PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kardiovaskuler terdiri dari dua suku kata yaitu cardiac dan vaskuler. Cardiac
yang berarti jantung dan vaskuler yang berarti pembuluh darah. Dalam hal ini
mencakup sistem sirkulasi darah yang terdiri dari jantung komponen darah dan
pembuluh darah. Pusat peredaran darah atau sirkulasi darah ini berawal dijantung,
yaitu sebuah pompa berotot yang berdenyut secara ritmis dan berulang 60-
100x/menit. Setiap denyut menyebabkan darah mengalir dari jantung, ke seluruh
tubuh dalam suatu jaringan tertutup yang terdiri atas arteri, arteriol, dan kapiler
kemudian kembali ke jantung melalui venula dan vena yang berfungsi memberikan
menyuplai oksigen dan nutrisi keseluruh jaringan tubuh yang di perlukan dalam
proses metabolisme tubuh. Sistem kardivaskuler memerlukan banyak mekanisme
yang bervariasi agar fungsi regulasinya dapat merespon aktivitas tubuh, salah
satunya adalah meningkatkan aktivitas suplai darah agar aktivitas jaringan dapat
terpenuhi. Pada keadaan berat, aliran darah tersebut, lebih banyak di arahkan pada
organ-organ vital seperti jantung dan otak yang berfungsi memelihara dan
mempertahankan sistem sirkulasi itu sendiri.
Jantung membawa darah yang mengandung oksigen dan zat gizi lainnya ke
jaringandan membawa darah ke paru-paru. Setelah darah kembali ke atrium kanan
dari vena cava selanjutnya mengalir melewati katup trikuspidalis ke ventrikel kanan,
selanjutnya dipompa melalui katup pumonalis ke dalam arteri pulmonalis dan
kapilerpulmonalis. Setelah darah dioksigenasi kemudian akan masuk ke atrium kiri
dan melalui katup mitral ke dalam ventrikel kiri dan selanjutnya dipompa ke dalam
aorta.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sistem kardiovaskuler merupakan sistem yang memberi fasilitas proses
pengangkutan berbagai substansi dari dan ke sel-sel tubuh. Sistem ini terdiri dari
organ penggerak yang disebut jantung, sistem saluran yang terdiri dari arteri yang
mergalirkan darah dari jantung, dan vena yang mengalirkan darah menuju jantung.
Anatomi Jantung
Terdapat selaput yang melapisi jantung yang disebut perikardium, terdiri dari
dua lapisan, yaitu perikardium parietalis yang merupakan lapisan luar melekat pada
tulang dada dan paru, perikardium viseralis merupakan lapisan permukaan jantung/
epikardium. Jantung manusia merupakan organ berongga yang memiliki 2 atrium dan
2 ventrikel. Ventrikel kanan dan kiri yang berfungsi sebagai ruang pompa utama.
Atrium kanan dan kiri berfungsi untuk memompa darah dari sirkulasi menuju ke
ventrikel.
Atrium merupakan saluran dan pompa pertama ke ventrikel, sementara
ventrikel berfungsi sebagai pompa utama. Ventrikel kanan menerima darah dari vena
sistemik (yang sedikit oksigen) dan memompa ke sirkulasi pulmonal , sementara
ventrikel kiri menerima darah dari vena pulmonal (yanag banyak oksigen) yang
memompa ke sirkulasi sistemik. Katup-katup jantung mengalirkan darah secara
2
langsung ke setiap bagian jantung. Kerja dari pompa jantung adalah kesatuan kerja
yang berlangsung secara elektrik dan mekanik.
Jantung terdiri dari otot-otot stria yang secara khusus dilindungi oleh jaringan
konektif dan tulang. Otot-otot jantung dibagi menjadi atrium, ventrikel, pacemaker,
serta sel-sel konduktif. Rangsangan secara alamiah dari otot-otot jantung itu sendiri
serta struktur yang unik membuat jantung berfungsi sebagai pompa yang sangat
efisien. Resistensi yang lambat terjadi berturut-turut antara sel-sel otot jantung itu
sendiri yang kemudian menjadi cepat dan menghantarkan aktifitas listrik pada setiap
bagian jantung.
Jantung memiliki sifat inotropik (kontraktil), dromotropik (konduktif),
kronotropik (ritmik), lusitropik (relaksasi) dan bathmotropik (mudah terangsang).
