Anda di halaman 1dari 33

DEFINISI

Demam tifoid adalah suatu penyakit sistemik yang


ditandai oleh demam dan nyeri abdomen serta
disebabkan oleh bakteri S. typhi atau S. paratyphi.

ETIOLOGI
• Salmonella : genus dari famili Enterobacteriaceae.
• Kuman lain Salmonella serotipe Paratyphi A, B dan C.
• Bakteri mati pada dengan pemanasan (suhu 60o C) selama 15
– 20 menit, pasteurisasi, pendidihan, dan khlorinisasi.
• Masa inkubasi 7 – 14 hari, ada juga 3 – 30 hari
• Salmonella
– bent batang, gram (-),
– anaerob fakultatif, tidak berkapsul dan hampir selalu motil dengan
menggunakan flagela peritrikosa, yang menimbulkan dua atau lebih
bentuk antigen H.
• S. typhi memiliki 3 antigen :
– antigen H (flagella)
• terletak pada flagella, fimbriae
atau pili dari bakteri.
• Antigen ini mempunyai struktur
kimia suatu protein dan tahan
terhadap formaldehid tetapi tidak
tahan terhadap panas alkohol.
– antigen O (somatik)
• lapisan luar dari tubuh bakteri.
• Bagian ini mempunyai struktur kimia
lipopolisakarida atau disebut juga
endotoksin.
• Antigen ini tahan terhadap panas
dan alkohol tetapi tidak tahan
terhadap formaldehid
– antigen Vi (virulen) capsular.
• terletak pada kapsul (envelope)
dari bakteri yang dapat melindungi
bakteri terhadap fagositosis
• Selain itu, S. typhi juga dapat
menghambat proses aglutinasi
antigen O oleh anti O serum.
• Infeksi umumnya disebarkan melalui • Chronic Carrier
jalur fekal-oral  higiene dan sanitasi
– orang yang sembuh dari
yang buruk melalui makanan yang
terkontaminasi kuman yang berasal dari demam tifoid dan masih terus
tinja, kemih atau pus yang positif mengekskresi Salmonella typhi
• Oleh karena penyebab demam tifoid dalam feses dan urine selama
secara klinis hampir selalu Salmonella > 1 tahun.
yang beradaptasi pada manusia  – > 50 tahun, lebih sering pada
carrier perempuan, dan sering
menderita batu empedu.
• Confirmed Case
– S. typhi @ batu empedu secara
– Seorang pasien dengan demam
intermiten mencapai lumen
terus-menerus (38°C atau lebih)
yang bertahan 3 hari atau lebih,
usus dan diekskresikan ke feses,
dengan organisme S. typhi yang sehingga mengkontaminasi air
dikonfirmasi laboratorium (darah, atau makanan
sumsum tulang, cairan usus) – Pada penderita demam tifoid
• Probable Case yang telah sembuh setelah 2 –
– Seorang pasien dengan demam 3 bulan masih dapat
persisten (38°C atau lebih) yang ditemukan bakteri S. typhi di
berlangsung selama 3 hari atau tinja atau urin.
lebih, dengan tes deteksi sero-
diagnosis atau antigen yang positif • Penderita ini disebut karier
namun tidak ada isolasi S. typhi. pasca penyembuhan.
Patofisiologi

Bila respon imunitas humoral


Makanan masuk mukosa (IgA) kurang baik
maka kuman menembus sel M
bersama kuman dan selanjutnya ke lamina
S.typhi propia.

Kemudian ke Dibawa ke
KGB mesenterika Di fagosit oleh makrofag.
plak Peyeri Berkembang biak di
di ileum dalam makrofag.
distal
Melalui Duktus
torasikus kuman
masuk ke aliran
Bakteremia 1 Seluruh organ RE
darah
asimtomatik terutama hati,limpa
Perjalanan Penyakit Demam Tifoid

Masa inkubasi Fase invasif Fase tifoid Penyembuhan


Asimtomatik Demam Demam menetap Karier
Nyeri kepala Bradikardi Relaps
Lesu,lelah Hepatomegali
Tidak enak di perut Splenomegali
Konstipasi Konstipasi
Diare Diare

