Ψ
ℏ = Ψ (1)
̂
= + (2)
2
ℏ
=− ∇ + (3)
2
Ψ ℏ
ℏ =− ∇ Ψ+ Ψ (4)
2
ℏ
− ∇ + = (5)
2
Ψ( , ) = ( ) !"#/ℏ
1. Persamaan Schrödinger dalam Koordinat Bola
1 1 1
∇ = &% '+ &( ) * ' + (6)
% % % % ( )* * * % () * +
Ψ ℏ 1 1 1
ℏ =− - &% '+ &( ) * ' + .Ψ + Ψ (7)
2 % % % % ( )* * * % () * +
Pada umumnya, potensial hanya merupakan fungsi dari jarak terhadap titik asal,
(%) sehingga kita dapat menggunakan metode separasi variabel untuk
memecahkan persamaan (7). Persamaan Schrödinger tak bergantung waktunya
ℏ 1 1 1
− - &% '+ &( ) * ' + . + = (8)
2 % % % % ( )* * * % () * +
ℏ 1 1 1
− - &% '+ &( ) * ' + . 12
2 % % % % ( )* * * % () * +
+ 12 = 12 (10)
ℏ 1 1 1
− - &% ' 12 + &( ) * ' 12 + 12.
2 % % % % ( )* * * % () * +
+( − )12 = 0 (11)
ℏ 2 6 6 1 1
− - &% '1 + &( ) * ' 2 + 2.
2 % 6% 6% % ( )* * * % () * +
+( − )12 = 0 (12)
78 9 :
Persamaan (12) dikalikan dengan − ℏ9 ;<
, menghasilkan
1 6 6 1 1 2 %
&% '1 + &( ) * ' 2 + 2− ( − )=0
1 6% 6% 2( )* * * 2( ) * + ℏ
1 6 61 2 % 1 1 2 1 2
&% '− ( − )+ - &( ) * ' + .=0 (13)
1 6% 6% ℏ 2 ( )* * * () * +
Persamaan (13) telah terpisah menjadi dua suku. Persamaan ini hanya dapat
dipenuhi jika masing-masing suku bernilai konstan. Kita ambil konstanta tersebut
=(= + 1). Pemilihan konstanta ini berkaitan dengan bentuk solusi dari persamaan-
persamaan yang dihasilkan. Persamaan (13) kemudian menjadi
1 6 61 2 %
&% '− ( − ) = =(= + 1) (14)
1 6% 6% ℏ
1 1 2 1 2
- &( ) * ' + . = −=(= + 1) (15)
2 ( )* * * () * +
Persamaan Angular
1 2 1 2
&( ) * ' + + =(= + 1)2 = 0 (16)
( )* * * () * +
Φ 6 6Θ Θ 6 Φ
&( ) * ' + + =(= + 1)ΘΦ = 0 (18)
( ) * 6* 6* ( ) * 6+
@! 9 A
BC
Mengalikan persamaan (18) dengan maka didapatkan
sin * 6 6Θ 16 Φ
D &( ) * ' + =(= + 1) sin *H + =0 (19)
Θ 6* 6* Φ 6+
Sama seperti pada persamaan (13), persamaan (19) juga hanya dapat dipenuhi jika
nilai masing-masing suku adalah suatu konstanta, diambil sehingga menjadi
sin * 6 6Θ
&( ) * ' + =(= + 1) sin * = (20)
Θ 6* 6*
dan
16 Φ
=− (21)
Φ 6+
Φ(+) = I !7J
+K !7J
(22)
dengan mengijinkan dapat bernilai negatif maupun positif maka solusi hanya
diambil bagian pangkat positifnya. Selain itu, konstanta K kita biarkan diserap
oleh fungsi Θ(*). Dengan demikian, persamaan (22) menjadi
Φ(+) = !7J
(23)
N
M
y
x
Gambar 1. Koordinat Bola
!7J P!7
= !7J
P!7
=1
Kemudian untuk mencari solusi persamaan (20), kita nyatakan dalam bentuk lain
sin * 6 6Θ
&( ) * ' + =(= + 1) sin * = (20)
Θ 6* 6*
6 6Θ
sin * &( ) * ' + T=(= + 1) sin * − UΘ=0 (27)
6* 6*
dengan VW7 (cos *) adalah Fungsi Legendre Terasosiasi, yang didefinisikan oleh
6
|7|
VW7 (Z) ≡ (1 − Z ) |7|/
& ' VW (Z) (29)
6Z
1 6 W
VW (Z) ≡ W & ' (Z − 1)W (30)
2 =! 6Z
Dari persamaan (30) tampak bahwa = haruslah bilangan bulat positif sedangkan
dari persamaan (29) tampak bahwa jika | | > = maka VW7 = 0. Dengan demikian,
didapatkan
= = 0, 1, 2, 3, ….
