Anda di halaman 1dari 32

2014

PANDUAN KEGIATAN
QUICK COUNT IDENTIFIKASI
KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH
Direktorat Pengembangan Permukiman
Direktorat Jenderal Cipta Karya
Kementerian Pekerjaan Umum
PANDUAN QUICK COUNT
IDENTIFIKASI KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA


KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM
2014

1. UMUM
Saat ini Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum
tengah melalukan upaya pemutakhiran data kumuh di Indonesia. Upaya
pemutakhiran tersebut untuk menberikan dukungan data dan informasi
yang akurat terkait rencana penanganan kumuh melalui pendekatan
kawasan, yang mana penanganan yang dilakukan akan dapat mengurangi
luasan kawasan kumuh yang ada (dari target 2014 sebesar 675 kawasan
sudah ditangani sebesar 240 kawasan atau sebesar 67%) dan mendukung
program MDGs (sebagai dukungan data tanpa kumuh tahun 2020).
Untuk mendukung upaya pemutakhiran data kumuh tersebut diatas,
diperlukan kegiatan survey identifikasi kawasan kumuh dengan justifikasi
yang tepat dalam relevansinya dapat dipertanggungjawabkan sesuai
dengan dengan kriteria kumuh yang dimiliki oleh Direktorat Jenderal Cipta
Karya.
Namun, mengingat banyaknya kota-kota yang menjadi target data dan
sempitnya waktu pelaksanaan pendataan, serta hasil pendataan yang
perlu digunakan dalam waktu dekat, maka survey identifikasi kumuh yang
akan dilakukan merupakan “Quick Count”, dengan tetap menjamin kualitas
data dan informasi sesuai dengan standar dan norma yang berlaku di
Direktorat Jenderal Cipta Karya.
Selanjutnya agar kegiatan identifikasi kawasan permukiman kumuh dapat
dilaksanakan dengan baik dan benar, diperlukan suatu panduan
pelaksanaan kegiatan. Buku panduan identifikasi kawasan kumuh ini
adalah merupakan quick count terkait bagaimana melakukan survey

PANDUAN PELAKSANAAN 1
Kegiatan Quick Count Identifikasi Kawasan Permukiman Kumuh
Direktorat Jenderal Cipta Karya – Kementerian Pekerjaan Umum | 2014
identifikasi kawasan kumuh yang dilengkapi dengan informasi penjelasan
lingkup data, penjelasan tahapan, penejelasan hasil dan SOP kegiatan.
Tata caraquick count identifikasi kawasan permukiman kumuh yang
dilakukan ini merujuk pada Rancangan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Tentang Pedoman Teknis Peningkatan Kualitas Perumahan Kumuh dan
Permukiman Kumuh yang disusun oleh Direktorat Pengembangan
Permukiman, Direktorat Jenderal Cipta Karya. Kementerian Pekerjaan
Umum. Proses identifikasi dilakukan melalui pendekatan penyederhanaan
proses dengan quick count tanpa mengeliminasikan substansi secara
keseluruhan mengenai identifikasi kawasan permukiman kumuh yang
terdapat pada Rapermen tersebut.

2. MAKSUD DAN TUJUAN


Buku panduan survey identifikasi kawasan kumuh ini bermaksud untuk
membantu pelaksana tugas pendataan dan surveyor dalam melakukan
tahapan-tahapan kegiatan sesuai dengan jenjang yang direkomendasikan,
sehingga tujuan dari kegiatan ini dalam mengasilkan produk data kawasan
kumuh menurut standar teknis dan tupoksi Direktorat Jenderal Cipta Karya
dapat tercapai.

3. SASARAN
Sasaran pokok dari buku panduan survey identifikasi kumuh adalah :
1) Pelaksana kegiatan dan surveyor dapat memahami dan
melaksanakan kegiatan dengan baik dan benar;
2) Memastikan target data dan informasi terpenuhi;
3) Produk data dan informasi terkait hasil identifikasi kawasan kumuh
dapat dipergunakan untuk pemutakhiran data kumuh.

2 PANDUAN PELAKSANAAN
Kegiatan Quick Count Identifikasi Kawasan Permukiman Kumuh
Direktorat Jenderal Cipta Karya – Kementerian Pekerjaan Umum | 2014
4. STRATEGI KEGIATAN
Identifikasi kawasan kumuh ini merupakan quickcount, maka agar target
waktu, target hasil dan kualitasnya dapat terpenuhi, maka diperlukan
strategi pelaksanaan sebagai berikut :
1) Menggunakan kriteria-kriteria penetapan kumuh yang berorientasi ke
aspek fisik;
2) Memaksimalkan data-data sekunder terkait informasi kumuh seperti
peta citra, peta tata ruang, dan data-data awal kondisi kekumuhan;
3) Melakukan koordinasi dan diskusi untuk melakukan penyepakatan
kriteria dan lokasi kumuh, termasuk didalamnya penyepakatan
terkait jumlah lokasi, luasan lokasi, peta lokasi dan kualitas tingkat
kekumuhan.

5. METODE DAN PENDEKATAN


Metodologi yang digunakan untuk melakukan kegiatan survey ini dengan
menggunakan teknik criteria referrenced survey. Yaitu menilai secara
bertahap langkah demi langkah (step by step assessment) setiap
komponen dan menilai secara keseluruhan (overall assessment) dengan
kriteria survei dari komponen kekumuhan menurut Direktorat Jenderal
Cipta Karya dan kemudian diikuti dengan referensi data kebenaran
normatif yang bersumber pada hasil praktik di lapangan.