Komplikasi
400C
370C

Hari -15 Hari 0 Hari 7 Hari 21

Mulai demam
Manifestasi Klinis

Demam Tifoid
Masa inkubasi 7 – 20 hari
Penularan penyakit Perlahan – lahan
Demam Lambat, meningkat pada sore dan
malam hari, bersifat step ladder
temperature chart
Gejala – gejala gastrointestinal & Konstipasi, kemudian diare
penyerta Nyeri kepala, malaise, anoreksia,
nausea, myalgia, Lidah ‘kotor’ atau
tifoid tongue

Biakan darah 90 % (+) dalam minggu 1 -2 sakit


Turun menjadi 50 % pada minggu
ke-3
Biakan tinja (+) mulai akhir minggu ke-2, negatif
pada minggu ke-1 (60-70% kasus)
GAMBARAN KLINIS
Disease Symptoms Signs
period
1st week Fever, chills gradually, Abdominal tenderness
increase & persistent,
headache
2ndweek Rash, abdominal pain, Rose spot,
diarrhea or constipation splenomegaly,
hepatomegaly

3rd week Complication of intestinal Melena, ileus, rigid


bleeding & perforation, abdomen, coma
shock
Anamnesis

• Gejala klinik yang pertama • Gangguan sistem


timbul disebabkan oleh retikuloendotelial
bakteri yang mengakibatkan • Kelainan hematologi,
gejala toksik umum gangguan faal hati dan nyeri
– Letargi, sakit kepala, perut.
demam dan bradikardia. • Kelompok gejala lainnya
– Demam khas dgn disebabkan oleh komplikasi
peningkatan suhu setiap seperti ulserasi di usus dengan
hari seperti naik tangga penyulitnya.
sampai dengan 40 atau • Masa tunas biasanya 5-14
410C, yang dikaitkan hari, tetapi dapat dapat
dengan nyeri kepala, sampai lima minggu.
malaise, anoreksia dan
menggigil.
– Demam menetap yang
persisten (4 sampai 8
minggu pada pasien
yang tidak diobati
Mgg 1 Mgg 2 – Mgg 3
• Demam remitten berangsur-angsur naik • Demam kontinu
(suhu berkisar 39-40o C), terutama pada – Demam terus-menerus tinggi dan
sore dan malam hari kemudian turun secara lisis.
• Nyeri kepala, pusing, anoreksia, mual, – Demam tidak hilang dengan
muntah, batuk kering dan tidak jarang antipiretik, tidak menggigil, tidak
ditemukan epistaksis. berkeringat, dan kadang disertai
• Ada rasa tidak enak / nyeri pada perut. epistaksis
• Konstipasi sering ada, namun diare juga • Ggn kes : Selain letargi, somnolen,
ditemukan. stupor, koma, delirium, atau psikosis,
– Obstipasi pada minggu I. koma akibat endotoksemia.
– Diare pada minggu II (peas soup • Bradikardi relatif
diare). Karena peradangan kataral – (bradikardi relatif adalah
dari usus, sering disertai dengan peningkatan suhu 1o C tidak diikuti
perdarahan dari selaput lendir usus, peningkatan denyut nadi 8 kali per
terutama ileum. menit)
• Lidah yang berselaput (kotor di tengah,
tepi dan ujung merah serta tremor),
• hepatomegali, splenomegali,
meteorismus
Pemfis
– Demam yang tinggi.
– TTV :
• Kesadaran : dapat menurun
• Bradikardia relatif.
– Lidah Tifoid
• bagian tengah kotor dan bagian pinggir hiperemis
– Jantung membesar dan lunak.
– Kelainan makulopapular berupa roseola (rose spot) d= 2-5 mm terdapat pada kulit
perut bagian atas dan dada bagian bawah.
• Rose spot tersebut agak meninggi dan dapat menghilang jika ditekan. Kelainan
yang berjumlah kurang lebih 20 buah ini hanya tampak selama 2-4 hari minggu
pertama.
– Perut distensi disertai dengan nyeri tekan perut.
– Hepatosplenomegali.
• Spleno : akhir minggu ke I sampai minggu ke III,
• Hepato : minggu ke II sampai dengan masa konvalesens.
– Bila Perforasi
• Tekanan sistolik yang menurun,
• kesadaran menurun,
• suhu badan naik,
• nyeri perut dan defens muskuler akibat rangsangan
peritoneum.
– Perdarahan usus sering muncul sebagai anemia.
• Pada perdarahan hebat mungkin terjadi syok hipovolemik.
• Kadang ada pengeluaran melena atau darah segar.
– Bila peritonitis difusa akibat perforasi usus,
• Perut tampak distensi,
• bising usus hilang,
• pekak hati hilang dan perkusi daerah hati menjadi timpani.
• colok dubur terasa sfingter yang lemah dan ampulanya
kosong.
• Penderita biasanya mengeluh nyeri perut, muntah dan kurva
suhu-denyut nadi menunjukkan tanda salib maut
– Pemeriksaan radiologi menunjukkan adanya udara bebas di
bawah diafragma, sering disertai gambaran ileus paralitik.
DIAGNOSS
• Hematologi Rutin
• Biakan Salmonella typhi
• Mikrobiologi
– Gall Culture (gold standard) :
- Spesimen darah
- Spesimen Feses
- Spesimen urine
• Serologis Widal
• Uji TUBEX
• Uji Typhidot
– ELISA Salmonella typhi/paratyphi
IgG dan IgM
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Laboratorium
• Leucopenia (± 3000-8000/mm³/ (< 4.500/ mm3) ok depresi sumsum tulang oleh
endotoksin dan mediator endogen yang ada, leukosit normal atau leukositosis.
• anemia ringan dan trombositopenia.
– Berhub dengan produksi yang menurun dan destruksi yang meningkat oleh sel-sel
RES.
– Anemia juga prod hb yang menurun dan adanya perdarahan intestinal yang tak
nyata (occult bleeding).
– Perlu diwaspadai bila terjadi penurunan hemoglobin secara akut pada minggu ke
3-4, karena bisa disebabkan oleh perdarahan hebat dalam abdomen.
• Diff count : menunjukkan shift to the left , aneosinofilia maupun limfopenia.
• LED meningkat.
• SGOT dan SGPT seringkali meningkat, tetapi akan kembali menjadi normal setelah
sembuh. Kenaikan SGOT dan SGPT tidak memerlukan penanganan khusus.

