mg setiap 8-12 jam. Jika diperlukan, pemberian dapat di ulang setiap 6 jam. Dosis total
perhari tidak boleh melebihi 150 mg. Tidak ditujukan untuk pemakaian jangka panjang, harus
dibatasi untuk periode simtomatik akut. Injeksi dapat diberikan secara IM maupun IV.

DIFLUNISAL
Indikasi:

nyeri dan radang pada penyakit reumatik dan gangguan otot skelet lainnya; nyeri ringan
sampai sedang termasuk dismenorea.

Peringatan:

lihat keterangan di atas; menyusui (lihat Lampiran 5).

Interaksi:

lihat Lampiran 1 (AINS).

Kontraindikasi:

lihat keterangan di atas.

Efek Samping:

lihat keterangan di atas.

Dosis:

nyeri ringan sampai sedang; dosis awal 1 g, kemudian 500 mg setiap 12 jam (naikkan hingga
maksimum 500 mg setiap 8 jam jika perlu). Osteoartritis, reumatoid artritis, 0,5-1 g sehari
sebagai dosis tunggal sehari atau dalam 2 dosis terbagi. Dismenorea, dosis awal 1 g kemudian
500 mg setiap 12 jam. ANAK: tidak dianjurkan

ETODOLAK
Indikasi:

nyeri dan radang pada reumatoid artritis dan osteoartritis.

Peringatan:

lihat keterangan di atas; menyusui (lihat Lampiran 5).

Interaksi:

lihat Lampiran 1 (AINS).

Kontraindikasi:
lihat keterangan di atas.

Efek Samping:

lihat keterangan di atas.

Dosis:

200 mg atau 300 mg 2 kali sehari atau 400 mg atau 600 mg sekali sehari; maksimum 600
mg/hari; ANAK: tidak dianjurkan.

ETORIKOKSIB
Indikasi:

meringankan gejala pada terapi osteoartritis, meringankan nyeri muskuloskeletal kronik,


meringankan nyeri akut yang berhubungan dengan bedah mulut.

Peringatan:

lihat keterangan di atas; monitor tekanan darah; menyusui.

Interaksi:

lihat Lampiran 1 Asetosal; Etorikoksib dapat diberikan serentak dengan asetosal dosis rendah
pada dosis untuk profilaksis kardiovaskular.

Kontraindikasi:

hipersensitif terhadap komponen obat, inflammatory bowel disease, hipertensi yang tidak
terkontrol.

Efek Samping:

mulut kering, gangguan pengecapan, ulserasi pada mulut, flatulen, konstipasi, perubahan
nafsu makan dan berat badan, nyeri dada, fatig, paraestesia, influenza like syndrom, mialgia.

Dosis:

Oral, dengan atau tanpa makanan: Artritis: osteoartritis direkomendasikan 60 mg sekali


sehariAnalgesia: nyeri akut yang berhubungan dengan bedah mulut direkomendasikan 120
mg sekali sehari, dapat digunakan hanya untuk pada keadaan akut. Nyeri muskuloskeletal
kronik: direkomendasikan 60 mg sekali sehariPenurunan fungsi hati: pada pasien dengan
penurunan fungsi hati ringan (Child-Pugh score 5-6), dosis tidak boleh melebihi 60 mg sekali
sehari. Pada pasien dengan penurunan fungsi hati sedang dosis dikurangi; dosis tidak boleh
melebihi 60 mg dua hari sekali.Penurunan fungsi ginjal:Tidak dianjurkan pada pasien dengan
penurunan fungsi ginjal yang berat.Tidak diperlukan penyesuaian dosis untuk pasien dengan
penurunan fungsi ginjal yang lebih ringan (klirens kreatinin > 30 mL / menit).
FENBUFEN
Indikasi:

nyeri dan radang pada penyakit reumatik dan gangguan otot skelet lainnya.

Peringatan:

lihat keterangan di atas, menyusui (lihat Lampiran 5).

Interaksi:

lihat Lampiran 1 (AINS).

Kontraindikasi:

lihat keterangan di atas.