6. INFORMASI DASAR YANG DIPERLUKAN


Informasi dasar yang dapat diperlukan dalam kegiatan ini mencakup.
1) Data Spasial RTRW
a. Peta dasar Citra Satelit
b. Peta Administrasi
c. Peta Kawasan strategis
d. Peta Perkotaan
e. Peta Penggunaan Lahan
f. Peta Sebaran Permukiman

PANDUAN PELAKSANAAN 3
Kegiatan Quick Count Identifikasi Kawasan Permukiman Kumuh
Direktorat Jenderal Cipta Karya – Kementerian Pekerjaan Umum | 2014
g. Peta Jumlah dan Kepadatan Penduduk
h. Peta Jaringan Jalan
i. Peta Jaringan Drainase
j. Peta Jaringan Air Bersih
k. Peta Jaringan Limbah dan Sanitasi
l. Peta Jaringan Persampahan 3

2) Data SPPIP/RPKPP :
a. Peta Kawasan Permukiman prioritas
b. Peta Permukiman Padat
c. Peta Potensi dan Permasalahan Permukiman

3) Data penetapan kawasan kumuh :


a. Data SK Kumuh
i. Lokasi Kumuh
ii. Luas Kumuh
b. Rekomendasi Hasil Studi atau Laporan terkait Kumuh

4) Data PPSP – Direktorat PPLP


Data Kelurahan/Desa Rawan Sanitasi

5) Data Studi Direktorat PAM


Data Kelurahan/Desa Rawan Air

6) Data Statistik BPS

7. SUBSTANSI PELAKSANAAN SURVEI


Adapun secara substansi, quick count identifikasi kawasan permukiman
kumuh terdiri dari 2 proses, yaitu :
1) Tahapidentifikasi lokasi, yang meliputi:
a. Identifikasi Satuan Permukiman;
b. Identifikasi Permasalahan Kekumuhan (Fisik);

2) Tahap penetapan lokasi, yang meliputi:


a. Penilaian Daftar Lokasi;
4 PANDUAN PELAKSANAAN
Kegiatan Quick Count Identifikasi Kawasan Permukiman Kumuh
Direktorat Jenderal Cipta Karya – Kementerian Pekerjaan Umum | 2014
b. Penentuan Klasifikasi;
c. Penentuan Skala Prioritas; dan
d. Penetapan SK Kepala Daerah.

Secara skematis, tata caraquick count identifikasi kawasan permukiman kumuh


dapat dijelaskan pada gambar di bawah ini.

Gambar 1 Skema Kegiatan Quick Count Identifikasi Kawasan


Permukiman Kumuh

KEGIATAN
PERSIAPAN IDENTIFIKASI KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH

TAHAP IDENTIFIKASI TAHAP PENETAPAN

01 02
03 04
IDENTIFIKASI IDENTIFIKASI
PENILAIAN KEKUMUHAN PENETAPAN LOKASI
SATUAN PERMUKIMAN PERMASALAHAN KEKUMUHAN

1 Satuan Perumahan 1 Kondisi Bangunan 1 Tingkat Kekumuhan 1 SK Kepala Daerah

2 Kondisi Aksesibilitas 2 Skala Prioritas 2 Daftar Lokasi

3 Kondisi Drainase 3 Peta Lokasi

4 Pelayanan Air Minum

5 Pengelolaan Sanitasi

6 Pengelolaan Persampahan

1) Identifikasi Satuan Permukiman


Identifikasi satuanpermukiman merupakan tahap identifikasi untuk
menentukan batasan obyek kajian yang difokuskan pada skala skala
permukiman.Sesuai dengan pengertian dalam UU-PKP, maka satuan
permukiman terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan (minimal dua
satuan perumahan) yang mempunyai PSU.

Pendekatan
Pendekatan yang dilakukan melalui indikasi lokasi permukiman kumuh yang
terdapat pada beberapa dokumen pembangunan pada kota/kabupaten.
PANDUAN PELAKSANAAN 5
Kegiatan Quick Count Identifikasi Kawasan Permukiman Kumuh
Direktorat Jenderal Cipta Karya – Kementerian Pekerjaan Umum | 2014
Melalui identifikasi indikasi awal lokasi ini, maka akan diperoleh sebaran
indikasi permukiman kumuh dalam suatu wilayah kabupaten dan kota
sebagai obyek kajian quick count identifikasi kawasan permukiman kumuh
pada tahap selanjutnya. Adapun dokumen tersebut seperti :

Tabel 1 Sumber Referensi Indikasi Awal Lokasi Permukiman Kumuh

DOKUMEN JENIS DATA/INFORMASI

SPPIP Permukiman kumuh prioritas


Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Permukiman kumuh
SK Penetapan Permukiman Kumuh Permukiman kumuh
PPSP Kel/desa rawan sanitasi
Studi Dit. PAM - BPS Kel/desa rawan air
Studi Pemutakhiran Dit. Bangkim Permukiman kumuh
Studi Kota/Kab Terkait Kumuh Permukiman kumuh

2) Identifikasi Permasalahan Kekumuhan


Identifikasi Permasalahan Kekumuhan merupakan tahap identifikasi untuk
menentukan permasalahan kekumuhan pada obyek kajian yang difokuskan
pada aspek kualitas fisik bangunan dan infrastruktur keciptakaryaan pada
suatu lokasi secara quick count.
Identifikasi permasalahan kekumuhan dinilai berdasarkan pemenuhan
terhadap kriteria dan indikator dengan merujuk pada pertimbangan
pengertian permukiman kumuh secara yuridis di dalam undang-undang
dan/atau peraturan, persyaratan teknis sesuai ketentuan yang berlaku, serta
standar pelayanan minimal yang dipersyaratkan secara nasional. Penilaian
terhadap permasalahan kekumuhan ini dilakukan secara sederhana dengan
melihat pada pemenuhan minimal satu indikator dari sebelas indikator
penilaian pada kegiatan ini. Berikut ini merupakan kriteria dan indikator yang
dipergunakan dalam identifikasi permasalahan kekumuhan:

6 PANDUAN PELAKSANAAN
Kegiatan Quick Count Identifikasi Kawasan Permukiman Kumuh
Direktorat Jenderal Cipta Karya – Kementerian Pekerjaan Umum | 2014
Tabel 2 Kriteria dan Indikator dalam Identifikasi Permasalahan
Kekumuhan (Fisik)

KRITERIA INDIKATOR

Kondisi Bangunan Hunian Keteraturan Bangunan Hunian


Kepadatan Bangunan Hunian
Kelayakan Bangunan Hunian
Kondisi Aksesibilitas Lingkungan Jangkauan Jaringan Jalan
Kualitas Jaringan Jalan
Kondisi Drainase Lingkungan Kejadian Genangan
Kondisi Pelayanan Air Minum/Baku Kualitas Sumber Air Minum/Baku
Kecukupan Pelayanan Air Minum
Kondisi Pengelolaan Air Limbah Prasarana Sanitasi Lingkungan
Kondisi Pengelolaan Persampahan Pengelolaan Persampahan
Lingkungan

a. Kondisi Bangunan Hunian


Terdapat 3 indikator dalam quick count identifikasi kawasan permukiman
kumuh pada kriteria kondisi bangunan hunian, yaitu keteraturan bangunan
hunian, kepadatan bangunan hunian, dan kelayakan bangunan hunian.
Adapun penjelasan lebih lanjut mengenai identifikasi berdasarkan kriteria
kondisi bangunan hunian sebagai berikut.