Aktifitas kontraksi jantung untuk memompa darah keseluruh tubuh selalu didahului
oleh aktifitas listrik. Aktifitas listrik jantung mulai dihantarkan dari sebuah atrium ke
atrium yang lain dan dari satu ventrikel ke ventrikel yang lain melalui sebuah jalur
konduksi spesifik. Aktifitas listrik ini dimulai pada nodus sinoatrial (nodus SA) yang
terletak pada celah antara vena cava superior dan atrium kanan. Pada nodus SA
mengawali gelombang depolarisasi secara spontan sehingga menyebabkan timbulnya
potensial aksi yang disebarkan melalui sel-sel otot atrium, nodus atrioventrikuler
(nodus AV), berkas His, serabut Purkinje dan akhirnya ke seluruh otot ventrikel
Gambar 1. Jantung
3
Dengan masuknya ion-ion ini, maka muatan listrik sepanjang membran mengalami
perubahan yang relatif. Terdapat 3 ion yang mempunyai fungsi penting dalam
elektrofisiologi sel yaitu : K+, Na+, dan Ca2+.
Membran sel otot-otot jantung secara normal permeabel untuk K+ tapi relatif
impermeabel untuk Na+. Membran yang mengandung Na+-K+ Adenosine
Triphosphate (ATP) mengandung konsentrasi K+ di dalam sel lebih tinggi dan
melakukan pertukaran dengan Na+yang lebih banyak berada di luar sel. Konsentrasi
sodium dalam sel dijaga agar tetap rendah, sedang konsentrasi potassium di dalam
sel dijaga agar tetap tinggi dibandingkan pada ruang ekstraseluler. Impermeabilitas
relatif dari membran untuk kalsium juga dijaga agar tetap tinggi diruang ekstrasel
untuk ke sitoplasma.
Potensial istirahat dari membran sel-sel ventrikel secara normal adalah -80
sampai dengan -90 mV. Dibanding dengan jaringan yang lain (otot skelet dan saraf)
ketika potensial membran sel menjadi negatif dan menghasilkan nilai yang rendah,
sebuah potensial aksi yang lebih karakteristik (depolarisasi) terjadi. Potensial aksi yang
segera terjadi pada membran sel otot-otot jantung menjadi +20 mV.
4
Dibandingkan dengan potensial aksi pada serabut saraf, puncak dari potensial
aksi pada jantung diikuti oleh adanya fase plateau yang berlangsung sekitar 0,2-0,3
detik. Jika pada potensial aksi otot skelet dan saraf ditandai oleh terbukanya fast
sodium channel pada membran sel, pada otot jantung ditandai tidak hanya oleh
terbukanya fast sodium channel (spike) saja tapi juga oleh pembukaan slow sodium
channel (plateau).
Depolarisasi juga terjadi melalui penurunan yang cepat pada permeabilitas
potassium. Dengan mengembalikan permeabilitas potassium pada keadaan normal dan
menutup sodium serta kalsium channel maka hal tersebut dapat membuat keadaan
potensial membran sel menjadi normal kembali.
5
Voltage-gate
Na+
T Ca2+
L Ca2+
K+
Keluar sementara
Seimbang kembali
Seimbang kembali dengan lambat
Ligand-gate K+ channel
Aktivasi Ca2+
Aktivasi Na+
ATP-sensitif
Aktivasi acetylcholine
Aktivasi asam arakhidonat
Mekanisme Kontraksi
Kontraksi dari sel-sel otot jantung adalah hasil interaksi dari dua overlapping
protein kontraktil yang kaku, aktin dan miosin. Protein-protein ini terikat pada
posisinya masing-masing dimana setiap sel berperan pada saat kontraksi maupun
relaksasi. Sel-sel memendek terjadi ketika dua protein berinteraksi secara penuh dan
menutupi satu sama lain. Interaksi ini secara normal dicegah oleh dua regulasi protein,
troponin dan tropomiosin ; troponin terdiri dari 3 subunit, tropinin I, troponin C dan
6
troponin T. Troponin mempengaruhi kerja aktin pada interval yang teratur, sedangkan
tropomiosin mempengaruhi pusat dari struktur aktin. Peningkatan konsentrasi kalsium
dalam sel (dari 10-7 menjadi 10-5 mol/L), meningkatkan kontraksi ion kalsium yang
terikat pada troponin C. Hasil perubahan yang sesuai dalam regulasi protein ini
mengeluarkan bagian aktif dari aktin yang menyertai interaksi dari jembatan miosin
(terjadi overlapping). Bagian aktif dari fungsi miosin sebagai magnesium yang
bergantung pada ATP-ase dimana aktifitasnya meningkat melalui peningkatan
konsentrasi kalsium dalam sel. Waktu terjadinya berlangsung secara berturut-turut dan
terjadi pelepasan pada jembatan miosin melalui bagian aktif pada aktin. Adenosin
Triphosphate (ATP) digunakan selama waktu tersebut. Relaksasi terjadi jika kalsium
secara aktif dipompa kembali ke dalam Retikulum Sarkoplasma melalui Ca2+-Mg2+
ATPase, hasilnya akan menurunkan konsentrasi kalsium dalam sel bersamaan dengan
kompleks Troponin-Tropomiosin untuk mencegah interaksi antara aktin dan miosin.
