Anda di halaman 1dari 22

12/18/2020 10.1.

1 Antiinflamasi Nonsteroid (AINS) | PIO Nas

(/)
(http://www.pom.go.id)

Beranda (/) Artikel (/artikel) Obat Baru (/cari/obat-baru) IONI (/ioni) Info BPOM (/info-bpom)

Situs Terkait (/situs-terkait) Website POM (http://www.pom.go.id) Obat Komparator (/obat-komparator)

Cari

Depan (/) » IONI (/ioni) » BAB 10 OTOT SKELET DAN SENDI (/ioni/bab-10-otot-skelet-dan-sendi) » 10.1 Obat
Reumatik dan Gout (/ioni/bab-10-otot-skelet-dan-sendi/101-obat-reumatik-dan-gout) » 10.1.1 Antiin amasi
Nonsteroid (AINS)

10.1.1 Antiin amasi Nonsteroid (AINS)


Dalam dosis tunggal, obat antiin amasi non steroid (AINS) mempunyai aktivitas analgesik yang setara dengan
parasetamol (lihat 4.7.1), tetapi parasetamol lebih disukai terutama untuk pasien usia lanjut.

Dalam dosis penuh (full dosage) yang lazim, AINS sekaligus memperlihatkan efek analgesik yang bertahan lama dan
efek anti in amasi yang membuatnya sangat berguna pada pengobatan nyeri berlanjut atau nyeri berulang akibat
radang. Oleh karena itu, walau parasetamol sering memberikan pengendalian nyeri yang memadai, AINS lebih tepat
dibandingkan parasetamol atau analgesik opioid dalam artritis meradang (reumatoid artritis) dan pada beberapa kasus
osteoartritis lanjut. Obat-obat ini juga bermanfaat untuk nyeri punggung dan gangguan jaringan lunak yang tidak
terde nisi dengan jelas (terapi untuk pasien lansia, lihat juga keterangan di bawah).

Pemilihan. Hanya sedikit perbedaan dalam aktivitas antiin amasi antara berbagai AINS, namun ada variasi yang cukup
besar dalam respon dan toleransi pasien secara individual. Sekitar 60% pasien dewasa dan sebagian besar pasien anak
memberikan respon terhadap semua AINS, sisanya yang tidak memberikan respon terhadap salah satunya, akan
memberikan respon baik terhadap lainnya. Efek analgesik akan muncul segera setelah menerima dosis pertama dan
normalnya efek analgesik keseluruhan akan diperoleh dalam seminggu, sementara efek anti-in amasinya tidak akan
dicapai (atau tidak terdeteksi secara klinis) sebelum 3 minggu. Pada Juvenile idiopathic arthritis, AINS mungkin perlu
waktu 4-12 minggu untuk mencapai efeknya. Jika respon memadai belum diperoleh dalam jangka waktu tersebut,
sebaiknya dicoba diberikan AINS lain.

pionas.pom.go.id/ioni/bab-10-otot-skelet-dan-sendi/101-obat-reumatik-dan-gout/1011-antiinflamasi-nonsteroid-ains 1/22
12/18/2020 10.1.1 Antiinflamasi Nonsteroid (AINS) | PIO Nas

Perbedaan utama antara berbagai AINS adalah kejadian dan jenis efek samping yang dapat terjadi, bioavailabilitas
sediaan, serta ketersediaan formulasi yang sesuai untuk pasien anak. Sebelum pengobatan dimulai, dokter yang
meresepkan sebaiknya mempertimbangkan manfaat dan risiko efek samping pemberian obat.

Selektivitas penghambatan siklooksigenase AINS bervariasi. Penghambat selektif siklooksigenase-2 meningkatkan


toleransi saluran cerna. Faktor lain juga ikut menentukan kepekaan efek pada saluran cerna. Pemilihan suatu AINS
sebaiknya berdasarkan pertimbangan kemungkinan terjadinya efek samping pada saluran cerna dan efek samping lain.
Pada anak jarang terjadi gangguan saluran cerna pada penggunaan AINS jangka pendek. Pada anak, peranan
penghambat selektif siklooksigenase belum ditentukan dan terkait dengan kekhawatiran terhadap efeknya pada
kardiovaskuler, golongan ini hanya digunakan jika nonselektif AINS tidak bisa digunakan (misalnya pasien dengan risiko
tinggi terjadi perdarahan, perforasi dan tukak lambung).

PASIEN LANSIA DAN AINS Karena kerentanan pasien lansia terhadap efek samping AINS meningkat, maka diberikan
anjuran berikut ini:

untuk osteoartritis, lesi jaringan lunak dan nyeri punggung, pertama dicoba upaya seperti penurunan berat badan,
suhu tubuh, olah raga, dan penggunaan tongkat untuk berjalan;
untuk osteoartritis, lesi jaringan lunak, nyeri punggung dan reumatoid artritis hindari pemberian AINS kecuali bila
parasetamol (tunggal atau dalam kombinasi dengan analgesik opioid) gagal mengatasi nyeri dengan memadai;
apabila parasetamol gagal mengatasi nyeri dengan memadai, tambahkan AINS dengan dosis sangat rendah
terhadap sediaan parasetamol (mulai dengan ibuprofen);
Jika AINS dianggap perlu, pantau pasien terhadap perdarahan saluran cerna selama 4 minggu (dan untuk waktu
yang sama pada kasus peralihan kepada AINS lain);
Jangan memberikan dua AINS pada saat yang bersamaan.

Ibuprofen adalah turunan asam propionat yang mempunyai aktivitas antiin amasi, analgesik, dan antipiretik. Obat ini
mempunyai efek samping yang lebih sedikit dibanding AINS non selektif lain, tetapi aktivitas antiin amasinya lebih
lemah. Dosis dewasa 1,6 g sampai 2,4 g sehari diperlukan untuk reumatoid artritis dan tidak untuk kondisi dengan
peradangan yang menonjol seperti pada gout akut.

Turunan asam propionat lainnya:


Naproksen adalah salah satu pilihan pertama karena khasiatnya yang memadai sekaligus kejadian efek sampingnya
relatif rendah (tetapi lebih banyak dari ibuprofen, lihat keterangan di bawah). Ibuprofen dan naproksen adalah turunan
asam propionat yang digunakan pada anak.

Fenbufen dinyatakan menyebabkan perdarahan saluran cerna yang lebih sedikit, tetapi risiko untuk terjadinya ruam
kulit tinggi.

pionas.pom.go.id/ioni/bab-10-otot-skelet-dan-sendi/101-obat-reumatik-dan-gout/1011-antiinflamasi-nonsteroid-ains 2/22
12/18/2020 10.1.1 Antiinflamasi Nonsteroid (AINS) | PIO Nas

Fenoprofen efektivitasnya sebanding dengan naproksen, dan urbiprofen mungkin sedikit lebih efektif. Keduanya
menyebabkan efek samping pada saluran cerna yang sedikit lebih banyak daripada ibuprofen.

Ketoprofen aktivitas antiin amasinya serupa dengan ibuprofen dan mempunyai efek samping yang lebih banyak.

Deksketoprofen merupakan isomer ketoprofen, digunakan untuk mengatasi nyeri ringan hingga sedang jangka
pendek.

Asam tiaprofenat sama efektifnya dengan naproksen; obat ini mempunyai efek samping yang lebih banyak daripada
ibuprofen (pernah dilaporkan terjadinya sistitis berat).

Obat yang bersifat serupa dengan turunan asam propionat:

Asam tolfenamat diindikasikan untuk pengobatan migren (lihat 4.7.4).

Diklofenak dan aseklofenak dengan kerja dan efek samping mirip dengan naproksen.

Di unisal merupakan turunan asetosal, tetapi efek klinisnya lebih mirip dengan turunan asam propionat dibanding
dengan efek senyawa induknya. Kerjanya yang lama membuat obat ini dapat diberikan dua kali sehari.

Etodolak setara dengan naproksen dalam hal khasiat.