Efek Samping:

lihat keterangan di atas, tetapi risiko terjadinya ruam kulit tinggi (segera hentikan);
dilaporkan adanya eritema multiforme dan sindrom Stevens-Johnson; juga gangguan alergi
interstisial paru-paru (dapat menyertai ruam kulit).

Dosis:

300 mg di pagi hari dan 600 mg sebelum tidur atau 450 mg 2 kali sehari; ANAK di bawah 14
tahun tidak dianjurkan.

FENILBUTAZON
Indikasi:

ankilosing spondolitis jika terapi lain tidak sesuai.

Peringatan:

hitung darah sebelum dan selama pengobatan jika digunakan lebih dari 7 hari; pasien lansia
(kurangi dosis); menyusui; kelainan alergi (juga lihat pada kontraindikasi di bawah) hentikan
pengobatan jika muncul sindrom paru akut termasuk demam dan dispnea; lihat juga
keterangan di atas. ANJURAN. Peringatkan pasien untuk segera memberitahu dokter jika
terjadi radang tenggorokan, sariawan, memar, demam, malaise, ruam kulit, atau penyakit
yang tidak spesifik.

Interaksi:

lihat lampiran 1 (AINS).

Kontraindikasi:
penyakit kardiovaskuler, gangguan paru, ginjal, dan hati; kehamilan; riwayat tukak lambung,
hemoragia saluran cerna, inflammatory bowel disease, atau gangguan darah (termasuk
gangguan koagulasi); riwayat hipersensitivitas yang ditimbulkan oleh asetosal atau AINS lain
(lihat juga keterangan di atas); porfiria; sindrom Sjogren; penyakit tiroid; ANAK berusia di
bawah 14 tahun. HIPERSENSITIVITAS. AINS dikontraindikasikan bagi pasien dengan
riwayat hipersensitivitas terhadap asetosal atau AINS lainnya termasuk pasien yang mendapat
serangan asma, angioedema, urtikaria atau rinitis yang disebabkan oleh asetosal atau AINS
lainnya.

Efek Samping:

lihat keterangan di atas; parotitis, stomatitis, gondong, pankreatitis, hepatitis, nefritis,


gangguan penglihatan; leukopenia jarang, trombositopenia, agranulositosis, anemia aplastik,
eritema multiforma (sindrom Stevens-Johnson) nekrolisis epidermal toksik (sindrom Lyell),
toksisitas paru-paru.

Dosis:

dosis awal 200 mg 2-3 kali sehari selama 2 hari, dengan atau setelah makan, kemudian
kurangi hingga dosis efektif minimum, biasanya 100 mg 2-3 kali sehari; ANAK berusia di
bawah 14 tahun tidak dianjurkan.

FENOPROFEN
Indikasi:

nyeri dan radang pada penyakit reumatik dan gangguan otot skelet lainnya; nyeri ringan
sampai sedang.

Peringatan:

lihat keterangan di atas; menyusui (lihat Lampiran 5).

Interaksi:

lihat lampiran 1 (AINS).

Kontraindikasi:

lihat keterangan di atas.

Efek Samping:

lihat keterangan di atas; infeksi saluran nafas atas, nasofaringitis, dan sisititis juga dilaporkan.

Dosis:

200-600 mg 3-4 kali sehari bersama makanan; maksimum 3 g sehari; ANAK: tidak
dianjurkan.
FLURBIPROFEN
Indikasi:

nyeri dan radang pada penyakit reumatik dan gangguan otot skelet lainnya; nyeri ringan
sampai sedang termasuk dismenorea; analgesik pascabedah.

Peringatan:

lihat keterangan di atas; menyusui (lihat Lampiran 5).

Interaksi:

lihat lampiran 1 (AINS).

Kontraindikasi:

lihat keterangan di atas.

Efek Samping:

lihat keterangan di atas; supositoria bisa menyebabkan iritasi rektum.

Dosis:

oral atau rektal dalam bentuk supositoria, 150-200 mg sehari dalam dosis terbagi, naikkan
hingga 300 mg sehari pada kondisi akut. Dismenorea, dosis awal 100 mg, kemudian 50-100
mg setiap 4-6 jam; maksimum 300 mg sehari. ANAK: tidak dianjurkan.