• Kultur :
– Kultur Salmonella typhi dari darah pada minggu pertama positif pada 90% penderita,
akhir minggu ketiga positif pada 50% penderita.
– Specimen untuk biakan dapat diambil dari darah, sumsum tulang, feses, dan urin.
– Spesimen darah : minggu I sakit saat demam tinggi.
– Spesimen feses dan urin : minggu ke II dan minggu-minggu selanjutnya.
– Pembiakan memerlukan waktu kurang lebih 5-7 hari.
• Pemeriksaan Serologis
– Widal : suatu reaksi aglutinasi antara antibodi (aglutinin) dan antigen yang bertujuan
untuk menentukan adanya antibodi.
– Aglutinin O mulai dibentuk pada akhir minggu pertama demam sampai puncaknya
pada minggu ke 3-5, bertahan sampa lama 6-12 bulan.
– Aglutinin H mencapai puncak lebih lambat, pada minggu ke 4-6 dan menetap
dalam waktu yang lebih lama, sampai 2 tahun kemudian.
– Antibodi (aglutinin) yang spesifik terhadap Salmonella akan positif dalam serum
pada :
• Pasien demam tifoid.
• Orang yang pernah tertular Salmonella.
• Orang yang pernah divaksinasi terhadap demam tifoid.

– Akibat infeksi oleh Salmonella typhi, maka di dalam tubuh pasien membuat antibodi
(aglutinin), yaitu :
• Aglutinin O : berasal dari tubuh kuman.
• Aglutinin H : flagela kuman.
• Aglutinin Vi : simpai kuman.
• Faktor-faktor yang • Interprestasi uji Widal, yaitu :
mempengaruhi uji Widal, yaitu : • Kebanyakan pendapat bahwa
• Yang berhubungan dengan titer O 1/320 sudah menyokong
pasien. kuat diagnosis demam tifoid.
– Keadaan umum pasien. • Diagnosis demam tifoid dianggap
– Saat pemeriksaan selama diagnosis pasti adalah bila
perjalanan penyakit. didapatkan kenaikan titer 4 kali
– Pengobatan dini dengan lipat pada pemeriksaan ulang
antibiotik. dengan interval 5-7 hari
– Penyakit-penyakit tertentu. • Reaksi widal negative tidak
– Obat-obat imunosupresif menyingkirkan diagnosis tifoid.
atau kortikosteroid. • Hasil tes negative palsu seperti
– Vaksinasi dengan kotipa pada keadaan pembentukan anti
atau tipa. bodi yang rendah yang dapat
– Infeksi klinis atau subklinis oleh ditemukan pada keadaan-
Salmonella sebelumnya. keadaan gizi jelek, konsumsi obat-
– Reaksi anamnestik. obat imunosupresif, penyakit
agammaglobuilinemia, leukemia,
• Berhubungan dengan teknis.
karsinoma lanjut, dll. Hasil tes positif
– Aglutinasi silang. palsu dapat dijumpai pada
– Konsentrasi suspensi antigen. keadaan pasca vaksinasi,
– Strain Salmonella yang mengalami infeski sub klinis
digunakan untuk suspensi beberapa waktu yang lalu,
antigen. aglutinasi silang, dll.
– Kit Typhoid : Typhidot
• Kit dot ELISA yang digunakan untuk mendeteksi kadar
antibodi IgM dan IgG terhadap protein membran luar dari
Salmonella Typhi.
• Typhidot akan memberikan hasil yang positif setelah 2 – 3 hari pasca
infeksi.