Indometasin mempunyai aktivitas yang setara atau lebih kuat dari naproksen, namun dengan kejadian efek samping
yang tinggi, antara lain sakit kepala, pusing, dan gangguan saluran cerna. Jarang digunakan pada anak, digunakan jika
AINS lain tidak berhasil mengatasi penyakit.

Asam mefenamat mempunyai sedikit aktivitas   anti in amasi. Kadang-kadang menyebabkan diare dan anemia
hemolitik yang memerlukan penghentian penggunaan.

Fenilbutazon merupakan antiin amasi yang kuat. Selain efek sampingnya terhadap saluran cerna, obat ini dapat
menimbulkan dua efek samping yang jarang tetapi berbahaya. Obat ini menyebabkan retensi cairan, dan pada pasien
yang rentan, dapat mengakibatkan gagal jantung. Obat ini juga dapat mengakibatkan agranulositosis (yang bisa terjadi
dalam beberapa hari pertama pengobatan) serta anemia aplastik. Pada ankilosing spondolitis, mungkin diperlukan
pengobatan, tetapi obat ini tidak boleh digunakan kecuali kalau pengobatan dengan obat lain tidak berhasil.

Ketorolak digunakan pada penanganan jangka pendek nyeri sedang sampai berat (pascabedah).

Meloksikam digunakan untuk pengobatan jangka pendek osteoartritis dan pengobatan jangka panjang reumatoid
artritis. Penggunaannya dapat dipertimbangkan bagi pasien usia remaja yang tidak bisa toleran terhadap AINS lain.

Nabumeton mempunyai khasiat yang setara dengan naproksen.

pionas.pom.go.id/ioni/bab-10-otot-skelet-dan-sendi/101-obat-reumatik-dan-gout/1011-antiinflamasi-nonsteroid-ains 3/22
12/18/2020 10.1.1 Antiinflamasi Nonsteroid (AINS) | PIO Nas

Sulindak ditoleransi sama dengan naproksen.

Piroksikam khasiatnya sama dengan naproksen dan kerjanya lebih panjang sehingga dapat diberikan satu kali sehari.
Namun demikian efek sampingnya terhadap saluran cerna lebih berat dibanding ibuprofen terutama pada pasien
lansia.

Tenoksikam mempunyai aktivitas dan toleransi yang sama dengan naproksen. Waktu paruhnya yang panjang
memungkinkan penggunaan sekali sehari.

Penghambat selektif siklooksigenase 2, etorikoksib, selekoksib dan parekoksib memiliki efektivitas yang sebanding
dengan AINS non selektif seperti diklofenak dan naproksen. Data jangka pendek menunjukkan bahwa risiko saluran
cerna bagian atas yang serius dari penghambat selektif lebih  rendah dibanding AINS non selektif, namun kelebihan ini
menjadi tidak bermanfaat pada pasien yang pada waktu bersamaan diberikan asprin dosis rendah. Tetap ada
kekhawatiran terhadap keamanan penghambat selektif siklooksigenase 2 berupa risiko kardiovaskuler.

Selekoksib disetujui untuk meringankan gejala osteoartritis.

Etorikoksib disetujui untuk meringankan gejala osteoarthritis, meringankan nyeri muskulo-skeletal kronik, meringankan
nyeri yang berhubungan dengan operasi gigi.

Parekoksib disetujui untuk penggunaan jangka pendek nyeri setelah pembedahan. 

Risiko Kardiovaskuler

AINS dapat menyebabkan peningkatan risiko trombotik kardiovaskuler serius, infark miokard, dan  stroke, yang
dapat berakibat fatal. Risiko ini meningkat dengan lamanya penggunaan pada pasien dengan penyakit
kardiovaskuler atau yang memiliki faktor risiko penyakit kardiovaskuler (Lihat PERINGATAN).
AINS dikontraindikasikan untuk pengobatan nyeri peri-operatif pada bedah pintas koroner (Lihat PERINGATAN).

Risiko pada Saluran Cerna

AINS menyebabkan peningkatan risiko efek samping serius pada saluran cerna, termasuk perdarahan, ulserasi,
dan perforasi lambung atau usus, yang dapat berakibat fatal. Efek samping ini dapat terjadi kapanpun selama
penggunaan tanpa adanya gejala peringatan. Pasien lansia berisiko lebih besar terhadap efek samping serius
pada saluran cerna (Lihat PERINGATAN).

PERINGATAN EFEK KARDIOVASKULER

Kejadian Trombotik Kardiovaskuler


Uji klinis dengan berbagai COX-2 selektif dan AINS nonselektif sampai dengan tiga tahun menunjukkan peningkatan
risiko trombotik kardiovaskuler (KV) serius, infark miokard, dan stroke, yang dapat berakibat fatal. Semua AINS, baik

pionas.pom.go.id/ioni/bab-10-otot-skelet-dan-sendi/101-obat-reumatik-dan-gout/1011-antiinflamasi-nonsteroid-ains 4/22
12/18/2020 10.1.1 Antiinflamasi Nonsteroid (AINS) | PIO Nas

COX-2 selektif maupun nonselektif, dapat menyebabkan risiko yang sama. Risiko meningkat pada pasien dengan
penyakit KV atau memiliki faktor risiko penyakit KV. Untuk mengurangi risiko efek samping tersebut, AINS harus
diberikan dengan dosis efektif terendah dan lama pengobatan sesingkat mungkin. Dokter dan pasien harus waspada
terhadap terjadinya efek samping tersebut, walaupun tidak ada gejala KV sebelumnya. Pasien harus diberi informasi
mengenai tanda dan/atau gejala KV serius dan langkah yang harus dilakukan jika tanda dan/atau gejala tersebut
muncul.

Tidak ada bukti bahwa penggunaan bersama asetosal dapat mengurangi peningkatan risiko efek samping trombotik KV
serius oleh AINS. Penggunaan AINS bersama dengan aspirin justru meningkatkan risiko efek samping serius pada
saluran cerna. (lihat PERINGATAN Saluran Cerna).

Dua uji klinis dengan menggunakan pembanding AINS yang COX-2 selektif untuk pengobatan nyeri 10-14 hari setelah
bedah pintas koroner, menunjukkan peningkatan kejadian infark miokard dan stroke (lihat KONTRAINDIKASI).

Hipertensi
AINS dapat menyebabkan munculnya hipertensi baru atau memperberat hipertensi yang sudah ada yang dapat
berakibat pada peningkatan efek samping KV. AINS dapat menurunkan efek antihipertensi tiazid atau diuretik kuat.
AINS harus digunakan dengan hati-hati pada pasien hipertensi. Tekanan darah harus dimonitor sejak awal dan selama
terapi dengan AINS.

Gagal Jantung Kongestif dan Edema


Retensi cairan dan edema telah terlihat pada beberapa pasien yang menggunakan AINS. AINS harus digunakan dengan
hati-hati pada pasien dengan retensi cairan atau gagal jantung. 