IBUPROFEN
Indikasi:

Nyeri ringan sampai sedang antara lain nyeri pada penyakit gigi atau pencabutan gigi, nyeri
pasca bedah, sakit kepala, gejala artritis reumatoid, gejala osteoartritis, gejala juvenile artritis
reumatoid, menurunkan demam pada anak.

Peringatan:

Tidak dianjurkan pada lansia, kehamilan, persalinan, menyusui, pasien dengan perdarahan,
ulkus, perforasi pada lambung, gangguan pernafasan, gangguan fungsi jantung, gangguan
fungsi ginjal, gangguan fungsi hati, hipertensi tidak terkontrol, hiperlipidemia, diabetes
melitus, gagal jantung kongestif, penyakit jantung iskemik, penyakit serebrovaskular,
penyakit arteri periferal, dehidrasi, meningitis aseptik.

Interaksi:

AINS dan penghambat selektif COX-2: berpotensi menimbulkan efek adiktif. Glikosida
jantung: menurunkan kecepatan filtrasi glomerulus dan meningkatkan konsentrasi plasma
glikosida jantung. Kortikosteroid: meningkatkan risiko ulkus atau perdarahan lambung.
Antikoagulan (warfarin): meningkatkan efek dari antikoagulan. Antiplatelet dan golongan
SSRI (klopidogrel, tiklopidin): meningkat risiko perdarahan lambung. Asetosal:
meningkatkan risiko efek samping. Anti hipertensi: menurunkan efek anti hipertensi.
Diuretik: meningkatkan risiko nefrotoksik. Litium: mempercepat eliminasi litium.
Metotreksat: mengurangi bersihan metotreksat. Siklosporin dan takrolimus: meningkatkan
risiko nefrotoksik. Zidovudin: meningkatkan risiko gangguan hematologi. Kuinolon:
meningkatkan risiko kejang. Aminoglikosida: menurunkan eksresi aminoglikosida.
Mifepriston: jangan gunakan AINS selama 8 – 12 hari setelah terapi mifepriston karena dapat
mengurangi efek mifepriston. Ginkgo biloba: meningkatkan risiko perdarahan.

Kontraindikasi:

Kehamilan trimester akhir, pasien dengan ulkus peptikum (ulkus duodenum dan lambung),
hipersensitivitas, polip pada hidung, angioedema, asma, rinitis, serta urtikaria ketika
menggunakan asam asetilsalisilat atau AINS lainnya.

Efek Samping:

Umum: pusing, sakit kepala, dispepsia, diare, mual, muntah, nyeri abdomen, konstipasi,
hematemesis, melena, perdarahan lambung, ruam. Tidak umum: rinitis, ansietas, insomnia,
somnolen, paraestesia, gangguan penglihatan, gangguan pendengaran, tinnitus, vertigo, asma,
dispnea, ulkus mulut, perforasi lambung, ulkus lambung, gastritis, hepatitis, gangguan fungsi
hati, urtikaria, purpura, angioedema, nefrotoksik, gagal ginjal. Jarang: meningitis aseptik,
gangguan hematologi, reaksi anafilaktik, depresi, kebingungan, neuritis optik, neuropati
optik, edema. Sangat jarang: pankreatitis, gagal hati, reaksi kulit (eritema multiform,
sindroma Stevens – Johnson, nekrolisis epidermal toksik), gagal jantung, infark miokard,
hipertensi.

Dosis:

Dewasa, dosis yang dianjurkan 200-250 mg 3-4 kali sehari. Anak 1-2 tahun, 50 mg 3-4 kali
sehari. 3-7 tahun, 100-125 mg 3-4 kali sehari. 8-12 tahun, 200-250 mg 3-4 kali sehari. Tidak
boleh dipergunakan pada anak dengan berat badan kurang dari 7 kg. Sebaiknya diminum
setelah makan. Osteoartritis, artritis reumatoid. 1200 mg – 1800 mg 3 kali sehari.
Eksaserbasi akut. Dosis maksimum 2400 mg/hari, jika kondisi sudah stabil selanjutnya dosis
dikurangi hingga maksimum 1800 mg/hari.

