Anda di halaman 1dari 23

NURSING MOUTH CARIES (NMC)

1. Definisi Nursing Mouth Caries (NMC)


Nursing mouth caries (NMC) pertama kali diamati pada awal tahun 1862.
NMC dikenal juga dengan nama Nursing Caries, Bottle Mouth Caries, Nursing
Bottle Caries, dan Babby Bottle Tooth Decay. NMC merupakan suatu penyakit
yang timbul karena kebiasaan pemberian air susu yang tidak tepat baik air susu
ibu (ASI) ataupun susu botol, kebiasaan menggunakan botol yang berisi cairan
manis seperti susu dan jus buah pada saat tidur atau sepanjang hari dan saat tidur
siang dan malam hari akan menyebabkan kerusakan yang sangat cepat pada gigi
sulung.
NMC adalah suatu bentuk karies rampan yang agresif yang biasnya
dihubungkan dengan pemberian susu yang tidak tepat bukan hanya melalui botol
yang mengandung cairan manis tetapi juga melalui pemberian air susu ibu (ASI)
dalam jangka waktu yang lama. Istilah NMC sering dipakai untuk menunjukkan
kerusakan karies yang sangat luas pada bayi dan anak-anak. Kondisi ini dikenal
sebagai karies gigi sulung yang umum terjadi setelah beberapa bulan erupsi yang
mengenai gigi anterior rahang atas dan molar sulung rahang atas dan rahang
bawah serta gigi kaninus rahang bawah, namun jarang mengenai gigi insisif
rahang bawah karena posisinya yang terlindung oleh lidah. NMC umumnya
terjadi pada anak usia 0-3 tahun.
Teori terdahulu menyatakan bahwa faktor penyebab terjadinya karies ini
adalah kebiasaan minum susu atau cairan manis lainnya dari botol, oleh karena itu
karies ini sering dikenal juga dengan Nursing Bottle Caries. Saat ini, selain faktor
tersebut diyakini pemberian air susu ibu (ASI) yang tidak benar pun dapat
menyebabkan terjadinya NMC. Bayi yang dibiarkan tertidur sambil menyusu pada
ibunya sepanjang malam mempunyai risiko yang tinggi untuk terkena NMC,
bahkan NMC detemukan pada bayi yang mendapat ASI secara eksklusif tanpa
pernah diberi susu melalui botol.
Selain karena minum susu melalui botol, karies yang mengenai gigi sulung
anterior beberapa bulan setelah erupsi dan cepat menyebar pada gigi sulung lain
ini biasanya disebabkan karena perpindahan Streptococcus mutans dari ibu ke
bayinya. Kerusakan ini juga bersumber dari pemberian susu botol menjelang tidur
yang dipengaruhi oleh Streptococcus mutans.
NMC dapat dicegah dengan mulai menghatikan kebiasaan minum botol atau
air susu ibu (ASI) sampai anak tertidur. Selain itu, cara memelihara kesehatan gigi
dan mulut anak sejak dini seperti cara pemberian susu, frekuensi, dan waktu
menyikat gigi yang benarakan mengurangi risiko terjadinya NMC.

2. Etiologi dan Patogenesis Nursing Mouth Caries


Pemberian susu melalui botol bukan satu-satunya faktor penyebab NMC dan
kemungkinan juga pemberian susu malalui botol dan ASI berkepanjangan hany6a
faktor predisposisi saja. Menurut Schurss sebab-sebab karies ini antara lain :
1) Minum susu botol dalam jangka watu yang lama (sampai umur lebih dari satu
tahun).
2) Minum susu atau cairan manis lainnya melalu botol pada waktu menjalang
tidur dan setiap waktu anak menginginkannya.
3) Minum ASI dalam waktu lama dan selama tertidur selama tertidur puting ibu
masih didalam mulut anak.
Ketika bayi aktif menyusu ia akan menempatkan puting susu pada batas antara
palatum keras dan palatum lunak dengan lidah memenuhi rongga mulut, dan tanpa
disadari walaupun air susu telah ditelan namun masih terdapat air susu yang
tersisa dalam jumlah sedikit. Jika ibu ikut tidur dan bayi tidak melepaskan puting
susu dari mulutnya maka sisa susu akan menggenang dalam mulut bayi dan
berkontak dengan permukaan palatal dari gigi insisif atas, air susu menggenangi
permukaan oklusal dan lingual gigi posterior.
Terjadinya penumpukan air susu di leher gigi anterior akan menyebabkan
fermantasi laktosa serta gula yang terdapat pada susu tersebut, sehingga
mempercepat proses terjadinya karies. Bakteri yang terdapat di dalam rongga
mulut akan mengubah gula menjadi asam, asam inilah yang akan
mengahancurakan email dan dentin. Lesi ini berjalan simetris dari rahnag atas dan
rahang bawah baik bagian kiri maupun bagian kanan. Ketika tidur terjadi
penurunan jumlah produksi saliva sehingga efek pembersihan pada rongga mulut
deri susu yang masih tersisa menjadi lambat. Oleh karena itu, apabila aliran saliva
berkurang atau hilang maka karies mungkin tidak akan terkendali.