– PCR dan Tube Tx


• PCR (Polymerase Chain Reaction) dilakukan dengan cara
metode deteksi DNA tifoid.
• Tube Tx
– Mendeteksi antibodi O9 pada serum
– Butuh 2 menit untuk mendapatkan hasil.
– Jika tidak mengandung antibodi O9 (-) dasar tabung
akan terlihat biru sementara larutan di tengah tabung,
menjadi berwarna merah.
– jika pasien mengandung antibodi O9 (+) larutan akan
tetap berwarna biru.
Skor Interpretasi Keterangan

<2 Negatif Tidak menunjukkan infeksi tifoid akut

Pengukuran tidak dapat disimpulkan. Ulangi

3 Borderline pengujian, apabila masih meragukan lakukan


pengulangan beberapa hari kemudian.

4-5 Positif Menunjukkan infeksi tifoid aktif

>6 Positif Indikasi kuat infeksi tifoid

Enzim transaminase
- Peradangan pada sel-sel hati menyebabkan enzim-enzim transaminase
(SGOT, SGPT) sering ditemukan meningkat.
- Bila proses peradangan makin berat maka tes fungsi hati lainnya akan
terganggu, seperti bilirubin akan meningkat, albumin akan menurun, dll
- Secara klinis bila tes fungsi hati terganggu dan disertai ikterus dan
hepatomegali disebut hepatitis tifosa atau hepatitis salmonella.

Lipase dan amylase


- Basil tahan salmonella sampai menginvasi pancreas, dapat menimbulkan
pancreatitis, maka enzim lipase dna amylase akan meningkat.
Penatalaksanaan
Non Medikamentosa
• Tirah baring
• 7 hari bebas demam /<14hari u/ mencegah komplikasi dan
mempercepat penyembuhan
• Jika penurunan kes : posisi di ubah2 u/ cegah pneumonia
hipostatik dan dekubitus

• Diet dan terapi penunjang (simptomatik dan suportif)  untuk


mengembalikan rasa nyaman dan kesehatan pasien secara
optimal
• Secara oral atau enteral untuk mencegah terjadinya atrofi
vili usus.
• Mula-mula pada saat demam diberikan TD I makanan cair
• TD II setelah panas turun bubur saring selama 6-10 hari
panas turun,
• TD III bubur kasar selama 2-5 hari,
• TD IV makanan lunak selama 2-5 hari dan akhirnya diberi
nasi.
Penatalaksanaan
Medikamentosa

• Antibiotik
• Simptomatik
• Suportif
• Tx komplikasi

Antimikroba yang sering digunakan:


- Lini I : Kloramfenikol, Tiamfenikol, Kotrimoksazol, Ampisilin dan Amoksisilin,
- Lini II : Golongan fluorokuinolon (ciprofloxacin, ofloxacin, dan pefloxacin),
cefixime, Sefalosporin Generasi Ketiga (ceftriaxone)
- Kortikosteroid.
Kloramfenikol, Tiamfenikol
Antibiotik Dosis Kelebihan
Kloramfenikol  Dewasa : 4 x 500 mg (2  Merupakan obat yang paling lama
gr)/ hari selama 14 digunakan dan dikenal paling efektif
hari. terhadap demam tifoid.
 Anak : 50-100  Murah, dapat diberikan peroral, dan
mg/kgBB/hari sensitivitas masih tinggi.
maksimal 2 gr,  Pemberian PO/IV
diberikan selama 10-14  Tidak diberikan bila leukosit <2000/mm3
hari.