PANDUAN PELAKSANAAN 7
Kegiatan Quick Count Identifikasi Kawasan Permukiman Kumuh
Direktorat Jenderal Cipta Karya – Kementerian Pekerjaan Umum | 2014
Tabel 3 Penjelasan Kriteria Keteraturan Bangunan Hunian

KRITERIA KONDISI BANGUNAN


Indikator Keteraturan Bangunan
Penjelasan 1. Keteraturan bangunan dapat dilihat pada
Parameter perumahan formal, dimana orientasi umumnya
menghadap jalan, ukuran bangunan dan lahan walaupun
berbeda-beda tetapi memilikipola tipe yangjelas serta
bentuk bangunan, dan walaupun tampak berbeda-beda
tetapi memilikiketeraturan pola tertentu.

2. Ketidakteraturan bangunan dilihat dari orientasi,


ukuran dan bentuk, sebagai contoh:
 Bila orientasi bangunan berbeda-beda antara
satu dengan yang lain, misalnya tidak menghadap
jalan, membelakangi sungai, dll
 Bila orientasi bangunan cenderung
menghambat pelayanan PSD Permukiman
karena terhadang oleh bangunan lainnya
(ketidakserasian pola blok hunian dan sarana )
 Bila bangunan hunian berdiri diatas lahan
dengan topografi kemiringan melebihi 15%
 Bila jaringan jalan berkelok-kelok tidak
menandakan struktur dan arah akses yang
jelas
 Bangunan berdiri diatas lahan kawasan lindung
(catchment area), daerah buangan limbah pabrik,
diatas lahan rawa tanpa pertimbangan syarat
ekologis, lahan bantaran sungai, lahan dibawah
jaringan listrik tegangan tinggi (sutet), dll

3. Indikasi penilaian merujuk pada mayoritas kondisi


pada lokasi permukiman kajian
Sumber 1. Observasi lapangan
Referensi 2. Analisis Peta Citra Satelit
3. Analisis Peta Block Plan Kawasan Skala 1:5000
Penilaian  Mayoritas bangunan hunian pada lokasi permukiman tidak
teratur
 Mayoritas bangunan hunian pada lokasi permukiman
teratur
Catatan Dapat menyertakan proporsi dari bangunan hunian teratur
atau tidak teratur (%)

8 PANDUAN PELAKSANAAN
Kegiatan Quick Count Identifikasi Kawasan Permukiman Kumuh
Direktorat Jenderal Cipta Karya – Kementerian Pekerjaan Umum | 2014
Tabel 4 Penjelasan Kriteria Kepadatan Bangunan Hunian

KRITERIA KONDISI BANGUNAN


Kriteria Kepadatan Bangunan Hunian
Penjelasan 1. Kepadatan tinggi bangunan ditentukan dengan jumlah
Parameter unit bangunan terhadap satuan luas (ha).

2. Indikasi penilaian merujuk pada mayoritas kondisi


pada lokasi permukiman kajian
Sumber 1. Observasi lapangan
Referensi 2. Analisis Peta Citra Satelit
3. Analisis Peta Block Plan Kawasan Skala 1:5000
Penilaian  Lokasi permukiman memiliki kepadatan bangunan tinggi
 Lokasi permukiman memiliki kepadatan bangunan sedang
 Lokasi permukiman memiliki kepadatan bangunan rendah
Catatan Informasi Tambahan
Untuk Kota Metro & Kota Besar
Kepadatan Bangunan tinggi (>300 Unit/Ha)
Kepadatan Bangunan sedang (250 - 300 Unit/Ha)
Kepadatan Bangunan rendah (<250 Unit/Ha)

Untuk Kota Sedang & Kota Kecil


Kepadatan Bangunan tinggi (>250 Unit/Ha)
Kepadatan Bangunan sedang (200 - 250 Unit/Ha)
Kepadatan Bangunan rendah (<200 Unit/Ha)

PANDUAN PELAKSANAAN 9
Kegiatan Quick Count Identifikasi Kawasan Permukiman Kumuh
Direktorat Jenderal Cipta Karya – Kementerian Pekerjaan Umum | 2014
Tabel 5 Penjelasan Kriteria Kelayakan Bangunan Hunian

KRITERIA KONDISI BANGUNAN


Kriteria Kelayakan Bangunan Hunian
Penjelasan 1. Persyaratan teknis bangunan ditentukan dengan melihat
Parameter beberapa indikator sebagaimana diacu dalam indikator
MDGs, yaitu:
 Rumah tidak memenuhi luas lantai per kapita
> 7,2 m2. Misalnya rumah yang dihuni 5 jiwa tidak
memenuhi luas minimal 5x7,2 = 36 m2.
 Jenis material atap, lantai dan dinding tidak
memenuhi persyaratan kesehatan. Misalnya
lantai masih tanah atau dinding atau atap terbuat dari
dedaunan, tidak dapat menahan hujan dan terik
matahari, serta sirkulasi tata udara tidak sehat.

2. Indikasi penilaian merujuk pada mayoritas kondisi


pada lokasi permukiman kajian
Sumber Observasi lapangan
Referensi
Penilaian  Mayoritas bangunan hunianmemiliki dengan luas lantai <
7,2 m2
 Mayoritas bangunan hunianmemiliki dengan luas lantai >
7,2 m2
 Mayoritas bangunan hunianmemiliki material alas, atap
dan dinding non permanen
 Mayoritas bangunan hunianmemiliki material alas, atap
dan dinding permanen

10 PANDUAN PELAKSANAAN
Kegiatan Quick Count Identifikasi Kawasan Permukiman Kumuh
Direktorat Jenderal Cipta Karya – Kementerian Pekerjaan Umum | 2014
b. Kondisi Aksesibilitas Lingkungan
Terdapat 2 indikator dalam quick count identifikasi kawasan permukiman
kumuh ini pada kriteriakondisi aksesibilitas lingkungan, yaitu jangkauan
pelayanan jaringan jalan, dan kualitas jaringan jalan. Adapun penjelasan
lebih lanjut mengenai identifikasi berdasarkan kriteriakondisi aksesibilitas
lingkungan sebagai berikut.