Saluran Cerna – Risiko Ulserasi, Perdarahan dan Perforasi


AINS dapat menyebabkan efek samping saluran cerna serius termasuk in amasi, perdarahan, ulserasi, dan perforasi
lambung dan usus yang dapat berakibat fatal. Efek samping serius ini dapat terjadi kapanpun, dengan atau tanpa gejala
peringatan. Hanya satu dari 5 pasien yang mengalami efek samping serius pada saluran cerna atas menunjukkan gejala.
Ulkus pada saluran cerna atas, perdarahan, atau perforasi yang disebabkan AINS terjadi pada sekitar 1% pasien yang
diobati selama 3-6 bulan, dan pada kira-kira 2-4% pasien yang menggunakan obat selama satu tahun. Penggunaan
yang lebih lama cenderung meningkatkan kemungkinan terjadinya efek samping saluran cerna serius. Namun terapi
jangka pendek bukan berarti tanpa risiko. AINS harus diresepkan dengan sangat hati-hati pada pasien yang memiliki
riwayat penyakit tukak atau perdarahan saluran cerna. Pasien dengan riwayat tukak peptik dan atau perdarahan saluran
cerna yang menggunakan AINS memiliki risiko terjadinya perdarahan saluran cerna 10 kali lipat dibandingkan dengan
pasien tanpa faktor risiko tersebut. Faktor lain yang meningkatkan risiko perdarahan saluran cerna adalah penggunaan
bersama kortikosteroid atau antikoagulan oral, penggunaan AINS yang lama, merokok, penggunaan alkohol, lansia,
dan status kesehatan yang buruk. Sebagian besar laporan spontan efek samping saluran cerna fatal terjadi pada pasien
lansia atau pasien yang sangat lemah. Oleh karena itu, perhatian khusus harus diberikan dalam mengobati populasi ini.

pionas.pom.go.id/ioni/bab-10-otot-skelet-dan-sendi/101-obat-reumatik-dan-gout/1011-antiinflamasi-nonsteroid-ains 5/22
12/18/2020 10.1.1 Antiinflamasi Nonsteroid (AINS) | PIO Nas

Untuk mengurangi risiko efek samping saluran cerna pada pasien yang diobati dengan AINS, dosis efektif terendah
harus diberikan dengan lama pengobatan sesingkat mungkin. Dokter dan pasien harus waspada terhadap tanda dan
gejala ulserasi dan perdarahan saluran cerna selama terapi dengan AINS. Jika dicurigai adanya efek samping saluran
cerna yang serius, segera dilakukan evaluasi serta pengobatan tambahan. Untuk pasien berisiko tinggi, terapi alternatif
yang tidak melibatkan AINS dapat dipertimbangkan.

Nyeri Orofasial dan Dental


Umumnya sakit gigi ringan hingga sedang dan radang dapat diatasi dengan pemberian AINS. AINS yang digunakan
untuk nyeri orofasial dan dental ini antara lain ibuprofen dan asetosal. Ibuprofen juga dapat digunakan pada anak.
Ibuprofen menyebabkan iritasi saluran cerna tetapi tetap dianggap risiko efek sampingnya paling rendah. Di unisal
juga digunakan untuk nyeri dental. Penggunaan di unisal pascaoperasi terkait dengan osteitis lokal (dry socket) masih
belum diketahui dengan pasti.

Peringatan dan Kontraindikasi: AINS sebaiknya digunakan dengan hati-hati pada pasien lansia (lihat juga Pasien Lansia
dan AINS), pada gangguan alergi (AINS dikontraindikasikan bagi pasien dengan riwayat hipersensitivitas terhadap
asetosal atau AINS lainnya termasuk mereka yang mengalami serangan asma, angioedema, urtikaria atau rinitisnya
karena dipicu oleh asetosal dan AINS lainnya), selama kehamilan (lihat lampiran 4) dan menyusui (Lihat lampiran 5),
serta pada gangguan koagulasi. Penggunaan jangka panjang AINS dikaitkan dengan kemungkinan penurunan
kesuburan wanita yang bersifat sementara dan akan berhenti dengan penghentian obat. Pada pasien gagal ginjal,
payah jantung, atau gagal hati, dibutuhkan kehati-hatian, sebab penggunaan AINS dapat mengakibatkan memburuknya
fungsi ginjal (lihat juga pada Efek samping, keterangan di bawah); pada gagal ginjal ringan sampai sedang, dosis
sebaiknya dijaga serendah mungkin dan fungsi ginjal sebaiknya dipantau. Pada gagal ginjal berat, sebaiknya
dihindarkan jika mungkin.

Semua AINS dikontraindikasikan pada gagal jantung berat. Penghambat selektif siklooksigenase 2 dikontraindikasikan
pada penyakit iskemik jantung, penyakit serebro-vaskuler, penyakit arteri perifer, atau gagal jantung sedang atau berat.
Penghambat selektif siklooksigenase 2 sebaiknya digunakan secara hati-hati pada riwayat gagal jantung, disfungsi
ventrikel kiri, hipertensi, pasien yang mengalami udem karena sebab lain dan pada pasien dengan faktor risiko terkena
penyakit jantung.

Disarankan untuk menghindarkan penggunaan AINS selama kehamilan kecuali manfaat pemberian obat melebihi risiko
yang dapat ditimbulkan. Ibuprofen dan diklofenak umumnya dianggap aman selama trimester pertama dan kedua
kehamilan. Pada trimester ketiga, AINS dikaitkan dengan risiko terjadinya penutupan duktus arteriosus janin dan
kemungkinan hipertensi pulmoner yang menetap pada bayi baru lahir. Juga dapat menunda bermulanya persalinan dan
memperlama proses persalinan.

AINS sebaiknya tidak diberikan kepada pasien yang mengidap atau mempunyai riwayat tukak lambung aktif. Pasien
yang sebelumnya, atau sedang mengidap tukak atau perdarahan saluran cerna, lebih baik menghindari dan
menghentikan penggunaan obat jika muncul lesi saluran cerna, meskipun demikian pasien dengan penyakit reumatik
serius (misalnya rematoid artritis) biasanya bergantung pada AINS untuk meredakan nyeri dan kaku sendi. Beberapa

pionas.pom.go.id/ioni/bab-10-otot-skelet-dan-sendi/101-obat-reumatik-dan-gout/1011-antiinflamasi-nonsteroid-ains 6/22
12/18/2020 10.1.1 Antiinflamasi Nonsteroid (AINS) | PIO Nas

pasien anak mungkin memerlukan AINS untuk menghilangkan nyeri dan kekakuan. Pencegahan dan pengobatan tukak
lambung akibat penggunaan AINS pada anak mungkin diperlukan. Untuk pencegahan dan pengobatan tukak lambung
yang disebabkan AINS, lihat bagian 1.3.

Efek Samping:  Efek samping beragam tingkat keparahan dan kekerapannya. Kadang timbul rasa tidak nyaman pada
saluran cerna, mual, diare, dan kadang perdarahan dan tukak. Dispepsia bisa ditekan dengan meminum obat ini
bersama makanan atau susu atau pilih bentuk sediaan salut enterik. Sedangkan merubah rute pemberian hanya
mengurangi gejala seperti dispepsia secara sementara. Pasien dengan risiko tukak lambung atau duodenal (termasuk
pasien lansia) yang perlu melanjutkan pengobatan AINS, sebaiknya menerima penghambat selektif siklooksigenase-2
tunggal atau AINS non selektif yang disertai dengan pengobatan gastroprotektif.

Efek samping lain termasuk reaksi hipersensitivitas (terutama ruam kulit, angioedema, dan bronkospasme), sakit
kepala, pusing, vertigo, gangguan pendengaran seperti tinnitus, fotosensitivitas, dan hematuria. Juga terjadi gangguan
pada darah. Retensi cairan bisa terjadi (jarang sampai mempercepat gagal jantung kongestif pada pasien lansia),
tekanan darah dapat meningkat. Gagal ginjal mungkin dipicu oleh AINS khususnya pada pasien yang sebelumnya sudah
mengidap gagal ginjal (penting: lihat juga pada Peringatan di atas). Efek samping lain yang jarang terjadi yaitu nekrosis
papilar atau brosis interstisial yang disebabkan AINS, bisa mengarah kepada gagal ginjal.

Kerusakan hati, alveolitis, eosino lia pulmoner, pankreatitis, eye changes, sindrom Steven-Johnson, dan nekrosis
epidermal toksik adalah efek samping lain yang jarang terjadi. Dilaporkan juga induksi atau memburuknya kolitis.
Meningitis aseptik dilaporkan jarang terjadi pada pemberian AINS; pasien yang mengalami kelainan jaringan ikat
seperti lupus eritematosus sistemik yang mungkin rentan.

Overdosis: lihat Tindakan Darurat pada Keracunan, Bab 15.

Peringatan (bagi penderita asma): Setiap perburukan asma mungkin berhubungan dengan penggunaan AINS, baik
yang diresepkan atau yang dibeli secara bebas.