KETOPROFEN
Indikasi:

nyeri dan radang pada penyakit reumatik yang ringan dan gangguan otot skelet lainnya, dan
setelah pembedahan ortopedik; gout akut; dismenorea.

Peringatan:

lihat keterangan di atas; menyusui (lihat Lampiran 5).


Interaksi:

lihat Lampiran 1 (AINS).

Kontraindikasi:

lihat keterangan di atas.

Efek Samping:

lihat keterangan di atas; bisa timbul rasa sakit pada tempat penyuntikan (kadang terjadi
kerusakan jaringan); supositoria dapat menyebabkan iritasi rektum.

Dosis:

Oral, penyakit reumatik, 100-200 mg sehari dalam 2-4 dosis terbagi bersama makan; ANAK:
tidak dianjurkanNyeri dan dismenorea, 50 mg sampai 3 kali sehari; ANAK: tidak dianjurkan.
Rektal dalam bentuk supositoria, penyakit reumatik, 100 mg sebelum tidur; ANAK: tidak
dianjurkan. Penggabungan pengobatan oral dan rektal, dosis total maksimum sehari 200 mg.
Injeksi intramuskular dalam ke otot panggul, 50-100 mg setiap 4 jam (maksmum 200 mg
dalam 24 jam) selama 3 hari; ANAK: tidak dianjurkan.

MELOKSIKAM
Indikasi:

nyeri dan radang pada penyakit reumatik; osteoartritis yang memburuk (jangka pendek);
ankilosing spondilitis.

Peringatan:

lihat keterangan di atas; hindari penggunaan rektal pada proktitis atau hemoroid; menyusui
(lihat Lampiran 5).

Interaksi:

lihat Lampiran 1 (AINS).

Kontraindikasi:

lihat keterangan di atas; gagal ginjal (kecuali kalau menerima dialisis), gagal hati berat.

Efek Samping:

lihat keterangan di atas.

Dosis:
Oral, osteoartritis, 7,5 mg sehari bersama makan, jika perlu naikkan hingga maksimum 15 mg
sekali sehari. Reumatoid artritis, ankilosing spondilitis 15 mg sekali sehari bersama makan,
mungkin dapat dikurangi hingga 7,5 mg sehari; LANSIA: 7,5 mg sehari. Rektal, dalam
bentuk supositoria, osteoartritis 7,5 mg sehari, jika perlu naikkan hingga maksimum 15 mg
sekali sehari. Reumatoid artritis, ankilosing spondilitis, 15 mg sekali sehari, mungkin dapat
dikurangi hingga 7,5 mg sehari; LANSIA: 7,5 mg sehari. ANAK berusia di bawah 15 tahun
tidak dianjurkan.

NABUMETON
Indikasi:

nyeri dan radang pada osteoartritis dan reumatoid artritis.

Peringatan:

lihat keterangan di atas; menyusui (lihat Lampiran 5).

Interaksi:

lihat Lampiran 1 (AINS).

Kontraindikasi:

lihat keterangan di atas.

Efek Samping:

lihat keterangan di atas.

Dosis:

1 g di malam hari, untuk kondisi berat tambahkan juga 0,5-1 g di pagi hari; LANSIA 0,5-1 g
sehari; ANAK: tidak dianjurkan.

NAPROKSEN
Indikasi:

nyeri dan radang pada reumatoid artritis (termasuk juvenil arthritis) dan gangguan otot skelet
lainnya; dismenorea; gout akut.

Peringatan:

lihat keterangan di atas; menyusui (lihat Lampiran 5).

Interaksi:

lihat lampiran 1 (AINS).


Kontraindikasi:

lihat keterangan di atas.

Efek Samping:

lihat keterangan di atas; supositoria dapat menyebabkan iritasi dan kadang perdarahan.