2.1 Nursing Mouth Caries Akibat Susu Botol (Pengganti Air Susu Ibu)
Terdapat bermacam-macam istilah untuk makanan pengganti ASI (PASI),
misalnya susu formula, formula bayi, susu buatan, susu bayi, makanan bayi, atau
makanan buatan untuk bayi. Bahan pokok PASI lazimnya susu sapi, tapi untuk
keperluan tertentu dipakai kacang kedelai. Namun untuk pemberiannya terhadap
bayi, komposisi nutriennya harus dimodifikasi sesuai untuk kebutuhan bayi. ASI
merupakan makanan yang ideal untuk bayi, maka susunan dan kandungan nutrien
pada PASI biasanya mengacu pada komposisi ASI.
Susu formula biasanya diberi tambahan sukrosa. Sukrosa, glukosa, dan
fruktosa merupakan pemanis utama yang sering digunakan dalam industri. Perlu
diperhatikan dalam susu formula tidak mengandung sukrosa tinggi karena
berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa sukrosa sangat kariogenik.
Banyak bayi yang baru lahir diberi makanan dari botol menggunakan dot. Bila
kebiasaan tersebut berlanjut, baahkan setelah 20 bulan atau lebih. Sebagai
akibatnya tidak saja menyebabkan kecanduan anak untuk menggunakan botol
tetapi merupakan risiko potensial pada kebiasaan buruk dan karies. Susu tanpa
gula bila berkontak lama dengan gigi menyebabkan karies, dengan ditambahkan
gula walaupun berkontak dengan singkat kariogenitasnya meningkat, terutama
bila pemberiannya menjelang tidur sehingga dalam keadaan tidur gula dalam
makanan tersebut tersimpan lama di dalam mulut. Kemungkinan lain yang dapat
terjadi adalah cairan dari botol akan mengalir terlalu cepat, sehingga anak akan
mendorong lidahnya ke depan untuk menutup aliran susu sementara menelan
untuk mencegah agar tidak tersedak. Keadaan ini jika berlanjut akan menjdai
kebuiasaan buruk anak yang selanjutnya mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan dentofasial seperti mulut yang berkembang atau gigi yang tampak
jarang.
2.2 Nursing Mouth Caries Akibat Air Susu Ibu (ASI)
Air Susu Ibu (ASI) adalah minuman alamiah untuk semua bayi cukup bulan
selama usia bulan-bulan pertama, dan yang paling cocok dari semua susu yang
tersedia untuk bayi karena secara unik disesuaikan untuk kebutuhan bayi.
Pada bayi sampai umur 6 bulan yang mendapat ASI dari ibu yang sehat tidak
terdapat gejala defisiensi elemen lain sehingga dapat dikatakan bahwa di dalam
ASI terdapat cukup elemen-elemen untuk tumbuh. Hubungan ASI sebagai faktor
penyebab terjadinya NMC masih dipertanyakan. Beberapa ahli menyatakan
bahwa ASI tidak dapat dikatakan sebagai salah satu faktor yang dapat
menyebabkan terjadinya karies.
Namun kenyataannya, baik ASI maupun susu sapi bersifa kariogenik bila susu
dibiarkan menggenang pada gigi. Bahkan NMC ditemukan pada bayi yang
mendapat ASI ekslusif tanpa pernah diberi susu melalui botol. Bayi yang tertdur
sambil menyusu pada ibunya sepanjang malam diyakini mempunyai risiko yang
tinggi untuk terkena NMC.

3. Gambaran Klinis Nursing Mouth Caries


Gambaran klinis dari NMC mempunyai pola dan tipe yang khusus. Gambaran
pola kariesnya terlihat jelas, dengan lesi terutama pda bagian labial dan insisif
atas, dan atau pada palatal molar atas. Tipe kariesnya sejalan dengan lengkung
gigi insisif rahang atas. Proses kariesnya cenderung aktif, gigi lainnya akan
terpengaruh sejalan dengan erupsinya yaitu akan mengenai molar kesatu rahang
atas, kaninus rahang bawah, dan molar kedua namun jarang mengenai insisif
rahang bawah, hal ini mungkin terjadi karena posisinya yang terlindung oleh
lidah. Proses terjadinya karies pada maksila dan mandibula tergantung dari tiga
faktor utama yaitu urutan erupsi, lamanya melakukan kebiasaan, dan pola otot
saat bayi menghisap.
Gambar 1. Karies yang terjadi pada molar kesatu rahang atas, kaninus rahang
bawah, dan molar kedua namun jarang mengenai insisif rahang bawah

Karies ini memiliki manifestasi klinis yang khusus, berdasarkan tahap-tahap


yang dapat diprediksi sesuai sengan pla erupsi gigi. Tahap perkembangan karies
ini dibagi menjadi empat tahap, yaitu :
1. Tahap awal (initial, reversibel)
Pada tahap ini terlihat warna opak, putih seperti susu yang merupakan proses
demineralisasi gigi di daerah servikal, kadang-kadang juga terlihat di daerah
proksimal gigi anterior atas.
2. Tahap karies (tahap kerusakan gigi)
Lesi pada gigi anterior atas meluas ke dentin dan sudah menunjukkan adanya
perubahan warna gigi. Gigi yang terkena biasanya anterior atas pada permukaan
labial, lingual, dan kadang-kadang di proksimal. Anak mulai mengeluh adanya
rasa sakit apabila makan makanan yang sangat dingin seperti es krim. Gigi molar
kesatu sudah mulai terkena karies awal.
3. Tahap lesi dalam
Pada tahap ini karies pada gigi anterior atas sudah lebih luas dan dalam,
tergantung pada waktu kapan erupsi giginya, kariogenitas makanan atau minuman
dalam botol, dan frekuensi minum dalam botol, tahap ini tercapai dalam waktu 10
sampai 14 bulan. Pada saai ini gigi molar kesatu atas udah sampai tahap karies
sedangkan gigi molar kesatu rahang bawah mula-mula masih tahap karies awal.
Biasanya sudah ada keluhan sakit spontan pada gigi insifus rahng atas waktu
malam. Seringkali gigi menjadi sedemikian rapuh sehingga gigi insisif mudah
patah. Tahap ini merupakan tahap perkembangan karies botol yang sudah lanjut.
Kemudian gigi mulai menunjukkan gejala pulpitis, sedangkan gigi insisif atas
mungkin sudah non vital. Gigi molar kesatu bawah mencapai tahap karies botol
yang kedua, dan gigi kaninus atas dan bawah serat gigi molar kedua atas dan
bawah juga mungkin masuk pada tahap kedua.
4. Tahap karies terhenti
Semua tahap akan terhenti apabila penyebab karies telah dihilangkan. Selama
masa remineralisasi sebagian atau seluruh lesi karies terlihat berwarna cokelat tua
kehitam-hitaman.