= 0, ±1, … , ±=
2(*, +) ≡ Θ(*)Φ(+)
(2= + 1) (= − | |)!
2W,7 (*, +) = ^ _ !7J 7 (cos
VW *)
4L (= + | |)!
1 :/ 15 :/
fgg =& ' f =&
O:
' ( ) θ O!J
4L 32L
f:g = hjPk
i :/
cos * 7 :/
fi = &
g
' (5 m( θ − 3 cos *)
16L
3 :/
f:±: = ∓ & ' sin * ±!J 21 :/
8L fi±: = & ' sin * (5 m( θ−1) ±!J
: 64L
5 105 :/
f =&
g
' (3 m( * − 1) fi = &
O
' ( ) θ cos * O !J
16L 32L
15 :/ 35 :/
f ±: = ∓ & ' sin * cos * ±!J
fi = ∓ &
±i
' ( )i θ ±i!J
8L 64L
Persamaan Radial
1 6 61 2 %
&% '− ( − ) = =(= + 1) (14)
1 6% 6% ℏ
6 61 2 %
&% '− ( − )1 = =(= + 1)1 (31)
6% 6% ℏ
p(8)
Dengan mendefinisikan n(%) ≡ %1(%) → 1(%) =
8
maka
61 6 n
= h k
6% 6% %
61 6n 1
= D% − nH (32)
6% 6% %
61 6n
% =% −n (33)
6% 6%
6 61 6 6n
&% '= D% − nH
6% 6% 6% 6%
6 61 6n 6 n 6n
&% '= +% −
6% 6% 6% 6% 6%
6 61 6 n
&% '=% (34)
6% 6% 6%
6 n 2 %
% − ( − )1 = =(= + 1)1
6% ℏ
6 n 2 %
% − ( − )n = =(= + 1)1 (35)
6% ℏ
ℏ9
Persamaan (35) dikalikan dengan −
78
, maka
ℏ 6 n ℏ
− + ( − )n = − =(= + 1)1
2 6% 2 %
ℏ 6 n ℏ =(= + 1)
− + n+ n= n
2 6% 2 %
ℏ 6 n ℏ =(= + 1)
− +- + .n = n (36)
2 6% 2 %
2. Atom Hidrogen
Solusi dari persamaan angular untuk Atom Hidrogen sama dengan solusi
persamaan angular yang diperoleh sebelumnya. Hal ini karena potensial Atom
Hidrogen hanya bergantung pada jarak. Oleh karena itu, kita hanya tinggal
memecahkan persamaan radial saja. Energi Potensial ( ) Atom Hidrogen
diberikan oleh
−
%
1
(%) = − +
4Lqg %
Atom Hidrogen
Persamaan radial untuk Atom Hidrogen menjadi
ℏ 6 n 1 ℏ =(= + 1)
− + -− + .n = n (37)
2 6% 4Lqg % 2 %
ℏ 6 n 1 ℏ =(= + 1)
− + -− + .n = n (38)
2 6% 4Lqg % 2 %
Kita definisikan suatu konstanta r yang bernilai real positif untuk keadaan terikat
( < 0)
−2
r ≡
ℏ
1 6 n 1 1 =(= + 1)
+- − .n = n (38)
r 6% 2Lqg ℏ r r% r %
1 6 n 1 =(= + 1)
= -1 − + .n (39)
r 6% 2Lqg ℏ r r% (r%)
7t 9
s ≡ r% dan sg ≡ Puv ℏ9 w
6 n sg =(= + 1)
= -1 − + .n (40)
6s s s
Solusi dari persamaan ini diperoleh dengan mencari solusi-solusi pada daerah
ekstrim, yaitu pada s → ∞ dan pada s → 0 jika s → ∞ maka suku dalam tanda
kurung siku mendekati satu
6 n
=n (41)
6s
n(s)~I y
(43)
W(WO:)
Jika s → 0 maka suku
y9
menjadi dominan, persamaan (40) mendekati
6 n =(= + 1)