Tabel 6 Penjelasan Indikator Jangkauan Pelayanan Jaringan Jalan

KONDISI AKSESIBILITAS LINGKUNGAN


Kriteria Jangkauan Pelayanan Jaringan Jalan
Penjelasan 1. Jangkauan pelayanan jaringan jalan ditentukan
Parameter dengan melihat jaringan jalan di dalam lokasi
kajian, bila ada bagian dalam lokasi yang tidak
terlayani maka cakupan layanan jaringan jalan belum
memadai

2. Kemudahan pencapaian (aksesibilitas), jalan


permukiman yang memberikan rasa aman, nyaman
bagi pergerakan pejalan kaki, pengendara sepeda dan
pengendara bermotor dengan ketersediaan prasarana
pendukung jalan (co. perkerasan, drainase, trotoar,
rambu, lansekap, dll)

3. Jalan yang dimaksud adalah jalan yang


menghubungkan intra perumahan dalam satu
satuan permukiman, sehingga memungkinkan
terjadinya sirkulasi lalu-lintas orang dan kendaraan
secara aman dan sekaligus mendukung terciptanya
perumahan yang layak, sehat, aman, dan nyaman

4. Indikasi penilaian merujuk pada mayoritas


kondisi pada lokasi permukiman kajian
Sumber Observasi lapangan
Referensi
Penilaian  Mayoritas lokasi permukiman tidak terlayani jaringan
jalan yang memadai
 Mayoritas lokasi permukiman terlayani jaringan jalan
yang memadai

PANDUAN PELAKSANAAN 11
Kegiatan Quick Count Identifikasi Kawasan Permukiman Kumuh
Direktorat Jenderal Cipta Karya – Kementerian Pekerjaan Umum | 2014
Tabel 7 Penjelasan Indikator Kualitas Jaringan Jalan

KONDISI AKSESIBILITAS LINGKUNGAN


Indikator Kualitas Jaringan Jalan
Penjelasan 1. Kualitas jaringan jalan ditentukan dengan melihat
kondisi permukaan jalan yang ada di lokasi kajian.
Merujuk pada fungsi jaringan jalan/ kenyamanan
pengguna jalan dan keselamatan/keamanan pengguna
jalan
2. Hal ini tidak dipengaruhi oleh material penutupnya
apakah beton, aspal, conblok, jerambah kayu,
sirtu, dll. Dalam arti apapun materialnya bila kondisinya
baik tidak menjadi masalah.
3. Indikasi penilaian merujuk pada mayoritas kondisi
pada lokasi permukiman kajian
Sumber Observasi lapangan
Referensi

Penilaian  Mayoritas kondisi jaringan jalan pada lokasi permukiman


dalam keadaan rusak
 Mayoritas kondisi jaringan jalan pada lokasi permukiman
dalam keadaan baik

c. Kondisi Drainase Lingkungan


Indikator dalam quick count identifikasi kawasan permukiman kumuh ini
pada kriteria kondisi drainase, yaitu genangan. Adapun penjelasan lebih
lanjut mengenai identifikasi berdasarkan kriteria kondisi drainase sebagai
berikut.

12 PANDUAN PELAKSANAAN
Kegiatan Quick Count Identifikasi Kawasan Permukiman Kumuh
Direktorat Jenderal Cipta Karya – Kementerian Pekerjaan Umum | 2014
Tabel 8 Penjelasan Indikator Kejadian Genangan

KONDISI DRAINASE
Indikator Kejadian Genangan
Penjelasan 1. Kondisi drainase ditentukan dengan melihat genangan
pada lokasi permukiman. Apakah di lokasi kajian terjadi
genangan dengan:
 tinggi lebih dari 30 cm (setinggi betis dewasa);
 selama lebih dari 2 jam;
 terjadi lebih dari 2 kali setahun.

2. Apabila genangan yang terjadi tidak lebih dari ketiga hal


tersebut, maka masih dalam batasan toleransi.

3. Indikasi penilaian merujuk pada mayoritas kondisi


pada lokasi permukiman kajian
Sumber 1. Observasi lapangan
Referensi 2. Wawancara Penduduk
3. Data Sekunder terkait genangan
Penilaian  Mayoritas lokasi permukiman terjadi genangan sesuai
dipersyaratkan (tinggi, durasi, dan frekuensi) pada lokasi
permukiman
 Mayoritas lokasi permukiman tidak terjadigenangan sesuai
dipersyaratkan (tinggi, durasi, dan frekuensi) pada lokasi
permukiman

d. Kondisi Pelayanan Air Minum/Baku


Terdapat 2 indikator dalam quick count identifikasi kawasan permukiman
kumuh ini pada kriteria kondisi pelayanan sumber air minum/baku, yaitu
kualitas sumber air minum/baku, dan kecukupan pelayanan air minum/baku.
Adapun penjelasan lebih lanjut mengenai identifikasi berdasarkan kriteria
kondisi pelayanan sumber air minum/baku sebagai berikut.

PANDUAN PELAKSANAAN 13
Kegiatan Quick Count Identifikasi Kawasan Permukiman Kumuh
Direktorat Jenderal Cipta Karya – Kementerian Pekerjaan Umum | 2014
Tabel 9 Penjelasan Indikator Kualitas Sumber Air Minum/Baku

KONDISI PELAYANAN AIR MINUM/BAKU


Indikator Kualitas Sumber Air Minum/Baku
Penjelasan 1. Kualitas air baku terlindungi ditentukan dengan
melihat kondisi sumber air yang tersedia, yaitu
kondisi warna (keruh), kondisi bau dankondisi rasa (asam,
asin, payau, dll).
2. Sumber air baku yang tidak memenuhi dimaksud
berasal dari non perpipaan seperti air permukaan
(sungai, danau, setu, dll), dan air tanah/sumur tidak
terlindungi.
3. Indikasi penilaian merujuk pada mayoritas kondisi
pada lokasi permukiman kajian
Sumber 1. Observasi lapangan
Referensi 2. Wawancara Penduduk
Penilaian  Mayoritas rumah tangga pada lokasi permukiman tidak
terlayani air baku terlindungi yang berkualitas baik dari
perpipaan dan/atau non perpipaan
 Mayoritas rumah tangga pada lokasi permukiman terlayani
air baku terlindungi yang berkualitas baik perpipaan
dan/atau non perpipaan

