Anda di halaman 1dari 22

BAB 1

STATUS MEDIS PASIEN

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. N
Umur : 43 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Bangsa : Indonesia
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Johar Baru, Jakarta Pusat
MRS : 13 Oktober 2016
No. RM : 83-47-37

B. ANAMNESIS
Autoanamnesis pada tanggal 13 Oktober 2016 Pukul 10. 30 WIB di Poliklinik Mata

Keluhan Utama
Kedua mata bengkak, gatal, dan berair yang dirasakan sejak ± 1 tahun yang lalu.

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke RSIJ Cempaka Putih dengan keluhan kedua mata bengkak, gatal, dan berair
yang awalnya dirasakan sejak satu tahun yang lalu. Pasien juga mengatakan setiap pagi
keluhan bertambah berat dan mata terasa lengket karena banyak kotoran. Pasien menyangkal
adanya keluhan nyeri pada kelopak matanya, hanya sedikit merasa perih saja. Adanya
penurunan tajam pengelihatan ataupun mata terasa buram dibandingkan sebelum sakit
disangkal.

1
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien belum pernah mengalami sepert ini sebelumnya. Riwayat hipertensi sejak satu tahun
yang lalu, pasien rutin mengkonsumsi Amlodipin 5 mg. Adanya diabetes mellitus disangkal.

Riwayat Penyakit Dalam Keluarga


Tidak ada keluarga yang pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya, Riwayat hipertensi,
diabetes mellitus dalam keluarga disangkal.

Riwayat Pengobatan
Pasien sudah sering bolak-balik ke puskesmas tetapi mengaku tidak pernah mendapat obat
untuk keluhan di matanya.

Riwayat Alergi
Riwayat alergi makanan, debu, obat-obatan, dan lain lain disangkal

Riwayat Psikososial
Pasien menyangkal mengonsumsi rokok ataupun alkohol. Sehari-hari pasien beraktivitas
sebagai ibu rumah tangga, pasien mengaku sering mengucek matanya.

C. PEMERIKSAAN FISIK UMUM


Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital
- Tekanan Darah : 130 / 90 mmHg
- Nadi : 88 x / menit
- Pernafasan : 18 x / menit
- Suhu : 36. 7 oC

2
D. STATUS OFTALMOLOGIKUS
OCULUS DEXTRA PEMERIKSAAN OCULUS SINISTRA
6/7.5 VISUS 6/7.5
Ortoforia KEDUDUKAN BOLA Ortoforia
MATA
Baik ke segala arah PERGERAKAN BOLA Baik ke segala arah
MATA

Madarosis (-) SUPRA SILIA Madarosis (-)


Madarosis (-) SILIA Madarosis (-)
Trikiasis (-) Trikiasis (-)

Edema (+) PALPEBRA SUPERIOR Edema (+)


Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Nyeri Tekan (-) Nyeri Tekan (-)
Vesikel (-) Vesikel (-)
Krusta (+) Krusta (+)
Edema (-) PALPEBRA INFERIOR Edema (-)
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Nyeri Tekan (-) Nyeri Tekan (-)
Vesikel (-) Vesikel (-)
Krusta (+) Krusta (+)
Hiperemis (-) CONJUNGTIVA Hiperemis (-),
Papil (-), Papil (-),
Folikel (-) Folikel (-)
Injeksi konjungtiva (-) Injeksi konjungtiva (-)
Injeksi siliar (-) Injeksi siliar (-)
Injeksi episkleral (-) Injeksi episkleral (-)
Jernih KORNEA Jernih
Arkus senilis (-) Arkus senilis (-)

3
Sikatriks (-) Sikatriks (-)
Erosi (-) Erosi (-)
Sedang KAMERA OKULI Sedang
ANTERIOR
Warna coklat, IRIS Warna coklat,
Kripte normal Kripte normal
Sinekia (-) Sinekia (-)
Bulat, PUPIL Bulat,
Diameter 3 mm Diameter 3 mm
Reflex cahaya (+) Reflex Cahaya (+)
Jernih LENSA Jernih
Tidak dilakukan VITREOUS HUMOR Tidak dilakukan

E. RESUME
Perempuan 53 tahun datang dengan keluhan kedua mata bengkak, gatal, dan berair yang
awalnya dirasakan sejak satu tahun yang lalu. Pasien juga mengatakan setiap pagi keluhan
bertambah berat dan mata terasa lengket karena banyak kotoran. Status generalis internus dalam
batas normal. Status oftalmologikus didapatkan visus 6/7.5 ODS, kedua palpebra superior
udema, krusta di palpebra superior dan inferior ODS.