Tiamfenikol  Dewasa: 4x500 mg  Dapat untuk anak dan dewasa.


 Anak : 50  Dilaporkan sensitif pada beberapa daerah.
mg/kgBB/hari selama  Komplikasi hematologi seperti
5-7 hari bebas panas kemungkinan terjadinya anemia aplastik
lebih rendah dibandingkan dengan
kloramfenikol
Kloramfenikol
• Bekerja dengan mengikat unit ribosom dari bakteri salmonella,
menghambat pertumbuhannya dengan menghambat
sintesis protein.
• Kontra indikasi :
– Tidak boleh diberikan pada wanita hamil trisemester 3.
– Grey baby syndrome.
– Partus premature.
– Kematian intrauterine (IUFD).
– Jangan berikan pada pasien yang leukositnya kurang dari
2000. Pengobatan dianggap gagal (chloramfenicol
resisten) bila dalam 10 hari pemberian pasien tetap
demam, gunakan antibiotik yang lain.
Ampisilin, amoxilin,
kotrimoxazole
Ampisilin dan  Ampi Dewasa: 3-  Aman untuk penderita hamil.
amoksisilin 4gr/hari atau 50-150  Sering dikombinasi dengan kloramfenikol
mg/kgBB selama 14 untuk pasien kritis
hari.  Tidak mahal.
 Amox, 4 x 1 gr(uk  Pemberian PO/IV
kecil) - 6 gr (uk
besar)/hari.
 Anak : 100
mg/kgBB/hari 10
hari.
TMP-SMX  Dewasa: 2 x (160- •dosis 3- 4 gram dalam dekstrosa 100 cc
(kotrimoksazol) 800) selama 2 diberikan selama ½ jam perinfus sekali sehari,
minggu. diberikan selama 3-5 hari.
 Anak : TMP 6-10 •Dosis 400 mg 2 x 2 tablet/hari sampai 7 hari
mg/kgBB/hari atau afebris.
SMX 30-50
mg/kgBB/hari I : Dapat digunakan untuk pasien yang toksik
selama 10 hari. dan delirium.
ES : trombositopenia, untuk menghindarkannya
kita berikan asam folic.
Flurorquinolone, Cefixime,
Ceftriaxone
Quinolon  Siprofloksasin: 2 x 500  Pefloksasin dan fleroksasin lebih
mg selama satu minggu cepat dalam menurunkan suhu.
 Ofloksasin: 2 x (200-400)  Efektif dalam mencegah relaps
mg selama satu minggu dan karier.
 Pefloksasin: 1 x 400 mg  Pemberian peroral
selama satu minggu  <15th: ES pada penutupan epifise
 Fleroksasin: 1 x 400 mg tulang lebih cepat.
selama satu minggu

Cefixime Anak : 15-20 mg/kgBB/hari  Aman untuk anak.


selama 10 hari dibagi menjadi 2  Pemberian peroral.
dosis.  Efektif
Jika leukosit <2000/ul : cefixime
oral 10-15 mg/kgBB/hari

Ceftriaxone  Dewasa: 2-4gr/hari selama  Cepat menurunkan suhu, lama


3 -5 hari. pemberian pendek dan dapat dosis
 Anak : 80 mg/kgBB/hari tunggal serta cukup aman untuk anak.
dosis tunggal selama 5 hari.  Pemberian IV
Pemberian Antimikroba
Antibiotik
• Kombinasi 2 antibiotik atau lebih diindikasikan pada keadaan tertentu seperti
toksik tifoid, peritonitis atau perforasi, serta syok septik.
• Pada wanita hamil :
– kloramfenikol tidak dianjurkan pada trimester ke-3 karena menyebabkan
partus prematur, kematian fetus intrauterin, dan grey syndrome pada
neonatus.
– Tiamfenikol tidak dianjurkan pada trimester pertama karena memiliki efek
teratogenik.
– Obat yang dianjurkan adalah ampisilin, amoksisilin, dan ceftriaxone.