Tabel 10 Penjelasan Indikator Kecukupan Pelayanan Air Minum/Baku

KONDISI PELAYANAN AIR MINUM/BAKU


Indikator Kecukupan Pelayanan Air Minum/Baku
Penjelasan 1. Kebutuhan pelayanan air baku ditentukan dengan melihat
penggunaan air oleh individu dalam rumah tangga
dapat menggunakan air untuk minum/konsumsi,
mandi, dan cuci minimal 60 liter per orang per hari.
2. Indikasi penilaian merujuk pada mayoritas kondisi
pada lokasi permukiman kajian
Sumber 1. Observasi lapangan
Referensi 2. Wawancara Penduduk
Penilaian  Mayoritas masyarakat tidak terpenuhi kebutuhan minimal
air 60 liter per orang per hari (Mandi, Minum, Cuci)
 Mayoritas masyarakat terpenuhi kebutuhan minimal air 60
liter per orang per hari (Mandi, Minum, Cuci)
Catatan Kebutuhan minimal air adalah 60 liter per orang per hari atau
lebih, yaitu untuk kebutuhan minum/makan, mandi, dan cuci.
Sebagai gambaran 60 liter sama dengan 15 galon atau sama
dengan bak 1 m x 1m dengan kedalaman 6 cm.
14 PANDUAN PELAKSANAAN
Kegiatan Quick Count Identifikasi Kawasan Permukiman Kumuh
Direktorat Jenderal Cipta Karya – Kementerian Pekerjaan Umum | 2014
e. Kondisi Pengelolaan Air Limbah
Indikator dalam quick count identifikasi kawasan permukiman kumuh pada
kriteria kondisi pengelolaan air limbah, yaitu prasarana sanitasi lingkungan.
Adapun penjelasan lebih lanjut mengenai identifikasi berdasarkan kriteria
kondisi pengelolaan air limbah sebagai berikut.

Tabel 11 Penjelasan Indikator Prasarana Sanitasi Lingkungan

KONDISI PELAYANAN PENGELOLAAN AIR LIMBAH


Indikator Prasarana Sanitasi Lingkungan
Penjelasan 1. Persyaratan teknis air limbah ditentukan dengan melihat
apakah sistem pengelolaan air limbah pada lokasi tidak
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
 Kloset leher angsa terhubung dengan septik
tank, atau
 Sistem pengolahan komunal atau terpusat
(Septik tank/ MCK Komunal).

2. Indikasi penilaian merujuk pada mayoritas kondisi


pada lokasi permukiman kajian
Penilaian  Mayoritas rumah tangga tidak memiliki kloset leher angsa
yang terhubung septiktank atau tidak terlayani MCK/Septik
tank Komunal
 Mayoritas rumah tangga memiliki kloset leher angsa yang
terhubung septiktank atau terlayani MCK/Septik tank
Komunal
Catatan Cakupan pelayanan MCK Komunal : 50-100 kk

f. Kondisi Pengelolaan Persampahan


Indikator dalam quick count identifikasi kawasan permukiman kumuh ini
pada kriteria kondisi pengelolaan persampahan, yaitu pengelolaan
persampahan lingkungan. Adapun penjelasan lebih lanjut mengenai
identifikasi berdasarkan kriteria kondisi pengelolaan persampahan sebagai
berikut.

PANDUAN PELAKSANAAN 15
Kegiatan Quick Count Identifikasi Kawasan Permukiman Kumuh
Direktorat Jenderal Cipta Karya – Kementerian Pekerjaan Umum | 2014
Tabel 12 Penjelasan Indikator Pengelolaan Persampahan Lingkungan

KONDISI PENGELOLAAN PERSAMPAHAN


Indikator Pengelolaan Persampahan Lingkungan
Penjelasan 1. Sistem persampahan pada lokasi tidak memenuhi
ketentuan dengan melihat sistem pengangkutan
sampah skala lingkungan (Gerobak/Angkutan
Sampah) dengan frekuensi pengangkutan sampah
dua kali seminggu;

2. Indikasi penilaian merujuk pada mayoritas kondisi


pada lokasi permukiman kajian
Sumber 1. Observasi lapangan
Referensi 2. Wawancara Penduduk

Penilaian  Mayoritas sampah domestik rumah tangga tidak terangkut


dua kali seminggu ke TPS dan/atau TPA
 Mayoritas sampah domestik rumah tangga terangkut dua
kali seminggu ke TPS dan/atau TPA

8. TAHAPAN PELAKSANAAN
Sekurang-kurangnya dibutuhkan waktu 6 hari untuk dapat melaksanakan
kegiatan survey identifikasi kumuh disetiap kota dengan merujuk pada
kegiatan pokok sebagai berikut :
Hari 1 Koordinasi dan pendataan sekunder di tingkat Provinsi
Hari 2 Koordinasi dan pendataan sekunder di tingkat kota/kabupaten
Hari 2 Penyiapan regu/personil survey dan peralatannya sesuai lokasi
Hari 3 Koordinasi dan Pendataan sekunder di Tingkat Kecamatan
Hari 3-5 Survey Mikro di tingkat Kelurahan, RW dan RT
Hari 5-6 Sinkronisasi hasil survey

Berikut ini adalah panduan rinci mengenai jadwal pelaksanaan survei

16 PANDUAN PELAKSANAAN
Kegiatan Quick Count Identifikasi Kawasan Permukiman Kumuh
Direktorat Jenderal Cipta Karya – Kementerian Pekerjaan Umum | 2014
Tabel 13 Tahapan Pelaksanaan Kegiatan Survei Lokasi