Monogra : 

ASAM MEFENAMAT (/monogra /asam-


mefenamat-0)
Keterangan: 
Lihat bagian 4.7.1.

pionas.pom.go.id/ioni/bab-10-otot-skelet-dan-sendi/101-obat-reumatik-dan-gout/1011-antiinflamasi-nonsteroid-ains 7/22
12/18/2020 10.1.1 Antiinflamasi Nonsteroid (AINS) | PIO Nas

ASAM TIAPROFENAT (/monogra /asam-


tiaprofenat-0)
Indikasi: 
nyeri dan radang pada penyakit reumatoid dan gangguan otot skelet lainnya.

Peringatan: 
lihat keterangan di atas; menyusui (lihat Lampiran 5).

Interaksi: 
lihat Lampiran 1 (AINS).

Kontraindikasi: 
lihat keterangan di atas; juga dikontraindikasikan pada penyakit (atau gejala) kantung empedu atau penyakit prostat
aktif dan riwayat gangguan saluran kemih- jika gejala saluran kemih bertambah, segera hentikan pengobatan dan
lakukan uji urin dan jaringan; juga lihat catatan di bawah. CATATAN: Dengan dilaporkannya sistitis parah yang
berhubungan dengan penggunaan asam tiaprofenat, maka dianjurkan agar asam tiaprofenat tidak diberikan kepada
pasien yang sudah mengidap gangguan saluran kemih sebelumnya dan harus dihentikan jika gejala saluran kemih
muncul. Pasien dianjurkan untuk menghentikan pemakaian asam tiaprofenat dan untuk melaporkan kepada dokternya
segera jika obat ini membangkitkan gejala saluran kemih (seperti peningkatan frekuensi, nokturia, nyeri ketika
berkemih, atau darah dalam urin).

Efek Samping: 
 lihat keterangan di atas.

Dosis: 
600 mg sehari dalam 2-3 dosis; ANAK: tidak dianjurkan.

DEKSKETOPROFEN TROMETAMOL
(/monogra /deksketoprofen-trometamol)
Indikasi: 
mengatasi gejala intensitas nyeri akut, pada keadaan dimana pemberian peroral tidak memungkinkan seperti nyeri
pasca operasi.

Peringatan: 

pionas.pom.go.id/ioni/bab-10-otot-skelet-dan-sendi/101-obat-reumatik-dan-gout/1011-antiinflamasi-nonsteroid-ains 8/22
12/18/2020 10.1.1 Antiinflamasi Nonsteroid (AINS) | PIO Nas

belum dipastikan keamanan penggunaan pada anak-anak; riwayat alergi obat, asma bronkial, gangguan pada saluran
cerna harus dipantau, khususnya perdarahan saluran cerna. Jika terjadi pendarahan atau tukak gastrointestinal, terapi
harus dihentikan dengan segera. Seperti AINS lain: dapat menghambat agregasi platelet dan memperpanjang waktu
perdarahan melalui penghambatan sintesa prostaglandin; pasien yang menerima obat yang mempengaruhi
haemostasis; dapat terjadi peningkatan nitrogen urea dan kreatinin plasma; seperti penghambat sintesis prostaglandin,
dapat terjadi efek samping pada sistem ginjal; glomerulonefritis, nefritis interstisial, nekrosis papilar ginjal, sindroma
nefrotik dan gagal ginjal akut; obat ini dapat meningkatkan enzim hati (sementara), jika terjadi peningkatan SGPT dan
SGOT yang signi kan, hentikan terapi dengan segera; hati-hati pada pasien dengan gangguan hematopoetik, SLE, atau
penyakit jaringan ikat tipe campuran; dapat menutupi gejala infeksi; hati-hati pada pasien dengan gangguan fungsi hati,
ginjal atau jantung dan kondisi lain yang akan menyebabkan retensi cairan, pada pasien-pasien ini dapat menimbulkan
kemunduran fungsi ginjal dan retensi cairan; pada pasien yang mendapat terapi diuretik atau yang dapat mengalami
hipovolemia karena dapat meningkatkan resiko nefrotoksisitas.

Interaksi: 
tukak dan perdarahan saluran cerna dapat terjadi pada penggunaan bersama AINS lain, karena adanya efek sinergis.
Dapat terjadi peningkatan risiko perdarahan dan kerusakan pada mukosa saluran cerna pada penggunaan bersama
obat antikoagulan, heparin di atas dosis pro laksis secara parenteral, begitu juga dengan tiklopidin.lihat Lampiran 1
(AINS).

Kontraindikasi: 
riwayat hipersensitivitas terhadap deksketoprofen; pasien yang pernah mengalami serangan asma, bronkospasme,
rhinitis akut, atau polip nasal, urtikaria atau edema angioneuritik yang diinduksi obat lain dengan cara kerja yang
serupa; lihat keterangan di atas.

Efek Samping: 
yang paling sering terjadi mual, muntah, nyeri pada tempat injeksi.

Dosis: 
50 mg setiap 8-12 jam. Jika diperlukan, pemberian dapat di ulang setiap 6 jam. Dosis total perhari tidak boleh melebihi
150 mg. Tidak ditujukan untuk pemakaian jangka panjang, harus dibatasi untuk periode simtomatik akut. Injeksi dapat
diberikan secara IM maupun IV.

DIFLUNISAL (/monogra /di unisal)


Indikasi: 
nyeri dan radang pada penyakit reumatik dan gangguan otot skelet lainnya; nyeri ringan sampai sedang termasuk
dismenorea.

Peringatan: 
lihat keterangan di atas; menyusui (lihat Lampiran 5).

pionas.pom.go.id/ioni/bab-10-otot-skelet-dan-sendi/101-obat-reumatik-dan-gout/1011-antiinflamasi-nonsteroid-ains 9/22
12/18/2020 10.1.1 Antiinflamasi Nonsteroid (AINS) | PIO Nas

Interaksi: 
lihat Lampiran 1 (AINS).

Kontraindikasi: 
lihat keterangan di atas.

Efek Samping: 
lihat keterangan di atas.

Dosis: 
nyeri ringan sampai sedang; dosis awal 1 g, kemudian 500 mg setiap 12 jam (naikkan hingga maksimum 500 mg setiap
8 jam jika perlu). Osteoartritis, reumatoid artritis, 0,5-1 g sehari sebagai dosis tunggal sehari atau dalam 2 dosis terbagi.
Dismenorea, dosis awal 1 g kemudian 500 mg setiap 12 jam. ANAK: tidak dianjurkan

ETODOLAK (/monogra /etodolak)


Indikasi: 
nyeri dan radang pada reumatoid artritis dan osteoartritis.

Peringatan: 
lihat keterangan di atas; menyusui (lihat Lampiran 5).

Interaksi: 
lihat Lampiran 1 (AINS).

Kontraindikasi: 
lihat keterangan di atas.

Efek Samping: 
lihat keterangan di atas.

Dosis: 
200 mg atau 300 mg 2 kali sehari atau 400 mg atau 600 mg sekali sehari; maksimum 600 mg/hari; ANAK: tidak
dianjurkan.

ETORIKOKSIB (/monogra /etorikoksib)


Indikasi: 
meringankan gejala pada terapi osteoartritis, meringankan nyeri muskuloskeletal kronik, meringankan nyeri akut yang
berhubungan dengan bedah mulut.

pionas.pom.go.id/ioni/bab-10-otot-skelet-dan-sendi/101-obat-reumatik-dan-gout/1011-antiinflamasi-nonsteroid-ains 10/22
12/18/2020 10.1.1 Antiinflamasi Nonsteroid (AINS) | PIO Nas

Peringatan: 
lihat keterangan di atas; monitor tekanan darah; menyusui.

Interaksi: 
lihat Lampiran 1 Asetosal; Etorikoksib dapat diberikan serentak dengan asetosal dosis rendah pada dosis untuk
pro laksis kardiovaskular.

Kontraindikasi: 
hipersensitif terhadap komponen obat, in ammatory bowel disease, hipertensi yang tidak terkontrol.