= n (44)
6s s
n(s) = {sWO: + |s W
(45)
Namun suku |s W
menjadi tak berhingga jika s → 0 sehingga solusi yang
memenuhi adalah
n(s)~{sWO: (46)
Dengan diperolehnya solusi-solusi pada daerah ekstrim, maka solusi umum dari
persamaan (40) dimisalkan merupakan hasil perkalian dari solusi-solusi pada
daerah ekstrim dan suatu fungsi yang bergantung pada s, yaitu }(s)
n(s) = sWO: y
}(s) (47)
Melalui hasil ini, persamaan radial sebelumnya, yaitu persamaan (40) kita
nyatakan dalam fungsi }(s). Untuk itu, diferensialkan n(s) terhadap s maka
diperoleh hasil
6n 6(sWO: y
) 6}
= } + (sWO: y)
6s 6s 6s
6n 6}
= T(l + 1)sW y
− sWO: yU
} + (sWO: y)
6s 6s
6n 6}
= sW y
D(= + 1 − s)} + s H (48)
6s 6s
Mendiferensialkan sekali lagi n(s) terhadap s
6 n 6(sW y ) 6} 6 6}
= D(= + 1 − s)} + s H + sW y
D(= + 1 − s)} + s H
6s 6s 6s 6s 6s
6 n 6} 6} 6} 6 }
= T=sW : y
− sW yU
D(= + 1 − s)} + s H + sW y
•−} + D(= + 1 − s) H+ +s €
6s 6s 6s 6s 6s
6 n 6} 6} 6} 6} 6 }
= sW y
•=s :
D(= + 1 − s)} + s H − (= + 1 − s)} − s − } + (= + 1 − s) + +s €
6s 6s 6s 6s 6s 6s
6 n =(= + 1) 6} 6} 6} 6} 6 }
= sW y
• } − =} + = − (= + 1 − s)} − s − } + (= + 1 − s) + +s €
6s s 6s 6s 6s 6s 6s
6 n = (= + 1) 6} 6 }
= sW y
•-−2= − 2 + s + . } + 2(= + 1 − s) +s € (49)
6s s 6s 6s
6 n sg =(= + 1)
= -1 − + .n (40)
6s s s
= (= + 1) 6} 6 } sg =(= + 1) WO:
sW y
•-−2= − 2 + s + . } + 2(= + 1 − s) +s € = -1 − + .s y
}
s 6s 6s s s
= (= + 1) 6} 6 } sg =(= + 1) W
sW y
•-−2= − 2 + s + . } + 2(= + 1 − s) +s € = -1 − + .s y
s}
s 6s 6s s s
= (= + 1) 6} 6 } sg =(= + 1)
-−2= − 2 + s + . } + 2(= + 1 − s) +s = -1 − + . s }(s)
s 6s 6s s s
= (= + 1) =(= + 1) 6} 6 n
-−2= − 2 + s + . } − -s − sg + . } + 2(= + 1 − s) +s =0
s s 6s 6s
6 } 6}
s + 2(= + 1 − s) + Tsg − 2(= + 2)U} = 0 (50)
6s 6s
Persamaan ini adalah persamaan radial dalam fungsi }(s). Solusi dari persamaan
ini diasumsikan dapat dinyatakan dalam bentuk deret pangkat yaitu
‚
}(s) = d• s• (51)
•ƒg
Tugas selanjutnya adalah menentukan koefisien dari deret ini, yaitu dg , d: , d ,
dst. Untuk mendapat koefisien-koefisien tersebut, pertama kita menentukan
turunan pertama }(s) terhadap s kemudian menentukan turunan keduanya.