HARI PELAKSANAAN KETERANGAN


NO KEGIATAN
1 2 3 4 5 6
TINGKAT PROVINSI
1 Melakukan koordinasi
pelaksanaan survei
pada Satker Cipta Karya
Provinsi
(Satker Randal, Satker
PKP, dan Satker PBL)
2 Inventarisasi Data Melengkapi yang
Sekunder dan Peta sudah disediakan
oleh Tim Teknis
Pusat
3 Inventarisasi Laporan Melengkapi yang
SPPIP/RPKPP, dan Studi sudah disediakan
Kumuh atau data oleh Tim Teknis
lainnya terkait kumuh Pusat
4 Inventarisasi
Stakeholder di Kab/Kota

TINGKAT KABUPATEN/KOTA
1 Melakukan koordinasi Dapat dilakukan
dan melaporkan koordinasi antar
kegiatan pada instansi instansi melalui
Kab/Kota Bappeda Kab/Kota
 Bappeda
 PU Cipta Karya
 Dinas Perumahan
dan Permukiman
 lainnya
2 Inventarisasi Data Melengkapi yang
Sekunder dan Peta sudah disediakan
oleh Tim Teknis
Pusat

3 Inventarisasi laporan
 Pendataan Kumuh
 Studi Kumuh
 Program Penanganan
Kumuh
4 Mendapatkan
kesepakatan awal
terkait lokasi-lokasi
PANDUAN PELAKSANAAN 17
Kegiatan Quick Count Identifikasi Kawasan Permukiman Kumuh
Direktorat Jenderal Cipta Karya – Kementerian Pekerjaan Umum | 2014
HARI PELAKSANAAN KETERANGAN
NO KEGIATAN
1 2 3 4 5 6
kumuh
 Kawasan
 Kecamatan
 Kelurahan/Desa
 RW
 Informasi mengenai
delineasi dan
karakteristik kumuh
5 Penyiapan surveyor dan
peralatan survei sesuai
lokasi

TINGKAT KECAMATAN
1 Melakukan koordinasi
dan melaporkan
kegiatan
2 Inventarisasi Data Melengkapi yang
Sekunder dan Peta sudah disediakan
oleh Tim Teknis
Pusat
3 Mendapatkan informasi
dan karakteristik lokasi-
lokasi permukiman
kumuh
 Kelurahan/Desa
 RW
 Informasi mengenai
delineasi dan
karakteristik kumuh
4 Detail permasalahan fisik
lingkungan permukiman

TINGKAT KELURAHAN/DESA
1 Melakukan koordinasi Pendampingan
dan melaporkan kegiatan oleh
kegiatan perangkat
desa/kelurahan
2 Inventarisasi Data
Sekunder, Peta, serta
informasi dan
karakteristik lokasi-lokasi
permukiman kumuh
 RW dan RT

18 PANDUAN PELAKSANAAN
Kegiatan Quick Count Identifikasi Kawasan Permukiman Kumuh
Direktorat Jenderal Cipta Karya – Kementerian Pekerjaan Umum | 2014
HARI PELAKSANAAN KETERANGAN
NO KEGIATAN
1 2 3 4 5 6
 Luas, delineasi,
demografi
3 Detail permasalahan Foto/Video/Catatan
fisik lingkungan Wawancara atau
permukiman melalui Sketsa
observasi lapangan,
wawancara dan
dokumentasi visual
 Bangunan
 Aksesibilitas
 Drainase
 Layanan Air
Minum/Baku
 Sanitasi Lingkungan
 Persampahan
4 Pemetaan lokasi, Data Lokasi dan
persebaran dan luasan koordinat GPS
permukiman kumuh
 GPS
 Plotting di peta
5 Penarikan kesimpulan
hasil wawancara
6 Sinkronisasi hasil

Catatan :
Survey di tingkat lokasi keluarahan/desa dapat dibentuk tim survey kecil
per keluarahan/desa, misalnya dengan memanfaatkan peran fasilitator
atau BKM, dengan terlebih dahulu dilakukan pelatihan singkat tata cara
kegiatan survey.

PANDUAN PELAKSANAAN 19
Kegiatan Quick Count Identifikasi Kawasan Permukiman Kumuh
Direktorat Jenderal Cipta Karya – Kementerian Pekerjaan Umum | 2014
LAMPIRAN
FORM QUICK COUNT IDENTIFIKASI KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH

INFORMASI UMUM LOKASI


Nama Kawasan :
Nama Kecamatan :
Nama Kelurahan/Desa :
Lingkup RW :
Luas Kawasan :
Tipologi/Karakteristik
Jumlah Penduduk Kawasan :
Jumlah KK :

SKETSA/PETA LOKASI/PETA DASAR/ DELINIASI KAWASAN

Koordinat

20 PANDUAN PELAKSANAAN
Kegiatan Quick Count Identifikasi Kawasan Permukiman Kumuh
Direktorat Jenderal Cipta Karya – Kementerian Pekerjaan Umum | 2014
A. KONDISI FISIK BANGUNAN
1) Keteraturan Bangunan
ORIENTASI BANGUNAN
Bangunan membelakangi Sungai/Badan Air 
Jika terdapat bangunan membelakangi sungai/badan air,
sebutkan lingkup RW/RT:.....

Bangunan tidak menghadap jalan 


Jika terdapat bangunan tidak menghadap jalan, sebutkan
lingkup RW/RT:.....

UKURAN BANGUNAN
Bangunan ukuran bervariasi 
Jika terdapat bangunan dengan ukuran bervariasi,
sebutkan lingkup RW/RT:.....

LOKASI BANGUNAN
Bangunan berdiri lahan yang tidak sesuai
peruntukam

 Topografi melebihi 15%
 Di atas sempadan rawa/sungai/pantai/gambut
 Di bawah Saluran Listrik Tegangan Tinggi
 Kawasan lindung/fungsi ekologis

PENILAIAN
 Mayoritas bangunan hunian pada lokasi permukimanTIDAK
TERATUR
 Mayoritas bangunan hunian pada lokasi permukimanTERATUR
CATATAN

Catatan pengisian :
1. Setiap kolom diberi catatan “checklist” Jika sesuai karakteristiknya
2. Titik-titik diisi data singkat

PANDUAN PELAKSANAAN 21
Kegiatan Quick Count Identifikasi Kawasan Permukiman Kumuh
Direktorat Jenderal Cipta Karya – Kementerian Pekerjaan Umum | 2014
2) Kepadatan Bangunan
KEPADATAN BANGUNAN DALAM UNIT/HA
Kepadatan bangunan tinggi
Kota Metro/Besar > 300 unit/Ha 
Kota Sedang/Kecil> 250 unit/Ha
Jika terdapat lokasi permukiman dengan kepadatan
bangunan yang TINGGI, sebutkan lingkup RW/RT:.....