Efek Samping: 
mulut kering, gangguan pengecapan, ulserasi pada mulut, atulen, konstipasi, perubahan nafsu makan dan berat
badan, nyeri dada, fatig, paraestesia, in uenza like syndrom, mialgia.

Dosis: 
Oral, dengan atau tanpa makanan: Artritis: osteoartritis direkomendasikan 60 mg sekali sehariAnalgesia: nyeri akut
yang berhubungan dengan bedah mulut direkomendasikan 120 mg sekali sehari, dapat digunakan hanya untuk pada
keadaan akut. Nyeri muskuloskeletal kronik: direkomendasikan 60 mg sekali sehariPenurunan fungsi hati: pada pasien
dengan penurunan fungsi hati ringan (Child-Pugh score 5-6), dosis tidak boleh melebihi 60 mg sekali sehari. Pada
pasien dengan penurunan fungsi hati sedang dosis dikurangi; dosis tidak boleh melebihi 60 mg dua hari
sekali.Penurunan fungsi ginjal:Tidak dianjurkan pada pasien dengan penurunan fungsi ginjal yang berat.Tidak
diperlukan penyesuaian dosis untuk pasien dengan penurunan fungsi ginjal yang lebih ringan (klirens kreatinin > 30 mL
/ menit).

FENBUFEN (/monogra /fenbufen)


Indikasi: 
nyeri dan radang pada penyakit reumatik dan gangguan otot skelet lainnya.

Peringatan: 
lihat keterangan di atas, menyusui (lihat Lampiran 5).

Interaksi: 
lihat Lampiran 1 (AINS).

Kontraindikasi: 
lihat keterangan di atas.

Efek Samping: 
lihat keterangan di atas, tetapi risiko terjadinya ruam kulit tinggi (segera hentikan); dilaporkan adanya eritema
multiforme dan sindrom Stevens-Johnson; juga gangguan alergi interstisial paru-paru (dapat menyertai ruam kulit).

pionas.pom.go.id/ioni/bab-10-otot-skelet-dan-sendi/101-obat-reumatik-dan-gout/1011-antiinflamasi-nonsteroid-ains 11/22
12/18/2020 10.1.1 Antiinflamasi Nonsteroid (AINS) | PIO Nas

Dosis: 
300 mg di pagi hari dan 600 mg sebelum tidur atau 450 mg 2 kali sehari; ANAK di bawah 14 tahun tidak dianjurkan.

FENILBUTAZON (/monogra /fenilbutazon)


Indikasi: 
ankilosing spondolitis jika terapi lain tidak sesuai.

Peringatan: 
hitung darah sebelum dan selama pengobatan jika digunakan lebih dari 7 hari; pasien lansia (kurangi dosis); menyusui;
kelainan alergi (juga lihat pada kontraindikasi di bawah) hentikan pengobatan jika muncul sindrom paru akut termasuk
demam dan dispnea; lihat juga keterangan di atas. ANJURAN. Peringatkan pasien untuk segera memberitahu dokter jika
terjadi radang tenggorokan, sariawan, memar, demam, malaise, ruam kulit, atau penyakit yang tidak spesi k.

Interaksi: 
lihat lampiran 1 (AINS).

Kontraindikasi: 
penyakit kardiovaskuler, gangguan paru, ginjal, dan hati; kehamilan; riwayat tukak lambung, hemoragia saluran cerna,
in ammatory bowel disease, atau gangguan darah (termasuk gangguan koagulasi); riwayat hipersensitivitas yang
ditimbulkan oleh asetosal atau AINS lain (lihat juga keterangan di atas); por ria; sindrom Sjogren; penyakit tiroid; ANAK
berusia di bawah 14 tahun. HIPERSENSITIVITAS. AINS dikontraindikasikan bagi pasien dengan riwayat hipersensitivitas
terhadap asetosal atau AINS lainnya termasuk pasien yang mendapat serangan asma, angioedema, urtikaria atau rinitis
yang disebabkan oleh asetosal atau AINS lainnya.

Efek Samping: 
lihat keterangan di atas; parotitis, stomatitis, gondong, pankreatitis, hepatitis, nefritis, gangguan penglihatan;
leukopenia jarang, trombositopenia, agranulositosis, anemia aplastik, eritema multiforma (sindrom Stevens-Johnson)
nekrolisis epidermal toksik (sindrom Lyell), toksisitas paru-paru.

Dosis: 
dosis awal 200 mg 2-3 kali sehari selama 2 hari, dengan atau setelah makan, kemudian kurangi hingga dosis efektif
minimum, biasanya 100 mg 2-3 kali sehari; ANAK berusia di bawah 14 tahun tidak dianjurkan.

FENOPROFEN (/monogra /fenoprofen)


Indikasi: 
nyeri dan radang pada penyakit reumatik dan gangguan otot skelet lainnya; nyeri ringan sampai sedang.

Peringatan: 

pionas.pom.go.id/ioni/bab-10-otot-skelet-dan-sendi/101-obat-reumatik-dan-gout/1011-antiinflamasi-nonsteroid-ains 12/22
12/18/2020 10.1.1 Antiinflamasi Nonsteroid (AINS) | PIO Nas

lihat keterangan di atas; menyusui (lihat Lampiran 5).

Interaksi: 
lihat lampiran 1 (AINS).

Kontraindikasi: 
lihat keterangan di atas.

Efek Samping: 
lihat keterangan di atas; infeksi saluran nafas atas, nasofaringitis, dan sisititis juga dilaporkan.

Dosis: 
200-600 mg 3-4 kali sehari bersama makanan; maksimum 3 g sehari; ANAK: tidak dianjurkan.

FLURBIPROFEN (/monogra / urbiprofen)


Indikasi: 
nyeri dan radang pada penyakit reumatik dan gangguan otot skelet lainnya; nyeri ringan sampai sedang termasuk
dismenorea; analgesik pascabedah.

Peringatan: 
lihat keterangan di atas; menyusui (lihat Lampiran 5).

Interaksi: 
lihat lampiran 1 (AINS).

Kontraindikasi: 
lihat keterangan di atas.

Efek Samping: 
lihat keterangan di atas; supositoria bisa menyebabkan iritasi rektum.

Dosis: 
oral atau rektal dalam bentuk supositoria, 150-200 mg sehari dalam dosis terbagi, naikkan hingga 300 mg sehari pada
kondisi akut. Dismenorea, dosis awal 100 mg, kemudian 50-100 mg setiap 4-6 jam; maksimum 300 mg sehari. ANAK:
tidak dianjurkan.

IBUPROFEN (/monogra /ibuprofen)


Indikasi: 

pionas.pom.go.id/ioni/bab-10-otot-skelet-dan-sendi/101-obat-reumatik-dan-gout/1011-antiinflamasi-nonsteroid-ains 13/22
12/18/2020 10.1.1 Antiinflamasi Nonsteroid (AINS) | PIO Nas

Nyeri ringan sampai sedang antara lain nyeri pada penyakit gigi atau pencabutan gigi, nyeri pasca bedah, sakit kepala,
gejala artritis reumatoid, gejala osteoartritis, gejala juvenile artritis reumatoid, menurunkan demam pada anak.

Peringatan: 
Tidak dianjurkan pada lansia, kehamilan, persalinan, menyusui, pasien dengan perdarahan, ulkus, perforasi pada
lambung, gangguan pernafasan, gangguan fungsi jantung, gangguan fungsi ginjal, gangguan fungsi hati, hipertensi
tidak terkontrol, hiperlipidemia, diabetes melitus, gagal jantung kongestif, penyakit jantung iskemik, penyakit
serebrovaskular, penyakit arteri periferal, dehidrasi, meningitis aseptik.