Rangkaian Eksitasi-Kontraksi
7
mempunyai 5 kali lebih besar daripada tubulus T pada otot rangka, yakni berarti
volumenya 25 kali lebih besar. Di dalam tubus T ditemukan sejumlah besar
mukopolisakarida yang bermuatan elektronegatif dan mengikat cadangan ion kalsium
yang sangat banyak agar ion kalsium selalu tersedia dan dapat berdifusi ke bagian
dalam serabut otot jantung saat terjadi potensial aksi pada tubulus T.
Kekuatan kontraksi otot jantung sangat bergantung pada konsentrasi ion
kalsium di dalam cairan ekstrasel karena calah tubulus T langsung melalui membran
sel otot jantung ke ruang ekstrasel yang mengelilingi sel sehingga cairan ekstraseluler
yang sama terdapat di dalam interstisium otot jantung melewati tubulus T. Hal ini akan
menyebabkan jumlah ion kalsium yang ada di dalam sistem tubulus T akan
menimbulkan kontraksi otot jantung.
Siklus Jantung
8
Gambar 3. Siklus Jantung
9
Gambar Siklus Normal Jantung. Catatan bahwa terjadi korespondensi antara kerja
elektrik dan mekanik.
Fungsi sistolik ventrikel berhubungan erat dengan curah jantung yang dapat
didefenisikan sebagai jumlah darah yang dipompakan oleh jantung per menit.
10
Disamping fungsi kedua ventrikel secara berurutan, keluaran ventrikel secara normal
juga seimbang. Curah jantung dapat digambarkan sebagai berikut :
Dimana CI adalah Cardiac Indeks dan BSA adalah total dari permukaan
tubuh. BSA biasanya digunakan berdasarkan BB dan TB. Normal CI adalah 2,5-4,2
liter/menit/m2. Karena Cardiac Indeks (CI) yang normal mempunyai range yang luas,
maka hal ini secara relatif tidak sensitif untuk mengetahui ukuran ventrikel. Meski
demikian kelainan pada CI sebagian besar menggambarkan kelainan pada ventrikel.
Penilaian Fungsi Ventrikel untuk melihat curah jantung atau isi sekuncup
dibanding preload dalam penggunaannya untuk mengevaluasi keadaan patologik dan
memahami terapi obat-obatan.
11
mencerminkan fungsi sistole sedang yang lainnya lebih mencerminkan fungsi
diastole. Untuk beberapa keadaan yang diberikan kontraktilitas, setelah ESP berada
pada garis yang sama, contohnya, hubungan antara End-Sistole Volume dan End
Sistolic pressure adalah konstan.
Fraksi Ejeksi
Fraksi ejeksi (EF) adalah bagian dari darah yang dikeluarkan oleh ventrikel
kiri selama kontraksi atau fase ejeksi dari siklus jantung atau sistol. Fraksi ejeksi
ventrikel, fraksi dari volume akhir diastolik ventrikel banyak digunakan di klinik
untuk mengetahui fungsi sistolik. EF dapat dihitung dengan rumus berikut :
EF = EDV-ESV
EDV
Dimana EDV adalah volume diastolik ventrikel kiri dan ESV adalah volume
akhir sistolik. EF yang normal diperkirakan 0,67 ± 0,08. Pengukuran ini dapat dibuat
pada saat preoperatif dari kateterisasi jantung, studi radionukleotide atau transthoracic
(TEE). Kateter arteri pulmonal dengan pengukuran cepat berupa respon suhu disertai
pengukuran EF ventrikel kanan. Sayangnya, peningkatan resistensi arteri pulmonal,
menurunkan EF pada ventrikel kanan, dapat mencerminkan afteload daripada
kontraktilitas.