F. DIAGNOSIS
Blefaritis ODS

4
G. PENATALAKSANAAN
- Non-Medikamentosa
Membersihkan krusta dengan lidi kapas yang dibasahi air hangat sebelum diberikan
tetes mata antibiotik
Tindakan preventif yang harus dilakukan penderita ialah tidak mengusap-usap mata
atau menggaruk kelopak mata agar tidak terjadi infeksi sekunder.

- Medikamentosa
Sulfasetamide tetes mata 10% 3 dd gtt 1 ODS

H. PROGNOSIS
Quo ad Vitam : Ad Bonam
Quo ad Functionam : Ad Bonam
Quo ad Sanationam : Ad Bonam

5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Palpebra


2.1.1 Lapisan Kulit
Kulit palpebra berbeda dari kebanyakan kulit di kebanyakan bagian lain tubuh
karena tipis, longgar, dan elastis dengan sedikit folikel rambut serta tanpa lemak
subkutan.1

2.1.2 Musculus Orbicularis Oculi


Fungsi m. orbicularis oculi adalah menutup palpebra. Serat-serat ototnya
mengelilingi fissure palpebrae secara konsentris dan meluas sedikit melewati tepian orbita.
Sebagian serat berjalan ke pipi dan dahi. Bagian otot yang terdapat di dalam palpebra
dikenal sebagai bagian pratarsal, bagian di atas septum orbital adalah bagian praseptal.
Segmen di luar palpebra disebut bagian orbita. M. orbicularis oculi dipersarafi oleh nervus
facialis (N. VII). 1

2.1.3 Jaringan Areolar


Jaringan areolar submuskular yang terdapat di bawah m. orbicularis oculi
berhubungan dengan lapisan supaponeurotik dari kulit kepala. 1

2.1.4 Tarsus
Struktur penyokong utama dari palpebra adalah lapisan jaringan fibrosa padat yang
bersama sedikit jaringan elastik disebut tarsus superior dan inferior. Sudut lateral dan medial
dan juluran tarsus tertambat pada tepian orbita oleh ligament palpebra lateralis dan medialis.
Tarsus superior dan inferior juga tertambat oleh fascia tipis dan padat pada tepiam atas dan
bawah orbita. Fascia tipis ini membentuk septum orbita. 1

6
2.1.5 Konjungtiva Palpebra
Bagian posterior palpebrae dilapisis selapis membrane mukosa yang disebut
konjunctiva palpebra, yang melekat erat di tarsus. 1

2.1.6 Margo Palpebra


Panjang tepian bebas palpebra adalah 25-30 mm, dan lebar 2 mm. ia dipisahkan oleh
garis kelabu menjadi tepian anterior dan posterior. 1

2.1.6.1 Tepian Anterior


 Bulu Mata
Bulu mata muncul dari tepian palpebra dan tersusun tidak teratur. Bulu
mata atas lebih banyak dan lebih panjang dari yang di bawah dan
melengkung ke atas, bulu mata yang di bawah melengkung ke bawah. 1
 Glandula Zeis
Merupakan modifikasi dari kelenjar sebasea kecil yang bermuara pada
folikel rambut pada dasar bulu mata. 1
 Glandula Moll
Merupakan modifikasi kelenjar keringat yang bermuara ke dalam satu
baris dekat bulu mata. 1

2.1.6.2 Tepian Posterior


Tepian palpebra superior berhubungan dengan bola mata dan sepanjang
tepian ini terpapat muara-muara kecil dari kelenjar sebasea yang telah dimodifikasi
(glandula Meibom). 1

2.1.6.3 Punctum Lacrimale


Pada ujung medial dari tepian posterior palpebra terdapat elevasi kecil
dengan lubang kecil di pusat yang terlihat pada palpebra superior dan inferior.

7
Punctum ini berfungsi menghantar air mata kebawah melalui kanalikulus terkait ke
sakkus lakrimalis. 1

2.2. Blefaritis
2.2.1 Definisi
Blefaritis adalah peradangan kronis pada palpebra dan margo palpebra.
Blefaritis dapat disebabkan oleh infeksi ataupun alergi yang biasanya berjalan kronis atau
menahun. Blefaritis alergi dapat terjadi akibat debu, asap, bahan kimia iritatif, dan bahkan
bahan kosmetik, sedangkan Blefaritis infeksi bisa disebabkan oleh kuman streptococcus alfa
atau beta, pneumococcus, pseudomonas, demodex folliculorum dan staphylococcus (melalui
demodex folliculorum sebagai vektor).1,2

Gambar 3 : Radang pada kelopak mata (blefaritis)