Kepadatan bangunan sedang


Kota Metro/Besar  251 - 299 unit/Ha 
Kota Sedang/Kecil201 - 249 unit/Ha
Jika terdapat lokasi permukiman dengan kepadatan
bangunan yang SEDANG, sebutkan lingkup RW/RT:.....

Kepadatan bangunan rendah


Kota Metro/Besar <250 unit/Ha 
Kota Sedang/Kecil< 200 unit/Ha
Jika terdapat lokasi permukiman dengan kepadatan
bangunan yang RENDAH, sebutkan lingkup RW/RT:.....

PENILAIAN
 Lokasi permukiman memiliki kepadatan bangunan TINGGI
 Lokasi permukiman memiliki kepadatan bangunan SEDANG
 Lokasi permukiman memiliki kepadatan bangunan RENDAH
CATATAN

Catatan pengisian :
1. Setiap kolom diberi catatan “checklist” Jika sesuai karakteristiknya
2. Titik-titik diisi data singkat

22 PANDUAN PELAKSANAAN
Kegiatan Quick Count Identifikasi Kawasan Permukiman Kumuh
Direktorat Jenderal Cipta Karya – Kementerian Pekerjaan Umum | 2014
3) Kelayakan Bangunan Hunian

LUAS LANTAI HUNIAN PER KAPITA


Bangunan hunian lebih kecil dari 7,2 M2 per orang 
Jika terdapat lokasi permukiman dengan rata-rata luas
lantai bangunan lebih kecil dari 7.2 m2 per orang,
sebutkan lingkup RW/RT:.....

DAYA TAHAN MATERIAL BANGUNAN HUNIAN


Material Bangunan tidak permanen
Perlu mendapat perhatian mengenai kearifan lokal terhadap penggunaan 
materian bangunan (atap, alas, dan dinding)
Jika terdapat lokasi permukiman dengan rata-rata
bangunan tidak permanen dari 7.2 m2 per orang,
sebutkan lingkup RW/RT:.....

PENILAIAN
 Mayoritas bangunan hunian memiliki dengan luas lantai< 7,2 m2
 Mayoritas bangunan hunian memiliki dengan luas lantai> 7,2 m2
 Mayoritas bangunan hunian memiliki material alas, atap dan dinding
non permanen
 Mayoritas bangunan hunian memiliki material alas, atap dan dinding
permanen
CATATAN

Catatan pengisian :
1. Setiap kolom diberi catatan “checklist” Jika sesuai karakteristiknya
2. Titik-titik diisi data singkat

PANDUAN PELAKSANAAN 23
Kegiatan Quick Count Identifikasi Kawasan Permukiman Kumuh
Direktorat Jenderal Cipta Karya – Kementerian Pekerjaan Umum | 2014
B. KONDISI AKSESIBILITAS
1) Jangkauan Jaringan Jalan
JANGKAUAN PELAYANAN JARINGAN JALAN
Lokasi permukiman tidak terlayani akses jaringan
jalan

Jika terdapat lokasi permukiman yang tidak terlayani
jaringan jalan memadai, sebutkan lingkup RW/RT:.....

PENILAIAN
 Mayoritas lokasi permukimantidak terlayani jaringan jalan yang memadai
 Mayoritas lokasi permukiman terlayani jaringan jalan yang memadai
CATATAN

Catatan pengisian :
1. Setiap kolom diberi catatan “checklist” Jika sesuai karakteristiknya
2. Titik-titik diisi data singkat

24 PANDUAN PELAKSANAAN
Kegiatan Quick Count Identifikasi Kawasan Permukiman Kumuh
Direktorat Jenderal Cipta Karya – Kementerian Pekerjaan Umum | 2014
2) Kualitas Jaringan Jalan
KUALITAS FISIK JARINGAN JALAN
Kondisi ruas permukaan jaringan jalan lingkungan
permukiman buruk 
Kondisi permukaan jalan dapat mengganggu fungsi jaringan jalan/
kenyamanan dan keselamatan/keamanan pengguna jalan
Jika terdapat lokasi permukiman yang kondisi jaringan
jalan rusak, sebutkan lingkup RW/RT:.....

PENILAIAN
 Mayoritas kondisi jaringan jalan pada lokasi permukimandalam keadaan
rusak
 Mayoritas kondisi jaringan jalan pada lokasi permukimandalam keadaan
baik
CATATAN

Catatan pengisian :
1. Setiap kolom diberi catatan “checklist” Jika sesuai karakteristiknya
2. Titik-titik diisi data singkat

PANDUAN PELAKSANAAN 25
Kegiatan Quick Count Identifikasi Kawasan Permukiman Kumuh
Direktorat Jenderal Cipta Karya – Kementerian Pekerjaan Umum | 2014
C. KONDISI DRAINASE
Kejadian Genangan
TINGGI GENANGAN
Lokasi permukiman terjadi genangan setinggi 30 cm 
(eq. tinggi betis orang dewasa)
Jika terdapat lokasi permukiman yang mengalami
genangan setinggi 30 cm, sebutkan lingkup RW/RT:.....

DURASI GENANGAN
Lokasi permukiman terjadi genangan selama lebih 2
jam

Jika terdapat lokasi permukiman yang mengalami
genangan selama lebih dari 2 jam, sebutkan lingkup
RW/RT:.....

FREKUENSI GENANGAN
Lokasi permukiman terjadi genangan dengan
frekuensi lebih dari 2 kali dalam setahun

Jika terdapat lokasi permukiman yang mengalami
genangan dengan frekuensi lebih dari 2 kali dalam
setahun, sebutkan lingkup RW/RT:.....