Denyut Jantung
12
Gambar Hubungan antara denyut jantung dan Cardiac Indeks
Isi Sekuncup
Preload
Afterload
Kontraktilitas
Disfungsi Katup
Preload
13
atau mungkin malah mengalami penurunan. Pemanjangan yang berlebihan dari
ventrikel yang lain menyebabkan dilatasi berlebihan dan inkompetensi dari katup-
katup AV.
Afterload
Sirkumferensial stress = P x R
2xH
14
Dimana P adalah tekanan dalam ventrikel, R adalah jari-jari ventrikel dan H
adalah tebal dinding ventrikel. Meskipun normalnya ventrikel biasanya berbentuk
ellips, hubungan ini masih sering digunakan. Peningkatan jari-jari ventrikel,
peningkatan tekanan pada dinding ventrikel dapat meningkatkan tekanan ventrikel.
Jadi, penebalan dinding ventrikel menurunkan tekanan pada dinding ventrikel. Cardiac
output berhubungan terbalik dengan afterload. Karena dindingnya lebih tipis, ventrikel
kanan lebih sensitif terhadap perubahan dari afterload.
Dimana MAP adalah tekanan arteri rata-rata dalam milimeter merkuri, CVP
adalah tekanan vena sentral dalam milimeter merkuri dan CO adalah curah jantung
dalam liter per menit. Normal SVR adalah 900 – 1500 dynes.detik.cm-5. Tekanan darah
systole dapat digunakan sebagai taksiran dari overload ventrikel kiri pada keadaan
perubahan secara kronik dalam ukuran, bentuk atau penebalan dinding ventrikel atau
perubahan secara akut pada resistensi vaskuler sistemik. Beberapa ahli klinik
menggunakan CI. CO dihitung dalam Indeks Resistensi Vaskuler Sistemik (SVRI), jadi
SVRI = SVR x BSA.
Afterload ventrikel kanan sebagian besar bergantung pada resistensi pada
pulmonum digambarkan dengan persamaan :
Dimana PAP adalah tekanan rata-rata arteri pulmonal dan LAP adalah
tekanan atrium kiri. Dalam prakteknya, PCWP biasanya digunakan untuk
memperkirakan LAP. Normal PVR adalah 50-150 dyne.sec.cm-5.
15
Curah jantung berhubungan dengan afterload. Ventrikel kanan lebih sensitif
mengalami perubahan pada keadaan afterload dibanding ventrikel kiri karena bentuk
dindingnya lebih tipis.
Kontraktilitas
16
Perubahan pada tekanan ventrikel selama sistole (dP/dt) didefenisikan
sebagai derivat pertama dari kurva tekanan ventrikel dan seringkali digunakan sebagai
pengukuran untuk kontraktilitas. Kontraktilitas secara langsung proportional untuk
dP/dt, tapi pengukuran yang akurat dan nilai ini dibuktikan dengan kateter ventrikel
yang mempunyai nilai akurasi tinggi. Meskipun nilai tekana arteri menyimpang dari
puncak pembuluh darah, nilai awal dari munculnya tekanan (kemiringan) dapat
diguanakan sebagai perkiraan kasar ; lebih proportional dari kateter pada cabang-
cabang arteri, maka kita mendapatkan ekstrapolasi yang akurat. Penggunaan dari
dP/dt juga terbatas karena dipengaruhi oleh preload, afterload dan curah jantung.
Variasi faktor-faktor koreksi dapat digunakan untuk kesuksesan yang terbatas.
Sirkulasi Sistemik
17
vasodilator (misalnya nitric oxyde, prostacycline (PGI2), vasokonstriksi (misalnya
endothelin, Thromboxan A2), anti koagulan (misalnya thrombomodulin, protein C),
fibrinolitik (tissue plasminogen aktivator) dan faktor-faktor yang menghambat
aggregasi platelet (nitricoxyde dan PGI2).
18
Area vasodilator, yang berlokasi pada bagian atas medulla, juga adrenergik
tapi berfungsi sebagai saraf penghambat yang berada diatas area vasokonstriktor.