4. Pencegahan Nursing Mouth Caries


Cara mencegah tejadinya NMC tidak berbeda dengan pencegahan terhadap
karies pada umumnya. Tindakan pencegahan yang dilakukan dokter gigi adalah
melalui diagnosa dini dan perawatan yang tepat.

4.1 Melakukan Kunjungan ke Dokter Gigi


NMC dapat dicegah dengan penyuluhan yang diberikan terhadap orang tua
mengenai alasan pentingnya anak memperoleh pemeriksaan gigi oleh dokter gigi
untuk pertama kalinya pada usia 6 sampai dengan 12 bulan. Orang tua akan
mendapat tuntunan bagaimana cara membersihkan gigi anak dan pola makan yang
baik untuk anak agar gigi tidak berlubang.
Gigi anak sangat rentan terhadap karies karenanya orang tua harus sangat
memperhatikan setiap makanan yag diberikan kepada ana. Pencegahan karies
yang dapat dilakukan pertama kali pada anak adalah membersihkan giginya sejak
erupsi pertama. Agar terhindar dari NMC maka setelah anak selesai menyusu
bersihkanlah gigi anak dan gusinya dengan menggunakan kapas atau kain lap
yang bersih untuk menghilangkan sisa-sisa susu yang masih melekat pada gigi.
Peran orang tua sangat penting dalam menjaga kesehatan gigi anaknya,
terutama dalam memotivasi anaknya untuk menggosok gigi secara teratur.
Menggosok gigi dua kali sehari setelah sarapan dan sebelum tidur dengan
menggunakan sikat gigi dengan kepala sikat yang kecil dan pegangan yang besar
serta dengan pasta gigi dengan kadar flour yang rendah.
4.2 Imunisasi
Banyak penyait infeksi didalam tubuh yang bisa dicegah melalui imunisasi.
Demikian juga dengan karies gigi, kemungkinan dapat dicegah dengan imunisasi
karena salah satu faktor yang terlibatadalah bakteri kariogenik yaitu
Streptococcus mutans serotipe c sehingga dapat dikatakan bahwa karies gigi
merupakan penyakit infeksi.
Secara imunologis, imunisasi bertujuan untuk merangsang pembentukan
antibodi di dalam tubuh dengan antigen. Antibodi yang berperan dalam
melindungi gigi adalah imunoglobulin A sekretori (IgAs) yang terdapat dalam
saliva. Oleh karena itu, antibodi yang harus ditingkatkan produksinya adalah IgAs
saliva yang mempunyai efek protektif terhadap antigen penyebab karies.

4.3 Menghentikan Kebiasaaan


Kebiasaan minum susu melalui botol yang terlalu lama akan mempengaruhi
kebersihan mulut anak. Hindari menggunakan botol pada saat tidur, baik siang
maupun malam hari. Ketika anak menyusu sebaiknya botol dipegang oleh orang
tua. Jangan biarkan botol dipegang oleh anak karena hal ini akan menyebabkan
kesulitan untuk disapih. Hentikan juga pemberian air susu ibu yang terlalu lama
pada malam hari, jangan biarkan anak menyusu sepanjang malam dan segera
lepaskan bayi dari puting susu ibu ketika selesai menyusu.
Hindari penggunaan botol setelah anak mencapai usia 1 tahun, sebaiknya anak
segera diberi minum melalui gelas. Kebanyakan anak sudah bisa memegang dan
belajar untuk minum melalui gelas pada usia tersebut.

4.4 Kontrol Diet


Hubungan antara diet dan karies telah ditegaskan dalam beberapa penelitian.
Makanan mengandung karbohidrat yang dapat difermentasikan akan
meningkatkan risiko terjadinya karies, bakteri plak akan mengubahnya menjadi
asam. Semua karbohidrat dapat diubah menjadi asam, hal ini menunjukkan bahwa
hampir semua produk makanan terutama makanan manis akan meningkatkan
risiko terjadinya karies. Oleh karena itu, dokter gigi harus dapat memberi
penyuluhan mengenai konsumsi makanan yang mengandung produk kariogenik.

4.5 Pemberian Flour


Flour sangat efektif untuk mencegah terjadinya karies karena mempunyai
manfaat utama yaitu untuk meningkatkan proses remineralisasi pada email dan
menurunkan produksi asam pada plak. Flour diberikan secara sistemik, topikal,
ataupun keduanya akan memberi kekuatan pada gigi dari kemungkinan terjadinya
karies. Tujuan ini dapat dicapai tergantung pada usia saat mendapat perawatan,
konsentrasi, frekuensi pemberian flour, dan alat bantu yang digunakan saat
dilakukannya perawatan.
Tabel 1. Pemberian Flour
Sistemik Topikal
Air minum Pasta gigi
Tablet garam Obat kumur
Susu Varnis
Tablet flour Gel
Tetes flour Tablet hisap
Permen karet