Interaksi: 
AINS dan penghambat selektif COX-2: berpotensi menimbulkan efek adiktif. Glikosida jantung: menurunkan kecepatan
ltrasi glomerulus dan meningkatkan konsentrasi plasma glikosida jantung. Kortikosteroid: meningkatkan risiko ulkus
atau perdarahan lambung. Antikoagulan (warfarin): meningkatkan efek dari antikoagulan. Antiplatelet dan golongan
SSRI (klopidogrel, tiklopidin): meningkat risiko perdarahan lambung. Asetosal: meningkatkan risiko efek samping. Anti
hipertensi: menurunkan efek anti hipertensi. Diuretik: meningkatkan risiko nefrotoksik. Litium: mempercepat eliminasi
litium. Metotreksat: mengurangi bersihan metotreksat. Siklosporin dan takrolimus: meningkatkan risiko nefrotoksik.
Zidovudin: meningkatkan risiko gangguan hematologi. Kuinolon: meningkatkan risiko kejang. Aminoglikosida:
menurunkan eksresi aminoglikosida. Mifepriston: jangan gunakan AINS selama 8 – 12 hari setelah terapi mifepriston
karena dapat mengurangi efek mifepriston. Ginkgo biloba: meningkatkan risiko perdarahan.

Kontraindikasi: 
Kehamilan trimester akhir, pasien dengan ulkus peptikum (ulkus duodenum dan lambung), hipersensitivitas, polip pada
hidung, angioedema, asma, rinitis, serta urtikaria ketika menggunakan asam asetilsalisilat atau AINS lainnya.

Efek Samping: 
Umum: pusing, sakit kepala, dispepsia, diare, mual, muntah, nyeri abdomen, konstipasi, hematemesis, melena,
perdarahan lambung, ruam. Tidak umum: rinitis, ansietas, insomnia, somnolen, paraestesia, gangguan penglihatan,
gangguan pendengaran, tinnitus, vertigo, asma, dispnea, ulkus mulut, perforasi lambung, ulkus lambung, gastritis,
hepatitis, gangguan fungsi hati, urtikaria, purpura, angioedema, nefrotoksik, gagal ginjal. Jarang: meningitis aseptik,
gangguan hematologi, reaksi ana laktik, depresi, kebingungan, neuritis optik, neuropati optik, edema. Sangat jarang:
pankreatitis, gagal hati, reaksi kulit (eritema multiform, sindroma Stevens – Johnson, nekrolisis epidermal toksik), gagal
jantung, infark miokard, hipertensi.

Dosis: 
Dewasa, dosis yang dianjurkan 200-250 mg 3-4 kali sehari. Anak 1-2 tahun, 50 mg 3-4 kali sehari. 3-7 tahun, 100-125 mg
3-4 kali sehari. 8-12 tahun, 200-250 mg 3-4 kali sehari. Tidak boleh dipergunakan pada anak dengan berat badan kurang
dari 7 kg. Sebaiknya diminum setelah makan. Osteoartritis, artritis reumatoid. 1200 mg – 1800 mg 3 kali sehari.
Eksaserbasi akut. Dosis maksimum 2400 mg/hari, jika kondisi sudah stabil selanjutnya dosis dikurangi hingga
maksimum 1800 mg/hari.

pionas.pom.go.id/ioni/bab-10-otot-skelet-dan-sendi/101-obat-reumatik-dan-gout/1011-antiinflamasi-nonsteroid-ains 14/22
12/18/2020 10.1.1 Antiinflamasi Nonsteroid (AINS) | PIO Nas

KETOPROFEN (/monogra /ketoprofen)


Indikasi: 
nyeri dan radang pada penyakit reumatik yang ringan dan gangguan otot skelet lainnya, dan setelah pembedahan
ortopedik; gout akut; dismenorea.

Peringatan: 
lihat keterangan di atas; menyusui (lihat Lampiran 5).

Interaksi: 
lihat Lampiran 1 (AINS).

Kontraindikasi: 
lihat keterangan di atas.

Efek Samping: 
lihat keterangan di atas; bisa timbul rasa sakit pada tempat penyuntikan (kadang terjadi kerusakan jaringan);
supositoria dapat menyebabkan iritasi rektum.

Dosis: 
Oral, penyakit reumatik, 100-200 mg sehari dalam 2-4 dosis terbagi bersama makan; ANAK: tidak dianjurkanNyeri dan
dismenorea, 50 mg sampai 3 kali sehari; ANAK: tidak dianjurkan. Rektal dalam bentuk supositoria, penyakit reumatik,
100 mg sebelum tidur; ANAK: tidak dianjurkan. Penggabungan pengobatan oral dan rektal, dosis total maksimum sehari
200 mg. Injeksi intramuskular dalam ke otot panggul, 50-100 mg setiap 4 jam (maksmum 200 mg dalam 24 jam) selama
3 hari; ANAK: tidak dianjurkan.

MELOKSIKAM (/monogra /meloksikam)


Indikasi: 
nyeri dan radang pada penyakit reumatik; osteoartritis yang memburuk (jangka pendek); ankilosing spondilitis.

Peringatan: 
lihat keterangan di atas; hindari penggunaan rektal pada proktitis atau hemoroid; menyusui (lihat Lampiran 5).

Interaksi: 
lihat Lampiran 1 (AINS).

Kontraindikasi: 
lihat keterangan di atas; gagal ginjal (kecuali kalau menerima dialisis), gagal hati berat.

pionas.pom.go.id/ioni/bab-10-otot-skelet-dan-sendi/101-obat-reumatik-dan-gout/1011-antiinflamasi-nonsteroid-ains 15/22
12/18/2020 10.1.1 Antiinflamasi Nonsteroid (AINS) | PIO Nas

Efek Samping: 
lihat keterangan di atas.

Dosis: 
Oral, osteoartritis, 7,5 mg sehari bersama makan, jika perlu naikkan hingga maksimum 15 mg sekali sehari. Reumatoid
artritis, ankilosing spondilitis 15 mg sekali sehari bersama makan, mungkin dapat dikurangi hingga 7,5 mg sehari;
LANSIA: 7,5 mg sehari. Rektal, dalam bentuk supositoria, osteoartritis 7,5 mg sehari, jika perlu naikkan hingga
maksimum 15 mg sekali sehari. Reumatoid artritis, ankilosing spondilitis, 15 mg sekali sehari, mungkin dapat dikurangi
hingga 7,5 mg sehari; LANSIA: 7,5 mg sehari. ANAK berusia di bawah 15 tahun tidak dianjurkan.

NABUMETON (/monogra /nabumeton)


Indikasi: 
nyeri dan radang pada osteoartritis dan reumatoid artritis.

Peringatan: 
lihat keterangan di atas; menyusui (lihat Lampiran 5).

Interaksi: 
lihat Lampiran 1 (AINS).

Kontraindikasi: 
lihat keterangan di atas.

Efek Samping: 
lihat keterangan di atas.

Dosis: 
1 g di malam hari, untuk kondisi berat tambahkan juga 0,5-1 g di pagi hari; LANSIA 0,5-1 g sehari; ANAK: tidak dianjurkan.

NAPROKSEN (/monogra /naproksen)


Indikasi: 
nyeri dan radang pada reumatoid artritis (termasuk juvenil arthritis) dan gangguan otot skelet lainnya; dismenorea; gout
akut.

Peringatan: 
lihat keterangan di atas; menyusui (lihat Lampiran 5).

Interaksi: 

pionas.pom.go.id/ioni/bab-10-otot-skelet-dan-sendi/101-obat-reumatik-dan-gout/1011-antiinflamasi-nonsteroid-ains 16/22
12/18/2020 10.1.1 Antiinflamasi Nonsteroid (AINS) | PIO Nas

lihat lampiran 1 (AINS).

Kontraindikasi: 
lihat keterangan di atas.

Efek Samping: 
lihat keterangan di atas; supositoria dapat menyebabkan iritasi dan kadang perdarahan.