Sumber : Weinstock, Frank J., MD, FACS and Melissa Conrad Stöppler, MD. Eyelid
Inflammation “Blepharitis”

2.2.2 Epidemiologi
Blefaritis adalah gangguan mata yang umum di Amerika Serikat dan di seluruh
dunia. Hubungan yang tepat antara blefaritis dan kematian tidak diketahui, tetapi penyakit
dengan angka kematian yang dikenal, seperti lupus eritematosus sistemik, mungkin
terdapat blefaritis sebagai bagian dari gejala yang ditemukan. Morbiditas termasuk
kehilangan fungsi visual, kesejahteraan, dan kemampuan untuk melaksanakan aktivitas
kehidupan sehari-hari. Proses penyakit dapat mengakibatkan kerusakan pada pelupuk mata

8
dengan trichiasis, entropion notching, dan ectropion. Kerusakan kornea dapat
mengakibatkan peradangan, jaringan parut, hilangnya kehalusan permukaan, dan
kehilangan kejelasan penglihatan. Jika peradangan yang parah berkembang, perforasi
kornea dapat terjadi. Tidak ada studi yang diketahui menunjukkan perbedaan ras dalam
kejadian blefaritis. Rosacea mungkin lebih umum di orang berkulit putih, meskipun
temuan ini mungkin hanya karena lebih mudah dan sering didiagnosis pada ras ini.3
Blefaritis biasanya dilaporkan sekitar 5% dari keseluruhan penyakit mata yang ada
pada rumah sakit (sekitar 2-5% penyakit blefaritis ini dilaporkan sebagai penyakit penyerta
pada penyakit mata). Blefaritis lebih sering muncul pada usia tua tapi dapat terjadi pada
semua umur.4
Belum ditemukan penelitian yang dirancang untuk mengetahui perbedaan dalam
insiden dan klinis blefaritis antara jenis kelamin. Blefaritis seboroik lebih sering terjadi
pada kelompok usia yang lebih tua dengan usia rata-rata adalah 50 tahun.8 Akan tetapi
apabila dibandingkan dengan bentuk lain, blefaritis staphylococcal ditemukan pada usia
lebih muda (42 tahun) dan sebagian besar adalah wanita (80%).3

2.2.3 Klasifikasi Berdasarkan Anatomi


 Blefaritis Anterior
Blefaritis anterior merupakan radang bilateral kronik yang umum di tepi
palpebra. Ada dua jenis utamanya: stafilokokok dan seborreik. Blefaritis
stafilokok dapat disebabkan oleh infeksi Staphylococcus aureus, yang sering
ulseratif, atau Staphylococcus epidermidis (stafilokok koagulase-negatif).
Blefaritis seborreik (non-ulseratif) umumnya berkaitan dengan keberadaan
Pytirosporum ovale meskipun organisme ini belum terbukti menjadi
penyebabnya. Seringkali kledua jenis blefaritis timbul scara bersamaan (infeksi
campur). Seborrea kulit kepala, alis, dan telinga sering menyertai blefaritis
seborreik.2
Gejala utamanya adalah iritasi, rasa terbakar, dan gatal pada tepi palpebra.
Mata yang terkena “bertepi merah”. Banyak sisik atau “granulasi” terlihat
menggantung di bulu mata palpebra superior maupun inferior. Pada tipe

9
stafilokok, sisinya kering, palpebra merah, terdapat ulkus-ulkus kecil di tepi
palpebra, dan bulu mata cenderung rontok. Pada tipe seborreik, sisik berminyak,
tidak terjadi ulserasi, dan tepian palpebra tidak begitu merah. Pada tipe campuran
yang lebih umum, kedua sisik ada, tepian palpebra merah dan mungkin
berulkus.S. Aureus dan P. Ovale mungkin muncul bersamaan atau sendiri-sendiri
pada pulasan materi kerokan dari tepi palpebra. 1,2
Blefaritis Stafilokok dapat disertai komplikasi hordeolum, kalazion, keratitis
epitel sepertiga bawah kornea, dan infiltrat kornea marginal. Kedua bentuk
blefaritis anterior merupakan predisposisi terjadinya konjungtivitis berulang. 1,2
Kulit kepala, alis mata, dan tepi palpebra harus selalu dibersihkan, terutama
pada blefaritis tipe seborreik, dengan memakai sabun dan shampo. Sisik-sisik
harus dibersihkan dari tepi palpebra dengan kain basah dan shampo setiap hari.
Blefaritis stafilokok diobati dengan antibiotik antistafilokok atau pemberian
salep mata sulfonamide dengan aplikator kapas sekali sehari pada tepian palpebra.
1,2