4.6 Pit dan Fissure Sealant


Pit dan fissure sealant digunakan dengan pemikiran bahwa selama orifis dan
fissure yang dalam tetap tertutup, proses karies tidak akan terjadi. Pemakaian
sealant adalah salah satu cara untuk mencegah terjadinya hal ini dan telah
dianjurkan untuk permukaan olkusal gigi anak-anak dan remaja.
Pit dan fissure sealant adalah perawatan preventif yang ideal untuk gigi molar
tetap kesatu dan kedua. Diberikan pada gigi molar tetap pertama diantara usia 6
sampai dengan 8 tahun sedangkan untuk molar tetap kedua diantara usia 11
sampai dengan 12 tahun. Dapat juga diindikasikan untuk molar sulung pada anak
yang berisiko tinggi terkena karies. Fissure sealant harus selalu dilakukan sebagai
bagian perawatan prevebtif yang menyeluruh, yang meliputi penyuluhan diet,
instruksi kebersihan mulut dan pemberian flour.
5. Perawatan Nursing Mouth Caries
Banyaknya macam karies yang mengenai gigi maka perawatan yang
dibutuhkan berbeda-beda untuk tiap jenis karies, bergantung pada letak karies dan
peradangan pulpanya. Agar anak dapat terbebas dari rasa sakit yang disebabkan
oleh karies, maka perlu dipilih bahan dan teknik perawatan secara tepat perlu
dipertimbangkan sejak awal.
Sebelum dilakukan perawatan gigi sulung perlu diketahui keadaan kerusakan
gigi akibat karies tersebut. Proses karies gigi sulung , akibat kerusakannya, dan
penyebarannya dapat diketahui karena memberikan tanda-tanda atau karakteristik-
karakteristik tertentu. Pada gigi dengan karies yang telah mengenai saluran akar
hendaknya dilakukan perawatan endodontik terlebih dahulu sebelum dilakukan
penambalan, sedangkan pada gigi dengan karies yang belum mengenai pulpa
dapat langsung dilakukan penambalan.

5.1 Perawatan Endodontik


Perawatan endodontik adalah pembuangan seluruh jaringan pulpa yang
terinfeksi kemudian mengisinya kembali dengan bahan yang dapat diresorpsi
secara fisiologis. Perawatan endodontik pada gigi sulung adalah teknik perawatan
gigi pada pulpa yang telah terbuka oleh karies, kecelakaan pada waktu preparasi
kavitas, trauma, atau fraktur gigi.
Prinsip utama perawatan endodontik adalah mencegah penyebaran karies gigi
yang lebih luas dan merestorasi gigi yang telah rusak sehingga dapat berfungsi
dengan normal. Perawatan endodontik diharapkan dapat mempertahankan gigi
sulung pada lengkung rahang dalam keadaan tidak patologis, sehingga tetap
berfungsi dengan baik sampai digantikan oleh gigi tetapnya.
Tujuan dasar dari perawatan endodontik pada anak mirip dengan pasien
dewasa, yaitu untuk meringankan rasa sakit dan mengontrol sepsis dari pulpa dan
jaringan periapikal sekitarnya serta mengembalikan keadaan gigi yang sakit agar
dapat diterima secara biologis oleh jaringan sekitarnya. Ini berarti bahwa tidak
terdapat lagi simtom, dapat berfungsi dengan baik dan tidak ada tanda-tanda
patologis yang lain. Faktor pertimbangan khusus diperlukan pada saat
memutuskan rencana perawatan yang sesuai untuk gigi geligi sulung yaitu untuk
mempertahankan panjang lengkung rahang.

5.1.1 Pulp Capping


Pulp capping didefinisikan sebagai aplikasi dari salah satu atau beberapa lapis
bahan pelindung di atas pulpa vital yang terbuka. Bahan yang biasa digunakan
untuk pulp capping ini adalah kalsium hidroksida karena dapat merangsang
pembentukan dentin sekunder secara efektif dibandingkan bahan lain. Tujuan
pulp capping adalah untuk menghilangkan iritasi ke jaringan pulpa dan
melindungi pulpa sehingga jaringan pulpa dapat memperhatikan vitalitasnya.
Teknik pulp capping ini ada dua cara yaitu indirect pupl capping dan direct pulp
capping.