Dosis: 
oral, 0,5-1 g sehari dalam dua dosis terbagi atau 1 g sekali sehari; ANAK (usia di atas 5 tahun) juvenil artritis, 10 mg/kg
bb/hari dalam 2 dosis terbagi. Gangguan otot skelet akut dan dismenorea, dosis awal 500 mg, kemudian 250 mg
setiap 6-8 jam; dosis maksimum setelah hari pertama 1,25 g sehari; ANAK berusia di bawah 16 tahun tidak
dianjurkan.Rektal dalam bentuk supositoria, 500 mg sebelum tidur; jika perlu berikan juga 500 mg di pagi hari; ANAK
berusia di bawah 16 tahun tidak dianjurkan.

NATRIUM DIKLOFENAK
(/monogra /natrium-diklofenak)
Indikasi: 
sebagai terapi awal dan akut untuk rematik yang disertai in amasi dan degeneratif (artritis rematoid, ankylosing
spondylitis, osteoartritis dan spondilartritis), sindroma nyeri dan kolumna vertebralis, rematik non-artikular, serangan
akut dari gout; nyeri pascabedah, lihat 15.1.4.2.

Peringatan: 
lihat keterangan di atas; menyusui (lihat Lampiran 5). AINS dapat meningkatkan risiko kejadian trombotik
kardiovaskuler serius, infark miokard, dan stroke, yang dapat fatal. Kejadian ini meningkat dengan lama penggunaan.
Pasien dengan penyakit kardiovaskuler atau faktor risiko penyakit kardiovaskuler mempunyai risiko lebih besar. AINS
dapat meningkatkan ririko kejadian efek samping gastrointestinal serius seperti pendarahan lambung, ulserasi, dan
perforasi usus dan lambung, yang dapat fatal. Kejadian ini tidak dapat diduga sebelumnya dan tidak pasti kapan
terjadinya. Pasien usia lanjut mempunyai risiko lebih besar untuk efek samping gastrointestinal ini. Penggunaan topikal
mungkin memberikan efek samping sistemik lebih kecil daripada penggunaan oral, namun demikian penggunaan gel
jangka lama pada daerah kulit yang luas dapat menimbulkan efek samping sistemik. Sediaan topikal sebaiknya hanya
diusapkan pada kulit yang sehat dan utuh.

Interaksi: 
lihat Lampiran 1 (AINS).

Kontraindikasi: 

pionas.pom.go.id/ioni/bab-10-otot-skelet-dan-sendi/101-obat-reumatik-dan-gout/1011-antiinflamasi-nonsteroid-ains 17/22
12/18/2020 10.1.1 Antiinflamasi Nonsteroid (AINS) | PIO Nas

Hipersensitivitas pada diklofenak atau zat pengisi lain, ulkus, pendarahan, atau perforasi usus atau lambung, trimester
terakhir kehamilan, gangguan fungsi hepar, ginjal, jantung (lihat Peringatan di atas); Kontraindikasi pada penggunaan
secara intravena antara lain penggunaan bersama dengan AINS atau antikoagulan (termasuk heparin dosis rendah),
riwayat hemorragic diathesis, riwayat perdarahan serebrovaskular yang sudah maupun belum dipastikan, pembedahan
yang berisiko tinggi menyebabkan pendarahan, riwayat asma, hipovolemi, dehidrasi. Diklofenak kontraindikasi untuk
pengobatan nyeri peri-operatif pada operasi CABG (coronary artery bypass graft).

Efek Samping: 
lihat keterangan di atas; supositoria bisa mengakibatkan iritasi rektum; reaksi pada tempat penyuntikan.

Dosis: 
oral, 75-150 mg/hari dalam 2-3 dosis, sebaiknya setelah makan. Injeksi intramuskular dalam ke dalam otot panggul,
untuk nyeri pascabedah dan kambuhan akutnya, 75 mg sekali sehari (pada kasus berat dua kali sehari) untuk pemakaian
maksimum 2 hari.Kolik ureter, 75 mg kemudian untuk 75 mg lagi 30 menit berikutnya bila perlu.Infus intravena, lihat
15.1.4.2 Rektal dengan supositoria, 75-150 mg per hari dalam dosis terbagiDosis maksimum sehari untuk setiap cara
pemberian 150 mg.ANAK 1-12 tahun, juvenil artritis, oral atau rektal, 1-3 mg/kg bb/hari dalam dosis terbagi (25 mg tablet
salut enterik, hanya supositoria 12,5 mg dan 25 mg).

KALIUM DIKLOFENAK (/monogra /kalium-


diklofenak)
PAREKOKSIB (/monogra /parekoksib)
Keterangan: 
LIHAT BAGIAN 15.1.4.2.

PIROKSIKAM (/monogra /piroksikam)


Indikasi: 
terapi simtomatik pada rematoid artritis, osteoartritis, ankilosing spondilitis, gangguan muskuloskeletal akut dan gout
akut.

Peringatan: 
menghambat biosintesis prostaglandin, dapat mengakibatkan kerusakan hati, meningkatkan SGPT/SGOT hingga
jaundice, pasien dengan gangguan pencernaan, jantung, hipertensi dan keadaan predisposisi retensi air, ginjal dan hati,
keamanan penggunaan pada anak-anak belum diketahui dengan pasti, pasien yang mengalami gangguan penglihatan
selama menggunakan piroksikam dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan mata, kehamilan (lihat Lampiran 4),
menyusui (lihat Lampiran 5).

pionas.pom.go.id/ioni/bab-10-otot-skelet-dan-sendi/101-obat-reumatik-dan-gout/1011-antiinflamasi-nonsteroid-ains 18/22
12/18/2020 10.1.1 Antiinflamasi Nonsteroid (AINS) | PIO Nas

Interaksi: 
lihat lampiran 1 (AINS).

Kontraindikasi: 
riwayat tukak lambung atau pendarahan lambung, pasien yang mengalami bronkospasme, polip hidung dan
angioedema atau urtikaria apabila diberikan asetosal atau obat-obatan AINS yang lain.

Efek Samping: 
gangguan gastrointestinal seperti stomatitis, anoreksia, epigastric distress, mual, konstipasi, rasa tidak nyaman pada
abdomen, kembung, diare, nyeri abdomen, perdarahan lambung, perforasi dan tukak lambung, edema, pusing, sakit
kepala, ruam kulit, pruritus, somnolence, penurunan hemoglobin dan hematokrit.

Dosis: 
Dewasa: Rematoid artritis, osteoartritis dan ankilosing spondilitis: Dosis awal 20 mg sebagai dosis tunggal. Dosis
pemeliharaan pada umumnya 20 mg sehari atau jika diperlukan dapat diberikan 10 mg - 30 mg dalam dosis tunggal
atau terbagi. Dosis lebih dari 20 mg sehari meningkatkan efek samping gastrointestinal. Gout akut, mula-mula 40 mg
sehari sebagai dosis tunggal, diikuti 4-6 hari berikutnya 40 mg sehari dosis tunggal atau terbagi. Gangguan
muskuloskeletal akut, awal 40 mg sehari sebagai dosis tunggal atau terbagi selama 2 hari, selanjutnya 20 mg sehari
selama 7-14 hari.

SELEKOKSIB (/monogra /selekoksib)


Indikasi: 
menghilangkan gejala dan tanda-tanda osteoartritis dan artritis reumatoid pada pasien dewasa.

Peringatan: 
lihat keterangan di atas; menyusui (lihat Lampiran 5).

Interaksi: 
lihat lampiran 1 (AINS).

Kontraindikasi: 
lihat keterangan di atas; sensitif terhadap sulfonamid, in ammatory bowel disease.

Efek Samping: 
lihat keterangan di atas; atulen, insomnia, faringitis, sinusitis; agak jarang stomatis, konstipasi, palpitasi, lelah,
paraestesia, kram otot; jarang terjadi perubahan terhadap indera perasa, alopesia; sangat jarang terjadi epilepsi yang
memburuk.

Dosis: 

pionas.pom.go.id/ioni/bab-10-otot-skelet-dan-sendi/101-obat-reumatik-dan-gout/1011-antiinflamasi-nonsteroid-ains 19/22
12/18/2020 10.1.1 Antiinflamasi Nonsteroid (AINS) | PIO Nas

Dosis yang digunakan sebaiknya dosis yang terendahOsteoartritis, 200 mg per hari sebagai dosis tunggal atau 100 mg
dua kali sehari Artritis reumatoid, 100-200 mg dua kali sehari.