• Hati-hati akan terjadi reaksi “harxheimer reaction”


– reaksi yang hebat dari pemberian awal dari antibiotic pada perderita
typhoid, oleh karena dilepaskannya secara mendadak dalam jumlah
besar, antigen dari kuman typhoid.
– (reaksi seperti anafilaktik syok, dimana pasien dapat jatuh kedalam
keadaan komatous)
Simptomatik
Simptomatik Suportif
• Analgetik antipiretik (DOC : parasetamol) • Kortikosteroid
– apabila demam >39C kecuali pada pasien • I : toksemia berat dan hiperpireksi
dengan riwayat kejang demam dapat
diberikan lebih awal berat.
– Jangan menggunakan asam salisilat, karena • Harus dihindarkan dalam minggu ke
bisa menyebabkan hiperhidrosis. III karena bila ada perdarahan kita
– KI : hepatitis.
tidak tahu dari penyakit atau dari
– Kekurangan :
• Dapat merangsang mukosa usus.
kortikosteroid.
• Efek anti piretik dapat berlebihan. • Memperpendek deman dan gejala
• Menghambat efek dari chloramfenicol. cepat hilang.
• Muntah-muntah : • Menghambat pembentukkan
– Prochlorperazine (Stemetil) dengan dosis 3 x
5mg atau 3 x 10 mg. immunitas sehingga mudah untuk
– Prometazine (Phenergan) dengan dosis 3 x relaps.
25 mg. • Dosis :
• Obstipasi – Hari ke I : Hidrokortison 200 mg im
– Laxantia dan enema, Hati-hati perdarahan Prednison 3 x 15 mg
dan perforasi. – Hari ke II : Prednison 3 x 10 mg
• Diare – Hari ke III : Prednison 3 x 5 mg
– Diphenoxylate hydrochloride (Lomotil, – Hari ke IV : Prednison 3 x 5 mg
Reasec) 4 x 2 tab
– Hari ke V : Prednison 1 x 5 mg.
• Meteorismus
– Intake diganti dengan parenteral Gunakan • Roborantia Vitamin B dan vitamin C.
stomach tube dan aspirasi tiap jam. • Terapi untuk karier yang gagal
pengobatan dengan
medikamentosa kita lakukan
cholecystectomy.
Suportif
• Kortikosteroid
• I : toksemia berat dan hiperpireksi berat.
• Harus dihindarkan dalam minggu ke III karena bila ada perdarahan kita
tidak tahu dari penyakit atau dari kortikosteroid.
• Memperpendek deman dan gejala cepat hilang.
• Menghambat pembentukkan immunitas sehingga mudah untuk relaps.
• Dosis :
– Hari ke I : Hidrokortison 200 mg im Prednison 3 x 15 mg
– Hari ke II : Prednison 3 x 10 mg
– Hari ke III : Prednison 3 x 5 mg
– Hari ke IV : Prednison 3 x 5 mg
– Hari ke V : Prednison 1 x 5 mg.
• Roborantia Vitamin B dan vitamin C.
• Terapi untuk karier yang gagal pengobatan dengan medikamentosa kita
lakukan cholecystectomy.
Tx komplikasi
• Perforasi usus. • Toxic typhoid
– Cito operasi ! • 1. Pasang NGT
– Persiapan : • 2. Pasang infus
• § Puasakan – untuk pemberian kemicetin 3 - 4 x 1 gr/hari secara IV, bila
pasien. sudah membaik berikan peroral dengna dosis 4 x 2 tablet
selama 2 minggu.
• § Infus dengan
Ringer Lactat. • 3. Kortikosteroid
• § Berikan – § Berikan kalmethasone yang dilarutkan dalam NaCl 0,9%
Antibiotika dosis atau dextran 5% atau Ringer Lactat.
tinggi. – § 1 mg kalmethasone dilarutkan dalam 2 cc larutan.
• § Gunakan gastric – § 8 jam pertama berikan 3 mg/kgBB secara IV.
suction untuk – § 30 ml diberikan dalam infus pada 6 - 8 jam kedua dan
kompresi. 3 selanjutnya diberikan 1 mg/kgBB diberikan 6 x (1 ampul
kalmethasone = 4 ml) dalam waktu 2 hari.
– § Jangan diberikan pada akhir minggu ke II atau ke III
karena bisa merangsang gaster menambah bahaya
terjadinya perforasi.
– § Minggu ke I boleh diberikan karena kalau ada melena
pada minggu ke I pasti oleh kortikosteroid, sedangkan pada