• Indirect Pulp Capping


Istilah ini digunakan untuk menunjukan penempatan bahan adhesif di atas sisa
dentin karies. Tekniknya meliputi pembuangan semua jaringan karies dari tepi
kavitas dengan bor bundar kecepatan rendah. Lalu lakukan ekskavasi sampai
dasar pulpa, hilangkan dentin lunak sebanyak mungkin tanpa membuka kamar
pulpa.
Basis pelindung pulpa yang biasa dipakai yaitu zinc okside eugenol atau dapat
juga dipakai kalsium hidroksida yang diletakan di dasar kavitas. Apabila pulpa
tidak lagi mendapat iritasi dari lesi karies diharapkan jaringan pulpa akan bereaksi
secara fisiologis terhadap lapisan pelindung dengan membentuk dentin sekunder.
Agar perawatan iniberhasil jaringan pulpa harus vital dan bebas dari inflamasi.
Biasanya atap kamar pulpa akan terbuka saat dilakukan ekskavasi. Apabila hal
ini terjadi maka tindakan selanjutnya adalah dilakukan direct pulp capping atau
tindakan yang lebih radikal lagi yaitu amputasi pulpa (pulpotomi).
• Direct Pulp Capping
Direct Pulp Capping menunjukkan bahwa bahan diaplikasikan langsung ke
jaringan pulpa. Daerah yang terbuka tidak boleh terkontaminasi oleh saliva,
kalsium hidroksida dapat ditempatkan di dekat pulpa dan selapis semen zinc
okside eugenol dapat diletakkan di atas seluruh lantai pulpa dan biarkan mengeras
untuk menghindari tekanan pada daerah perforasi bila gigi di restorasi. Pulpa
diharapkan tetap bebas dari gejala patologis dan akan lebih baik jika membentuk
dentin sekunder. Agar perawatan ini berhasil maka pulpa di sekitar daerah terbuka
tersebut harus vital dan dapat terjadi proses perbaikan.
Langkah-langkah Pulp Capping :
1. Siapkan peralatan dan bahan.
Gunakan kapas, bor, dan peralatan lain yang steril.
2. Isolasi gigi.
Selain menggunakan rubber dam, isolasi gigi juga dapat menggunakan kapas dan
saliva ejector, jaga posisinya selama perawatan.
3. Preparasi kavitas.
Tembus permukaan oklusal pada tempat karies sampai kedalaman 1,5 mm (yaitu
kira-kira 0,5 mm ke dalam dentin. Pertahankan bor pada kedalaman kavitas dan
dengan hentakan intermitten gerakan bor melalui fisur pada permukaan oklusal.
4. Ekskavasi karies yang dalam
Dengan perlahan-lahan buang karies dengan ekskavator, mula-mula dengan
menghilangkan karies tepi kemudian berlanjut ke arah pulpa. Jika pulpa vital dan
bagian yang terbuka tidak lebih besar diameternya dari ujung jarum maka dapat
dilakukan pulp capping.
5. Berikan kalsium hidroksida.
Keringkan kavitas dengan cotton pellet lalu tutup bagian kavitas yang dalam
termasuk pulpa yang terbuka dengan pasta kalsium hidroksida.
5.1.2 Pulpotomi
Pulpotomi adalah pembuangan pulpa vital dari kamar pulpa kemudian diikuti
oleh penempatan obat di atas orifis yang akan menstimulasikan perbaikan atau
memumifikasikan sisa jaringan pulpa vital di akar gigi. Pulpotomi disebut juga
pengangkatan jaringan pulpa. Biasanya jaringan di pulpa di bagian koronal yang
cedera atau mengalami infeksi dibuang untuk memepertahankan vitalitas jaringan
pulpa dalam saluran akar. Pulpotomi dapat dipilih sebagai perawatan pada kasus
yang melibatkan kerusakan pulpa yang cukup serius namun belum saatnya gigi
tersebut untuk dicabut, pulpotomi juga berguna untuk mempertahankan gigi tanpa
menimbulkan simtom-simtom khususnya pada anak-anak.
Saat ini para dokter gigi banyak menggunakan formokresol untuk perawatan
pulpotomi. Formokresol merupakan salah satu obat pilihan dalam perawatan
pulpa gigi sulung dengan karies atau trauma. Beberapa tahun ini penggunaan
formokresol sebagai pengganti kalsium hidroksida untuk perawatan pulpotomi
pada gigi sulung semakin meningkat. Bahan aktif dari formokresol yaitu 19%
formaldehid, 35% trikresol ditambah 15% gliserin dan air. Trikresol merupakan
bahan aktif yang kuat dengan waktu kerja pendek dan sebagai bahan antiseptik
untuk membunuh mikroorganisme pada pulpa gigi yang mengalami infeksi atau
inflamasi sedangkan formaldehid berpotensi untuk memfiksasi jaringan
Beberapa studi telah dilakukan untuk membandingkan formokresol dengan
kalsium hidroksida dan hasilnya memperlihatkan bahwa perawatan pulpotomi
dengan formokresol pada gigi sulung menunjukkan tingkat keberhasilan yang
lebih baik daripada penggunaan kalsium hidroksida. Formokresol tidak
membentuk jembatan dentin tetapi akan membentuk suatu zona fiksasi dengan
kedalaman yang bervariasi yang berkontak dengan jaringan vital. Keuntungan
formokresol pada perawatan pulpa gigi sulung yang terkena karies yaitu
formokresol akan merembes melalui pulpa dan bergabung dengan protein seluler
untuk menguatkan jaringan.
Perawatan pulpotomi formokresol hanya dianjurkan untuk gigi sulung saja,
diindikasikan untuk gigi sulung yang pulpanya masih vital, gigi sulung yang
pulpanya terbuka karena karies atau trauma pada waktu prosedur perawatan.

• Pulpotomi Vital
Langkah-langkah perawatan pulpotomi vital formokresol satu kali kunjungan
untuk gigi sulung :
1) Siapkan instrumen dan bahan. Pemberian anestesi lokal untuk mengurangi rasa
sakit saat perawatan
2) Isolasi gigi. Pasang rubber dam, jika rubber dam tidak bisa digunakan isolasi
dengan kapas dan saliva ejector dan jaga keberadaannya selama perawatan.
3) Preparasi kavitas. Perluas bagian oklusal dari kavitas sepanjang seluruh
permukaan oklusal untuk memberikan jalan masuk yang mudah ke kamar
pulpa.
4) Ekskavasi karies yang dalam.
5) Buang atap pulpa. Dengan menggunakan bor fisur steril dengan handpiece
berkecepatan rendah. Masukkan ke dalam bagian yang terbuka dan gerakan ke
mesial dan distal seperlunya untuk membuang atap kamar pulpa.
6) Buang pulpa bagian korona. Hilangkan pulpa bagian korona dengan ekskavator
besar atau dengan bor bundar kecepatan rendah.
7) Cuci dan keringkan kamar pulpa. Semprot kamar pulpa dengan air atau saline
steril, syringe disposible dan jarum steril. Penyemprotan akan mencuci debris
dan sisa-sisa pulpa dari kamar pulpa. Keringkan dan kontrol perdarahan
dengan kapas steril.
8) Aplikasikan formokresol. Celupkan kapas kecil dalam larutan formokresol,
buang kelebihannya dengan menyerapkan pada kapas dan tempatkan dalam
kamar pulpa, menutupi pulpa bagian akar selama 4 sampai dengan 5 menit.
9) Berikan bahan antiseptik. Siapkan pasta antiseptik dengan mencampur eugenol
dan formokresol dalam bagian yang sama dengan zinc oxide. Keluarkan kapas
yang mengandung formokresol dan berikan pasta secukupnya untuk menutupi
pulpa di bagian akar. Serap pasta dengan kapas basah secara perlahan dalam
tempatnya. Dressing antiseptik digunakan bila ada sisa-sisa infeksi.
10) Restorasi gigi. Tempatkan semen dasar yang cepat mengeras sebelum
menambal dengan amalgam atau penuhi dengan semen sebelum preparasi gigi
untuk mahkota stainless steel.