TENOKSIKAM (/monogra /tenoksikam)


Indikasi: 
nyeri dan radang pada penyakit rematik dan gangguan otot skelet lainnya.

Peringatan: 
lihat keterangan di atas; menyusui (lihat Lampiran 5).

Interaksi: 
lihat Lampiran 1 (AINS).

Kontraindikasi: 
lihat keterangan di atas.

Efek Samping: 
lihat keterangan di atas.

Dosis: 
oral penyakit rematik 20 mg sehari selama 7 hari. ANAK: tidak dianjurkan.Gangguan otot skelet akut 20 mg sehari
selama 7 hari, maksimum 14 hari; ANAK: tidak dianjurkan.Injeksi i.v. atau i.m. untuk pengobatan awal selama 1 - 2 hari,
sama dengan dosis oral. ANAK: tidak dianjurkan.

INDOMETASIN (/ioni/bab-10-otot-skelet-dan-sendi/101-obat-reumatik-dan-gout/1011-antiin amasi-


nonsteroid-ains-0)
ASETOSAL (/ioni/bab-10-otot-skelet-dan-sendi/101-obat-reumatik-dan-gout/1011-antiin amasi-nonsteroid-
ains-1)

‹ 10.1 Obat Reumatik dan Gout (/ioni/bab-10-otot- ke INDOMETASIN › (/ioni/bab-10-otot-skelet-dan-


skelet-dan-sendi/101-obat-reumatik-dan-gout) atas sendi/101-obat-reumatik-dan-gout/1011-
(/ioni/bab- antiin amasi-nonsteroid-ains-0)
10-
otot-
skelet-
dan-
sendi/101-
obat-
reumatik-

pionas.pom.go.id/ioni/bab-10-otot-skelet-dan-sendi/101-obat-reumatik-dan-gout/1011-antiinflamasi-nonsteroid-ains 20/22
12/18/2020 10.1.1 Antiinflamasi Nonsteroid (AINS) | PIO Nas

dan-
gout)

DAFTAR ISI
IONI (/ioni)
PEDOMAN UMUM (/ioni/pedoman-umum)
BAB 1 SISTEM SALURAN CERNA (/ioni/bab-1-sistem-saluran-cerna-0)
BAB 2 SISTEM KARDIOVASKULER (/ioni/bab-2-sistem-kardiovaskuler-0)
BAB 3 SISTEM SALURAN NAPAS (/ioni/bab-3-sistem-saluran-napas-0)
BAB 4 SISTEM SARAF PUSAT (/ioni/bab-4-sistem-saraf-pusat)
BAB 5 INFEKSI (/ioni/bab-5-infeksi)
BAB 6 SISTEM ENDOKRIN (/ioni/bab-6-sistem-endokrin)
BAB 7 OBSTETRIK, GINEKOLOGIK, DAN SALURAN KEMIH (/ioni/bab-7-obstetrik-ginekologik-dan-saluran-kemih)
BAB 8 KEGANASAN DAN IMUNOSUPRESI (/ioni/bab-8-keganasan-dan-imunosupresi)
BAB 9 GIZI DAN DARAH (/ioni/bab-9-gizi-dan-darah)
BAB 10 OTOT SKELET DAN SENDI (/ioni/bab-10-otot-skelet-dan-sendi)
10.1 Obat Reumatik dan Gout (/ioni/bab-10-otot-skelet-dan-sendi/101-obat-reumatik-dan-gout)
10.1.1 Antiin amasi Nonsteroid (AINS) (/ioni/bab-10-otot-skelet-dan-sendi/101-obat-reumatik-dan-
gout/1011-antiin amasi-nonsteroid-ains)
INDOMETASIN (/ioni/bab-10-otot-skelet-dan-sendi/101-obat-reumatik-dan-gout/1011-antiin amasi-
nonsteroid-ains-0)
ASETOSAL (/ioni/bab-10-otot-skelet-dan-sendi/101-obat-reumatik-dan-gout/1011-antiin amasi-
nonsteroid-ains-1)
10.1.2 Kortikosteroid (/ioni/bab-10-otot-skelet-dan-sendi/101-obat-reumatik-dan-gout/1012-kortikosteroid)
10.1.3 Obat yang Menekan Proses Penyakit Reumatik (/ioni/bab-10-otot-skelet-dan-sendi/101-obat-
reumatik-dan-gout/1013-obat-yang-menekan-proses-penyakit)
10.1.4 Obat Gout dan Hiperurisemia Karena Induksi Sitotoksik (/ioni/bab-10-otot-skelet-dan-sendi/101-
obat-reumatik-dan-gout/1014-obat-gout-dan-hiperurisemia-karena)
10.1.5 Golongan Lain (/ioni/bab-10-otot-skelet-dan-sendi/101-obat-reumatik-dan-gout/1015-golongan-lain)
10.2 Obat yang Digunakan Dalam Gangguan Neuromuskuler (/ioni/bab-10-otot-skelet-dan-sendi/102-obat-
yang-digunakan-dalam-gangguan-neuromuskuler)
10.3 Obat untuk Mengatasi Radang Jaringan Lunak (/ioni/bab-10-otot-skelet-dan-sendi/103-obat-untuk-
mengatasi-radang-jaringan-lunak)
BAB 11 MATA (/ioni/bab-11-mata)
BAB 12 TELINGA, HIDUNG DAN TENGGOROK (/ioni/bab-12-telinga-hidung-dan-tenggorok)
BAB 13 KULIT (/ioni/bab-13-kulit)
BAB 14 PRODUK IMUNOLOGIS DAN VAKSIN (/ioni/bab-14-produk-imunologis-dan-vaksin)

pionas.pom.go.id/ioni/bab-10-otot-skelet-dan-sendi/101-obat-reumatik-dan-gout/1011-antiinflamasi-nonsteroid-ains 21/22
12/18/2020 10.1.1 Antiinflamasi Nonsteroid (AINS) | PIO Nas

BAB 15 ANESTESIA (/ioni/bab-15-anestesia)


BAB 16 PENANGANAN DARURAT PADA KERACUNAN (/ioni/bab-16-penanganan-darurat-pada-keracunan)
BAB 17 MEDIA KONTRAS (/ioni/bab-17-media-kontras)
BAB 18 RADIOFARMAKA (/ioni/bab-18-radiofarmaka)
LAMPIRAN 1 : INTERAKSI OBAT (/ioni/lampiran-1-interaksi-obat-0)
LAMPIRAN 2 : GAGAL HATI (/ioni/lampiran-2-gagal-hati-0)
LAMPIRAN 3 : GAGAL GINJAL (/ioni/lampiran-3-gagal-ginjal)
LAMPIRAN 4 : KEHAMILAN (/ioni/lampiran-4-kehamilan)
LAMPIRAN 5 : MENYUSUI (/ioni/lampiran-5-menyusui)
LAMPIRAN 6 : PETUNJUK PRAKTIS PENGGUNAAN OBAT YANG BENAR (/ioni/lampiran-6-petunjuk-praktis-
penggunaan-obat-yang-benar)

PENCARIAN
IONI (/ioni/search)
Monogra (/ioni/search/monogra )
Interaksi Obat (/ioni/search/interaksi)
Gagal Hati (/ioni/search/gagal-hati)
Gagal Ginjal (/ioni/search/gagal-ginjal)
Kehamilan (/ioni/search/kehamilan)
Menyusui (/ioni/search/menyusui)

Copyright © 2015, Pusat Informasi Obat Nasional, Badan POM RI

pionas.pom.go.id/ioni/bab-10-otot-skelet-dan-sendi/101-obat-reumatik-dan-gout/1011-antiinflamasi-nonsteroid-ains 22/22

Anda mungkin juga menyukai