Kelaurnya vasomotor dimodifikasi dari impuls melalui sistem saraf pusat, dan area
lainnya dari batang otak. Area dipostlateral medulla menerima input dari vagal dan
nervus glossopharingeus dan memainkan peranan penting dalam memediasi berbagai
macam refleks sirkulasi. Sistem simpatis secara normal menjaga beberapa
vasokonstriksi pembuluh darah. Hal ini akan hilang jika terjadi pada simpatektomi
yang sering menyebabkan terjadinya hipotensi perioperatif.
Aliran darah sistemik adalah pulsatil pada arteri-arteri besar karena aktifitas
siklik jantung. Hal ini akan meningkatkan kapiler seistemik, aliran yang kontinyu
(laminar). Rata-rata tekanan pada arteri besar, normal adalah 95 mmHg, dapat jatuh
hampir mendekati nol pada vena sistemik besar yang akan mengalirkan darah kembali
ke jantung. Tekanan akan drop, mendekati 50 %, melalui arteriole-arteriole yang
dihitung pada sebagian besar SVR.
MAP adalah pengukuran yang dihasilkan dari SVR x CO. Hubungan ini
berdasarkan analogi dari hukum ohm yang diaplikasikan pada sirkulasi :
MAP-CVP SVR x CO
Dimana tekanan nadi adalah perbedaan antara tekanan sistolik dan tekanan
distolik. Tekanan nadi arteri secara langsung berhubungan dengan isi sekuncup tapi
berlawanan secara proporsional dengan komplians dari percabangan artery. Dengan
demikian, penurunan tekanan nadi dapat juga mengacu pada penurunan volume
sekuncup, peningkatan SVR atau keduanya.
19
Transmisi gelombang arteri dari arteri besar ke arteri kecil di perifer lebih
cepat daripada kecepatan aliran darah, perjalanan gelombang tersebut berkisar 15 x
kecepatan darah pada aorta. Bagaimanpun, gambaran dari gelombang tekanan nadi
yang dipancarkan pada dinding arteri yang luas sebelum gelombang pulsa secara
lengkap mengecil pada arteri-arteri kecil.
Autoregulasi
20
DELIVERY OKSIGEN
1. Definisi
Oksigenasi adalah pemenuhan akan kebutuhan oksigen (O2). Dalam keadaan biasa
manusia membutuhkan sekitar 300 cc oksigen setiap hari (24 jam) atau sekitar 0,5 cc tiap
menit. Respirasi berperan dalam mempertahankan kelangsungan metabolisme sel
sehingga di perlukan fungsi respirasi yang adekuat. Respirasi juga berarti gabungan
aktifitas mekanisme yang berperan dalam proses suplai O2 ke seluruh tubuh dan
pembuangan CO2 (hasil pembakaran sel).
Oksigen bergerak ke bawah tekanan atau konsentrasigradien dari tingkat yang relatif
tinggi di udara, ke tingkatdi saluran pernapasan dan kemudian gas alveolar, darah arteri,
kapiler dan akhirnya sel (lihat Gambar1). PO2 mencapai level terendah (1-1.5kPa)
dimitokondria, struktur dalam sel yang bertanggung jawab untuk produksi energi.
Penurunan PO2 dari udara kemitokondria dikenal sebagai kaskade oksigen. Penurunan
PO2ini terjadi karena alasan fisiologis, tetapi juga dapat dipengaruhi oleh keadaan
patologis, misalnya hipoventilasi, ventilasi perfusi ketimpangan, atau difusi kelainan,
yangakan mengakibatkan hipoksia jaringan.
21
dilembabkan oleh saluran pernapasan atas. Kelembaban dibentuk dari uap air yang
merupakan gas, sehingga menghasilkan tekanan. Pada 37°C tekanan uap air ditrakea
adalah 6.3kPa. Mengambil tekanan uap air ke dalam perhitungan, PO2 dalam trakea saat
menghirup udara (101-6,3) x 21/100 =19.9kPa sehingga pada saat oksigen telah mencapai
alveoli PO2 turun menjadi sekitar 13.4kPa. Hal ini karena PO2gas dialveoli (PaO2)
kemudian dikurangi dengan pengenceran dengan karbon dioksidamemasuki alveoli dari
kapiler paru. PaO2 dapatdihitung dengan menggunakan persamaan gas alveolar:3
Difusi
Oksigen berdifusi dari alveolus ke kapiler pada keadaan PCO2sama dengan yang
di alveolus. Proses ini berlangsung cepat (sekitar 0.25detik)dan biasanya selesai pada
saat darah telah berlalu sekitar sepertiga dari jalan sepanjang paru kapiler. Total waktu
transitmelalui kapiler adalah 0.75detik. Dalam paru-paru normal, bahkan jika curah
jantung dan aliran darahmelewati alveoli meningkat selama latihan, ada cukup waktu
untuk equilibrium.Penyakit paru dapat menyebabkankelainan membran alveolar-
kapiler, sehingga merusaktransfer oksigen dari alveolus ke kapiler (difusikelainan).