Dosis:

oral, 0,5-1 g sehari dalam dua dosis terbagi atau 1 g sekali sehari; ANAK (usia di atas 5
tahun) juvenil artritis, 10 mg/kg bb/hari dalam 2 dosis terbagi. Gangguan otot skelet akut dan
dismenorea, dosis awal 500 mg, kemudian 250 mg setiap 6-8 jam; dosis maksimum setelah
hari pertama 1,25 g sehari; ANAK berusia di bawah 16 tahun tidak dianjurkan.Rektal dalam
bentuk supositoria, 500 mg sebelum tidur; jika perlu berikan juga 500 mg di pagi hari;
ANAK berusia di bawah 16 tahun tidak dianjurkan.

NATRIUM DIKLOFENAK
Indikasi:

sebagai terapi awal dan akut untuk rematik yang disertai inflamasi dan degeneratif (artritis
rematoid, ankylosing spondylitis, osteoartritis dan spondilartritis), sindroma nyeri dan
kolumna vertebralis, rematik non-artikular, serangan akut dari gout; nyeri pascabedah, lihat
15.1.4.2.

Peringatan:

lihat keterangan di atas; menyusui (lihat Lampiran 5). AINS dapat meningkatkan risiko
kejadian trombotik kardiovaskuler serius, infark miokard, dan stroke, yang dapat fatal.
Kejadian ini meningkat dengan lama penggunaan. Pasien dengan penyakit kardiovaskuler
atau faktor risiko penyakit kardiovaskuler mempunyai risiko lebih besar. AINS dapat
meningkatkan ririko kejadian efek samping gastrointestinal serius seperti pendarahan
lambung, ulserasi, dan perforasi usus dan lambung, yang dapat fatal. Kejadian ini tidak dapat
diduga sebelumnya dan tidak pasti kapan terjadinya. Pasien usia lanjut mempunyai risiko
lebih besar untuk efek samping gastrointestinal ini. Penggunaan topikal mungkin
memberikan efek samping sistemik lebih kecil daripada penggunaan oral, namun demikian
penggunaan gel jangka lama pada daerah kulit yang luas dapat menimbulkan efek samping
sistemik. Sediaan topikal sebaiknya hanya diusapkan pada kulit yang sehat dan utuh.

Interaksi:

lihat Lampiran 1 (AINS).

Kontraindikasi:

Hipersensitivitas pada diklofenak atau zat pengisi lain, ulkus, pendarahan, atau perforasi usus
atau lambung, trimester terakhir kehamilan, gangguan fungsi hepar, ginjal, jantung (lihat
Peringatan di atas); Kontraindikasi pada penggunaan secara intravena antara lain penggunaan
bersama dengan AINS atau antikoagulan (termasuk heparin dosis rendah), riwayat
hemorragic diathesis, riwayat perdarahan serebrovaskular yang sudah maupun belum
dipastikan, pembedahan yang berisiko tinggi menyebabkan pendarahan, riwayat asma,
hipovolemi, dehidrasi. Diklofenak kontraindikasi untuk pengobatan nyeri peri-operatif pada
operasi CABG (coronary artery bypass graft).

Efek Samping:

lihat keterangan di atas; supositoria bisa mengakibatkan iritasi rektum; reaksi pada tempat
penyuntikan.

Dosis:

oral, 75-150 mg/hari dalam 2-3 dosis, sebaiknya setelah makan. Injeksi intramuskular dalam
ke dalam otot panggul, untuk nyeri pascabedah dan kambuhan akutnya, 75 mg sekali sehari
(pada kasus berat dua kali sehari) untuk pemakaian maksimum 2 hari.Kolik ureter, 75 mg
kemudian untuk 75 mg lagi 30 menit berikutnya bila perlu.Infus intravena, lihat 15.1.4.2
Rektal dengan supositoria, 75-150 mg per hari dalam dosis terbagiDosis maksimum sehari
untuk setiap cara pemberian 150 mg.ANAK 1-12 tahun, juvenil artritis, oral atau rektal, 1-3
mg/kg bb/hari dalam dosis terbagi (25 mg tablet salut enterik, hanya supositoria 12,5 mg dan
25 mg).

KALIUM DIKLOFENAK
PAREKOKSIB
Keterangan:

LIHAT BAGIAN 15.1.4.2.