SUMBER GENANGAN
Sumber genangan pada lokasi permukiman berasal :
Rob Air Laut/Pasang Laut 
Air Sungai/Danau/Rawa 
Limpasan Air Hujan 
PENILAIAN
 Mayoritas lokasi permukiman terjadi genangan sesuai dipersyaratkan
(tinggi, durasi, dan frekuensi) pada lokasi permukiman
 Mayoritas lokasi permukiman tidak terjadi genangan sesuai
dipersyaratkan (tinggi, durasi, dan frekuensi) pada lokasi permukiman
CATATAN

Catatan pengisian :
1. Setiap kolom diberi catatan “checklist” Jika sesuai karakteristiknya
2. Titik-titik diisi data singkat

26 PANDUAN PELAKSANAAN
Kegiatan Quick Count Identifikasi Kawasan Permukiman Kumuh
Direktorat Jenderal Cipta Karya – Kementerian Pekerjaan Umum | 2014
D. KONDISI PELAYANAN AIR MINUM/BAKU
1) Kualitas Sumber Air Minum/Baku
KUALITAS FISIK AIR MINUM/BAKU
Sumber air minum/baku rumah tangga pada lokasi
permukiman berasal dari :
PDAM 
Sumbur Bor 
Sumur Gali 
Sungai/Danau/Setu 
Laut 
Lainnya: ...... 
Kualitas air minum/baku rumah tangga pada lokasi
permukiman :
Berwarna (keruh) 
Berbau 
Berasa (asam/asin/payau) 
Jika terdapat lokasi permukiman yang kondisi air
minum/baku buruk, sebutkan lingkup RW/RT:.....

PENILAIAN
 Mayoritas rumah tangga pada lokasi permukimantidak terlayani air
minum/baku terlindungi yang berkualitas baik dari perpipaan dan/atau
non perpipaan
 Mayoritas rumah tangga pada lokasi permukimanterlayani air
minum/baku terlindungi yang berkualitas baik perpipaan dan/atau non
perpipaan
CATATAN

Catatan pengisian :
1. Setiap kolom diberi catatan “checklist” Jika sesuai karakteristiknya
2. Titik-titik diisi data singkat

PANDUAN PELAKSANAAN 27
Kegiatan Quick Count Identifikasi Kawasan Permukiman Kumuh
Direktorat Jenderal Cipta Karya – Kementerian Pekerjaan Umum | 2014
2) Kecukupan Pelayanan Air Minum/Baku
PENGGUNAAN AIR MINUM/BAKU
Penggunaan air baku pada rumah tangga dapat
dipergunakan untuk :
Konsumsi (masak/minum) 
Mandi/Cuci 
Jika terdapat lokasi permukiman yang tidak terpenuhi
kebutuhan air untuk aktivitas rumah tangga, sebutkan
lingkup RW/RT:.....

PENILAIAN
 Mayoritas masyarakat tidak terpenuhi kebutuhan minimal air 60 liter
per orang per hari (Mandi, Minum, Cuci)
 Mayoritas masyarakat terpenuhi kebutuhan minimal air 60 liter per
orang per hari (Mandi, Minum, Cuci)
CATATAN

Catatan pengisian :
1. Setiap kolom diberi catatan “checklist” Jika sesuai karakteristiknya
2. Titik-titik diisi data singkat

28 PANDUAN PELAKSANAAN
Kegiatan Quick Count Identifikasi Kawasan Permukiman Kumuh
Direktorat Jenderal Cipta Karya – Kementerian Pekerjaan Umum | 2014
E. KONDISI PENGELOLAAN AIR LIMBAH
Prasarana Sanitasi Lingkungan
PENGGUNAAN JAMBAN
Jenis jamban rumah tangga pada lokasi permukiman
menggunakan :
Model Leher Angsa 
Model Cubluk atau lainnya 
Jika terdapat rumah tangga pada lokasi permukiman
yang menggunakan jamban model cubluk, sebutkan
lingkup RW/RT:.....

PEMBUANGAN AIR LIMBAH RUMAH TANGGA


Jenis pembuangan air limbah rumah tangga pada
lokasi permukiman berupa :
MCK + Septiktank Pribadi/Induvidual 
MCK + Septiktank Komunal 
Pembuangan air limbah pada sungai/danau/laut
Jika terdapat rumah tangga pada lokasi permukiman
yang membuang air limbah pada sungai/danau/laut,
sebutkan lingkup RW/RT:.....

PENILAIAN
 Mayoritas rumah tangga tidak memiliki kloset leher angsa yang
terhubung septiktank atau tidak terlayani MCK/Septik tank Komunal
 Mayoritas rumah tangga memiliki kloset leher angsa yang terhubung
septiktank atau terlayani MCK/Septik tank Komunal
CATATAN

Catatan pengisian :
1. Setiap kolom diberi catatan “checklist” Jika sesuai karakteristiknya
2. Titik-titik diisi data singkat

PANDUAN PELAKSANAAN 29
Kegiatan Quick Count Identifikasi Kawasan Permukiman Kumuh
Direktorat Jenderal Cipta Karya – Kementerian Pekerjaan Umum | 2014
F. KONDISI PENGELOLAAN PERSAMPAHAN
Pengelolaan Persampahan Lingkungan
KETERSEDIAAN PRASARANA PERSAMPAHAN LINGKUNGAN
Tidak terdapat TPS pada lokasi permukiman 
Jika tidak terdapat TPS yang melayani pengelolaan
persampahan pada lokasi permukiman, sebutkan lingkup
RW/RT:.....

PENGANGKUTAN PERSAMPAHAN LINGKUNGAN


Lokasi permukiman tidak terlayani sistem
pengangkutan sampah domestik skala lingkungan
(gerobak/angkutan sampah) dengan frekuensi 
pengangkutan dua kali seminggu dari tempat
sampah individual menuju TPS dan/atau TPA
Jika terdapat rumah pada lokasi permukiman yang tidak
terlayani pengangkutan persampahan skala lingkungan,
sebutkan lingkup RW/RT:.....

PENILAIAN
 Mayoritas sampah domestik rumah tangga tidak terangkut dua kali
seminggu ke TPS dan/atau TPA
 Mayoritas sampah domestik rumah tangga terangkut dua kali
seminggu ke TPS dan/atau TPA
CATATAN

Catatan pengisian :
1. Setiap kolom diberi catatan “checklist” Jika sesuai karakteristiknya
2. Titik-titik diisi data singkat

30 PANDUAN PELAKSANAAN
Kegiatan Quick Count Identifikasi Kawasan Permukiman Kumuh
Direktorat Jenderal Cipta Karya – Kementerian Pekerjaan Umum | 2014

Anda mungkin juga menyukai