Tipe seborreik dan stafilokok umumnya bercampur dan menjadi kronik


selang beberapa bulan atau tahun jika tidak diobati dengan memadai;
konjungtivitis atau keratitis stafilokok penyerta umumnya cepat teratasi setelah
pengobatan antistafilokok lokal. 1,2

 Blefaritis Posterior
Blefaritis posterior adalah peradangan palpebra akibat disfungsi kelenjar
meibom. Seperti blefaritis anterior, kelainan ini terjadi secara kronik dan bilateral.
Blefaritis anterior dan posterior dapat timbul secara bersamaan. Dermatitis
seboroik umumnya disertai dengan disfungsi kelenjar meibom. Kolonisasi atau
infeksi strain stafilokok dalam jumlah memadai sering disertai dengan penyakit
kelenjar meibom dan dapat menjadi salah satu penyebab gangguan fungsi kelenjar
meibom. Lipase bakteri dapat menimulkan peradangan pada kelenjar meibom dan
konjungtiva serta menyebabkan terganggunya film air mata. 1,2
Blefaritis posterior bermanifestasi dalam bermacam gejala yang mengenai
palpebra, air mata, konjungtiva, dan kornea. Perubahan pada kelenjar meibom

10
mencakup peradangan muara meibom (meibominanitis), sumbatan muara kelenjar
oleh sekret yang kental, pelebaran kelenjar meibom dalam kelenjar tarsus, dan
keluarnya sekret kuning kental seperti keju bila kelenjar itu dipencet. Dapat juga
timbul hordeolum dan kalazion. Tepi palpebra tampak hiperemis dan
telangiektasia. Palpebra juga membulat dan menggulung ke dalam sebagai akibat
parut pada konjungtiva tarsal; membentuk hubungan yang abnormal antara film
airmata prakornea dan muara-muara kelenjar meibom. Air mata mungkin berbusa
atau sangat berlemak. Hipersensitivitas terhadap stafilokok mungkin
menyebabkan keratitis epitelial. Kornea juga bisa membentuk vaskularisasi perifer
dan menjadi tipis, terutama di bagian inferior, terkadang dengan infiltrat marginal
yang jelas. Perubahan-perubahan makroskopik pada blefaritis posterior identik
dengan kelainan-kelainan mata yag ditemukan pada acne rosacea. 1,2
Terapi blefaritis posterior tergantung pada perubahan-perubahan di
konjungtiva dan kornea terkait. Peradangan yang jelas pada struktur-struktur ini
mengharuskan pengobatan aktif, termasuk terapi antibiotiksistemik dosis rendah
jangka panjang, biasanya doxycycline (100 mg dua kali sehari) atau erythromycin
(250 mg tiga kali sehari), tetapi juga berpedoman pada hasil biakan bakteri dari
tepi palpebra dan steroid topikal dengan antibiotik atau substitusi air mata
umumnya tidak perlu dan dapat berakibat bertambah rusaknnya film air mata atau
reaksi toksik terhadap bahan pengawetnya. 1,2
Pengeluaran isi kelenjar meibom secara periodik bisa membantu, khususnya
pada pasien dengan penyakit ringan yang tidak memerlukan terapi antibiotik oral
atau steroid topikal jangka panjang. Hordeolum dan kalazion yang dapat menjadi
komplikasi hendaknya diterapi dengan baik. 1,2

2.2.3 Klasifikasi Berdasarkan Etiologi


 Blefaritis Bakterial
Bila infeksi kelopak superfisial disebabkan oleh staphylococcus maka
pengobatan yang terbaik adalah dengan salep antibiotik seperti sulfasetamid dan
sulfisoksazol. Sebelum pemberian antibiotik krusta diangkat dengan kapas basah.
Bila terjadi blefaritis menahun maka dilakukan penekanan manual kelenjar

11
Meibom untuk mengeluarkan nanah dari kelenjar Meibom (Meibormianitis), yang
biasanya menyertainya. 1,2,5
Blefaritis stafilokokal ditandai dengan adanya sisik, krusta dan eritema pada
tepi kelopak mata dan collarette formation pada dasar bulu mata. Infeksi kronis
dapat disertai dengan eksasebasi akut yang mengarah pada terjadinya blefaritis
ulseratif. Dapat juga terjadi hilangnya bulu mata, keterlibatan kornea termasuk
erosi epitelial, neovaskularisai dan infiltrat pada tepi kelopak. 1,2