PIROKSIKAM
Indikasi:

terapi simtomatik pada rematoid artritis, osteoartritis, ankilosing spondilitis, gangguan


muskuloskeletal akut dan gout akut.

Peringatan:

menghambat biosintesis prostaglandin, dapat mengakibatkan kerusakan hati, meningkatkan


SGPT/SGOT hingga jaundice, pasien dengan gangguan pencernaan, jantung, hipertensi dan
keadaan predisposisi retensi air, ginjal dan hati, keamanan penggunaan pada anak-anak
belum diketahui dengan pasti, pasien yang mengalami gangguan penglihatan selama
menggunakan piroksikam dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan mata, kehamilan (lihat
Lampiran 4), menyusui (lihat Lampiran 5).

Interaksi:
lihat lampiran 1 (AINS).

Kontraindikasi:

riwayat tukak lambung atau pendarahan lambung, pasien yang mengalami bronkospasme,
polip hidung dan angioedema atau urtikaria apabila diberikan asetosal atau obat-obatan AINS
yang lain.

Efek Samping:

gangguan gastrointestinal seperti stomatitis, anoreksia, epigastric distress, mual, konstipasi,


rasa tidak nyaman pada abdomen, kembung, diare, nyeri abdomen, perdarahan lambung,
perforasi dan tukak lambung, edema, pusing, sakit kepala, ruam kulit, pruritus, somnolence,
penurunan hemoglobin dan hematokrit.

Dosis:

Dewasa: Rematoid artritis, osteoartritis dan ankilosing spondilitis: Dosis awal 20 mg sebagai
dosis tunggal. Dosis pemeliharaan pada umumnya 20 mg sehari atau jika diperlukan dapat
diberikan 10 mg - 30 mg dalam dosis tunggal atau terbagi. Dosis lebih dari 20 mg sehari
meningkatkan efek samping gastrointestinal. Gout akut, mula-mula 40 mg sehari sebagai
dosis tunggal, diikuti 4-6 hari berikutnya 40 mg sehari dosis tunggal atau terbagi. Gangguan
muskuloskeletal akut, awal 40 mg sehari sebagai dosis tunggal atau terbagi selama 2 hari,
selanjutnya 20 mg sehari selama 7-14 hari.

SELEKOKSIB
Indikasi:

menghilangkan gejala dan tanda-tanda osteoartritis dan artritis reumatoid pada pasien
dewasa.

Peringatan:

lihat keterangan di atas; menyusui (lihat Lampiran 5).

Interaksi:

lihat lampiran 1 (AINS).

Kontraindikasi:

lihat keterangan di atas; sensitif terhadap sulfonamid, inflammatory bowel disease.

Efek Samping:

lihat keterangan di atas; flatulen, insomnia, faringitis, sinusitis; agak jarang stomatis,
konstipasi, palpitasi, lelah, paraestesia, kram otot; jarang terjadi perubahan terhadap indera
perasa, alopesia; sangat jarang terjadi epilepsi yang memburuk.
Dosis:

Dosis yang digunakan sebaiknya dosis yang terendahOsteoartritis, 200 mg per hari sebagai
dosis tunggal atau 100 mg dua kali sehari Artritis reumatoid, 100-200 mg dua kali sehari.

TENOKSIKAM
Indikasi:

nyeri dan radang pada penyakit rematik dan gangguan otot skelet lainnya.

Peringatan:

lihat keterangan di atas; menyusui (lihat Lampiran 5).

Interaksi:

lihat Lampiran 1 (AINS).

Kontraindikasi:

lihat keterangan di atas.

Efek Samping:

lihat keterangan di atas.

Dosis:

oral penyakit rematik 20 mg sehari selama 7 hari. ANAK: tidak dianjurkan.Gangguan otot
skelet akut 20 mg sehari selama 7 hari, maksimum 14 hari; ANAK: tidak dianjurkan.Injeksi
i.v. atau i.m. untuk pengobatan awal selama 1 - 2 hari, sama dengan dosis oral. ANAK: tidak
dianjurkan.

Anda mungkin juga menyukai