minggu ke II atau ke III, kita tidak tahu penyebab dari
melena karena bisa dari perforasi atau karena obat.
– § Bila ada septik shock berikan dopamin 2 ampul (1 amp =
200 mg) larutkan dalam dextrose 5% dengan kecepatan 8
tetes permenit sampai shock teratasi ganti dengan Dextran
saja 10 tetes per menit.
Penyulit
Penyulit langsung akibat gangguan di Keadaan dengan resiko tinggi
sistem retikuloendotelial terjadinya perdarahan dan
• Perdarahan dan perforasi tukak di perforasi
ileum
• Kadar albumin serum yang rendah
• Kolesistitis akut dan kronik, hepatitis
(< 2,5 gr%)
tifosa
• Osteomielitis – gizi kurang,
– Osteomielitis biasanya – kadar obat yang tidak
menyerang tibia, sternum, iga memadai,
dan tulang belakang
– banyak gerak,
• Perdarahan pada otot yang rusak
karena toksin kuman tifoid. – diet padat yang diberikan
– Kerusakan otot dapat lebih dini
menyebabkan abses terutama di – keadaan penyakit berat,
otot paha dan otot perut. misalnya demam lebih dari
– Peradangan di jaringan limfe tiga minggu.
usus halus sering menyebabkan
ileus paralitik. • Pada keadaan toksik kesadaran
menurun dan bradikardia relatif
yang berubah menjadi takikardia
Penyulit tak langsung karena adanya merupakan tanda buruk yang
bakteremia mengarah ke syok toksik disertai
miokarditis.
KOMPLIKASI
1. Komplikasi Intestinal 2. Komplikasi Ekstra-Intestinal
@Mgg 2/3 – Darah : Anemia hemolitik,
– Perdarahan Intestinal (bila trombositopenia, DIC, Sindroma
gawat harus dilakukan uremia hemolitik
pembedahan – Kadiovaskular : Syok septik,
• Pada plague peyeri usus yang miokarditis, trombosis, tromboflebitis
terinfeksi membent tukak/ luka
berbentuk lonjong dan – Paru-paru : Empiema, pneumonia,
memanjang terhadap sumbu pleuritis, bronkhitis
usus. – Hati dan kandung empedu :
• Bila luka menembus lumen usus Hepatitis tifosa, kholesistitis
dan mengenai pembuluh darah,
maka terjadi perdarahan. – Ginjal : Glomerulonefritis, pielonefritis,
• Selanjutnya bila tukak perinefritis
menembus dinding usus maka – Tulang : Osteomielitis, periostitis,
perforasi dapat terjadi. spondilitis, arthritis
– Perforasi usus (harus – Neuropsikiatrik : Delirium,
dilakukan pembedahan) meningismus, meningitis, polineuritis
– Peritonitis perifer, encephalopaty, Sindrome
Guillian – Barre, psikosis, impairment
of coordination, sindroma katatonia
PENCEGAHAN
•Pencegahan primer
imunisasi dengan vaksin yang dibuat dari strain
Salmonella typhi yang dilemahkan,
mengkonsumsi makanan sehat,
memberikan pendidikan kesehatan untuk menerapkan
perilaku hidup bersih dan sehat dengan budaya cuci
tangan yang benar dan memakai sabun,
meningkatkan higiene makanan dan minuman, dan
perbaikan sanitasi lingkungan
•Pencegahan sekunder
•diagnosa penyakit secara dini dan mengadakan
pengobatan yang cepat dan tepat.
•Pencegahan tersier
•upaya yang dilakukan untuk mengurangi keparahan
akibat komplikasi.
Indikasi vaksinasi

• hendak mengunjungi daerah endemik, risiko terserang demam tifoid


semakin tinggi untuk daerah berkembang,
• orang yang terpapar dengan penderita karier tifoid
• Petugas laboratorium.

Jenis Vaksin

• Vaksin parenteral : -ViCPS (Typhim Vi), vaksin kapsul polisakarida Typhin


Vi Aventis Pasteur Merrieux.
• Vaksin oral Ty 21 a Vivotif Berna

Efek Samping Vaksinasi

• yaitu demam 6,7-24%, nyeri kepala 9-10% dan edema 3-35% bahkan
reaksi berat termasuk hipotensi , nyeri dada, dan syok

Anda mungkin juga menyukai