 Blefaritis Superfisial
Bila infeksi kelopak superfisial disebabkan oleh staphylococcus maka
pengobatan yang terbaik adalah dengan salep antibiotik seperti sulfasetamid dan
sulfisoksazol. Sebelum pemberian antibiotik krusta diangkat dengan kapas basah.
Bila terjadi blefaritis menahun maka dilakukan penekanan manual kelenjar
Meibom untuk mengeluarkan nanah dari kelenjar Meibom (Meibormianitis), yang
biasanya menyertainya. 1,2
Blefaritis stafilokokal ditandai dengan adanya sisik, krusta dan eritema pada
tepi kelopak mata dan collarette formation pada dasar bulu mata. Infeksi kronis
dapat disertai dengan eksasebasi akut yang mengarah pada terjadinya blefaritis
ulseratif. Dapat juga terjadi hilangnya bulu mata, keterlibatan kornea termasuk
erosi epitelial, neovaskularisai dan infiltrat pada tepi kelopak. 1,2

 Blefaritis Seboroik
Blefaritis sebore merupakan peradangan menahun yang sukar
penanganannya. Biasanya terjadi pada laki-laki usia lanjut (50 tahun), dengan
keluhan mata kotor, panas dan rasa kelilipan. 2
Gejalanya adalah sekret yang keluar dari kelenjar meibom, air mata berbusa
pada kantus lateral, hiperemia dan hipertropi papil pada konjungtiva. Pada
kelopak dapat terbentuk kalazion, hordeolum, madarosis, poliosis dan jaringan
keropeng. 2
Pasien dengan blefaritis sebore mempunyai sisik berminyak pada kelopak
mata depan, dan sering di antara mereka juga menderita dermatitis seboroik pada

12
alis dan kulit kepalanya. The American Academy of Dermatology mencatat bahwa
penyebab kondisi ini belum dipahami dengan baik. Tapi dermatitis sebore
terkadang muncul pada orang dengan sistem kekebalan yang lemah. Jamur atau
ragi jenis tertentu yang memakan minyak (lipid) di kulit juga dapat menyebabkan
dermatitis seboroik, dengan blefaritis menyertainya. 2
Pengobatannya adalah dengan memperbaiki kebersihan dan membersihkan
kelopak dari kotoran. Dilakukan pembersihan dengan kapas lidi hangat. Dapat
dilakukan pembersihan dengan nitras argenti 1%. Salep sulfonamid berguna pada
aksi keratolitiknya. 2
Kompres hangat selama 5-10 menit. Kelenjar Meibom ditekan dan
dibersihkan dengan shampo bayi. 2
Pada blefaritis sebore diberikan antibiotik lokal dan sistemik seperti
tetrasiklin oral 4 kali 250 mg.2
Penyulit yang dapat timbul berupa flikten, keratitis marginal, tukak kornea,
vaskularisasi, hordeolum dan madarosis. 2

 Blefaritis Skuamosa
Blefaritis skuamosa adalah blefaritis disertai terdapatnya skuama atau krusta
pada pangkal bulu mata yang bila dikupas tidak mengakibatkan terjadinya luka
kulit. Merupakan peradangan tepi kelopak terutama yang mengenai kulit didaerah
akar bulu mata dan sering terdapat pada orang yang berambut minyak. Blefaritis
ini berjalan bersama dermatitis seboroik.
Penyebab blefaritis skuamosa adalah kelainan metabolik ataupun oleh jamur.
Pasien dengan blefaritis skuamosa akan merasa panas dan gatal. Terdapat
sisik berwarna halus–halus dan penebalan margo palpebra disertai dengan
madarosis. Sisik ini mudah dikupas dari dasarnya tanpa mengakibatkan
perdarahan.
Pengobatannya ialah dengan membersihkan tepi kelopak dengan shampoo
bayi, salep mata, dan steroid setempat disertai dengan memperbaiki metabolisme
pasien. Penyulit yang dapat terjadi antara lain: keratitis, konjungtivitis.

 Blefaritis Ulseratif

13
Merupakan peradangan tepi kelopak atau blefaritis dengan tukak akibat
infeksi staphylococcus. Pada blefaritis ulseratif terdapat keropeng berwarna
kekunung-kuningan yang bila diangkat akan terlihat ulkus yang kecil dan
mengeluarkan darah di sekitar bulu mata. Pada blefaritis ulseratif skuama yang
terbentuk bersifat kering dan keras, yang bila diangkat akan luka dengan disertai
perdarahan. Penyakit bersifat sangat infeksius. Ulserasi berjalan lebih lanjut dan
lebih dalam dan merusak folikel rambut sehingga mengakibatkan rontok
(madarosis).
Pengobatan dengan antibiotik dan higiene yang baik. Pengobatan pada
blefaritis ulseratif dapat dengan sulfasetamid, gentamisin atau basitrasin. Biasanya
disebabkan stafilokok maka diberi obat staphylococcus. Apabila ulseratif luas
pengobatan harus ditambah antibiotik sistemik dan diberi roboransia.
Penyulit adalah madarosis akibat ulserasi berjalan lanjut yang merusak folikel
rambut, trikiasis, keratitis superfisial, keratitis pungtata, hordeolum dan kalazion.
Bila ulkus kelopak ini sembuh maka akan terjadi tarikan jaringan parut yang juga
dapat berakibat trikiasis.