• Pulpotomi Non Vital


Prinsip dasar perawatan endodontik gigi sulung dengan pulpa non vital adalah
untuk mencegah sepsis dengan cara membuang jaringan pulpa non vital,
menghilangkan proses infeksi dari pulpa dan jaringan periapikal, memfiksasi
bakteri yang tersisa di saluran akar. Perawatan endodontik untuk gigi sulung
dengan pulpa non vital yaitu perawatan pulpotomi mortal (pulpotomi devital) .
Pulpotomi mortal adalah teknik perawatan endodontik dengan cara
mengamputasi pulpa nekrotik di kamar pulpa kemudian dilakukan sterilisasi dan
penutupan saluran akar. Langkah-langkah perawatan pulpotomi devital :
Kunjungan pertama:
1) Siapkan instrumen dan bahan.
2) Isolasi gigi dengan rubber dam.
3) Preparasi kavitas.
4) Ekskavasi karies yang dalam.
5) Buang atap kamar pulpa dengan bor fisur steril dengan handpiece kecepatan
rendah.
6) Buang pulpa di bagian korona dengan ekskavator besar atau dengan bor
bundar.
7) Cuci dan keringkan pulpa dengan air atau saline steril, syringe disposible dan
jarum steril.
8) Letakkan arsen atau euparal pada bagian terdalam dari kavitas.
9) Tutup kavitas dengan tambalan sementara. Bila memakai arsen instruksikan
pasien untuk kembali 1 sampai dengan 3 hari, sedangkan jika memakai euparal
instruksikan pasien untuk kembali setelah 1 minggu.
Kunjungan kedua :
1) Isolasi gigi dengan rubber dam.
2) Buang tambalan sementara. Lihat apakah pulpa masih vital atau sudah non
vital. Bila masih vital lakukan lagi perawatan seperti pada kunjungan pertama,
bila pulpa sudah non vital lakukan perawatan selanjutnya.
3) Berikan bahan antiseptik. Tekan pasta antiseptik dengan kuat ke dalam saluran
akar dengan cotton pellet.
4) Aplikasi semen zinc oxide eugenol.
5) Restorasi gigi dengan tambalan permanen.

5.1.3 Pulpektomi
Pulpektomi adalah pengangkatan seluruh jaringan pulpa. Pulpektomi
merupakan perawatan untuk jaringan pulpa yang telah mengalami kerusakan yang
bersifat irreversibel atau untuk gigi dengan kerusakan jaringan keras yang luas.
Meskipun perawatan ini memakan waktu yang lama dan lebih sukar daripada pulp
capping atau pulpotomi namun lebih disukai karena hasil perawatannya dapat
diprediksi dengan baik. Jika seluruh jaringan pulpa dan kotoran diangkat serta
saluran akar diisi dengan baik akan diperoleh hasil.
Indikasi perawatan pulpektomi pada anak adalah gigi yang dapat direstorasi,
anak dengan keadaan trauma pada gigi insisif sulung dengan kondisi patologis
pada anak usia 4-4,5 tahun, tidak ada gambaran patologis dengan resorpsi akar
tidak lebih dari dua pertiga atau tiga perempat.

• Pulpektomi Vital
Langkah-langkah perawatan pulpektomi vital satu kali kunjungan :
1) Pembuatan foto Rontgen. Untuk mengetahui panjang dan jumlah saluran akar
serta keadaan jaringan sekitar gigi yang akan dirawat.
2) Pemberian anestesi lokal untuk menghilangkan rasa sakit pada saat perawatan.
3) Daerah operasi diisolasi dengan rubber dam untuk menghindari kontaminasi
bakteri dan saliva.
4) Jaringan karies dibuang dengan bor fisur steril. Atap kamar pulpa dibuang
dengan menggunakan bor bundar steril kemudian diperluas dengan bor fisur
steril.
5) Jaringan pulpa di kamar pulpa dibuang dengan menggunakan ekskavatar atau
bor bundar kecepatan rendah.
6) Perdarahan yang terjadi setelah pembuangan jaringan pulpa dikendalikan
dengan menekankan cotton pellet steril yang telah dibasahi larutan saline atau
akuades selama 3 sampai dengan 5 menit.
7) Kamar pulpa dibersihkan dari sisa-sisa jaringan pulpa yang telah terlepas
kemudian diirigasi dan dikeringkan dengan cotton pellet steril. Jaringan pulpa
di saluran akar dikeluarkan dengan menggunakan jarum ekstirpasi dan
headstrom file.
8) Saluran akar diirigasi dengan akuades steril untuk menghilangkan kotoran dan
darah kemudian dikeringkan dengan menggunakan paper point steril yang
telah dibasahi dengan formokresol kemudian diaplikasikan ke dalam saluran
akar selama 5 menit.
9) Saluran akar diisi dengan pasta mulai dari apeks hingga batas koronal dengan
menggunakan jarum lentulo.
10) Lakukan lagi foto rontgen untuk melihat ketepatan pengisian .
11) Kamar pulpa ditutup dengan semen, misalnya dengan semen seng oksida
eugenol atau seng fosfat.
12) Selanjutnya gigi di restorasi dengan restorasi permanen.

• Pulpektomi Non Vital


Perawatan endodontik untuk gigi sulung dengan pulpa non vital adalah
pulpektomi mortal (pulpektomi devital). Pulpektomi mortal adalah pengambilan
semua jaringan pulpanekrotik dari kamar pulpa dan saluran akar gigi yang non
vital, kemudian mengisinya dengan bahan pengisi. Walaupun anatomi akar gigi
sulung pada beberapa kasus menyulitkan untuk dilakukan prosedur pulpektomi,
namun perawatan ini merupakan salah satu cara yang baik untuk mempertahankan
gigi sulung dalam lengkung rahang. Langkah-langkah perawatan pulpektomi non
vital :
Kunjungan pertama :
1) Lakukan foto rontgen.
2) Isolasi gigi dengan rubber dam.
3) Buang semua jaringan karies dengan ekskavator, selesaikan preparasi dan
desinfeksi kavitas.
4) Buka atap kamar pulpa selebar mungkin.
5) Jaringan pulpa dibuang dengan ekskavator sampai muara saluran akar terlihat.
6) Irigasi kamar pulpa dengan air hangat untuk melarutkan dan membersihkan
debris.
7) Letakkan cotton pellet yang dibasahi trikresol formalin pada kamar pulpa.
8) Tutup kavitas dengan tambalan sementara.
9) Instruksikan pasien untuk kembali 2 hari kemudian.
Kunjungan kedua :
1) Isolasi gigi dengan rubber dam.
2) Buang tambalan sementara.
3) Jaringan pulpa dari saluran akar di ekstirpasi, lakukan reaming, filling, dan
irigasi.
4) Berikan Beechwood creosote. Celupkan cotton pellet dalam beechwood
creosote, buang kelebihannya, lalu letakkan dalam kamar pulpa.
5) Tutup kavitas dengan tambalan sementara.
6) Instruksikan pasien untuk kembali 3 sampai dengan 4 hari kemudian.
Kunjungan ketiga :
1) Isolasi gigi dengan rubber dam.
2) Buang tambalan sementara.
3) Keringkan kamar pulpa, dengan cotton pellet yang berfungsi sebagai stopper
masukkan pasta sambil ditekan dari saluran akar sampai apeks.
4) Letakkan semen zinc fosfat.
5) Restorasi gigi dengan tambalan permanen.