‚
6}
= „d• s• :
(52)
6s
•ƒg
‚
6}
= („ + 1)d•O: s•
6s
•ƒ :
‚
6}
= („ + 1)d•O: s•
6s
•ƒg
‚
6 }
= „(„ + 1)d• +1s• :
(53)
6s
•ƒg
„(„ + 1)d•O: + 2(= + 1)(„ + 1)d•O: − 2„d• + Tsg − 2(= + 1)Ud• = 0 (55)
(•OWO:) yv
d•O: = † (•O:)(•O WO )
‡ d• (57)
dan
2•
d• ≅ I (59)
„!
d•‹Œ• O: = 0 (62)
2(„7Ž• + = + 1) − sg = 0 (63)
) ≡ „7Ž• + = + 1 (64)
sehingga didapatkan
sg = 2) (65)
−2
r ≡
ℏ
sg ≡
2Lqg ℏ r
maka didapatkan
j
= − (66)
8L qg ℏ sg
1
= −• ‘ ’ “ = (67)
:
2ℏ 4Lqg ) )
dengan =− ‘ ’ (68)
:
2ℏ 4Lqg
) disebut dengan bilangan kuantum utama. Ini adalah Formula Bohr yang
terkenal itu
1 1
r=‘ ’ = (69)
4Lqg ћ ) d)
dengan
4Lqg ћ
d≡ = 0,529 × 10 :g
(70)
Selanjutnya solusi untuk 1(%) belum kita dapatkan, untuk itu dari persamaan (69)
dan definisi s ≡ r% sebelumnya, maka diperoleh hubungan
%
s≡
d)
maka diperoleh
1 WO:
1 W (%) = s y
}(s)
%
Fungsi gelombang untuk hidrogen diberi label oleh tiga bilangan kuantum (n, l,
dan m)
™ W7 (%, *, +) = 1 W (%)2W7 (*, +)
dengan
1 W (%) =
:
8
sWO: y
}(s)
2 i () − = − 1)! 8 2% W 2% 7
™ _
= & ' Ž & ' š W :&
WO:
' 2 (*, +)
W7
)d 2)T() + 1)!Ui )d )d W
dengan
š WO:
W : adalah Polinomial Laguerre Terasosiasi
= = 0,1,2, … , ) − 1
3. Spektrum Hidrogen
Jika atom hidrogen berada pada keadaan stasioner, maka atom tersebut akan
berada disana selamanya. Namun, jika ada gangguan, misalnya oleh tumbukan
dengan atom lain atau mengalami penyinaran, maka atom hidrogen dapat
mengalami transisi dari satu keadaan stasioner ke keadaan stasioner yang lain.
Pada kenyataannya, gangguan tersebut selalu hadir sehingga transisi (kadang
disebut dengan lompatan kuantum) terjadi terus-menerus. Hasilnya, atom
hidrogen mengeluarkan cahaya yang energinya sesuai dengan perbedaan energi
antara awal dan akhir
1 1
= − =− ‘ ’ ‘ − ’
› ! œ
2ℏ 4Lqg )! )œ
R dikenal sebagai konstanta Rydberg, dan Persamaan terakhir ini adalah rumus
Rydberg untuk spektrum atom hidrogen yang ditemukan secara empiris pada abad
19. Keunggulan terbesar dari teori atom Bohr adalah kemampuannya dalam
menjelaskan hasil ini dan menghitung R. Spektrum radiasi hidrogen hasil
transisinya menghasilkan deret-deret spektrum, yaitu deret Lyman, deret Balmer,
deret Paschen, deret Bracket, dan deret Pfun.