 Blefaritis Angularis
Blefaritis angularis merupakan infeksi pada tepi kelopak disudut kelopak
mata atau kantus. Blefaritis angularis yang mengenai sudut kelopak mata (kantus
eksternus dan internus) sehingga dapat mengakibatkan gangguan padafungsi
punctum lakrimal. Blefaritis angularis disebabkan oleh Staphylococcus aureus
atau Moraxella lacunata.
Seringkali gejala yang muncul adalah kemerahan pada salah satu tepi kelopak
mata, bersisik, maserasi dan kulit pecah-pecah di kantus lateral dan medial, juga
dapat terjadi konjungtivitis folikuler dan papil. Biasanya kelainan ini bersifat
rekuren.
Blefaritis angularis diobati dengan sulfa (kloramfenikol, eritromisin),
tetrasiklin dan sengsulfat. Penyulit terjadi pada punctum lakrimal bagian medial
sudutmata yang akan menyumbat duktus lakrimal.

14
 Blefaritis Meibomianitis
Merupakan infeksi pada kelenjar Meibom yang akan mengakibatkan tanda
peradangan lokal pada kelenjar tersebut.
Meibomianitis menahun perlu pengobatan kompres hangat, penekanan dan
pengeluaran nanah dari dalam berulang kali disertai antibiotik local.

2.2.3 Diagnosis
Blefaritis dapat didiagnosis melalui pemeriksaan mata yang komprehensif.
Pengujian, dengan penekanan khusus pada evaluasi kelopak mata dan permukaan depan
bola mata, termasuk:
- Riwayat pasien untuk menentukan apakah gejala yang dialami pasien dan
adanya masalah kesehatan umum yang mungkin berkontribusi terhadap masalah
mata.
- Pemeriksaan mata luar, termasuk struktur kelopak mata, tekstur kulit dan
penampilan bulu mata.
- Evaluasi tepi kelopak mata, dasar bulu mata dan pembukaan kelenjar meibomian
menggunakan cahaya terang dan pembesaran.
- Evaluasi kuantitas dan kualitas air mata untuk setiap kelainan.

15
Gambar 21 : Algoritma untuk mendiagnosis pasien dengan kelopak mata merah
Sumber : Differential Diagnosis of the Swollen Red Eyelid, 2007

Kondisi yang berkaitan dengan blefaritis kronis:


1. Ketidakstabilan tear film ditemukan pada 30-50% pasien, mungkin sebagai
akibat dari ketidakseimbangan antara komponen cair dan lipid dari tear film
memungkinkan peningkatan penguapan. Waktu pemecahan tear film biasanya
berkurang.
2. Chalazion, yang mungkin multipel dan berulang, umumnya terjadi terutama
pada pasien dengan blefaritis posterior.

16
3. Penyakit membran epitel basal dan erosi epitel berulang dapat diperburuk oleh
blepharitis posterior.
4. Kulit:
 Jerawat rosacea sering dikaitkan dengan disfungsi kelenjar meibomian.
 Dermatitis seboroik terdapat pada>90% dari pasien dengan blefaritis
seboroik.
 Pengobatan acne vulgaris dengan isotretinoin dikaitkan dengan
perkembangan blepharitis pada sekitar 25% dari pasien; hal itu mereda
ketika pengobatan dihentikan.
5. Keratitis bakteri dikaitkan dengan penyakit sekunder permukaan okular untuk
blefaritis kronis.
6. Atopik keratokonjungtivitis sering dikaitkan dengan blefaritis stafilokokus.
Pengobatan blefaritis sering membantu gejala konjungtivitis alergi dan
sebaliknya.
7. Intoleransi lensa kontak. Pemakaian jangka panjang lensa kontak berhubungan
dengan penyakit tepi pelupuk mata posterior. Penghambatan gerakan tutup dan
ekspresi normal dari minyak meibomian bisa menjadi penyebabnya. Ada juga
mungkin terkait konjungtivitis giant papil membuat pemakaian lensa tidak
nyaman. Blefaritis juga merupakan faktor risiko untuk keratitis bakteriterkait
lensa kontak.