5.2 Pembuatan Restorasi


Alat restorasi yang dapat digunakan untuk perawatan NMC adalah semen glass
ionomer, composit resin strip crown, dan mahkota stainless steel. Anak-anak
dengan keadaan seperti ini adalah mungkin untuk dilakukan preparasi kavitas
kelas III dan kelas IV. Semen glass ionomer dan resin komposit dapat digunakan
untuk restorasi lesi-lesi kelas III pada gigi sulung anterior, gabungan resin
komposit dan glass ionomer (compomer/compoglass) juga dapat digunakan untuk
lesi kelas IV. Sedangkan mahkota stainless steel digunakan untuk lesi karies pada
gigi posterior
.
5.2.1 Penumpatan

• Semen Glass Ionomer


Semen glass ionomer terbentuk karena reaksi antara bubuk kaca alumino
silikat yang khusus dibuat dengan asam poliakrilat. Setelah tercampur pasta
semen ini ditumpatkan ke dalam kavitas pada saat bahan ini belum mengeras.
Semen glass ionomer yang berisi logam perak dalam bubuknya telah
dikembangkan serta dikenal dengan nama generiknya yaitu cermet. Semen
semacam ini mempunyai ketahanan terhadap abrasi dan bersifat radiopak.
Semen glass ionomer sebaiknya tidak digunakan sebagai alat restorasi untuk
kerusakan gigi yang luas karena kurang kuat menerima daya kunyah yang
berlebih.
Langkah-langkah pembuatan restorasi Semen Glass Ionomer :
1) Isolasi gigi dengan menggunakan rubber dam.
2) Pembuatan outline kavitas untuk lesi yang luas, namun tidak dilakukan
extention for prevention.
3) Hilangkan semua jaringan karies menggunakan bor bundar kecepatan rendah
atau dengan instrumen tangan .
4) Oleskan asam poliakrilat selama 10 detik, lalu bilas dengan air dan keringkan.
5) Semen glass ionomer yang telah dikemas dalam kapsul, tekan kapsul terlebih
dahulu selama 3 detik untuk memudahkan pencampuran cairan dan bubuk yang
terdapat didalamnya. Lalu diaduk dengan amalgamator selama 10 detik. Ambil
3 sampai dengan 4 mm adonan yang telah tercampur tersebut lalu masukkan ke
dalam kavitas.
6) Setelah semen glass ionomer berada dalam kavitas tekan-tekan dengan
menggunakan burnisher. Beri selapis tipis semen resin modified glass ionomer.
7) Biarkan tambalan beberapa saat agar terhindar dari kontaminasi. Hal ini bisa
dicapai apabila pada kavitas diberi selapis tipis vernis atau bonding di atas
permukaan semen.
8) Lihat kembali permukaan oklusal setelah rubber dam dilepas.

• Gabungan Resin Komposit dan Glass Ionomer


Resin komposit diindikasikan untuk kavitas kelas I atau kelas II pada gigi anak
yang kooperatif, untuk lesi interproksimal kelas III pada gigi anterior, lesi kelas V
pada permukaan fasial gigi anterior, hilangnya sudut insisal gigi, fraktur gigi
anterior, lesi oklusal dan interproksimal gigi posterior kelas I dan II. Pasien
dengan insidensi karies dan kebersihan mulut yang kurang baik merupakan
kontraindikasi restorasi resin komposit.
Langkah-langkah pembuatan restorasi gabungan resin komposit dan glass
ionomer :
1) Pilih bor yang sesuai. Gunakan bor bundar diamond no. 520 dan bor bundar
tungsten carbide no.1 untuk handpiece kecepatan tinggi sedangkan untuk
handpiece kecepatan rendah, gunakan round steel no.0,5 atau no.1.
2) Membuka jalan masuk. Jika kavitas besar, masuk melalui permukaan yang
paling rusak karena karies. Tembus email sedekat mungkin dengan interdental
space tanpa menyebabkan resiko kerusakan pada gigi sebelahnya.
3) Preparasi outline. Setelah bor masuk ke dalam kavitas ganti dengan bor fisur
pada handpiece kecepatan rendah dan perbesar kavitas dari insisal ke gusi,
membentuk dinding lingual sehingga bentuk outline menjadi hampir setengah
bulatan.
4) Buang setiap sisa-sisa karies. Gunakan ekskavator atau bor bundar pada
handpiece kecepatan rendah untuk menghilangkan sisa karies dari dasar atau
dinding kavitas.
5) Cuci, keringkan dan siapkan preparasi kavitas. Cuci kavitas dengan air dan
keringkan dengan tiupan udara. Dengan menggunakan sonde pastikan bahwa
semua karies telah dibuang dan sudah terdapat retensi yang cukup untuk
tumpatan.
6) Beri lining pada kavitas. Berikan sedikit semen kalsium hidroksida quick
setting, untuk melapisi dasar kavitas.
7) Oleskan single bond (Xeno-III, Futurabond, dll) pada kavitas, kemudian
semprot dengan angina, dan lakukan penyinaran.
8) Pasang matriks. Gunakan matriks strip selulosa asetat. Periksa kerapatan
sekitar kavitas, khususnya kerapatan pada tepi servikal.
9) Masukkan bahan tambalan gabungan resin komposit dan glass ionomer (filled
resin) ke dalam kavitas yang telah di etsa. Biarkan resin berpolimerisasi atau
polimerisasi dengan light cured.
10) Setelah bahan terpolimerisasi, lepas matriks, buang kelebihan bahan dan
poles restorasi.
5.2.2 Mahkota Buatan