Pada saat istirahat mungkin masih ada waktu untuk PaO2 untukmenyeimbangkan
22
dengan oksigen alveolar, tetapi pada saat latihan mentransfer oksigen penuhadalah
mustahil dan hipoksemia berkembang. Namun,kemampuan paru-paru untuk
mengkompensasi besar dan masalah yang disebabkan oleh difusi gas sedikit adalah
penyebab yang jarang untuk hipoksia, kecuali dengan penyakitseperti fibrosis alveolar
3. Delivery Oksigen
Sistem sirkulasi bekerja sama dengan sistem respirasi dalam transport oksigen
dari udara luar ke sel mitokondria. Oksigen dalam darah diangkut dalam bentuk
terikat dengan Hb dan terlarut dalam plasma.Setiap 100 cc darah yang meninggalkan
kapiler paru membawa oksigen kira-kira 20 cc, dimana hanya 3% yang dibawa
terlarut dalam plasma. Oksigen diikat oleh Hb terutama oleh ion Fe dari unit heme.
Masing-masing unit heme mampu mengikat 4 molekul oksigen untuk membentuk
oksihemoglobin dimana ikatannya bersifat reversible. Setiap eritrosit mempunyai 280
juta molekul Hb, dimana setiap molekul Hb memiliki 4 unit heme. Setiap eitrosit
dapat membawa miliaran molekul oksigen.
Bila PaO2 tinggi, seperti dalam kapiler paru oksigen berikatan dengan Hb, bila
PaO2 rendah seperti dalam kapiler jaringan oksigen dilepas dari Hb.utama Fungsi
sistem respirasi adalah mempertahankan tekanan partiel O2 dan CO2 dalam darah
arteri sedekat mungkin kenormal,dalam keadaan tertentu. Adekuat tidaknya fungsi
respirasi diukur dengan nilai PaO2 dan PaCO2 sedangkan cara lain hanya bisa menilai
tidak adekuatnya fungsi repirasi tetapi tidak menjamin adekuatnya fungsi respirasi.
23
Untuk dapat mengetahui kapasitas angkut oksigen dengan jelas harus
diketahui afinitas oksigen untuk jaringan maupun pengambilan oksigen oleh paru.
Ketika eritrosit melalui kapiler alveoli; oksigen akan berdifusi ke plasma dan
meningkatkan PaO2 dan berikatan dengan Hb.
Menurut rumus :
𝑔𝐻𝑏𝑂2
𝑆𝑎𝑂2 = × 100%
𝐻𝑏 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
Rumus diatas diperlukan untuk mencari tahu faktor mana yang perlu dikoreksi
agar DO2 terpenuhi. Hubungan antara SaO2 (sebagai ordinat) dan PaO2(sebagai absis)
dalam satu kurva berbentuk S disebut kurva disosiasi oksihemoglobin.
Pada PaO2 100 mmHg maka SaO2 97% dan bila PaO2 27 mmHg maka SaO2
50%.PaO2 27 mmHg disebut P50 artinya pada tekanan partiel tersebut Hb mengikat
24
O2 hanya 50%, bila P50 diatas 27 mmHg maka artinya diperlukan PaO2 yang lebih
tinggi untuk mengikat O2 dimana kurva bergeser kekanan dan sebaliknya kurva
bergeser kekiri mudah mengikat O2 tetapi sulit melepaskannya kejaringan.
Setiap melihat data O2 dalam darah sebaiknya mempelajari arti point-point tertentu
pada kurva disosiasi oksihemoglobin.
80 95 Orang tua
25
a. Peninggian konsentrasi CO2.
b. Peninggian temperatur darah
c. Peninggian 2,3 difosfogliserat(DPG) dalam darah
Ketika mempertimbangkan kecukupan pengiriman oksigen ke jaringan,
tigafaktor perlu dipertimbangkan: kadar hemoglobin,curah jantung dan oksigenasi.