17
Tabel 2.1. Ringkasan Karakteristik Blefaritis
Sumber : Kanski in Clinical Ophthalmology edisi 7

Feature Anterior blefaritis Posterior


blefaritis
Staphylococcal Seborrhoeic

Lashes Deposit Hard Soft

Loss ++ +

Distorted or ++ +
trichiasis

Lid margin Ulceration +

Notching + ++

Cyst Hordeolum ++

Meibomian ++

Conjunctiva Phlyctenule +

Tear film Foaming ++

Dry eye + + ++

Cornea Punctate erosions + + ++

Vascularization + + ++

Infiltrates + + ++

Associated Atopic Seborrhoeic Acne rosacea


disease dermatitis dermatitis

18
2.2.4 Penatalaksanaan
Sebuah penanganan yang sistematis dan jangka panjang dalam menjaga kebersihan
kelopak mata adalah dasar dari pengobatan blefaritis. Dokter harus memastikan bahwa
pasien mengerti bahwa penanganan blefaritis adalah sebuah proses, yang harus dilakukan
untuk jangka waktu yang lama.8
Banyak sistem mengenai kebersihan kelopak mata, dan semua ini termasuk variasi
dari 3 langkah penting 8,9
1. Aplikasi panas untuk menghangatkan sekresi kelenjar kelopak mata dan untuk
memicu evakuasi dan pembersihan dari bagian sekretorik sangat penting. Pasien
umumnya diarahkan untuk menggunakan kompres hangat basah dan
menerapkannya pada kelopak berulang kali. Air hangat di handuk, kain kassa
direndam, atau dimasak dengan microwave, kain yang telah direndam dapat
digunakan. Pasien harus diinstruksikan untuk menghindari penggunaan panas
yang berlebihan.
2. Tepi kelopak mata dicuci secara mekanis untuk menghilangkan bahan yang
menempel, seperti ketombe, dan sisik, juga untuk membersihkan lubang kelenjar.
Hal ini dapat dilakukan dengan handuk hangat atau dengan kain kasa. Air biasa
sering digunakan, meskipun beberapa dokter lebih suka bahwa beberapa tetes
shampo bayi dicampur dalam satu tutup botol penuh air hangat untuk membentuk
larutan pembersih. Harus diperhatikan untuk menggosok-gosok lembut atau
scrubbing dari tepi kelopak mata itu sendiri, bukan kulit kelopak atau permukaan
konjungtiva bulbi. Menggosok kuat tidak diperlukan dan mungkin berbahaya.
3. Salep antibiotik pada tepi kelopak mata setelah direndam dan digosok. Umum
digunakan adalah salep eritromisin atau sulfacetamide. Salep antibiotik
kortikosteroid kombinasi dapat digunakan, meskipun penggunaannya kurang tepat
untuk pengelolaan jangka panjang.
Situasi klinis tertentu mungkin memerlukan pengobatan tambahan. Kasus refrakter
blefaritis sering respons dengan penggunaan antibiotik oral. Satu atau dua bulan penggunaan
tetrasiklin sering membantu dalam mengurangi gejala pada pasien dengan penyakit yang
lebih parah. Tetrasiklin diyakini tidak hanya untuk mengurangi kolonisasi bakteri tetapi juga