• Compomer Strip Crowns


Compomer strip crowns merupakan bahan restorasi pilihan untuk perawatan
gigi sulung anterior. Penggunaan strip crowns untuk gigi anterior dengan resin
komposit akan menghasilkan suatu restorasi dengan estetik yang baik dan dapat
bertahan lama.
Langkah-langkah pembuatan restorasi Compomer resin strip crowns :
1) Berikan anestesi lokal dan jika memungkinkan lakukan pemasangan rubber
dam. Anestesi umum juga bisa diberikan khususnya pada anak yang kurang
kooperatif.
2) Pilih mahkota seluloid yang sesuai dengan ukuran lebar mesio distal gigi.
3) Lakukan pembuangan karies dengan bor bundar kecepatan rendah. Gunakan
bor tappered diamond atau bor tungsten carbide pada handpiece kecepatan
tinggi untuk mengurangi sudut insisal sekitar 2 mm dan seluruh permukaan
gigi. Preparasi diselesaikan pada chamfer di bawah gusi. Buat groove dengan
bor bundar kecil pada permukaan labial dekat margin gusi.
4) Lesi yang cukup dalam sebaiknya gunakan kalsium hidroksida.
5) Buat crown-form sehingga benar-benar rapat sekitar margin gingiva.
6) Oleskan single bond (Xeno-III, Futurabond, dll) pada kavitas, kemudian
semprot dengan angina, dan lakukan penyinaran.
7) Isi mahkota dengan compomer dan masukkan pada kavitas sedikit demi sedikit
dengan dilakukan sedikit penekanan agar kelebihan komposit dapat keluar.
8) Sinari lagi semua bagian (labial, insisal, palatinal) secara merata.
9) Buang semua kelebihan resin yang keluar dari mahkota. Buka mahkota
seluloid, sesuaikan bentuknya lalu periksa kembali oklusi gigi setelah rubber
dam dilepas.

• Mahkota Stainless steel


Mahkota stainless steel merupakan restorasi yang ideal untuk gigi molar sulung
yang terserang karies yang luas yang tidak mungkin dilakukan preparasi kavitas
untuk penumpatan amalgam. Mahkota stainless steel tersedia dalam berbagai
ukuran yang khususnya berguna untuk restorasi gigi-geligi dengan karies yang
luas.
Mahkota stainless steel diindikasikan untuk gigi anak dengan rampan karies
yang melibatkan tiga atau lebih permukaan, gigi molar sulung yang telah
dilakukan perawatan pulpa, malformasi gigi seperti hipoplasti email, dan pasien
handicapped dengan masalah kebersihan mulut.
Langkah-langkah pembuatan restorasi mahkota stainless steel :
1) Hilangkan karies. Berikan anestesi lokal dan idealnya pasang rubber dam
khususnya jika kariesnya dalam dan kemungkinan pulpa dapat terbuka.
Hilangkan karies dengan menggunakan ekskavator atau bor bundar yang besar
dengan kecepatan rendah. Jika kariesnya dalam dan kemungkinan pulpa dapat
terbuka lakukan dulu preparasi kavitas yang mempunyai retensi sebelum
melanjutkan membuang karies yang dalam .
2) Preparasi gigi. Gunakan handpiece kecepatan tinggi untuk permukaan oklusal.
Tembus fisur oklusal dengan straight diamond sampai kedalaman 1 sampai
dengan 1,5 mm kemudian kurangi cusp juga sebesar 1 sampai dengan 1,5 mm.
Tempatkan tappered diamond pada permukaan aproksimal berkontak dengan
gigi di embrasur bukal atau lingual, bersudut 20 derajat vertikal dan ujungnya
pada tepi gusi, pengasahan sebanyak 2 mm. Gunakan tappered diamond untuk
permukaan bukal dan lingual lalu asah permukaan bukal lingual setinggi tepi
gingiva sekitar 1 mm dan bulatkan sudut antara permukaan ini serta permukaan
aproksimal.
3) Pemilihan mahkota. Dari 6 ukuran yang tersedia pilih sebuah mahkota dengan
ukuran mesiodistal yang sesuai dengan hasil pengukuran.
4) Uji coba pemasangan mahkota. Uji cobakan mahkota yang telah dipilih pada
gigi untuk memastikan adaptasinya.
5) Pembentukkan mahkota. Tepi mahkota dikerutkan supaya benar-benar rapat
pada gigi. Idealnya mahkota akan terkunci di tempatnya dan tidak mudah
dikeluarkan.
6) Pemolesan mahkota. Poles tepi-tepi mahkota dengan stone atau rubber wheel.
7) Penyemenan mahkota. Cuci dan keringkan gigi dan mahkota. Isolasi gigi
dengan saliva ejector dan cotton roll. Gunakan semen adhesif (misalnya :
polikarboksilat) dicampur sampai konsistensi seperti krim dan oleskan ke
dalam dinding-dinding mahkota sampai penuh. Dudukkan mahkota pada gigi
dari lingual ke bukal dan tekan dengan kuat ke dalam tempatnya, minta pasien
untuk menggigit. Sewaktu semen telah mengeras, buang semua kelebihan
khususnya dari sulkus gingiva dan daerah interdental dengan menggunakan
sonde dan dental floss.

Anda mungkin juga menyukai