Jumlah oksigen yang tersedia untuk tubuh dalam satu menitdikenal sebagai
pengiriman oksigen.
Konsumsi Oksigen
Sekitar 250 ml oksigen yang digunakan setiap menit oleh orang istirahat sadar
(konsumsi oksigen istirahat) dan sekitar 25% dari kandungan oksigen arteri digunakan
setiap menit. Hemoglobin dalam darah vena campuran adalah sekitar 73% jenuh
(98%minus 25%).Pada saat istirahat, pengiriman oksigen ke sel-sel tubuh melebihi
konsumsi oksigen. Selama latihan, oksigen meningkatkan konsumsi. Peningkatan
kebutuhan oksigen biasanya disediakan oleh peningkatan cardiac output Jantung yang
outputnya rendah, rendahnya kadar hemoglobin (anemia) atau saturasi oksigen rendah
akan mengakibatkan berkurangnya pengiriman oksigen jaringan, kecuali ada
perubahan kompensasi dalam salah satu faktor lainnya.
Jika pengiriman oksigen jatuh relatif terhadap konsumsi oksigen, jaringan
mengekstrak lebih banyak oksigen dari hemoglobin dan saturasi darah vena campuran
turun di bawah 70%. Di bawah titik tertentu, menurunnya pengiriman oksigen tidak
dapat dikompensasi oleh peningkatan oksigenekstraksi, dan ini hasil dalam
metabolisme anaerob dan laktatasi dosis. Situasi ini dikenal sebagai oksigenasi
supply-dependent.
26
4. Pengangkutan Pernafasan Gas di dalam Darah.
A. Oksigen
Oksigen dibawa darah di dalam dua bentuk, solusi yang dihancurkan dan di
dalam bentuk gabungan yang kembali dengan hemoglobin.
Oksigen yang Dihancurkan
Jumlah oksigen yang dihancurkan darah dapat diperoleh dari Hukum Henry' S,
yang mana konsentrasidari segala gas di dalam larutan adalah sebanding ke
tegangan sebagiannya.Rumusnya sebagai berikut:
gas konsentrasi = αx Partial pressure '
Dimana α = koefisien daya larut gas untuk larutan yang ditentukan pada
temperature
Jenis sel utama penyusun sirkulasi mikro adalah sel endotel yang terdapat di
dalam lapisan dalam pembuluh darah mikro, sel otot polos (terutama di arteriole), sel
darah merah, leukosit, dan komponen plasma dalam darah. Struktur dan fungsi dalam
sirkulasi mikro sangat heterogen dan berbeda untuk tiap sistem organ.10,11 Secara umum,
27
tekanan, tonus pembuluh darah, hemorheologi, dan patensi pembuluh kapiler merupakan
faktor-faktor penentu aliran darah pada pembuluh darah kapiler.10 Pengukuran
hemodinamik umum hanya mencerminkan sebagian kecil dari total aliran darah dalam
tubuh. Sirkulasi mikro, dengan permukaan endotel yang luas, sebenarnya merupakan
organ terluas dalam tubuh manusia. Pada praktek klinisnya, perfusi sirkulasi mikro
diukur dari beberapa aspek seperti warna, capillary refill, dan suhu pada organ-organ
distal (jari, ibu jari kaki, daun telinga, hidung).7
Pada teori shunting ini, koreksi harus dilakukan dengan penyelamatan unit
sirkulasi mikro yang ter-shunting. Dengan menerapkan strategi pembukaan sirkulasi
mikro dapat diharapkan memperbaiki aliran sirkulasi mikro dengan meningkatkan
tekanan pada sirkulasi mikro dan atau menurunkan afterload pembuluh kapiler.7
28
DAFTAR PUSTAKA
1. Morgan EG, Mikhail MS, Murray MJ. Clinical Anesthesilogy 4 th ED 2006; 27:413.
4. Guyton A.C and J.E. Hall 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9.Jakarta:
EGC.
6. Mc. Lellan, S.A. 2004. Oxygen delivery and haemoglobin. The Journal Oxford of
Anaesthesia. (diakses dari http://www.medscape.com/viewarticle/559763
7. Reinhardt K, Bloos K, Brunkhorst FM. Pathophysiology of Sepsis And Multiple
Organ Dysfunction. In: Fink MP, Abraham E, Vincent JL, eds. Textbook of critical
care. 15th ed. London: Elsevier Saunders Co; 2005. p.1249-57.
29