19
untuk mengubah metabolisme dan mengurangi disfungsi kelenjar. Penggunaan metronidazol
sedang dipelajari.
Disfungsi tear film dapat mendorong penggunaan solusi air mata buatan, salep air
mata, dan penutupan pungtum. Kondisi yang terkait, seperti herpes simplex, varicella-zoster,
atau penyakit kulit staphilokokal, bisa memerlukan terapi antimikroba spesifik berdasarkan
kultur. Penyakit seboroik sering ditingkatkan dengan penggunaan shampoo dengan
selenium, meskipun penggunaannya di sekitar mata tidak dianjurkan. Dermatitis alergi dapat
merespon terapi kortikosteroid topikal.
Konjungtivitis dan keratitis dapat menjadi komplikasi blefaritis dan memerlukan
pengobatan tambahan selain terapi tepi kelopak mata. Campuran antibiotik-kortikosteroid
dapat mengurangi peradangan dan gejala konjungtivitis. Infiltrat kornea juga dapat diobati
dengan antibiotik-kortikosteroid tetes. Ulkus tepi kelopak yang kecil dapat diobati secara
empiris, tetapi ulkus yang lebih besar, parasentral, atau atipikal harus dikerok dan spesimen
dikirim untuk diagnostik dan untuk kultur dan pengujian sensitivitas.
Serangan berulang dari peradangan dan jaringan parut dari blefaritis dapat
memngakibatkan penyakit kelopak mata posisional. Trichiasis dan notching kelopak dapat
mengakibatkan gejala keratitis berat. Trichiasis diobati dengan pencukuran bulu, perusakan
folikel melalui arus listrik, laser, atau krioterapi, atau dengan eksisi bedah. Entropion atau
ectropion dapat mengembangkan dan mempersulit situasi klinis dan mungkin memerlukan
rujukan ke ahli bedah oculoplastics.Perawatan bedah untuk blefaritis diperlukan hanya untuk
komplikasi seperti pembentukan kalazion, trichiasis, ektropion, entropion, atau penyakit
kornea.
Untuk blefaritis anterior, antibiotik natrium asam fusidic topikal, bacitracin atau
kloramfenikol digunakan untuk mengobati folikulitis akut tetapi terbatas dalam kasus-kasus
lama. Setelah kelopak dibersihkan salep harus digosok ke tepi kelopak anterior dengan
cotton bud atau jari yang bersih. Oral azitromisin (500 mg setiap hari selama tiga hari) dapat
membantu untuk mengontrol penyakit blefaritis ulseratif.
Pada blefaritis posterior, tetrasiklin sistemik merupakan andalan pengobatan tetapi
tidak boleh digunakan pada anak di bawah usia 12 tahun atau pada wanita hamil atau
menyusui karena disimpan dalam tulang dan gigi tumbuh, dan dapat menyebabkan noda

20
pada gigi dan hipoplasia gigi (eritromisin adalah alternatif). Alasan untuk penggunaan
tetrasiklin adalah kemampuan mereka untuk memblokir produksi lipase stafilokokal jauh di
bawah konsentrasi penghambatan minimum antibakteri. Tetrasiklin terutama diindikasikan
pada pasien dengan phlyctenulosis berulang dan keratitis tepi, meskipun berulang
pengobatan mungkin diperlukan. Contohnya: Oxytetracycline 250 mg b.d. selama 6-12
minggu, Doksisiklin 100 mg b.d. selama satu minggu dan kemudian setiap hari selama 6-12
minggu, Minocycline 100 mg sehari selama 6-12 minggu; (pigmentasi kulit dapat
berkembang setelah penggunaan jangka panjang). Erythromicin 250 mg perhari atau b.d
digunakan untuk anak-anak.

2.2.5 Komplikasi
Komplikasi yang berat karena blefaritis jarang terjadi. Komplikasi yang paling sering
terjadi pada pasien yang menggunakan lensa kontak. Mungkin sebaiknya disarankan untuk
sementara waktu menggunakan alat bantu lain seperti kaca mata sampai gejala blefaritis
benar-benar sudah hilang.
1. Mata merah : blefaritis dapat menyebabkan serangan berulang mata merah
(konjungtivitis).
2. Keratokonjungtivissica adalah kondisi dimana mata pasien tidak bisa
memproduksi air mata yang cukup, atau air mata menguap terlalu cepat. Ini bisa
menyebabkan mata kekurangan air dan menjadi meradang. Syndrome mata
kering dapat terjadi karena dipengaruhi gejala blefaritis, dermatitis seboroik, dan
dermatitis rosea, namun dapat juga disebabkan karena kualitas air mata yang
kurang baik
3. Ulserasi kornea: iritasi yang terus menerus dari kelopak mata yang meradang
atau salah arah bulu mata dapat menyebabkan goresan (ulkus) di kornea.
Blefaritis tidak mempengaruhi penglihatan pada umumnya, meskipun defisiensi
tear film kadang dapat mengaburkan penglihatan, menyebabkan berbagai
derajatpenglihatan berfluktuasi sepanjang hari.

21
2.2.6 Prognosis
Kebersihan yang baik (pembersihan secara teratur daerah mata) dapat mengontrol
tanda-tanda dan gejala blefaritis dan mencegah komplikasi. Perawatan kelopak mata yang
baik biasanya cukup untuk pengobatan. Harus cukup nyaman untuk menghindari
kekambuhan, karena blefaritis sering merupakan kondisi kronis. Jika blefaritis berhubungan
dengan penyebab yang mendasari seperti ketombe atau rosacea, mengobati kondisi-kondisi
tersebut dapat mengurangi blefaritis. Pada pasien yang memiliki beberapa episode blefaritis,
kondisi ini jarang sembuh sepenuhnya. Bahkan dengan pengobatan yang berhasil,
kekambuhan dapat terjadi.

22

Anda mungkin juga menyukai